FARMAKOLOGI
“Anestesi”
Dosen:
Herlin Sulita, M.Sc
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan, Sehingga kritik dan
saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Dan harapan
kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca, Amin.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6
A. DEFINISI..............................................................................................................................6
B. TAHAP-TAHAP ANESTESI.................................................................................................6
C. MEKANISME KERJA ANESTESI.......................................................................................7
D. PENGGOLONGAN OBAT ANESTESI................................................................................9
D. 1. Anestesi Umum...............................................................................................................9
D.1.1 Anestesi Inhalasi...........................................................................................................11
D.1.2. Anestesi Intravena.......................................................................................................12
D.2. Anestesi Lokal....................................................................................................................12
D.2.1. Senyawa Ester.............................................................................................................14
D.2.2. Senyawa Amida...........................................................................................................14
D.2.3. Senyawa Lainnya.........................................................................................................15
E. PENGGUNAAN ANESTESI LOKAL DALAM BENTUK PARENTERAL......................15
F. TINGKAT KEAMANAN OBAT ANESTESI BERDASARKAN FDA..........................16
G. OBAT ANESTESI YANG PALING AMAN DIGUNAKAN IBU HAMIL........................17
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................19
A. Kesimpulan.........................................................................................................................19
B. Saran...................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anestesi adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit atau nyeri ketika melakukan
tindakan pembedahan dan berbagai prosedur lainya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh
(Amarta, 2012). Anestesi dibagi menjadi dua, anestesi umum dan anestesi lokal. Anestesi
umum adalah suatu kondisi yang ditandai dengan hilangnya persepsi terhadap semua sensasi
akibat induksi obat, dalam hal ini selain hilangnya rasa nyeri dan kesadaran juga hilang
(Sriwijaya, 2008).
Anestesi lokal merupakan hilangnya sensasi rasa sakit dengan cara aplikasi atau injeksi
obat anestesi yang dapat menghambat konduksi saraf (terutama nyeri) secara sementara pada
daerah tertentu di bagian tubuh tanpa disertai dengan hilangnya kesadaran (Hasanah, 2015).
Anestesi lokal dalam bidang kedokteran gigi, secara umum diindikasi untuk berbagai
tindakan bedah yang dapat menimbulkan rasa sakit yang tidak dapat tertahankan oleh pasien
(Putri, 2015).
Anestesi lokal dibagi menjadi dua macam, yaitu teknik anestesi maksila dan teknik
anestesi mandibula. Anestesi maksila memiliki tiga teknik yang dapat digunakan untuk
menghilangkan sensasi rasa sakit, yaitu local infiltration, field block, nerve block (Healy,
2004). Anestesi mandibula dapat dilakukan dengan teknik blok saraf lingualis, blok saraf
incisif, blok saraf mental, blok saraf bukal dan blok saraf alveolaris inferior (Malamed,
2013).
Peralatan yang digunakan pada anestesi lokal adalah syringe, jarum dan cartridge.
Syringe yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi saat ini terbagi 1 atas beberapa tipe
yaitu nondisposable syringe, disposable syringe, “safety” syringe dan computer-controlled
local anesthetic delivery systems. Tipe nondisposable syringe terdapat tipe syringe yang
paling banyak digunakan saat ini yaitu periodontal ligamen atau intraligamen. Syringe
periodontal ligamen memberikan kemudahan pada operator dalam melakukan anestesi
(Malamed, 2013).
4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Anestesi?
2. Bagaimana Tahap-Tahap Anestesi?
3. Bagaimana Mekanisme Kerja Anestesi?
4. Bagaimana Penggolongan Obat Anestesi?
5. Bagaimana Penggunaan Anestesi Lokal Dalam Bentuk Parenteral?
6. Bagaimana Tingkat Keamanan Obat Anestesi Berdasarkan FDA?
7. Bagaimana Obat Anestesi Yang Paling Aman Digunakan Ibu Hamil?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Anestesi
2. Untuk mengetahui Tahap-Tahap Anestesi
3. Untuk mengetahui Mekanisme Kerja Anestesi
4. Untuk mengetahui Penggolongan Obat Anestesi
5. Untuk mengetahui Penggunaan Anestesi Dalam Bentuk Parenteral
6. Untuk mengetahui Obat Anestesi Berdasarkan FDA
7. Untuk mengetahui Obat Anestesi Yang Paling Aman Digunakan Ibu Hamil
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Anestesia adalah suatu keadaan narcosis, analgesia, relaksasi dan hilangnya reflek
(Smeltzer, S C, 2002). Anestesi adalah menghilangnya rasa nyeri, dan menurut jenis
kegunaannya dibagi menjadi anestesi umum yang disertai hilangnya kesadaran, sedangakan
anestesi regional dan anestesi local menghilangya rasa nyeri disatu bagian tubuh saja tanpa
menghilangnya kesadaran (Sjamsuhidajat & De Jong, 2012).
Anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan
dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh (Morgan, 2011)
Anestesi berarti suatu keadaan dengan tidak ada rasa nyeri. Anestesi umum ialah suatu
keadaan yang ditandai daengan hilangnya persepso terhadap semua sensasi akibat induksi
obat. Dalam hal ini, selain hilangnya rasa nyeri, kesadaran juga hilang. Obat anestesi umum
terdiri atas golongan senyawa kimia heterogen, yang mendepresi SSP secara reversible
dengan spectrum yang hamper sama dan dapat dikontrol. Obat anestesi umum dapat
diberikan secara inhalasi dan secara intravena. Obat anestesi umum yang diberikan secara
inhalasi (gas dan cairan yang mudah menguap) yang terpenting di antaranya adalah N2O,
halotan, enfluran, metoksifluran, dan isofluran. Obat anestesi umum digunakan secara
intravena, yaitu tiobarbiturat, narkotik-analgesik, senyawa alkaloid lain dan molekul sejenis,
dan beberapa obat khusus seperti ketamin. (Munaf,2008).
B. TAHAP-TAHAP ANESTESI
Stadium anestesi dibagi dalam 4 yaitu; Stadium I (stadium induksi atau eksitasi
volunteer), dimulai dari pemberian agen anestesi sampai menimbulkan hilangnya kesadaran.
Rasa takut dapat meningkatkan frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi pupil, dapat terjadi urinasi
dan defekasi. Stadium II (stadium eksitasi involunter), dimulai dari hilangnya kesadaran
sampai permulaan stadium pembedahan. Pada stadium II terjadi eksitasi dan gerakan yang
6
tidak menurut kehendak, pernafasan tidak teratur, inkontinensia urin, muntah, midrasis,
hipertensi, dan takikardia. Stadium III (Pembedahan/operasi), terbagi dalam 3 bagian yiatu;
Plane I yang ditandai dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya anggota gerak. Tipe
pernafasan thoraco-abdominal, reflex pedal masih ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra,
konjuctiva dan kornea terdepresi. Plane II, ditandai dengan respirasi thoraco-abdominal dan
bola mata ventro medial semua otot mengalami relaksasi keuali otot perut. Plane III, ditandai
dengan respirasi regular, abdominal, bola mata kembali ke tengah dan otot perut relaksasi
kecuali otot perut relaksasi. Stadium IV (paralisis medulla oblongata atau overdosis),
ditandai denga paralisis otot dada, pulsus cepat dan pupil dilatasi. Bola mata menunjukkan
gambaran seperti mata ikan karena terhentinya sekresi lakrial (Munaf,2008).
7
pasien. Terlebih, bagi mereka yang kerap takut dengan proses pembedahan atau tindakan
medis lainnya. Berikut adalah jenis-jenis dari anestesi:
1. Lokal
Berfungsi untuk operasi kecil yang dapat membuat area yang akan dioperasi
mengalami mati rasa. Namun, sang pasien akan tetap sadar saat menjalani operasi
tersebut. Anestesi ini memengaruhi satu bagian kecil dari tubuh, misalnya pada gigi.
Biasanya, anestesi ini bisa disuntikkan, disemprotkan maupun dioleskan pada kulit atau
selaput lendir di area yang akan dioperasi.
2. Regional
Fungsinya adalah untuk memblok rasa nyeri di sebagian area tubuh. Berbeda
dengan anestesi lokal, area yang akan mengalami mati rasa jauh lebih besar. Tidak hanya
satu bagian kecil saja, misalnya sebagian area di bawah pinggang. Terdapat beberapa
jenis dari anestesi regional, yaitu blok saraf perifer, epidural, dan spinal. Anestesi
regional yang paling sering digunakan adalah epidural. Anestesi ini kerap digunakan
untuk membantu saat melahirkan. Untuk jenis regional ini, pembiusan biasanya
disuntikkan di bagian dekat sumsum tulang belakang dan saraf yang terhubung. Suntikan
ini akan menghilangkan sakit pada beberapa bagian tubuh seperti pinggul, perut, atau
kaki.
3. Umum
Jenis ini dapat membuat pasien tidak sadar sama sekali dan tidak ingat apa pun
selama operasi berlangsung. Prosedur ini biasa disebut dengan bius total. Jenis ini
biasanya diberikan untuk operasi besar, seperti saat melakukan operasi jantung terbuka,
operasi otak, ataupun transplantasi organ yang memang sangat membutuhkan
ketidaksadaran pasien. Pemberian anestesi ini bisa melalui dua cara, yakni dengan
menghirup gas (inhalasi) ataupun dengan menyuntikan obat ke dalam pembuluh darah
(intravena). Bius intravena akan menghilang dengan cepat dari aliran darah setelah
operasi selesai, sedangkan untuk inhalasi memerlukan waktu lebih lama untuk
menghilang.
8
Terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan pasien saat melakukan anestesi
umum. Pertama, pasien akan mengalami amnesia sehingga pasien tidak akan mengingat
sama sekali apa yang terjadi saat operasi. Kedua, adalah analgesia yang akan meredakan
seluruh sakit yang seharusnya dirasakan saat operasi berlangsung. Dan ketiga, adalah
bagaimana kondisi saat sebelum operasi. Beberapa ahli bedah menginginkan agar
pasiennya berada dalam kondisi yang sangat rileks. Sehingga, dokter akan memilih
relaxant otot sebagai anestesi. Atau ahli bedah lainnya hanya meminta pasiennya untuk
tertidur, kemudian akan diberikan anestesi. Sehingga obat yang diberikan akan berbeda-
beda, tergantung pada kondisi yang terjadi. Maka, beberapa ahli ada yang menekan
kinerja saraf perangsang dan ada juga yang meningkatkan kinerja saraf penghambat.
Saraf perangsang, sebagai contoh saat tangan kita dicubit maka akan merangsang saraf
yang lainnya. Sehingga, otak akan menerima sinyal listrik bahwa tubuh kita merasakan
sakit dan kitapun mulai merasakan sakit. Saraf penghambat melakukan hal yang
sebaliknya. Mereka akan menyulitkan saraf untuk menghasilkan sinyal listrik. Keduanya
memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mencegah saraf mengirim sinyal kepada otak.
Karena saat otak tidak menerima sinyal tersebut, maka otak tidak tahu bahwa
tubuh kita sedang disayat, dijahit, ataupun dipotong. Pada dasarnya, cara kerja anestesi ini
bertujuan untuk mengganggu komunikasi antar sistem saraf pada tubuh. Setelah prosedur
operasi selesai dilaksanakan, dokter kemudian melepaskan alat bantu medis. Saat kita
bangun dan tersadar, mungkin kita akan merasakan efek samping dari obat yang
digunakan. Namun hal itu tidaklah berbahaya, kita mungkin hanya akan
merasakan lidah dan mulut yang terasa aneh. Kecuali, jika pasien memiliki riwayat
penyakit tertentu. Tanpa anestesi, operasi vital mungkin akan sangat mustahil untuk
dilakukan. Karena jika pasien dalam keadaan sadar, maka pasien akan mendapatkan
trauma yang sangat hebat, dan bisa membuatnya ketakutan tanpa henti.
D. 1. Anestesi Umum
Anestesi umum atau general anestesi merupakan tindakan meniadakan nyeri secara sentral
disertai hilangnya kesadaran yang dapat pulih kembali (reversible). Anestesi umum
9
menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk ke jaringan otak dengan tekanan setempat yang
tinggi. Anestesi umum disebut juga sebagai narkose atau bius (Mangku dan Senapathi, 2010).
10
5. Endokrin : hindarkan pemakaian obat yang merangsang susunan saraf simpatis pada
diabetes penyakit basedow, karena bisa menyebabkan peninggian gula darah.
11
kadar zat anestetik dapat ditentukan. Sesudah dihisap pasien, karbondioksida akan
dibuang ke udara luar. Keuntungan cara ini, kedalaman anestesi dapat diatur
dengan memberikan kadar tertentu zat anestetik sehingga hipoksia dapat dihindari
dengan pemberian O2.
4) Closed method
Cara ini hampir sama dengan semi closed, hanya udara ekspansi dialirkan
melalui absorben (soda lime) yang dapat mengikat karbondioksida, sehingga
udara yang mengandung zat anestetik dapat digunakan lagi.
a) Indikasi
Anestesi lokal biasanya dibutuhkan dalam Operasi kecil (minor) yang tidak
membutuhkan anestesi umum atau regional. Operasi atau prosedur yang cepat
sehingga pasien dapat pulang setelah operasi. Operasi yang tidak memerlukan
pelemasan otot atau kondisi pasien tidak sadar
b) Mekanisme Kerja
Obat bekerja pada reseptor spesifik pada saluran natrium (sodium
channel), mencegah peningkatan permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium dan
kalium, sehingga terjadi depolarisasi pada selaput saraf dan hasilnya tak terjadi
12
konduksi saraf. Mekanisme utama aksi anestetik lokal adalah memblokade
“voltage-gated sodium channels”. Membrane akson saraf, membrane otot jantung,
dan badan sel saraf memiliki potensial istirahat -90 hingga -60 mV. Selama eksitasi,
lorong sodium terbuka, dan secara cepat berdepolarisasi hingga tercapai potensial
equilibrium sodium (+40 mV). Akibat dari depolarisasi, lorong sodium menutup
(inaktif) dan lorong potassium terbuka. Aliran sebelah luar dari repolarisasi potassium
mencapai potensial equilibrium potassium (kira-kira -95 mV). Repolarisasi
mngembalikan lorong sodium ke fase istirahat. Gradient ionic transmembran
dipelihara oleh pompa sodium. Fluks ionic ini sama halnya pada ototjantung, dan dan
anestetik local memiliki efek yang sama di dalam jaringan tersebut.
Fungsi sodium channel bisa diganggu oleh beberapa cara. Toksin biologi seperti
batrachotoxin, aconitine, veratridine, dan beberapa venom kalajengking berikatan pada
reseptor diantara lorong dan mencegah inaktivasi. Akibatnya terjadi pemanjangan
influxsodium melalui lorong dan depolarisasi dari potensial istirahat. Tetrodotoxin
(TTX) dan saxitoxin memblok lorong sodium dengan berikatan kepada chanel
reseptor di dekat permukan extracellular.
Serabut saraf secara signifikan berpengaruh terhadap blockade obat anestesi local
sesuai ukuran dan derajat mielinisasi saraf. Aplikasi langsung anestetik local pada akar
saraf, serat B dan C yang kecil diblok pertama kali, diikuti oleh sensasi lainnya, dan
fungsi motorik yang terakhir diblok. Secara umum mekanisme anestesi lokal dapat
disimpulkan dalam algoritma berikut ini:
anestesi lokal
berikatan dengan reseptor
kanal na+ terblok
perpindahan sodium
kecepatan depolarisasi membran
potensial aksi tidak terjadi
konduksi diblok
c) Efek Samping
13
Sakit kepala.
Pusing.
Kelelahan.
Penglihatan kabur
d) Kontraindikasi
14
menggantikan prokain sebagai obat anestesi yang paling banyak digunakan di dunia.
Lidokain juga digunakan sebagai baku emas untuk membandingkan anestetik lokal
yang baru. Anestetik lokal jenis ini biasanya digunakan dalam bentuk lidocaine
hydrochloride dengan 1:100.000 epinefrin. Penggunaan campuran epinefrin
mengurangi suplai darah pada area injeksi sehingga meningkatkan lama kerja
anestesi. Durasi anestesi kira-kira 60 menit untuk anestesi pulpa dan 3-5 jam untuk
anestesi jaringan lunak. Pada daerah penyuntikan juga ditemukan perdarahan yang
lebih sedikit. Penggunaan dosis berlebih lidokain dapat menyebabkan depresi pada
sistem saraf pusat dan menyebabkan rasa kantuk, kejang otot, bahkan hilangnya
kesadaran.
15
Anestesi epidural (blokade subarakhnoid atau intratekal) disuntikkan di ruang
epidural yakni ruang antara kedua selaput keras dari sumsum belakang.
6. Anestesi Kaudal
Anestesi kaudal adalah bentuk anestesi epidural yang disuntikkan melalui tempat
yang berbeda yaitu ke dalam kanalis sakralis melalui hiatus skralis
16
3. Senyawa Ester a. Prokain B Tidak beresiko pada janin
17
Tekanan positif ventilasi harus digunakan dengan perawatan dan akhir tidal level CO2
harus dipertahankan dalam batasan yang terlihat normal dalam kehamilan.Ada hubungan
linear antara PaCO2 maternal dengan PaCO2 janin. Maternal hiperkarbia membatasi gradient
dari difusi CO2 dari janin ke darah ibu dan dapat menyebabkan asidosis janin, sehingga
meningkatkan resiko kematian janin. Dengan alasan ini, analisa gas darah rutin sangat
dianjurkan dalam operasi laparaskopi, dimana CO2 digunakan untuk menetapkan dan
mempertahankan pneumoperitoneum. Studi terbaru menemukan korelasi yang baik antara
tidal akhir CO2 dan PaCO2 dalam kehamilan dan menyimpulkan bahwa gradient
sebelumnya dapat digunakan dengan aman sebagai petunjuk ventilasi selama laparaskopi
pada pasien hamil.
Aplikasi terhadap positif dan tekanan ekspirasi harus dipertimbangkan pada perubahan
hemodinamik yang dapat membahayakan perfusi plasenta. Pasien harus diekstubasi sehingga
sadar penuh dalam posisi lateral setelah melakukan suction orogastric untuk bertahannya
aspirasi sampai reflek jalan napas yang aman telah kembali.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anestesi merupakan tindakan menghilangkan nyeri dan rumatan pasien sebelum, selama
dan sesudah pembedahan. Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa"
dan aesthtos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang
menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver
Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.
Setiap pembedahan akan menjalani prosedur anestesi.2 Diperkirakan bahwa sekitar 2%
wanita hamil menjalani anestesi selama kehamilan, untuk operasi yang tidak terkait dengan
persalinan. Angka ini mungkin jauh lebih tinggi pada trimester pertama dimana kehamilan
mungkin tidak terdeteksi pada saat operasi. Sekitar 42% dari prosedur terjadi pada trimester
pertama, 35% selama trimester kedua dan 23% selama trimester ketiga.3 Usus buntu, torsi
ovarium dan trauma adalah indikasi yang lebih umum untuk intervensi bedah. Untuk
memberikan anestesi yang aman bagi ibu dan janin, perlu pertimbangan mengenai perubahan
fisiologis dan farmakologis yang terjadi selama kehamilan, karena perubahan ini dapat
menimbulkan bahaya bagi mereka berdua.
B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis
mengharapakan kritik dan saran dari pembaca sebagai pedoman penulisan makalah yang
lebih baik kedepannya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Latief SA, Suryadi KA. Dahlan, M.R., 2007. Anestesiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
20