Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

FARMAKOLOGI
“Anestesi”

Disusun Oleh Kelompok 1:


NAMA NPM
Risi Winita 1926030001
Lilis Yani 1926030014
Saskia Aleista Safrini 1926030026
Dipia Pazira 1926030041

Dosen:
Herlin Sulita, M.Sc

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan, Sehingga kritik dan
saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Dan harapan
kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca, Amin.

Bengkulu, Juni 2021

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6
A. DEFINISI..............................................................................................................................6
B. TAHAP-TAHAP ANESTESI.................................................................................................6
C. MEKANISME KERJA ANESTESI.......................................................................................7
D. PENGGOLONGAN OBAT ANESTESI................................................................................9
D. 1. Anestesi Umum...............................................................................................................9
D.1.1 Anestesi Inhalasi...........................................................................................................11
D.1.2. Anestesi Intravena.......................................................................................................12
D.2. Anestesi Lokal....................................................................................................................12
D.2.1. Senyawa Ester.............................................................................................................14
D.2.2. Senyawa Amida...........................................................................................................14
D.2.3. Senyawa Lainnya.........................................................................................................15
E. PENGGUNAAN ANESTESI LOKAL DALAM BENTUK PARENTERAL......................15
F. TINGKAT KEAMANAN OBAT ANESTESI BERDASARKAN FDA..........................16
G. OBAT ANESTESI YANG PALING AMAN DIGUNAKAN IBU HAMIL........................17
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................19
A. Kesimpulan.........................................................................................................................19
B. Saran...................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anestesi adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit atau nyeri ketika melakukan
tindakan pembedahan dan berbagai prosedur lainya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh
(Amarta, 2012). Anestesi dibagi menjadi dua, anestesi umum dan anestesi lokal. Anestesi
umum adalah suatu kondisi yang ditandai dengan hilangnya persepsi terhadap semua sensasi
akibat induksi obat, dalam hal ini selain hilangnya rasa nyeri dan kesadaran juga hilang
(Sriwijaya, 2008).
Anestesi lokal merupakan hilangnya sensasi rasa sakit dengan cara aplikasi atau injeksi
obat anestesi yang dapat menghambat konduksi saraf (terutama nyeri) secara sementara pada
daerah tertentu di bagian tubuh tanpa disertai dengan hilangnya kesadaran (Hasanah, 2015).
Anestesi lokal dalam bidang kedokteran gigi, secara umum diindikasi untuk berbagai
tindakan bedah yang dapat menimbulkan rasa sakit yang tidak dapat tertahankan oleh pasien
(Putri, 2015).
Anestesi lokal dibagi menjadi dua macam, yaitu teknik anestesi maksila dan teknik
anestesi mandibula. Anestesi maksila memiliki tiga teknik yang dapat digunakan untuk
menghilangkan sensasi rasa sakit, yaitu local infiltration, field block, nerve block (Healy,
2004). Anestesi mandibula dapat dilakukan dengan teknik blok saraf lingualis, blok saraf
incisif, blok saraf mental, blok saraf bukal dan blok saraf alveolaris inferior (Malamed,
2013).
Peralatan yang digunakan pada anestesi lokal adalah syringe, jarum dan cartridge.
Syringe yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi saat ini terbagi 1 atas beberapa tipe
yaitu nondisposable syringe, disposable syringe, “safety” syringe dan computer-controlled
local anesthetic delivery systems. Tipe nondisposable syringe terdapat tipe syringe yang
paling banyak digunakan saat ini yaitu periodontal ligamen atau intraligamen. Syringe
periodontal ligamen memberikan kemudahan pada operator dalam melakukan anestesi
(Malamed, 2013).

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Anestesi?
2. Bagaimana Tahap-Tahap Anestesi?
3. Bagaimana Mekanisme Kerja Anestesi?
4. Bagaimana Penggolongan Obat Anestesi?
5. Bagaimana Penggunaan Anestesi Lokal Dalam Bentuk Parenteral?
6. Bagaimana Tingkat Keamanan Obat Anestesi Berdasarkan FDA?
7. Bagaimana Obat Anestesi Yang Paling Aman Digunakan Ibu Hamil?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Anestesi
2. Untuk mengetahui Tahap-Tahap Anestesi
3. Untuk mengetahui Mekanisme Kerja Anestesi
4. Untuk mengetahui Penggolongan Obat Anestesi
5. Untuk mengetahui Penggunaan Anestesi Dalam Bentuk Parenteral
6. Untuk mengetahui Obat Anestesi Berdasarkan FDA
7. Untuk mengetahui Obat Anestesi Yang Paling Aman Digunakan Ibu Hamil

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Anestesia adalah suatu keadaan narcosis, analgesia, relaksasi dan hilangnya reflek
(Smeltzer, S C, 2002). Anestesi adalah menghilangnya rasa nyeri, dan menurut jenis
kegunaannya dibagi menjadi anestesi umum yang disertai hilangnya kesadaran, sedangakan
anestesi regional dan anestesi local menghilangya rasa nyeri disatu bagian tubuh saja tanpa
menghilangnya kesadaran (Sjamsuhidajat & De Jong, 2012).
Anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan
dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh (Morgan, 2011)
Anestesi berarti suatu keadaan dengan tidak ada rasa nyeri. Anestesi umum ialah suatu
keadaan yang ditandai daengan hilangnya persepso terhadap semua sensasi akibat induksi
obat. Dalam hal ini, selain hilangnya rasa nyeri, kesadaran juga hilang. Obat anestesi umum
terdiri atas golongan senyawa kimia heterogen, yang mendepresi SSP secara reversible
dengan spectrum yang hamper sama dan dapat dikontrol. Obat anestesi umum dapat
diberikan secara inhalasi dan secara intravena. Obat anestesi umum yang diberikan secara
inhalasi (gas dan cairan yang mudah menguap) yang terpenting di antaranya adalah N2O,
halotan, enfluran, metoksifluran, dan isofluran. Obat anestesi umum digunakan secara
intravena, yaitu tiobarbiturat, narkotik-analgesik, senyawa alkaloid lain dan molekul sejenis,
dan beberapa obat khusus seperti ketamin. (Munaf,2008).

B. TAHAP-TAHAP ANESTESI
Stadium anestesi dibagi dalam 4 yaitu; Stadium I (stadium induksi atau eksitasi
volunteer), dimulai dari pemberian agen anestesi sampai menimbulkan hilangnya kesadaran.
Rasa takut dapat meningkatkan frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi pupil, dapat terjadi urinasi
dan defekasi. Stadium II (stadium eksitasi involunter), dimulai dari hilangnya kesadaran
sampai permulaan stadium pembedahan. Pada stadium II terjadi eksitasi dan gerakan yang

6
tidak menurut kehendak, pernafasan tidak teratur, inkontinensia urin, muntah, midrasis,
hipertensi, dan takikardia. Stadium III (Pembedahan/operasi), terbagi dalam 3 bagian yiatu;
Plane I yang ditandai dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya anggota gerak. Tipe
pernafasan thoraco-abdominal, reflex pedal masih ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra,
konjuctiva dan kornea terdepresi. Plane II, ditandai dengan respirasi thoraco-abdominal dan
bola mata ventro medial semua otot mengalami relaksasi keuali otot perut. Plane III, ditandai
dengan respirasi regular, abdominal, bola mata kembali ke tengah dan otot perut relaksasi
kecuali otot perut relaksasi. Stadium IV (paralisis medulla oblongata atau overdosis),
ditandai denga paralisis otot dada, pulsus cepat dan pupil dilatasi. Bola mata menunjukkan
gambaran seperti mata ikan karena terhentinya sekresi lakrial (Munaf,2008).

C. MEKANISME KERJA ANESTESI


Mekanisme terjadinya anestesia disebabkan adanya pengaruh perubahan neurotransmisi
di berbagai lokasi di dalam sel, tetapi fokus utama mempengaruhi sinaps. Suatu efek
prasinaps dapat merubah pelepasan dari neurotransmiter, sedangkan efek pascasinaps dapat
mengubah frekuensi atau amplitudo impuls keluar sinaps. Di tingkat organ, efek obat
anestetik mungkin terjadi karena penguatan inhibisi atau berkurangnya eksitasi di dalam
SSP (Sistem Saraf Pusat). Studi-studi pada isolat jaringan korda spinalis memperlihatkan
bahwa obat anestetik lebih menimbulkan gangguan pada transmisi eksitatorik daripada
menguatkan efek inhibitorik. Saluran klorida (reseptor asam γaminobutirat-A (GABAA) dan
glisin) dan saluran kalium merupakan saluran ion inhibitorik utama yang dianggap sebagai
kandidat efek anestetik. Saluran ion eksitatorik yang merupakan sasaran mencakup saluran
yang diaktifkan oleh asetilkolin (reseptor nikotinik dan muskarinik), oleh asam amino
eksitatorik (reseptor asam amino-3- hidroksi-5-metil-4-isoksazol-propionat (AMPA), kainat,
dan N-metil-Daspartat (NMDA), atau oleh serotonin (reseptor 5-HT2 dan 5-HT3). Efek dari
anestesi sendiri dapat mengakibatkan memperkuat penghambatan atau mengurangi eksitasi
dalam SSP (Katzung, 2014).
Tujuan pemberian anestesi kepada pasien adalah untuk membuat mereka merasa santai
saat operasi berlangsung. Baik untuk meminimalisir atau menghilangkan rasa nyeri yang
dirasakan maupun membuat pasien terlelap tidur. Tindakan ini sangat membantu seorang

7
pasien. Terlebih, bagi mereka yang kerap takut dengan proses pembedahan atau tindakan
medis lainnya. Berikut adalah jenis-jenis dari anestesi:

1. Lokal
Berfungsi untuk operasi kecil yang dapat membuat area yang akan dioperasi
mengalami mati rasa. Namun, sang pasien akan tetap sadar saat menjalani operasi
tersebut. Anestesi ini memengaruhi satu bagian kecil dari tubuh, misalnya pada gigi.
Biasanya, anestesi ini bisa disuntikkan, disemprotkan maupun dioleskan pada kulit atau
selaput lendir di area yang akan dioperasi.
2. Regional
Fungsinya adalah untuk memblok rasa nyeri di sebagian area tubuh. Berbeda
dengan anestesi lokal, area yang akan mengalami mati rasa jauh lebih besar. Tidak hanya
satu bagian kecil saja, misalnya sebagian area di bawah pinggang. Terdapat beberapa
jenis dari anestesi regional, yaitu blok saraf perifer, epidural, dan spinal. Anestesi
regional yang paling sering digunakan adalah epidural. Anestesi ini kerap digunakan
untuk membantu saat melahirkan. Untuk jenis regional ini, pembiusan biasanya
disuntikkan di bagian dekat sumsum tulang belakang dan saraf yang terhubung. Suntikan
ini akan menghilangkan sakit pada beberapa bagian tubuh seperti pinggul, perut, atau
kaki.
3. Umum
Jenis ini dapat membuat pasien tidak sadar sama sekali dan tidak ingat apa pun
selama operasi berlangsung. Prosedur ini biasa disebut dengan bius total. Jenis ini
biasanya diberikan untuk operasi besar, seperti saat melakukan operasi jantung terbuka,
operasi otak, ataupun transplantasi organ yang memang sangat membutuhkan
ketidaksadaran pasien. Pemberian anestesi ini bisa melalui dua cara, yakni dengan
menghirup gas (inhalasi) ataupun dengan menyuntikan obat ke dalam pembuluh darah
(intravena). Bius intravena akan menghilang dengan cepat dari aliran darah setelah
operasi selesai, sedangkan untuk inhalasi memerlukan waktu lebih lama untuk
menghilang. 

8
Terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan pasien saat melakukan anestesi
umum. Pertama, pasien akan mengalami amnesia sehingga pasien tidak akan mengingat
sama sekali apa yang terjadi saat operasi. Kedua, adalah analgesia yang akan meredakan
seluruh sakit yang seharusnya dirasakan saat operasi berlangsung. Dan ketiga, adalah
bagaimana kondisi saat sebelum operasi. Beberapa ahli bedah menginginkan agar
pasiennya berada dalam kondisi yang sangat rileks. Sehingga, dokter akan memilih
relaxant otot sebagai anestesi. Atau ahli bedah lainnya hanya meminta pasiennya untuk
tertidur, kemudian akan diberikan anestesi. Sehingga obat yang diberikan akan berbeda-
beda, tergantung pada kondisi yang terjadi. Maka, beberapa ahli ada yang menekan
kinerja saraf perangsang dan ada juga yang meningkatkan kinerja saraf penghambat.
Saraf perangsang, sebagai contoh saat tangan kita dicubit maka akan merangsang saraf
yang lainnya. Sehingga, otak akan menerima sinyal listrik bahwa tubuh kita merasakan
sakit dan kitapun mulai merasakan sakit. Saraf penghambat melakukan hal yang
sebaliknya. Mereka akan menyulitkan saraf untuk menghasilkan sinyal listrik. Keduanya
memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mencegah saraf mengirim sinyal kepada otak.
Karena saat otak tidak menerima sinyal tersebut, maka otak tidak tahu bahwa
tubuh kita sedang disayat, dijahit, ataupun dipotong. Pada dasarnya, cara kerja anestesi ini
bertujuan untuk mengganggu komunikasi antar sistem saraf pada tubuh. Setelah prosedur
operasi selesai dilaksanakan, dokter kemudian melepaskan alat bantu medis. Saat kita
bangun dan tersadar, mungkin kita akan merasakan efek samping dari obat yang
digunakan. Namun hal itu tidaklah berbahaya, kita mungkin hanya akan
merasakan lidah dan mulut yang terasa aneh. Kecuali, jika pasien memiliki riwayat
penyakit tertentu. Tanpa anestesi, operasi vital mungkin akan sangat mustahil untuk
dilakukan. Karena jika pasien dalam keadaan sadar, maka pasien akan mendapatkan
trauma yang sangat hebat, dan bisa membuatnya ketakutan tanpa henti. 

D. PENGGOLONGAN OBAT ANESTESI

D. 1. Anestesi Umum
Anestesi umum atau general anestesi merupakan tindakan meniadakan nyeri secara sentral
disertai hilangnya kesadaran yang dapat pulih kembali (reversible). Anestesi umum

9
menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk ke jaringan otak dengan tekanan setempat yang
tinggi. Anestesi umum disebut juga sebagai narkose atau bius (Mangku dan Senapathi, 2010).

a) Indikasi anestesi umum


Anestesi umum biasanya dimanfaatkan untuk tindakan operasi besar yang
memerlukan ketenangan pasien dan waktu pengerjaan bedah yang lebih panjang,
misalnya pada kasus bedah jantung, pengangkatan batu empedu, bedah rekonstruksi
tulang dan lain-lain. Selain itu, anestesi umum biasanya dilakukan pada pembedahan
yang luas
b) Mekanisme kerja
- Anestesi Inhalasi : bekerja secara spontan menekan dan membangkitkan aktivitas
neuron berbagai area didalam otak. Untuk mendapatkan reaksi yang secepat-
cepatmya. Obat ini pada permulaan harus diberikan dalam dosis tinggi, yang
kemudian diturunkan sampai hanya sekedar memelihara keseimbangan antara
pemberian dan pengeluaran.
- Anestesi Intravena : Secara umum mekanisme kerjanya berdasarkan perkiraan bahwa
anestesi umum dibawah pengaruh SSP.
c) Efek Samping
Terdapat beberapa efek samping yang dapat ditimbulkan dari anestesi umum antara
lain: Reaksi alergi terhadap obat anestetik. Rasa mual dan muntah-muntah. Kerusakan
gigi.
d) Kontraindikasi
kontraindikasi anestesi umum tergantung dari efek farmakologi obat anestetika
terhadap organ tubuh, misalnya pada kelainan:
1. Jantung : hindarkan pemakaian obat-obat yang mendespresi miokard atau
menurunkan aliran darah coroner
2. Hepar : hindarkan obat hepatotoksik, obat yang toksis terhadap hepar atau dosis
obat diturunkan
3. Ginjal : hindarkan atau seminim mungkin pemakaian obat yang diekskresi melalui
ginjal
4. Paru : hindarkan obat-obat yang menaikkan sekresi dalam paru

10
5. Endokrin : hindarkan pemakaian obat yang merangsang susunan saraf simpatis pada
diabetes penyakit basedow, karena bisa menyebabkan peninggian gula darah.

D.1.1 Anestesi Inhalasi


Salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan dengan memberikan kombinasi
obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap melalui
alat/ mesin anestesi langsung ke udara inspirasi. Obat-obat anestesi umum di
antaranya nitrous oksida (N2O), halotan, enfluran, isofluran, sevofluran, dan
desfluran. Berdasarkan khasiatnya, obat-obat tersebut dikombinasikan saat
digunakan. Kombinasi obat tersebut diatur sebagai berikut
N2O + halotan atau,
N2O + isofluran atau,
N2O + desfluran atau,
N2O + enfluran atau,
N2O + sevofluran
Pemakaian N2O harus dikombinasikan dengan O2 dengan perbandingan 70 : 30
atau 60 : 40 atau 50 : 50. Menurut Goodman & Gilman (2012), cara pemberian
anestesi dengan obat-obatan inhalasi dibagi menjadi empat sebagai berikut
1) Open drop method
Cara ini dapat digunakan untuk zat anestetik yang menguap, peralatan
sederhana dan tidak mahal. Zat anestetik diteteskan pada kapas yang ditempelkan
di depan hidung sehingga kadar zat anestetik dihirup tidak diketahui karena zat
anestetik menguap ke udara terbuka.
2) Semi open drop method
Cara ini hampir sama dengan open drop, hanya untuk mengurangi
terbuangnya zat anestetik digunakan masker. Karbondioksida yang dikeluarkan
pasien sering terhisap kembali sehingga dapat terjadi hipoksia, untuk menghindari
hal tersebut, pada masker dialirkan oksigen melalui pipa yang ditempatkan di
bawah masker.
3) Semi closed method
Udara yang dihisap diberikan bersama oksigen murni yang dapat
ditentukan kadarnya, kemudian dilewatkan pada penguap (vaporizer) sehingga

11
kadar zat anestetik dapat ditentukan. Sesudah dihisap pasien, karbondioksida akan
dibuang ke udara luar. Keuntungan cara ini, kedalaman anestesi dapat diatur
dengan memberikan kadar tertentu zat anestetik sehingga hipoksia dapat dihindari
dengan pemberian O2.
4) Closed method
Cara ini hampir sama dengan semi closed, hanya udara ekspansi dialirkan
melalui absorben (soda lime) yang dapat mengikat karbondioksida, sehingga
udara yang mengandung zat anestetik dapat digunakan lagi.

D.1.2. Anestesi Intravena


Salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat
anestesi parenteral langsung ke dalam pembuluh darah vena. Obat-obat anestesia
intravena di antaranya ketamin HCl, tiopenton, propofol, diazepam,
deidrobenzperidol, midazolam, petidin, morfin, fentanil/ sufentanil.

D.2. Anestesi Lokal


Secara umum anestetik lokal mempunyai rumus dasar yang terdiri dari tiga bagian yaitu
gugus amin yang berhubungan dengan gugus residu aromatik lipofilik melalui suatu gugus
antara. Gugus amin selalu berupa amin tersier atau amin sekunder. Yang merupakan gugus
antara adalah ikatan ester atau ikatan amid, maka secara kimia anestetik lokal digolongkan
atas senyawa ester dan senyawa amid. Ikatan ester memiliki lama kerja yang lebih singkat
daripada ikatan amid karena ikatan ester memiliki ikatan yang kurang stabil sehingga lebih
mudah dihidrolisis.

a) Indikasi
Anestesi lokal biasanya  dibutuhkan dalam Operasi kecil (minor) yang tidak
membutuhkan anestesi umum atau regional. Operasi atau prosedur yang cepat
sehingga pasien dapat pulang setelah operasi. Operasi yang tidak memerlukan
pelemasan otot atau kondisi pasien tidak sadar
b) Mekanisme Kerja
Obat bekerja pada reseptor spesifik pada saluran natrium (sodium
channel), mencegah peningkatan permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium dan
kalium, sehingga terjadi depolarisasi pada selaput saraf dan hasilnya tak terjadi

12
konduksi saraf. Mekanisme utama aksi anestetik lokal adalah memblokade
“voltage-gated sodium channels”. Membrane akson saraf, membrane otot jantung,
dan badan sel saraf memiliki potensial istirahat -90 hingga -60 mV. Selama eksitasi,
lorong sodium terbuka, dan secara cepat berdepolarisasi hingga tercapai potensial
equilibrium sodium (+40 mV). Akibat dari depolarisasi, lorong sodium menutup
(inaktif) dan lorong potassium terbuka. Aliran sebelah luar dari repolarisasi potassium
mencapai potensial equilibrium potassium (kira-kira -95 mV). Repolarisasi
mngembalikan lorong sodium ke fase istirahat. Gradient ionic transmembran
dipelihara oleh pompa sodium. Fluks ionic ini sama halnya pada ototjantung, dan dan
anestetik local memiliki efek yang sama di dalam jaringan tersebut.
Fungsi sodium channel bisa diganggu oleh beberapa cara. Toksin biologi seperti
batrachotoxin, aconitine, veratridine, dan beberapa venom kalajengking berikatan pada
reseptor diantara lorong dan mencegah inaktivasi. Akibatnya terjadi pemanjangan
influxsodium melalui lorong dan depolarisasi dari potensial istirahat. Tetrodotoxin
(TTX) dan saxitoxin memblok lorong sodium dengan berikatan kepada chanel
reseptor di dekat permukan extracellular.
Serabut saraf secara signifikan berpengaruh terhadap blockade obat anestesi local
sesuai ukuran dan derajat mielinisasi saraf. Aplikasi langsung anestetik local pada akar
saraf, serat B dan C yang kecil diblok pertama kali, diikuti oleh sensasi lainnya, dan
fungsi motorik yang terakhir diblok. Secara umum mekanisme anestesi lokal dapat
disimpulkan dalam algoritma berikut ini:
anestesi lokal

berikatan dengan reseptor

kanal na+ terblok

perpindahan sodium

kecepatan depolarisasi membran

potensial aksi tidak terjadi

konduksi diblok

c) Efek Samping

 Rasa nyeri, ruam, serta pendarahan ringan di area suntikan.

13
 Sakit kepala.

 Pusing.

 Kelelahan.

 Mati rasa pada area yang disuntik.

 Kedutan pada jaringan otot

 Penglihatan kabur

d) Kontraindikasi

 Daerah yang mengalami infeksi,

 Pasien yang nervous,

 Pada pasien abnormal,

 Pasien dengan kelainan perdarahan.

 Usia penderita terlalu tua atau dibawah umur

D.2.1. Senyawa Ester


Beberapa anestetik lokal yang termasuk dalam golongan ini adalah kokain,
prokain, dan benzokain. Kokain (2-β-carbomethyoxy-3-β- benzoxytropane)
ditemukan pada daun Erythroxylon coca atau Erythroxylon truxillense. Bahan ini
telah banyak digunakan di dunia kedokteran selama ratusan tahun sebagai obat
anestesi lokal. Penggunaan berlebihan kokain dapat menyebabkan takikardi, aritmia,
mual, dan berbagai macam efek terhadap sistem saraf pusat. Kokain memiliki
toksisitas yang tinggi karena metabolismenya yang lambat apabila dibandingkan
dengan anestetik lokal lainnya. Obat ini sudah tidak dipakai lagi karena sering
disalahgunakan.

D.2.2. Senyawa Amida


Beberapa anestetik lokal yang termasuk golongan amid adalah lidokain,
bupivakain, mepivakain dan artikain. Lidokain merupakan anestetik lokal golongan
amid yang pertama kali tersedia untuk bidang kedokteran gigi. Obat ini telah

14
menggantikan prokain sebagai obat anestesi yang paling banyak digunakan di dunia.
Lidokain juga digunakan sebagai baku emas untuk membandingkan anestetik lokal
yang baru. Anestetik lokal jenis ini biasanya digunakan dalam bentuk lidocaine
hydrochloride dengan 1:100.000 epinefrin. Penggunaan campuran epinefrin
mengurangi suplai darah pada area injeksi sehingga meningkatkan lama kerja
anestesi. Durasi anestesi kira-kira 60 menit untuk anestesi pulpa dan 3-5 jam untuk
anestesi jaringan lunak. Pada daerah penyuntikan juga ditemukan perdarahan yang
lebih sedikit. Penggunaan dosis berlebih lidokain dapat menyebabkan depresi pada
sistem saraf pusat dan menyebabkan rasa kantuk, kejang otot, bahkan hilangnya
kesadaran.

D.2.3. Senyawa Lainnya

Contoh senyawa lainnya fenol, benzilalkohol, etilklorida, cryofluoran.

E. PENGGUNAAN ANESTESI LOKAL DALAM BENTUK PARENTERAL


Jenis anestesi lokal dalam bentuk parenteral yang paling banyak digunakan adalah:
1. Anestesi permukaan.
Sebagai suntikan banyak digunakan sebagai penghilang rasa oleh dokter gigi untuk
mencabut geraham atau oleh dokter keluarga untuk pembedahan kecil seperti
menjahit luka di kulit. Sediaan ini aman dan pada kadar yang tepat tidak akan
mengganggu proses penyembuhan luka.
2. Anestesi Infiltrasi.
Tujuannya untuk menimbulkan anestesi ujung saraf melalui injeksi pada atau sekitar
jaringan yang akan dianestesi sehingga mengakibatkan hilangnya rasa di
kulit dan jaringan yang terletak lebih dalam, misalnya daerah kecil di
kulit atau gusi (pada pencabutan gigi).
3. Anestesi Blok
Cara ini dapat digunakan pada tindakan pembedahan maupun untuk tujuan
diagnostik dan terapi.
4. Anestesi Spinal
Obat disuntikkan di tulang punggung dan diperoleh pembiusan dari kaki sampai
tulang dada hanya dalam beberapa menit. Anestesi spinal ini bermanfaat untuk
operasi perut bagian bawah, perineum atau tungkai bawah.
5. Anestesi Epidural

15
Anestesi epidural (blokade subarakhnoid atau intratekal) disuntikkan di ruang
epidural yakni ruang antara kedua selaput keras dari sumsum belakang.
6. Anestesi Kaudal
Anestesi kaudal adalah bentuk anestesi epidural yang disuntikkan melalui tempat
yang berbeda yaitu ke dalam kanalis sakralis melalui hiatus skralis

F. TINGKAT KEAMANAN OBAT ANESTESI BERDASARKAN FDA


Golongan Obat Nama Obat Tingkat Keamanan Keterangan
FDA (A/B/C/D/X)

1. Anestesi Inhalasi a. Halothane C Dapat beresiko, digunakan


jika perlu

b. Isofluran C Dapat beresiko, digunakan


jika perlu

c. Sevofluran B Tidak beresiko pada janin

d. Desfluran B Tidak beresiko pada janin

2. Anestesi Intravena a. Propofol N Belum dikategorikan

b. Diazepam D Ditemukan bukti positif


adanya resiko terhadap
janin. Digunakan jika
darurat

c. Midazolm D Ditemukan bukti positif


adanya resiko terhadap
janin. Digunakan jika
darurat

d. Petidin C Dapat beresiko, digunakan


jika perlu

e. Morfin C Dapat beresiko, digunakan


jika perlu

f. Fentanil C Dapat beresiko, digunakan


jika perlu

16
3. Senyawa Ester a. Prokain B Tidak beresiko pada janin

b. Tetrakain C Dapat beresiko, digunakan


jika perlu

4. Senyawa Amida a. Lidokain B Tidak beresiko pada janin

b. Mepivakain C Dapat beresiko, digunakan


jika perlu

c. Bupivakain C Dapat beresiko, digunakan


jika perlu

5. Senyawa Lainnya a. Etil Klorida N Belum dikategorikan

G. OBAT ANESTESI YANG PALING AMAN DIGUNAKAN IBU HAMIL


Kedua jenis anestesi umum dan spinal telah dianggap berhasil digunakan untuk operasi
non obstetric pada ibu hamil. Tidak ada penelitian yang terbaru menunjukkan keunggulan
suatu teknik dibandingkan yang lain dalam hal hasil bagi janin. Anestesi spinal memang
mencegah resiko yang potensial akan kegagalan intubasi dan aspirasi serta mengurangi
pemaparan teratogen yang potensial bagi janin.Dalam anestesi dan operasi, calon janin paling
baik dipastikan dengan perawatan yang cermat dari parameter hemodinamik dan oksigenasi
ibu. Pemantauan tertutup akan respon janin terhadap tanda-tanda kegawatan sangat
direkomendasikan.
Saat penilaian preoperasi, premedikasi untuk menenangkan kegelisahan bisa untuk
dipertimbangkan. Profilaksis terhadap aspirasi pneumonitis dengan H2- reseptor antagonis
dan nonpartikulat antasida harus diberikan sejak 16 minggu gestasi. Sejak saat tersebut,
pasien harus dipertimbangkan berada pada resiko kompresi aortocaval dan aspirasi
pneumonitis. Anestesiaa umum biasanya dipertahankan dengan agen anestetik yang mudah
menguap, yaitu udara oksigen atau campuran N2O/O2. Studi terbaru tidak menemukan N2O
teratogenik dalam penggunaan klinis. Efek dari anestesia umum yang ringan dan berasosiasi
dengan katekolamin yang menghasilkan terganggunya perfusi uteroplacental yang dianggap
berbahaya bagi janin.

17
Tekanan positif ventilasi harus digunakan dengan perawatan dan akhir tidal level CO2
harus dipertahankan dalam batasan yang terlihat normal dalam kehamilan.Ada hubungan
linear antara PaCO2 maternal dengan PaCO2 janin. Maternal hiperkarbia membatasi gradient
dari difusi CO2 dari janin ke darah ibu dan dapat menyebabkan asidosis janin, sehingga
meningkatkan resiko kematian janin. Dengan alasan ini, analisa gas darah rutin sangat
dianjurkan dalam operasi laparaskopi, dimana CO2 digunakan untuk menetapkan dan
mempertahankan pneumoperitoneum. Studi terbaru menemukan korelasi yang baik antara
tidal akhir CO2 dan PaCO2 dalam kehamilan dan menyimpulkan bahwa gradient
sebelumnya dapat digunakan dengan aman sebagai petunjuk ventilasi selama laparaskopi
pada pasien hamil.
Aplikasi terhadap positif dan tekanan ekspirasi harus dipertimbangkan pada perubahan
hemodinamik yang dapat membahayakan perfusi plasenta. Pasien harus diekstubasi sehingga
sadar penuh dalam posisi lateral setelah melakukan suction orogastric untuk bertahannya
aspirasi sampai reflek jalan napas yang aman telah kembali.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anestesi merupakan tindakan menghilangkan nyeri dan rumatan pasien sebelum, selama
dan sesudah pembedahan. Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa"
dan aesthtos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang
menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver
Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.
Setiap pembedahan akan menjalani prosedur anestesi.2 Diperkirakan bahwa sekitar 2%
wanita hamil menjalani anestesi selama kehamilan, untuk operasi yang tidak terkait dengan
persalinan. Angka ini mungkin jauh lebih tinggi pada trimester pertama dimana kehamilan
mungkin tidak terdeteksi pada saat operasi. Sekitar 42% dari prosedur terjadi pada trimester
pertama, 35% selama trimester kedua dan 23% selama trimester ketiga.3 Usus buntu, torsi
ovarium dan trauma adalah indikasi yang lebih umum untuk intervensi bedah. Untuk
memberikan anestesi yang aman bagi ibu dan janin, perlu pertimbangan mengenai perubahan
fisiologis dan farmakologis yang terjadi selama kehamilan, karena perubahan ini dapat
menimbulkan bahaya bagi mereka berdua.

B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis
mengharapakan kritik dan saran dari pembaca sebagai pedoman penulisan makalah yang
lebih baik kedepannya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Mycek, M. A. , Harvey, R. A. & Champe, P. C. 2001, Farmakologi : Ulasan Bergambar, Edisi


2, Hartanto, H.(ed), Penerbit Widya Medika, Jakarta.

Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2008,


Kumpulan Kuliah Farmakologi, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Latief SA, Suryadi KA. Dahlan, M.R., 2007. Anestesiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Li G, Huang MS, Lena S. 2009. Epidemiology of Anesthesia-related Mortality in the United


State, 1999-2005. Anesthesiology 110 (40): 759-765

Hool A. 2010. Anaesthesia In Pregnancy For Non-Obstetric Surgery. World Federation of


Societies of Anesthesiologist 185: 1-9

20

Anda mungkin juga menyukai