Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ANEMIA

OLEH :

KELOMPOK 2

1. SANDRA BANI
2. THERESA A. VIVIANTI
3. FERA W. NISSI
4. SARINA E. AULU
5. KARMI S.TIUMATE
6. YUNITA LOINENAK
7. ELFEN NITBANI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2021

KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ ANEMIA”

Tidak lupa juga kami mengucapkanterimakasih kepada :

1. Dosen pengajar kami


2. Orang tua yang telah mendukung kami dalam hal materi maupun
non-materi
3. Teman-teman yang sudah berpartisipasi dalam penyusunan
makalah ini .
Makalah ini disusun untuk memberikan informasi kepada para
mahasiswa/i tentang “ANEMIA”, serta guna memenuhi tugas yang telah
diberikan kepada kami. Kami menyadari bahwa dalam Makalah  ini masih
terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan makalah  ini sangat kami harapkan. Semoga
makalah ini berguna bagi kita semua.

         

Kupang,2 juni 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR...............................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................1

BAB I: DAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Tujuan Masalah ...............................................................................2
C. Manfaat Penulisan............................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN.........................................................................3

A. Defenisi Anemia..............................................................................3
B. Klasifikasi Anemia..........................................................................4
C. Penyebab Anemia............................................................................4
D. Epimologi Anemia..........................................................................7
E. Prevelensi Anemia...........................................................................7
F. Tanda Dan Gejala............................................................................13
G. Pencegahan......................................................................................14
BAB III : PENUTUP..................................................................................15
A. Kesimpulan......................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar belakang
Anemia adalah suatu istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia defisiensi besi merupakan masalah umum dan luas dalambidang
gangguan gizi di dunia. Prevalensi anemia defisiensi besi masih
tergolongtinggi sekitar dua miliar atau 30% lebih dari populasi manusia di
dunia.Prevalensi ini terdiri dari anak-anak, wanita menyusui, wanita usia
subur, dan wanita hamil di negara-negara berkembang termasuk Indonesia
Zat besi merupakan salah satu mikronutrien terpenting kehidupan anak.
Kekurangan atau defisiensi besi yang berat akan menyebabkan anemia
atau kurang darah. Di dunia, defisiensi besi terjadi pada 20-25% bayi. Di
Indonesia, ditemukan anemia pada 40,5% balita, 47,2% usia sekolah,
57,1% remaja putri, dan 50,9% ibu hamil. Penelitian pada 1000 anak
sekolah yang dilakukan oleh IDAI di 11 propinsi menunjukkan anemia
sebanyak 20-25%.
Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan masalahgizi
terutama anemia defisiensi besi. Wanita hamil berisiko tinggi
mengalamianemia defisiensi besi karena kebutuhan zat besi meningkat
secara signifikanselama kehamilan. Pada masa kehamilan zat besi yang
dibutuhkan oleh tubuhlebih banyak dibandingkan saat tidak hamil
menginjak triwulan kedua sampaidengan triwulan ketiga. Pada triwulan
pertama kehamilan, kebutuhan zat besilebih rendah disebabkan jumlah zat
besi yang ditransfer ke janin masih rendah. Berdasarkan hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT),prevalensi anemia defisiensi besi pada
ibu hamil sebesar 63,5% tahun 1995,turun menjadi 40,1% pada tahun
2001, dan pada tahun 2007 turun menjadi24,5%. Angka anemia defisiensi
besi ibu hamil di Indonesiamasih tergolong tinggi walaupun terjadi

4
penurunan pada tahun 2007. Keadaanini mengindikasikan bahwa anemia
defisiensi besi menjadi masalah kesehatanmasyarakat .
Kekurangan zat besi akan berisiko pada janin dan ibu hamil sendiri.Janin
akan mengalami gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik
seltubuh maupun sel otak. Selain itu, mengakibatkan kematian pada janin
dalamkandungan, abortus, cacat bawaan, dan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR). Pada ibu hamil, anemia defisiensi besi yang berat
dapatmenyebabkan kematian .
Anemia defisiensi besi menyebabkan turunnya daya tahan tubuh
damembuat penderita rentan terhadap penyakit. Kekurangan zat besi
padakehamilan memiliki konsekuensi negatif bagi bayi yaitu terjadi
gangguanperkembangan kognitif bayi serta meningkatkan morbiditas dan
mortalitas ibu.
Upaya pemerintah dalam mengatasi anemia defisiensi besi ibu hamilyaitu
terfokus pada pemberian tablet tambahan darah (Fe) pada ibu
hamil.Departemen Kesehatan masih terus melaksanakan progam
penanggulangananemia defisiensi besi pada ibu hamil dengan
membagikan tablet besi atautablet tambah darah kepada ibu hamil
sebanyak satu tablet setiap satu hariberturut-turut selama 90 hari selama
masa kehamilan.
Tablet besi selama kehamilan telah direkomendasikan untuk wanita di
negaraberkembang karena biasanya tidak ada perubahan mendasar yang
terjadidalam komposisi diet. Program penanggulangan anemiamelalui
pemberian tablet besi pada ibu hamil telah dilaksanakan sejak tahun1975
tetapi kenyataannya prevalensi anemia defisiensi ibu hamil di
Indonesiamasih tinggi.
Salah satu faktor yang menyebabkan masih tingginya anemiadefisiensi
besi pada ibu hamil adalah rendahnya kepatuhan ibu hamil
dalammengkonsumsi tablet besi. Sebanyak 74,16% ibu hamil dinyatakan
tidak patuhdalam mengkonsumsi tablet besi dengan responden sebanyak
89 ibu hamil.

5
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan ibuhamil dalam
mengkonsumsi tablet besi antara lain pengetahuan, sikap, danefek samping
dari tablet besi yang diminumnya. Faktor yang seringdikemukakan oleh
ibu hamil ialah pernyataan “lupa” untuk meminum tablet besi.
Berdasarkan masalah diatas maka dalam makalah ini akan dibahas tentang
berbagai faktor yang mempengaruhi terjadi nya Anemia Defisiensi Zat
Besi dan pencegahan untuk mengatasinya.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian Anemia.
2. Untuk mengetahui tentang klasifikasi Anemia
3. Untuk mengetahui tentang etiologi Anemia.
4. Untuk mengetahui tentang epidemiologi Anemia.
5. Untuk mengetahui tentang gejala dan tanda anemia
6. Untuk mengetahui tentang pencegahan Anemia.
7. Untuk mengetahui tentang cara pengobatan Anemia.
C. Manfaat penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan yaitu :
1. Mampu mengetahui tentang pengertian Anemia.
2. Mampu mengetahui tentang klasifikasi Anemia
3. Mampu mengetahui tentang etiologi Anemia.
4. Mampu mengetahui tentang epidemiologi Anemia.
5. Mampu mengetahui tentang gejala dan tanda anemia
6. Mampu mengetahui tentang pencegahan Anemia.
7. Mampu mengetahui tentang cara pengobatan Anemia.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. PengertianAnemia
Anemia merupakan kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam
tubuh seseorang. Anemia dapat terjadi karena kurangnya haemoglobin
yang berarti juga minimnya oksigen ke seluruh tubuh. Apabila oksigen
dalam tubuh berkurang maka orang tersebut akan menjadi lemah, lesu dan
tidak bergairah. Indikasinya penyakit ini bisa diketahui dengan memeriksa
kelopak mata bawah bagian dalam, ujung kuku, tangan dan kaki, jari-jari
tangan dan mukosa mulut.Menurut WHO (1997) seseorang dinyatakan
anemia bila kadar hemoglobin pada laki-laki dewasa < 13 g/dl, pada anak
umur 12-13 dan wanita dewasa tidak hamil < 12 g/dl, pada umur 6 bulan
sampai 5 tahun dan wanita hamil < 11 g/dl. Pada anak umur 5-11 tahun
dinyatakan anemia bila kadar hemoglobin < 11.5 g/dl.
Anemia dalam kehamilan paling sering dijumpai adalah anemia akibat
kekurangan zat besi (Fe).
Anemia gizi adalah keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb),
hematokrit, dan sel darah merah lebih rendah dari nilai normal, sebagai
akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan yang
esensial. Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat,
dan/atau vitamin B12.

B. Klasifikasi Anemia
Berdasarkan penyebab terjadinya anemia, secara umum anemia dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat
kosongnya cadangan besi tubuh, sehingga penyediaan besi untuk
eritropoesis berkurang yang pada akhirnya pembentukan
hemoglobin berkurang. Anemia defisiensi besi dapat disebabkan
oleh rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi serta kehilangan

7
besi akibat perdarahan menahun. Anemia jenis ini merupakan
anemia yang paling sering terjadi.
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi, sehingga
cadangan besi makin menurun. Apabila cadangan kosong, maka
keadaan ini disebut iron depleted state. Jika kekurangan besi
berlanjut terus maka penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang
sehingga dapat menimbulkan anemia. Pada saat ini juga terjadi
kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim yang dapat
menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring serta
berbagai gejala lainnya.
Gejala yang khas pada anemia jenis ini adalah kuku menjadi rapuh
dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok, gejala seperti
ini disebut koilorika. Selain itu, anemia jenis ini juga
mengakibatkan permukaan lidah menjadi licin, adanya peradangan
pada sudut mulut dan nyeri pada saat menelan.
2. Anemia hipoplastik
Anemia hipoplastik disebabkan karena sumsum tulang kurang
mampu membuat sel-sel darah baru. Penyebabnya belum
diketahui, kecuali yang disebabkan oleh infeksi berat (sepsis),
keracunan dan sinar rontgen atau radiasi. Mekanisme terjadinya
anemia jenis ini adalah karena kerusakan sel induk dan kerusakan
mekanisme imunologis. Anemia jenis ini biasanya ditandai dengan
gejala perdarahan seperti petikie dan ekimosis (perdarahan kulit),
perdarahan mukosa dapat berupa epistaksis, perdarahan sub
konjungtiva, perdarahan gusi, hematemesis melena dan pada
wanita dapat berupa menorhagia. Komplikasi yang dapat terjadi
adalah gagal jantung akibat anemia berat dan kematian akibat
infeksi yang disertai perdarahan.
3. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan defisiensi
vitamin B12 dan asam folat. Anemia jenis ini ditandai dengan
adanya sel megaloblast dalam sumsum tulang belakang. Sel

8
megaloblast adalah sel prekursor eritrosit dengan bentuk sel yang
besar.
Timbulnya megaloblast adalah akibat gangguan maturasi inti sel
karena terjadi gangguan sintesis DNA sel-sel eritoblast akibat
defiensi asam folat dan vitamin B12 dimana vitamin B12 dan asam
folat berfungsi dalam pembentukan DNA inti sel dan secara
khusus untuk vitamin B12 penting dalam pembentukan myelin.
Akibat gangguan sintesis DNA pada inti eritoblast ini maka
maturasi inti lebih lambat, sehingga kromatin lebih longgar dan sel
menjadi lebih besar karena pembelahan sel yang lambat.Sel
eritoblast dengan ukuran yang lebih besar serta susunan kromatin
yang lebih longgar disebut sebagai sel megaloblast.Sel megaloblast
ini fungsinya tidak normal, dihancurkan saat masih dalam sumsum
tulang sehingga terjadi eritropoesis inefektif dan masa hidup
eritrosit lebih pendek yang berujung pada terjadinya anemia.
Kekurangan asam folat berkaitan dengan berat lahir rendah, ablasio
plasenta dan Neural Tube Defect (NTD). NTD yang terjadi bisa
berupa anensefali, spina bifida (kelainan tulang belakang yang
tidak menutup), meningo-ensefalokel (tidak menutupnya tulang
kepala). Kelainan-kelainan tersebut disebabkan karena gagalnya
tabung saraf tulang belakang untuk tertutup.
Anemia defisiensi vitamin B12 dan asam folat mempunyai gejala
yang sama seperti terjadinya ikterus ringan dan lidah berwarna
merah. Tetapi pada defisiensi vitamin B12 disertai dengan gejala
neurologik seperti mati rasa.
4. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan oleh proses hemolisis. Hemolisis
adalah penghancuran atau pemecahan sel darah merah sebelum
waktunya. Hemolisis berbeda dengan proses penuaan yaitu
pemecahan eritrosit karena memang sudah cukup umurnya. Pada
dasarnya anemia hemolitik dapat dibagi menjadi dua golongan
besar yaitu anemia hemolitik karena faktor di dalam eritrosit

9
sendiri (intrakorpuskular) yang sebagian besar bersifat herediter
dan anemia hemolitik karena faktor di luar eritrosit
(ekstrakorpuskular) yang sebagian besar bersifat didapatkan seperti
malaria dan transfusi darah.
Proses hemolisis akan mengakibatkan penurunan kadar
hemoglobin yang akan mengakibatkan anemia. Hemolisis dapat
terjadi perlahan-lahan, sehingga dapat diatasi oleh mekanisme
kompensasi tubuh tetapi dapat juga terjadi tiba-tiba sehingga
segera menurunkan kadar hemoglobin. Seperti pada anemia
lainnya pada penderita anemia hemolitik juga mengalami lesu,
cepat lelah serta mata berkunang-kunang. Pada anemia hemolitik
yang disebabkan oleh faktor genetik gejala klinik yang timbul
berupa ikterus, splenomegali, kelainan tulang dan ulkus pada kaki.

C. Penyebab Anemia
Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia adalah sebagai berikut:
 Kurang gizi/malnutrisi.
 Kurang zat besi dalam zat makanan.
 Malabsorpsi.
 Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid,
dan
 Penyakit kronik: TBC, paru, cacing usus, malaria, dan lain-
lain.
D. Epidemiologi Anemia
1. Distribusi dan Frekuensi
 Menurut Orang Wanita
yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
merupakan usia yang mempunyai risiko yang tinggi untuk
hamil. Karena akan membahayakan kesehatan
dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko
mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu
mengalami anemia.

10
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2008,
prevalensi anemia pada tahun 1999-2005 di dunia masih
tinggi dimana prevalensi pada balita 47,4%, anak usia
sekolah 25,4%, wanita tidak hamil 30,2%, wanita hamil
41,8%, pada lansia 23,9% dan terendah pada laki-laki 12,7%.
2. Menurut Tempat
Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di
Negara sedang berkembang ketimbang Negara yang sudah
maju. Prevalensi anemia ibu hamil pada tahun 2005 di beberapa
Negara terbelakang sangat tinggi seperti di Kongo adalah
67,30%, di Nigeria 65,51% dan di Eithopia 62,68%. Prevalensi
ini mulai berkurang di Negara berkembang seperti di India
44,33% dan Indonesia 44,33%. Sedangkan di Negara maju
prevalensi anemia pada ibu hamil sangat rendah yaitu 11,46% di
Prancis dan 5,7% di United States.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan PT Merck Tbk di
Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Utara prevalensi anemia
cukup tinggi. Di Jawa Timur dengan melibatkan 5.959 peserta
tes darah di tiga kota, Kediri, Jombang, dan Mojokerto, didapat
33% di antaranya anemia. Di Jawa Barat dengan peserta tes
darah sebanyak 7.439 di tiga kota, Garut, Tasikmalaya, dan
Cirebon, 41% di antaranya anemia. Sedangkan di Sumatera
Utara dengan peserta tes darah sebanyak 9.377 orang di tiga
kota, Medan, Pematang Siantar, dan Kisaran, didapati 33% di
antaranya anemia.
Beberapa penelitian yang di Provinsi Sulawesi Utara
menemukan bahwa prevalensi anemia pada anak panti asuhan
usia sekolah dasar sebesar 62,8% (Matondang, 2004), serta
penelitian di bolaang mengondow pada salah satu desa
tertinggal pada anak sekolah dasar yaitu sebesar 18,33%
didaerah penghasil sayur dan 28,33% yang bukan didaerah
penghasil sayur Menurut Waktu

11
Besarnya angka kejadian anemia ibu hamil pada trimester I
kehamilan adalah 20%, trimester II sebesar 70%, dan trimester
III sebesar 70%.4 Hal ini disebabkan karena pada trimester
pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena
tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat.
Menginjak trimester kedua hingga ketiga, volume darah dalam
tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan
450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel
darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk
janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi 300 –
350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat melahirkan,
wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari atau dua kali
lipat kebutuhan kondisi tidak hamil.
3. Determinan
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu
hamil adalah:
a. Usia
Umur ideal untuk kehamilan yang risikonya rendah adalah
pada kelompok umur 20-35 tahun. Berdasarkan laporan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010,
perempuan yang mengalami kehamilan pada usia berisiko
tinggi (35 tahun ke atas) 4,6% tidak pernah memeriksakan
kehamilan, dan yang berusia < 20 tahun 5,1%
memeriksakan kehamilan pada dukun. Kehamilan pada
remaja putri sangat berisiko terhadap dirinya karena
pertumbuhan linier (tinggi badan) pada umumnya baru
selasai pada usia 16-18 tahun, dan dilanjutkan dengan
pematangan rongga panggul beberapa tahun setelah
pertumbuhan linier selesai.
b. Umur Kehamilan
Kebutuhan akan berbagai zat gizi termasuk zat besi pada
trimester I meningkat secara minimal. Setelah itu

12
sepanjang trimester II dan III, kebutuhan akan terus
membesar sampai pada akhir kehamilan. Energi tambahan
selama trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan
ibu, yaitu penambahan volume darah, pertumbuhan uterus
dan payudara.
c. Jarak Kelahiran
Jarak kelahiran dapat menyebabkan hasil kehamilan yang
kurang baik. Jarak dua kehamilan yang terlalu pendek
akan mempengaruhi daya tahan dan gizi ibu yang
selanjutnya akan mempengaruhi hasil produksi. Menurut
Depkes RI (2004) jumlah kelahiran yang baik agar
terwujudnya keluarga sejahtera dan sehat adalah
berjumlah 2 anak saja dengan jarak kelahiran sama dengan
atau lebih dari 3 tahun.6 Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Hendro di medan (2006) ibu hamil yang
jarak kelahiran anaknya < 2 tahun sebagian besar
menderita anemia. Seorang wanita yang melahirkan
berturut-turut dalam jangka waktu pendek tidak sempat
memulihkan kesehatannya serta harus membagi perhatian
kepada kedua anak dalam waktu yang sama.
d. Konsumsi Tablet Fe
Kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi zat besi dengan cara
yang benar akan memnuhi kebutuhan zat besi dalam tubuh
yang bisa meningkatkan kualitas kehamilan. Banyak hal
yang membuat ibu hamil tidak patuh mengkonsumsi zat
besi yang terdapat dalam tablet tambah darah yang
diprogramkan pemerintah. Salah satunya adalah gangguan
pencernaan dapat berupa mual dan muntah.Sehingga hal
ini perlu mendapat perhatian khusus terutama dari
pemberian pelayanan kesehatan misalnya bidan dan
dokter. Jumlah tablet zat besi yang dikonsumsi ibu hamil
adalah minimal 90 tablet dan dianjurkan kepada ibu hamil

13
untuk mengkonsumsi tablet tambah darah dengan dosis
satu kali sehari selama masa kehamilan dan 40 hari setelah
melahirkan.
e. Penghasilan
Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan
seseorang adalah status ekonomi, dalam hal ini adalah
daya beli keluarga. Kemampuan keluarga untuk membeli
bahan makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya
pendapatan keluarga dan harga bahan makanan itu sendiri.
Keluarga dengan pendapaan terbatas kemungkinan besar
kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya, terutama
memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya.
Sementara dari hasil penelitian Hendro (2006)
menyatakan bahwa keluarga yang pendapatnya di atas
UMR dapat memenuhi kebutuhan gizi keluarganya
terutama ibu hamil sehingga diasumsikan dapat mencegah
terjadinya anemia sedangkan keluarga dengan pendapatan
di bawah UMR dapat diasumsikan belum memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya termasuk gizi ibu hamil.
f. Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap
perubahan sikap dan perilaku untuk hidup sehat. Tingkat
pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang
untuk menyerap informasi-informasi dan
mengimplementasikannya dalam perilakudan gaya hidup
sehari-hari,khusunya tingkat pendidikan wanita sangat
mempengaruhi kesehatannya.
Dari hasil penelitian Hendro (2006), menyatakan ada
hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan status
anemia, karena dengan tingkat pendidikan ibu yang
rendah diasumsikan pengetahuannya tentang gizi rendah,

14
sehingga berpeluang untuk terjadinya anemia sebaliknya
jika ibu hamil berpendidikan tinggi maka kemungkinan.
g. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan
terhadap ibu hamil oleh petugas kesehatan untuk
memelihara kehamilannya yang dilaksanakan sesuai
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam standar
pelayanan kebidanan.Tujuan pelayanan antenatal adalah
mengantarkan ibu hamil agar dapat bersalin dengan sehat
dan memperoleh bayi yang sehat, mendeteksi dan
mengantisipasi dini kelainan kehamilan dan deteksi serta
antisipasi dini kelainan janin.
Pelayanan antenatal meliputi lima hal yang dikenal
dengan istilah 5T yaitu timbang berat badan, ukur tekanan
darah, ukur tinggi fundus uteri, nilai status imunisasi TT
dan pemberian tablet tambah darah.3 Konsumsi zat besi
sangat diperlukan oleh Ibu hamil yang ditujukan untuk
mencegah ibu dan janin dari anemia, dan faktor risiko
lainnya. Diharapkan ibu hamil dapat mengonsumsi tablet
Fe lebih dari 90 tablet selama kehamilan. Berdasarkan
laporan Riskesdas (2010) 80,7% ibu hamil tablet/membeli
tablet Fe, dengan jumlah hari minum 0-30 hari (36,3%),
90 hari atau lebih (18%), 60-89 hari (8,3%), dan 31-59
hari (2,8%). Dijumpai 38% ibu hamil di Sumatera Utara
dan 3,6% di DI Yogyakarta yang tidak pernah minum
tablet Fe.
K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil ke fasilitas
pelayanan kesehatan untuk mendapat pelayanan antenatal
yang dilakukan pada trimester pertama kehamilan.
Sedangkan K4 adalah kunjungan ibu hamil untuk
mendapatkan pelayanan ante natal minimal 4 kali yaitu 1

15
kali pada trimester pertama kehamilan, 1 kali pada
trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga.
E. Prevalensi Anemia
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat apabila melebihi
prevalensi sebagai berikut.
Kelompok Batas nilai Hb
Ibu Hamil 63,5%
Anak Balita 55,5%
Anak Usia Sekolah 24%-34%
Wanita Dewasa 30%-40%
Pekerja Berpenghasilan Rendah 30%-40%
Pria Dewasa 20%-40%

Anemia gizi masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia.


Hasil SKRT 1986, 1992 dan 1995 berdasarkan pengukuran Hb pada
wanita hamil dan balita menunjukkan bahwa masalah anemia gizi pada
wanita hamil di Indonesia telah mengalami penurunan, meskipun
keadaannya masih tetap tinggi yaitu dari 73,7% pada tahun 1986 menjadi
63,5% pada tahun 1992 dan 51,3% pada tahun 1995.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT),prevalensi anemia defisiensi besi pada ibu hamil sebesar 63,5%
tahun 1995,turun menjadi 40,1% pada tahun 2001, dan pada tahun 2007
turun menjadi24,5% Angka anemia defisiensi besi ibu hamil di
Indonesiamasih tergolong tinggi walaupun terjadi penurunan pada tahun
2007.

F. Tanda dan Gejala Anemia


Periksa perubahan warna kulit. Meskipun memiliki warna kulit yang
cenderung gelap, gejala anemia masih mudah untuk dikenali dengan
melihat perubahan warna kulit wajah atau bibir kulit yang terlihat pucat
seperti orang yang sedang sakit meski tubuh dalam keadaan sehat.
1. Seseorang yang memiliki anemia, cenderung lebih sering
mengalami rasa lelah dan memiliki perasaan yang sensitif
(mudah tersinggung).
16
2. Terkadang beberapa diantaranya ada yang mengalami sakit
kepala hingga kehilangan nafsu makan.
3. Terkadang suka sembelit yang terjadi dalam waktu yang
cukup lama atau terus-menerus hingga kehilangan banyak
cairan tubuh, hal ini juga yang menjadi gejala dari sembelit.
4. Sulit berkonsentrasi merupakan salah satu gejala anemia
yang cukup menganggu. Kesulitan dalam berkonsentrasi
dapat memengaruhi kinerja dan pekerjaan.
5. Penurunan nafsu makan, namun terkadang tiba-tiba
memiliki nafsu makan yang berlebih hingga menimbulkan
suatu gangguan dalam sistem metabolisme tubuh.
6. Anemia juga dapat mempengaruhi psikologis seperti susana
hati dan emosi yang mudah mengalami stress atau depresi.
Karena anemia dapat memberi pengaruh yang cukup kuat
terhadap emosi dan mood.
7. Mengalami sesak nafas. Hal in disebabkan oleh jumlah sel
darah merah yang berkurang. Sel darah merah merupakan
bagian yang sangat penting bagi sistem pernafasan. Sesak
nafas umumnya dialami pada mereka yang menderia
anemia sedang hingga berat.
8. Beberapa diantaranya ada yang mengalami kedinginan pada
salah satu anggota tubuh yang sering dirasakan yang
disebabkan oleh aliran darah yang tidak lancar akibat
anemia. Bagian tubuh yang sering merasakan kedingian
adalah telapak tangan/kaki
9. Sering merasa cepat lelah dan pusing. Gejala ini umumnya
dirasakan saat bangun dari tidur atau saat hendak berdiri
karena terlalu lama duduk dan pusing jika berdiri terlalu
lama.
G. Pencegahan Anemia
a. Pencegahan primer

17
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat
menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal
itu terjadi.Promosi kesehatan, pendidikan kesehatan dan
perlindungan kesehatan adalah tiga aspek utama di dalam
pencegahan primer. Dalam hal ini pencegahan primer ditujukan
kepada ibu hamil yang belum anemia. Tujuan pencegahan ini untuk
mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit dan
memodifikasi faktor risiko atau mencegah berkembangnya faktor
risiko.
Pencegahan primer meliputi:
1. Edukasi (Penyuluhan)
Petugas kesehatan dapat berperan sebagai edukator seperti
memberikan nutrition education berupa dorongan agar ibu
hamil mengkonsumsi bahan makanan yang tinggi Fe dan
konsumsi tablet besi atau tablet tambah darah minimal
selama 90 hari. Edukasi tidak hanya diberikan pada saat ibu
hamil, tetapi ketika belum hamil.Penanggulangannya,
dimulai jauh sebelum peristiwa melahirkan. Selain itu,
petugas kesehatan juga dapat berperan sebagai konselor
atau sebagai sumber berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai
cara mencegah anemia pada kehamilan.
Suplementasi Fe adalah salah satu strategi untuk
meningkatkan intake Fe yang berhasil hanya jika individu
mematuhi aturan konsumsinya.Banyak faktor yang
mendukung rendahnya tingkat kepatuhan tersebut, salah
satunya adalah efek samping yang tidak nyaman dari
mengkonsumsi Fe adalah melaluipendidikan tentang
pentingnya suplementasi Fe dan efek samping akibat
minum Fe.
2. Suplementasi Fe (Tablet Besi)
Anemia defisiensi besi dicegah dengan memelihara
keseimbangan antara asupan Fe dan kehilangan

18
Fe.Jumlah Fe yang dibutuhkan untuk memelihara
keseimbangan ini bervariasi antara satu wanita dengan
yang lainnya tergantung pada riwayat reproduksi.Jika
kebutuhan Fe tidak cukup terpenuhi dari diet makanan,
dapat ditambah dengan suplemen Fe terutama bagi
wanita hamil dan masa nifas.24 Suplemen besi dosis
rendah (30mg/hari) sudah mulai diberikan sejak
kunjungan pertama ibu hamil.
3. Fortifikasi Makanan dengan Zat Besi
Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang
diproses secara terpusat merupakan inti pengawasan
anemia di berbagai Negara. Fortifikasi makanan
merupakan cara terampuh dalam pencegahan defisiensi
besi. Produk makanan fortifikasi yang lazim adalah
tepung gandum serta roti makanan yang terbuat dari
jagung dan bubur jagung serta beberapa produk susu.
4. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan
skrining kesehatan dan deteksi untuk menenmukan
status patogenik setiap individu di dalam
populasi.Pencegahan sekunder bertujuan untuk
menghentikan perkembangan penyakit menuju suatu
perkembangan kearah kerusakan atau
ketidakmampuan.Dalam hal ini pencegahan sekunder
merupakan pencegahan yang dilakukan pada ibu hamil
yang sudah mengalami gejala-gejala anemia atau tahap
pathogenesis yaitu mulai pada fase asimtomatis sampai
fase klinis atau timbulnya gejala penyakit atau
gangguan kesehatan.
5. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier mencakup pembatasan terhadap
segala ketidakmampuan dengan menyediakan

19
rehabilitasi saat penyakit, cedera atau ketidakmampuan
sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan.Dalam hal
ini pencegahan tersier ditujukan kepada ibu hamil yang
mengalami anemia yang cukup parah dilakukan untuk
mencegah perkembangan penyakit ke arah yang lebih
buruk untuk memperbaiki kualitas hidup klien seperti
untuk mengurangi atau mencegah terjadinya kerusakan
jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit.

BAB III
PENUTUP

20
A. Kesimpulan
1. Anemia merupakan kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam
tubuh seseorang. Anemia dapat terjadi karena kurangnya haemoglobin
yang berarti juga minimnya oksigen ke seluruh tubuh.
2. Klasifikasi anemia yaituAnemia Defisiensi Besi, Anemia hipoplastik,
Anemia Megaloblastik dan Anemia Hemolitik
3. Penyebab anemia yaitu Kurang gizi/malnutrisi, Kurang zat besi dalam zat
makanan, Malabsorpsi, Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang
lalu, haid, danPenyakit kronik: TBC, paru, cacing usus, malaria, dan lain-
lain. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan olehdefisiensi
besi (Fe) dan perdarahan akut dan tidak jarang keduanyasaling
berintekrasi.
4. Epidemiologi Anemia yaitu berdasarkan distribusi dan frekuensi yang
dilihat menurut Orang dimana wanita yang berumur kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun merupakan usia yang mempunyai risiko yang
tinggi untuk hamil, menurut tempat,anemia defisiensi zat besi lebih
cenderung berlangsung di Negara sedang berkembang ketimbang Negara
yang sudah maju, menurut Waktu, besarnya angka kejadian anemia ibu
hamil pada trimester I kehamilan adalah 20%, trimester II sebesar 70%,
dan trimester III sebesar 70%.4. Berdasarkan determinan, beberapa faktor
yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil adalah usia, umur
kehamilan, jarak kelahiran, konsumsi tablet Fe,penghasilan,pendidikan
dan pelayanan antenatal.
5. Gejala dan tanda pada orang anemia, umumnya mereka yang mengalami
sakit anemia, mudah sekali untuk dikenali dan dilihat secara fisik oleh
mata. Untuk mengetahui sendiri apakah terserang sakit anemia atau tidak
adalah dengan cara mengecek warna kulit pada kantung mata bagian
dalam bawah. Jika terdapat warna kurang merah berarti anda dapat
dikatakan mengalami anemia.
6. Pencegahan anemia dibagi atas tiga pencegahan yaitu pencegahan
primer, penceganhan sekunder dan pencegahan tersier. Pencegahan

21
primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu
penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi, dalam hal ini pencegahan
primer ditujukan kepada ibu hamil yang belum anemia. Pencegahan
sekunder lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan dan deteksi
untuk menenmukan status patogenik setiap individu di dalam populasi,
dalam hal ini pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang
dilakukan pada ibu hamil yang sudah mengalami gejala-gejala anemia
dan pencegahan tersier mencakup pembatasan terhadap segala
ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi saat penyakit, cedera
atau ketidakmampuan sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan, dalam
hal ini pencegahan tersier ditujukan kepada ibu hamil yang mengalami
anemia yang cukup parah.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari pembahasan, maka dapat
disarankan agar mahasiswa dapat memahami dengan baik tentang anemia
sehingga dapat membantu dalam kegiatan promosi kesehatan tentang
anemia. Disarankan untuk memahami tentang pengertian, penyebab,
gejala, cara penanganan dan pencegahan anemia sehingga angka kejadian
anemia dapat menurun.

22
DAFTAR PUSTAKA

Barasi M.E., 2007. At a Glance: Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga


Depkes RI, 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta.
pp: 106-7.www.DepkesRI.com
Waryana, 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihanga.
WHO. 2011. Nutrition: Iron Deficiency Anaemia. www.who. Int .
Hadi H., 2001. Meningkatkan Kepatuhan Minum Tablet Besi Ibu Hamil:
Pentingnya Peranan Suami.
Berita Kedokteran Masyarakat XVII (2):51-62.
Indreswari M. , Hardinsyah, & Damanik M.R. , 2008.
Hubungan antaraIntensitas Pemeriksaan Kehamilan, Fasilitas Pelayanan
Kesehatan,dan Konsumsi Tablet Besi dengan Tingkat Keluhan selama
Kehamilan. Jurnal Gizi dan Pangan. 3(1): 12-21.
Purwaningsih M. , Akhmadi N. , & Wenny A., 2006. Analisis Faktor
yangMempengaruhi Ketidakpatuhan Ibu Hamil dalam MengkonsumsiTablet Besi.
Jurnal Ilmu Keperawatan. 1 (2): 72-81.
Purba.RB. 1995.
Konsumsi sayuran dan anemia gizi anak sekolah dasar didaerah penghasil dan
bukan penghasil sayuran dikecamatan tomohon kabupaten minahasa provisi
Sulawesi utara tahun 1995. Skripsi tidak diterbitkan. Makasar FKM UNHAS.

23

Anda mungkin juga menyukai