NIM: 220106248
Kelas: 2E
FAKULTAS KESEHATAN
b. Terapi Musik
Disamping modifikasi lingkungan seperti diuraikan diatas,
cara lain untuk menurunkan stress pada pasien yang dirawat
di ICU adalah terapi musik. Tujuan therapy musik adalah
menurunkan stress, nyeri, kecemasan dan isolasi. Beberapa
penelitian telah meneliti efek musik pada physiology pasien
yang sedang dirawat dan menemukan bahwa terapi music
dapat menurunkan heart rate, komplikasi jantung dan
meningkatkan suhu ferifer pada pasien AMI. Juga ditemukan
bahwa terapi musik dapat menurunkan stress pasien
(Jastremski, 2000; Harvey, 1998; White, 1999). Musik yang
digunakan bisa berupa suara air, suara hujan, suara angin atau
suara alam (Jastremski,1998).
c. Komunikasi Terapeutik
Perawat dan tenaga kesehatan lainnya sering lupa atau
kurang perhatian terhadap masalah komunikasinya dengan
pasien dan keluarganya. Berdasarkan sistematic review yang
dilakukan oleh Lenore & Ogle (1999) terhadap penelitian
tentang komunikasi perawatpasien di ruang ICU di Australia
menemukan bahwa komunikasi perawat di ruang ICU masih
sangat kurang meskipun mereka mempunyai pengetahuan
yang sangat tinggi tentang komunikasi terapeutik.
Hal ini juga dialami oleh teman dekat penulis ketika
anaknya di rawat di ICU. Dia merasa perawat ICU di rumah
sakit K tersebut sangat tidak mempertimbangkan perasaan dia
dan pasien ketika berkomunikasi. Sangat tidak supportive dan
cenderung apathy. Penelitian lain oleh McCabe (2002) di
Ireland dengan pendekatan phenomenology juga
menunjukkan hal yang sama. Akan tetapi, perawat bisa
melakukan komunikasi yang baik dan efektif dengan pasien
ketika perawat menggunakan pendekatan person-centered
care.
Person-centred care adalah istilah yang digunakan dalam
pelayanan kesehatan untuk menggambarkan pendekatan
pilosofis untuk a particular mode of care (model tertentu
dalam keperawatan). Konsep utama dari person-centred care
adalah sebuah komitmen untuk menemukan kebutuhan
pelayanan keperawatan individu dalam konteks pengalaman
sakit, kepercayaan pribadi, budaya, situasi keluarga, gaya
hidup dan kemampuan untukmemahami apa yang sedang
dirasakan oleh pasien. Pendekatan ini membutuhkan perawat
untuk pindah dari sekedar hanya memenuhi kebutuhan
kesehatan pasien kepada kemampuan untuk memahami dan
responsif terhadap the inner world of the individual – their
personal world of experiences and what this means to them
(Hasnain, et al., 2011;Clift, 2012).
a. Informasi
Keluarga merupakan bagian integral dalam proses
pemulihan pasien kritis. Ketika merencanakan untuk perawatan
pasien secara keseluruhan, perawat perlu mempertimbangkan
kebutuhan informasi dan emosional untuk keluarga (Urden et al,
2010). Secara garis besar, kebutuhan informasi menjadi kebutuhan
prioritas tertinggi dan utama bagi keluarga pasien dibandingkan
dengan kebutuhan lainnya (Al-Mutair et al., 2013; Kisorio and
Langley, 2016).
b. Dukungan mental
Dukungan mental merupakan kebutuhan keluarga saat
menunggu pasien yang dirawat diruang ICU setelah kebutuhan
informasi (Blom et al., 2013; Cypress, 2011; Frivold et al., 2015;
Kisorio and Langley, 2016). Dukungan tersebut dibutuhkan oleh
keluarga karena pada saat menunggu pasien, mereka merasa
khawatir, bingung bahkan bisa jadi frustasi (Kisorio and Langley,
2016). Keluarga mengatakan bahwa dukungan dari tenaga
kesehatan menjadi penting terkait dengan pemberian perawatan
pada pasien serta pemenuhan kebutuhan informasi mengenai
kondisi pasien bagi keluarga (Blom et al., 2013; Frivold et al.,
2015; Kisorio and Langley, 2016).
Selain dukungan dari tenaga kesehatan, beberapa literature
mengungkapkan bahwa dukungan psikososial juga dibutuhkan.
Dukungan psikosocial tersebut dapat meliputi dukungan
emosional dan dukunganspiritual (Kisorio and Langley, 2016).
Dukungan emosional merupakan suatu dukungan yang
bertujuan untuk memberikan perasaan dicintai dan rasa nyaman.
Bentuk dari dukungan ini berupa pemberian support dan empati.
Dukungan emosional berkaitan dengan pengakuan keberadaan
keluarga pasien dan kebutuhan rasa dihormati dengan cara
berkomunikasi antara tenaga kesehatan dengan pihak keluarga.
Lain halnya dengan dukungan spiritual, keluarga berkeyakinan
terhadap kesembuhan pasien dengan cara berdoa, dengan berdoa
mereka berharap dapat mengubah kondisi pasien menjadi lebih
baik(Cypress, 2011; Kisorio and Langley, 2016).
c. Rasa nyaman
d. Kedekatan
1. Definisi
A. PENCEGAHAN PENYAKIT
1. Definisi Pencegahan
Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah
kegiatan untuk melindungi masyarakat dari ancaman kesehatan
potensial. Pencegahan penyakit adalah upaya mengekang
perkembangan penyakit, memperlambat kemajuan penyakit, dan
melindungi tubuh dari berlanjutnya pengaruh yang lebih
membahayakan Pencegahan adalah mengambil suatu tindakan yang
diambil terlebih dahulu sebelum kejadian, dengan didasarkan pada
data / keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau
hasil pengamatan / penelitian epidemiologi (Nasry, 2006).
Pencegahan merupakan komponen yang paling penting dari
berbagai aspek kebijakan publik (sebagai contoh pencegahan
kejahatan, pencegahan penyalahgunaan anak, keselamatan
berkendara), banyak juga yang berkontribusi secara langsung maupun
tidak langsung untuk kesehatan. Konsep pencegahan adalah suatu
bentuk upaya sosial untuk promosi, melindungi, dan mempertahankan
kesehatan pada suatu populasi tertentu (National Public Health
Partnership, 2006).
2. Tujuan Pencegahan
Tujuan pencegahan penyakit adalah menghalangi perkembangan
penyakit dan kesakitan sebelum sempat berlanjut. Sehingga diharapkan
upaya pencegahan penyakit ini mampu menyelesaikan masalah
kesehatan di masyarakat dan menghasilkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
3. Strategis Pencegahan
Strategi pencegahan meliputi sasaran dan kegiatan pencegahan
yang bervariasi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi serta
tingkat pencegahannya. Sasaran pencegahan dapat merupakan individu
maupun organisasi masyarakat. Dalam melaksanakan pencegahan
dengan sasaran tersebut dapat dilakukan melalui usaha setempat yang
bersifat tradisional terutama pencegahan dasar atau premordial, dan
dapat pula dilakukan melalui pusat-pusat pelayanan kesehatan yang
tersedia di tempat tersebut.
Pelaksanaan usaha pencegahan yang terencana dan terprogram
dapat bersifat wajib maupun sukarela, seperti pemberian imunisasi
dasar, perbaikan sanitasi lingkungan, penyediaan air minum, dan
peningkatan status gizi melalui perbaikan gizi masyarakat termasuk
pemberian makanan tambahan, juga termasuk berbagai usaha untuk
mencegah kebiasaan yang dapat menimbulkan atau menigkatkan risiko
terhadap berbagai gangguan kesehatan tertentu. Sasaran pencegahan
juga meliputi berbagai usaha perbaikan dan peningkatan lingkungan
hidup, perbaikan standar hidup seperti perbaikan perumahan, sistem
pendidikan, sistem kehidupan sosial serta peningkatan standar hidup
1. Pencegahan Primer
a. Mendapat penyuluhan kesehatan tentang hipertensi
b. Berolahraga
Olahraga yang dianjurkan untuk penanggulangan tekanan darah
tinggi adalalı olaliraga aerobik Banyak orang lebih suka melakukan
jogging, meskipun boleh memilih bersepeds atau berenang misalnya
Telah diketahun, bahwa efek penurunan tekanan darah pada seseorang
yang berlatih secara teratur meliputi penurunan tekanan darah, baik
tekanan sistolik maupun diastolik (Anies, 2006).
c. Mengurangi konsumsi lemak
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol
darah tidak tinggi. Kadar kolesterol yang tinggi dapat
mengakibatkan terjadi endapan kolesterol dalam dinding
pembuluh darah. Apabila endapan ini semakin banyak dapat
menyumbat pembuluh darah dan mengganggu peredaran darah
(Anies,2006).
d. Mengurangi stress emosional
Setiap orang berpeluang untuk mengalami stress emosional
atau stres psikologis, apalagi dalanı kehidupan yang penuh
dengan persaingan hidup Namun demikian sedapat mungkin
kita dapat menguranginya Meredam persoalan yang dapat
mengakibatkan stress tidak akan menyelesaikan masalah,
karena cepat atau lambat akan meletup dalam bentuk stres
dengan berbagai manifestasinya Bagi seseorang yang dalani
pekerjaan sehari-hari berpotensi menumbulkan stres, baik
sekali jika dapat meluangkan waktu sejenak, misalnya di akhir
minggu untuk berekreasi bersama keluarga misalnya,
berekreasi di kota, tetapi bisa saja keluar makan bersama.
mengunjung mal atau toko toko buku, bahkan berkebun atau
mengembangkan hobi di rumah(Anies, 2006).
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada identifikasi dini dan
pengobatanmasalah kesehatan yang ada dan terjadi setelah masalah
kesehatan telah muncul. Apabila seseorang sudah dinyatakan
terkena hipertensi maka akan diberikan pengobatan. Hipertensi
secara pasti tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan pengobatan
mencegah terjadinya komplikasi (Susilo, 2011).
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah kegiatan yang bertujuan mengembalian
klien ke tingkat fungsi tertinggi dan mencegah kerusakan lebih
lanjut dalam kesehatan. Dalam keperawatan kesehatan masyarakat,
pencegahan tersier juga berfokus pada pencegahan kekambuhan
dari masalah
a. Bila sudah terkena komplikasi seperti stroke bisa dilakukan
fisioterapisupaya tidak bertambah lagi ke komplikasi yang
lainnya
b. Minum obat teratur agar tekanan darah dapat terkontrol dan
tidakmemberikan komplikasi seperti penyakit jantung
coroner.
c. Untuk mempertahankan kualitas hidup pasien hipertensi bisa
dilakukanikut senam atau olahraga.
REFERENSI