Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN TUTORIAL

KETERAMPILAN DASAR DALAM KEPERAWATAN

Kelompok 5:
Inaya Maulidina (04021282126039)
Syafaira Mifta Wardah (04021282126040)
Nur Athiyyah Salma (04021282126041)
Anisya Aprianti (04021282126042)
Adelia Indriyani (04021282126043)
Hana Luthfiyah (04021282126044)
Aliyyah Chairani (04021282126045)
Agelsi Firdina Safitri (04021282126046)
Nur Amanda (04021282126047)
Nurjanna (04021282126048)

Dosen Fasilitator : Ns. Jum Nastoba, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat

Fakultas Kedokteran
Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Sriwijaya
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas tutorial kami dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Dasar. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Karakteristik Mikroorganisme baik
bagi para pembaca ataupun juga bagi kami para penulis makalah ini. Kami mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Jum Nastoba, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat selaku dosen fasilitator dari
kelompok 5 tugas tutorial pada Mata KuliahKeterampilan Dasar dalam Keperawatan.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Indralaya, 7 April 2022

( Kelompok Penyusun )

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................ii
SKENARIO......................................................................................................................... 1
KLASIFIKASI ISTILAH.................................................................................................... 1
IDENTIFIKASI MASALAH .............................................................................................. 2
ANALISIS PERMASALAHAN ......................................................................................... 3
BRAINSTROMING ........................................................................................................... 4
HIPOTESIS ....................................................................................................................... 15
LEARNING ISSUE .......................................................................................................... 15
SINTESIS .......................................................................................................................... 19
KERANGKA KONSEP .................................................................................................... 33
KESIMPULAN ................................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 35

ii
SKENARIO

Seorang laki-laki berusia 27 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat ditemani oleh istrinya
dengan keluhan nyeri pada bagian perut sejak 3 hari yang lalu. Rasa nyeri makin parah
pada hari ini dan tidak hilang setelah klien meminum obat analgesik yang dibeli di apotik.
Klien tampak pucat dan muka tampak meringis. Berdasarkan pemeriksaan tanda-tanda
vital didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg, frekuensi nadi 106 kali/menit, frekuensi
pernafasan 32 kali/menit, suhu 37,8°C, dan skala nyeri 7. Perawat selanjutnya melakukan
beberapa pengkajian lainnya yang diperlukan. Perawat melakukan anamnesa pada klien
terkait rasa nyeri yang dialaminya serta keluhan lain yang dirasa. Perawat pun akan
melakukan pemeriksaan fisik terutama pada bagian abdomen. Selain itu perawat juga
melakukan allo anamnesa pada istri pasien terkait Riwayat Kesehatan klien diketahui
bahwa klien pernah dirawat di RS sebelumnya karena GERD. Selanjutnya perawat
berkolaborasi dengan dokter terkait pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan pada
pasien dan memberikan suntikan melalui intravena sebagai tindakan awal mengurangi
nyeri.

KLASIFIKASI ISTILAH

1. Analgesik : Obat analgesik adalah golongan obat yang dirancang untuk


meredakan nyeri tanpa menyebabkan hilangnya kesadaran. Obat ini dapat
diresepkan atau dijual bebas di apotek. Meskipun demikian, obat analgesik
tidak boleh dikonsumsi sembarangan.
2. Meringis : Meringis merupakan muka masam karena kecewa dan sebagianya.
3. Abdomen : abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-
otot perut pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di
sebelah dorsal.
4. Allo Anamnesa : suatu kegiatan yang dilakukan dengan orang lain terhadap
keluarga pasien guna memperoleh sebuah informasi yang penting tentang
keadaan pasien.
5. GERD : GERD atau asam lambung merupakan gangguan pada sistem
pencernaan yang memengaruhi cincin otot atau katup antara kerongkongan dan
perut.
6. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital : Pemeriksaan tanda-tanda vital atau TTV
adalah prosedur pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui tanda vital
seseorang. Pemeriksaan TTV ini juga merupakan metode paling dasar yang
membantu dokter untuk mendiagnosis penyakit.
7. Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan penunjang merupakan bagian dari
pemeriksaan medis yang dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis penyakit
tertentu. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan setelah pemeriksaan fisik dan
penelusuran riwayat keluhan atau riwayat penyakit pada pasien.

1
IDENTIFIKASI MASALAH

No. Kenyataan Kesesuaian Prioritas

1. Seorang laki-laki berusia 27 tahun datang ke Sesuai V


Instalasi Gawat Darurat ditemani oleh istrinya
dengan keluhan nyeri pada bagian perut sejak 3
hari yang lalu. Rasa nyeri makin parah pada hari
ini dan tidak hilang setelah klien meminum obat
analgesik yang dibeli di apotik. Klien tampak
pucat dan muka tampak meringis.

2. Berdasarkan pemeriksaan tanda-tanda vital Tidak Sesuai V


didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg,
frekuensi nadi 106 kali/menit, frekuensi
pernafasan 32 kali/menit, suhu 37,8°C, dan
skala nyeri 7.

3. Perawat selanjutnya melakukan beberapa Sesuai VVV


pengkajian lainnya yang diperlukan. Perawat
melakukan anamnesa pada klien terkait rasa
nyeri yang dialaminya serta keluhan lain yang
dirasa. Perawat pun akan melakukan
pemeriksaan fisik terutama pada bagian
abdomen.

4. Selain itu perawat juga melakukan allo Sesuai VV


anamnesa pada istri pasien terkait Riwayat
Kesehatan klien diketahui bahwa klien pernah
dirawat di RS sebelumnya karena GERD.

5. Perawat berkolaborasi dengan dokter terkait Sesuai VV


pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan
pada pasien dan memberikan suntikan melalui
intravena sebagai tindakan awal mengurangi
nyeri

Keterangan :

2
ANALISIS PERMASALAHAN

Prioritas 1

Seorang laki-laki berusia 27 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat ditemani oleh
istrinya dengan keluhan nyeri pada bagian perut sejak 3 hari yang lalu. Rasa nyeri
makin parah pada hari ini dan tidak hilang setelah klien meminum obat analgesik yang
dibeli di apotik. Klien tampak pucat dan muka tampak meringis.

Pertanyaan :

1. Apa yang menyebabkan terjadinya rasa nyeri ?


2. Mengapa obat analgesik tidak berpengaruh pada nyeri yang dirasakan oleh pasien?
3. Bagaimana mekanisme kerja obat analgesik?
4. Bagaimana cara mengatasi nyeri pada perut pasien?

Prioritas 2

Berdasarkan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg,


frekuensi nadi 106 kali/menit, frekuensi pernafasan 32 kali/menit, suhu 37,8°C, dan
skala nyeri 7.

Pertanyaan :

1. Apa yang menyebabkan frekuensi pernapasan pada klien tidak normal?


2. Bagaimana cara melakukan pengukuran tanda vital pada denyut nadi?
3. Berapakah angka normal yang seharusnya dimiliki klien pada saat pemeriksaan
tanda vital?
4. Kapan pemeriksaan tanda tanda vital itu dilakukan?
5. Apakah nyeri bisa berkaitan dengan kenaikan suhu pada klien?
6. Bagaimana cara mengukur skala nyeri?

Prioritas 3

Perawat selanjutnya melakukan beberapa pengkajian lainnya yang diperlukan. Perawat


melakukan anamnesa pada klien terkait rasa nyeri yang dialaminya serta keluhan lain
yang dirasa. Perawat pun akan melakukan pemeriksaan fisik terutama pada bagian
abdomen.

Pertanyaan :

1. Apa saja bagian bagian abdomen yang dilakukan pemeriksaan ?


2. Bagaiamana perawat melakukan anamnesa pada klien?
3. Bagaimana Teknik Pemeriksaan Fisik pada Abdomen?
4. Mengapa perawat harus melakukan pengkajian terhadap pasien?

3
Prioritas 4

Selain itu perawat juga melakukan allo anamnesa pada istri pasien terkait Riwayat
Kesehatan klien diketahui bahwa klien pernah dirawat di RS sebelumnya karena GERD.

Pertanyaan :

1. Apa pentingnya perawat melakukan allo amnanesa pada keluarga klien?


2. Apakah GERD dapat mempengaruhi rasa nyeri yang dialami oleh klien?
3. Bagaimana cara mencegah penyakit GERD?
4. Kapan dilakukannya allo anamnesa kepada klien?

Prioritas 5

Perawat berkolaborasi dengan dokter terkait pemeriksaan penunjang yang akan


dilakukan pada pasien dan memberikan suntikan melalui intravena sebagai tindakan
awal mengurangi nyeri

Pertanyaan :

1. Bagaimana cara memberikan obat melalui intravena?


2. Apa saja yang dilakukan pada pemeriksaan penunjang?
3. Bagaimana peran perawat dalam melakukan pemeriksaan penunjang pada klien?
4. Apakah ada Tindakan lain untuk mengurangi rasa nyeri pada klien?
5. Bagaimana mekanisme kerja obat yang diberikan melalui intravena?

BRAINSTROMING

Prioritas 1

1. Apa yang menyebabkan terjadinya rasa nyeri ?

Rasa nyeri timbul akibat respon saraf yang menerima rasa nyeri baik dari dalam
maupun dari luar tubuh lalu membawa sensasi tersebut ke dalam otak. Rasa nyeri
menyebabkan ketidaknyamanan, ketidaknyamanan tersebut dapat berupa mati rasa,
panas, geli, nyeri seperti tertusuk,seperti sengatan listrik,rangsangan ringan
mencetuskan rasa nyeri, kesemutan. Nyeri berhubungan dengan banyak penyakit.
Banyak penyakit yang dapat menimbulkan rasa nyeri di persarafan, seperti infeksi
HIV, herpes, cedera, kanker, diabetes, penyakit autoimun,penekanan akar saraf di
tulang belakang, diabetes, kekurangan vitamin B6, B12, dsb.

2. Mengapa obat analgesik tidak berpengaruh pada nyeri yang dirasakan oleh
pasien?

Pengertian Analgesik adalah obat-obatan yang digunakan untuk meredakan nyeri.


Obat ini juga dikenal dengan sebutan painkiller atau pereda nyeri. Secara teknis,

4
istilah analgesik merujuk pada obat yang bisa mengurangi nyeri tanpa
menyebabkan penggunanya kehilangan kesadaran seperti anestesi atau obat bius.
Jika obat analgesik tersebut tidak berpengaruh pada nyeri yang dirasakan oleh
pasien ada beberapa kemungkinan yang terjadi :

1) Pasien meminum obat dengan cara yang salah. Contohnya pasien meminum
obat dengan sesuatu yang tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan obat
seperti susu karena sebenarnya minum susu setelah minum obat tidak
berbahaya, tapi tidak dianjurkan untuk semua jenis obat.Pasalnya, protein
susu dapat berinteraksi dengan zat obat tertentu sehingga menghambat obat
untuk bekerja sebagaimana mestinya. Ada pula obat-obatan yang justru
dapat mengubah cara kerja tubuh menyerap nutrisi makanan ketika
berinteraksi dengan susu.Tak hanya itu. Minum susu setelah minum obat
tertentu juga dapat memicu efek samping menjadi lebih buruk, atau justru
memunculkan gejala baru yang tidak biasa.
2) Pasien meminum obat secara benar sehingga obat tidak terlalu
menimbulkan efek pada nyeri. Dalam meminum obat harus memperhatikan
dosis yang dikonsumsi, cara dan waktu untuk mengkonsumsi obat. Jika
tidak melakukan sesuai dengan aturannya maka obat tidak akan bekerja
dengan baik dan bisa saja menyebabkan kesalahan yang fatal.

3. Bagaimana mekanisme kerja obat analgesik?

Mekanisme analgesik di dalam tubuh yaitu dengan cara menghalangi pembentukan


rangsang dalam reseptor nyeri, saraf sensoris, dan sistem syaraf pusat (Arif, 2010).
Analgesik yang termasuk dalam golongan AINS bekerja dengan cara menghambat
enzim siklooksigenase yang akan mengubah asam arakidonat menjadi prostaglandin
di mana prostaglandin adalah mediator nyeri, sedangkan analgesik golongan opioid
bekerja di sentral menempati reseptor di kornu dorsalis medulla spinalis yang
menjaga pelepasan transmiter dan rangsang nyeri sehingga terjadi penghambatan
rasa nyeri (Ganiswarna dkk, 1995).

4. Bagaimana cara mengatasi nyeri pada perut pasien?


1) Menempelkan bantal pemanas di area bagian perut yang sakit
2) Mengelola stress dengan olahraga atau medikasi
3) Mengunyah makanan secara perlahan sampai lunak
4) Menghindari makanan yang memicu rasa nyeri.

Prioritas 2

1. Apa yang menyebabkan frekuensi pernapasan pada klien tidak normal?

Ada beberapa faktor yang menyebabkannya antara lain usia, jenis kelamin, suhu
tubuh, posisi tubuh, aktivitas, dan kadar oksigen di lingkungan.

5
1) Usia, pada bayi frekuensi pernapasan lebih cepat dibandingkan orang
dewasa karena organ-organ pernapasannya belum sempurna namun
kebutuhan oksigennya cukup tinggi.
2) Jenis kelamin, laki-laki biasanya memiliki frekuensi pernapasan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Hal ini dikarenakan volume
paru-paru wanita lebih kecil dibandingkan laki-laki.
3) Suhu tubuh, ketika suhu tubuh menurun, otak akan mengirim sinyal agar
paru-paru meningkatkan frekuensi pernapasan. Sehingga, tubuh akan
mempercepat metabolisme agar tetap hangat.
4) Posisi tubuh, jika seseorang berada dalam posisi berdiri, frekuensi
pernapasannya akan lebih tinggi dibandingkan jika ia sedang duduk atau
berbaring. Hal ini terjadi karena ketika ia berdiri, tubuh memerlukan
energi yang lebih besar untuk menjaga agar tetap seimbang.
5) Aktivitas, semakin berat aktivitas seseorang, maka frekuensi
pernapasannya pun akan semakin meningkat. Gunanya adalah untuk
memasok oksigen untuk menghasilkan energi dan mengeluarkan karbon
dioksida hasil dari proses metabolisme tubuh.
6) Kadar oksigen di lingkungan, saat berada di lingkungan minim oksigen
contohnya di dataran tinggi maka tubuh akan mempercepat frekuensi
pernapasannya untuk mengimbangi kebutuhan oksigen tubuh.

2. Bagaimana Cara melakukan pengukuran tanda vital pada denyut nadi?

Pertama-tama perawat menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada klien. Lalu,
perawat membantu klien dalam posisi duduk atau berbaring, lengan dalam posisi
bebas (relax) dengan perhiasan dan jam tangan dilepas. Selanjutnya, posisi tangan
klien supinasi atau pronasi. Kemudian, periksa denyut nadi pergelangan tangan
dengan menggunakan tiga jari yaitu jari telunjuk, jari tengah dan jari manis
pemeriksa pada sisi fleksor bagian radial tangan klien. Hitung berapa denyutan
dalam satu menit. Perhatikan pula irama dan kualitas denyutannya. Bandingkan
tangan kanan dengan tangan kiri - frekuensi nadi dapat dihitung dengan cara
menghitung banyaknya denyutan dalam 30 detik kemudian dikalikan 2 atau
banyaknya denyutan dalam 15 detik kemudian dikalikan 4. Bila irama nadi tidak
teratur (aritmia) lakukan penghitungan selama satu menit, Dan yang terakhir catat
hasil tersebut di catatan medis.

3. Berapakah angka normal yang seharusnya dimiliki klien pada saat


pemeriksaan tanda vital?

Angka normal tanda - tanda vital:

1) Tekanan darah: TDS adalah 90-140 mmHg, TDD adalah 60-90 mmHg
2) Frekuensi nadi: 60-100 x/menit
3) Frekuensi pernapasan: Untuk dewasa adalah 8-12 siklus/menit.
4) Suhu: Untuk dewasa sekitar 36,1 C - 37,5 C

6
4. Kapan pemeriksaan tanda tanda vital itu dilakukan?

Tanda-tanda vital biasanya diukur pada :

1) Saat klien pertama datang ke fasilitas pelayanan kesehatan


2) Sebelum dan sesudah prosedur bedah atau prosedur invasif
3) Sebelum, selama, dan setelah pemberian obat yang memengaruhi fungsi
kardiovaskular, pernapasan, dan kontrol suhu tubuh
4) Sesuai indikasi jika ada perubahan bermakna pada kondisi kesehatan klien
5) Sebelum dan sesudah intervensi keperawatan yang memengaruhi tanda-
tanda vital
6) Jika klien melaporkan tanda-tanda masalah fisik yang tidak spesifik
7) Jadwal tertentu berdasarkan kebijakan fasilitas pelayanan kesehatan atau
petunjuk dokter.

5. Apakah nyeri bisa berkaitan dengan kenaikan suhu pada klien?

Suhu tubuh yang terlalu tinggi akan menyebabkan munculnya beragam gangguan,
mulai dari kram otot hingga gangguan pada otak dan sistem saraf. Suhu tubuh yang
normal berada pada rentang 36–37,50C. Hipertermia adalah suatu keadaan dimana
suhu tubuh melebihi titik tetap (set point) lebih dari 37°C, satu gejala khusus dari
hipertermia adalah Heat cramps Kondisi ini terjadi ketika penderita sedang
berolahraga dengan intensitas yang berat atau bekerja di tempat yang panas.
Gejalanya berupa kejang otot yang disertai timbulnya rasa nyeri atau kram di otot
betis, paha, bahu, lengan dan perut.

6. Bagaimana cara mengukur skala nyeri?

Pengukuran skala nyeri yang dapat digunakan untuk menilai intensitas nyeri pasien
dewasa, antara lain :

1) Numeric Rating Scale (NRS), merupakan alat pengkajian nyeri dengan nilai
dari 0 hingga 10, dengan 0 mewakili satu ujung kontinum nyeri (misalnya,
tanpa rasa sakit) dan 10 mewakili kondisi ekstrim lain dari intensitas nyeri
(misal rasa sakit yang tak tertahankan). Responden akan memilih bilangan
bulat yang paling mencerminkan intensitas nyeri mereka,
2) Visual Analouge Scale (VAS), adalah skala unidimensional untuk mengukur
nyeri, berupa garis horizontal atau vertikal 100 mm dengan angka 0 mm
mengindikasikan tidak nyeri dan 100 mm sangat nyeri.
3) Verbal Descriptor/Rater Scale (VD/RS). Verbal Rating Scale (VRS) disebut
juga sebagai skor nyeri verbal dan skala deskriptor verbal, adalah self-report
yang terdiri dari sejumlah pernyataan yang dirancang untuk menggambarkan
intensitas dan durasi nyeri. Skala penilaian verbal terdiri dari deskriptor yang

7
mudah diinterpretasikan yang berkisar pada rasa empat (misal, “Tidak ada”,
“ringan”, “sedang”, “berat”).

Prioritas 3

1. Apa saja bagian bagian abdomen yang dilakukan pemeriksaan ?

Cavum abdomen atau ronga perut dibagi menjadi 4 bagian dengan garis imajiner
yang saling tegak lurus melewati umbilikus. Keempat bagian ini adalah kuadran kanan
atas dan bawah, serta kuadran kiri atas dan bawah. Kuadran-kuadran ini
merepresentasikan organ-organ yang terletak di dalamnya.

Selain itu, cavum abdomen juga bisa dibagi menjadi regio hipokondrium kiri
dan kanan, epigastrik, umbilikal, hipogastrik, lumbar kiri dan kanan, serta inguinal kiri
dan kanan. Pemeriksaan fisik abdomen kemudian dapat dilanjutkan dengan
pemeriksaan penunjang lainnya sesuai dengan arah diagnosis. Pemeriksaan fisik
abdomen dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan fisik
abdomen akan menilai segala kelainan organ dan struktur yang berada di abdomen,
seperti gastrointestinal, hepar, kandung empedu, dan organ-organ genitourinaria.

2. Bagaiamana perawat melakukan anamnesa pada klien?

Anamnesa atau anamnesis adalah suatu proses pengumpulan data dalam pengkajian
yang berupa tanya jawab atau komunikasi untuk mengajak klien dan keluarga bertukar
fikiran dan perasaan, mencakup keterampilan secara verbal dan non verbal, empati dan
rasa kepedulian yg tinggi. Teknik Verbal, meliputi: pertanyaan terbuka/tertutup,
menggali jawaban dan memvalidasi respon klien. Sedangkan teknik non Verbal,
meliputi: mendegarkan secara aktif, diam, sentuhan dan kontak mata. Cara pemeriksaan
yang dilakukan dengan wawancara baik langsung pada pasien (Auto anamnese) atau
pada orang tua atau sumber lain (Allo anamnese). 80% untuk menegakkan diagnosa
didapatkan dari anamnese.

Unsur- unsur penting yang harus Anda cermati dalam mendengar secara aktif, meliputi:

1) Memperhatikan pesan yg disampaikan dan hubungannya dengan fikiran


2) Mengurangi hambatan-hambatan
3) Posisi duduk anda yang sesuai
4) Menghindari interupsi
5) Mendengarkan secara seksama setiap perkataan klien

8
6) Memberi kesempatan istirahat kepada klien

Hal-hal lainnya yang diperhatikan dalam wawancara ketenangann mendengar


dengan aktif, pertanyaan yang berhubungan, penyusunan kata klarifikasi,
memfokuskan, memberi umpan balik, penawaran informasi, dan penyimpulan.

Tujuan Anamnesis

1) Untuk mendapatkan keterangan sebanyak-banyaknya mengenai penyakit pasien


2) Membantu menegakkan diagnosa sementara. Ada beberapa penyakit yang sudah
dapat ditegaskan dengan anamnese saja
3) Menetapkan diagnosa banding
4) Membantu menentukan penatalaksanaan selanjutnya

Langkah - langkah anamnesis yaitu

1) Identitas pasien secara lengkap


2) Keluhan utama
3) Riwayat kesehatan saat ini
4) Riwayat kesehatan terdahulu
5) Riwayat kesehatan keluarga
6) Riwayat Sosial dan Ekonomi
3. Bagaimana teknik pemeriksaan fisik pada abdomen?

Teknik pemeriksaan fisik abdomen tentunya diawali dengan anamnesis berkaitan


dengan keluhan pasien, baik yang berhubungan dengan keluhan gastrointestinal,
urogenital, maupun keluhan lainnya. Anamnesis kemudian dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan untuk mendapatkan gambaran
klinis organ-organ dan ruang intraabdomen. beberapa teknik pemeriksaan abdomen
yakni: Inspeksi-Auskultasi-Perkusi-Palpasi.

1) Inspeksi dengan posisi berdiri (kulit tidak tampak vena melebar (melebar sindroma
Cushing/ Cirhosiss hepatis), umbilikus tidak hernia, contour abdimen datar
(membelendung kantung kencing penuh/hamil belendung ascites), dinding
abdomen simetri. Perut kembung menandakan adanya gangguan intraluminal.
Pasien diminta bernafas lalu inspeksi tidak tampak adanya pembesaran organ atau
masa. Inspeksi juga dilakukan terhadap peristaltik dengan membungkuk atau
duduk.
2) Auskultasi dilanjutkan dengan diafragma stetoskop adanya bising usus (normalnya
5-12 kali/menit), juga di epigastrium mendengar suara aorta (gangguan pada

9
aneurisma aorta), pada arteri inguinal tidak ada bising. Bising usus bisa disertai
bising tambahan yakni borborygmi/suara panjang atau metalic sound (klinkend,
oleh adanya resonansi akibat obstruksi).
3) Perkusi dilakukan sebagai orientasi pada keempat kuadran abdomen dominan
suara timpani (ada feses/ cairan redup), di kandung kemih (timpani/redup). Perkusi
dilakukan pada dada bagian bawah antara paru dan arkus costa (suara redup
dikanan karena ada hepar, suara timpani di kiri karena adanya fleksura splenikus
kolon) kalo keduanya redup asites (ditandai). Normalnya suara hepar adalah pekak
karena adanya tekanan intrabdominal yang hampir negatif yang mengakibatkan
organ menempel pada perioteneum, sehingga bila ada udara pekaknya menghilang.
4) Palpasi superficial dilakukan untuk melihat ada ketegangan otot, nyeri tekan lepas
atau tidak (prinsipnya dilakukan pada area yang diduga tidak nyeri/normal dulu),
masa dengan ujung jari bersamaan dengan lembut semua kuadran. Nyeri pada
abdomen ada yang sifatnya visceral (hilang timbul, tidak bisa ditunjuk dengan
jelas), ada yang somatik (bisa ditunjuk dengan jelas). Kelainan pada dinding
ditandai dengan hilangnya nyeri apabila ada ketegangan perut jika masih nyeri
berarti ada kelainan dari dalam dinding perut.
5) Palpasi adanya masa, dilihat konsistensinya apakah padat keras (seperti tulang),
padat kenyal (seperti meraba hidung), lunak (seperti pangkal pertemuan jempol dan
telunjuk), atau kista (ditekan mudah berpindah seperti balon berisi air, berisi
cairan). Adanya tumor pada abdomen diperkirakan dari 9 regio anatominya.
Ukuran massa ditentukan dengan pasti yakni dengan meteran/jangka sorong
mengenai panjang, lebar, tebal (kalau tidak ada peralatan, bisa dengan ukuran jari
penderita).

4. Mengapa perawat harus melakukan pengkajian terhadap pasien?

Karena dari pengkajian perawat dapat menambah pengetahuan perawat, perawat dapat
menentukan diagnosa pasien dan dari pengkajian juga perawat dapat mengetahui
perkembangan pasien.

Prioritas 4

1. Apa pentingnya perawat melakukan allo anamnesa pada keluarga klien?

Pentingnya perawat melakukan allo anamnesa kepada keluarga pasien adalah karena
perawat dapat lebih menggali permasalahan dari klien meliputi usaha pengumpulan data
tentang status kesehatan seorang klien secara sistematis,menyeluruh, akurat, singkat dan
berkesinambungan, serta untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan
Langkah-langkah selanjutnya.

2. Apakah GERD dapat mempengaruhi rasa nyeri yang dialami oleh klien?

Salah satu tanda gejala GERD adalah nyeri. GERD menyebabkan tekanan ekstrim dan
menyakitkan di dada yang menjalar ke bagian tubuh lainnya. Hal ini disebabkan karena

10
asam lambung yang mengiritasi kerongkongan dan rasa sakit menjalar ke lengan, leher,
atau punggung. Rasa nyeri GERD biasanya disertai dengan nyeri dan panas dada seperti
ditekan di sebelah kiri kemudian menjalar ke tangan kiri dan berlangsung selama sekitar
10 menit.

3. Bagaimana cara mencegah penyakit GERD?

Cara mencegah gerd

Cara mencegah GERD sebenarnya belum ada. Namun Anda bisa melakukan sederet
langkah berikut untuk menghindari munculnya gejala penyakit asam lambung naik ini:

1) Makan dengan porsi yang lebih kecil


2) Menjaga berat badan agar tetap pada batas ideal
3) Jangan makan sambil tiduran, duduklah dengan tegak
4) Jangan langsung berbaring setelah makan, tunggulah kira-kira satu jam sebelum
melakukannya
5) Membatasi konsumsi makanan berlemak
6) Menghindari konsumsi makanan yang bisa memicu gejala GERD
7) Jangan makan menjelang tidur, dan berikan jeda sekitar tiga jam
8) Tidur dengan possisi kepala lebih tinggi, misalnya memakai dua bantal
9) Tidak mengenakan pakaian ketat, terutama di bagian perut
10) Berhenti merokok

Selain itu juga bisa dengan Mengubah gaya hidup Meski bukan termasuk pengobatan
GERD yang utama, perubahan gaya hidup dapat dilakukan untuk mengurangi frekuensi
gejala refluks serta mencegah kekambuhan. Pasien bisa melakukannya dengan:

1) Menghindari makanan dan minuman yang memicu gejala penyakit asam lambung
naik
2) Mengunyah makanan dengan baik hingga benar-benar lembut
3) Makan dengan porsi yang lebih sedikit
4) Berhenti merokok
5) Jangan langsung berbaring setelah makan, berikan jeda beberapa jam terlebih dulu
6) Tidur dengan posisi kepala lebih tinggi
7) Jangan mengenakan pakaian ketat
8) Menurunkan berat badan jika pasien kelebihan berat badan
9) Melakukan teknik relaksasi untuk mengendalikan stres dan gangguan kecemasan

4. Kapan dilakukannya allo anamnesa kepada klien?

Setelah klien di anamnesa secara auto, baru secara allo anamnesa yang merupakan cara
pemeriksaan dari sumber lain atau kepada keluarganya. Dan pentingnya wawancara allo
anamnesa ini supaya mendapatkan data lebih menyeluruh yang meliputi usaha
pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. supaya bisa menegakkan diagnosa
harus mendapatkan anamnesa secara 80%.

11
Prioritas 5

1. Bagaimana cara memberikan obat melalui intravena?

Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena dengan
menggunakan spuit.

Pemberian Obat Melalui Intravena sebagai berikut

Prosedur Kerja :

1) Cuci tangan
2) Siapkan obat dengan prinsip enam benar
3) Indentifikasi klien
4) Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
5) Atur klien pada posisi yang nyaman
6) Pasang perlak pengalas
7) Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
8) Letakkan karet pembendung ( torniquet )
9) Pilih area penususkan yang bebas dari tangda kekakuan, peradangan atau rasa
gatal. Menghindari gangguan absorpsi obat atau cidera dan nyeri yang
berlebihan
10) Pakai sarung tangan
11) Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol , dengan
gerakan sirkuler dari arah darah keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu
sampai kering. Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang
mengandung mikroorganisme
12) Pegang kapas alkohol dengan jari - jari tengah pada tangan non dominan
13) Buka tutup jarum
14) Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan
tangan non dominan. Membuat kulit lebih kencang dan vena tidak bergeser,
memudahkan penusukan
15) Pegang jarum pada posisi 300 sejajar vena yang akn ditusuk perlahan pasti
16) Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum kedalam vena
17) Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan
tangan dominan menarik plunger
18) Observasi adanya darah dalam spuit
19) Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan – lahan
20) Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkkan (300) ,
sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area
penusukan
21) Tutup area penusukkan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin
22) Kembalikan posisi klien
23) Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan

12
24) Buka sarung tangan
25) Cuci tangan
26) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

2. Apa saja yang dilakukan pada pemeriksaan penunjang?

Pemeriksaan Penunjang Nyeri juga dapat dievaluasi dengan pemeriksaan penunjang


seperti foto rontgen, Magnetic Resonance Imaging (MRI), elektromiografi dan studi
konduksi saraf. MRI penting dalam diagnosis nyeri muskuloskeletal seperti nyeri
punggung (back pain). MRI bersifat noninvasif, memberikan resolusi jaringan yang
baik, bebas radiasi namun tidak selalu tersedia di semua sarana layanan kesehatan.
Elektromiografi dan studi konduksi saraf juga dapat digunakan untuk mendiagnosis
beberapa penyakit yang berhubungan dengan nyeri kronik seperti trauma neural,
polineuropati atau sindrom radikuler.

3. Bagaimana peran perawat dalam melakukan pemeriksaan penunjang pada


klien ?

Peran perawat dalam mempersiapkan kondisi fisik pasien dengan cara mengumpulkan
riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik (TTV), membantu pasien memahami perlunya
pemeriksaan diagnostik (analisis darah, rontgen, endoskopi, biopsi jaringan, dan
pemeriksaan feses dan urine), menilai serta mempersiapkan status seluruh sistem organ
tubuh (Ciaramella & Poll, 2001).

4. Apakah ada Tindakan lain untuk mengurangi rasa nyeri pada klien?

Empat Teknik mengurangi nyeri

1) Distraksi. Manajemen nyeri yang pertama adalah distraksi. Distraksi merupakan


metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian pasien
pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialaminya.
2) Relaksasi. Teknik mengurangi nyeri yang kedua adalah relaksasi. Relaksasi
adalah metode paling efektif untuk mengurangi nyeri kronis. Ada 3 hal yang perlu
diperhatikan dalam teknik relaksasi yaitu : posisi yang tepat, pikiran beristirahat,
serta lingungan yang tenang.
3) Stimulasi kulit. Stimulasi kulit dapat dilakukan dengan cara pemberian kompres
dingin, balsem analgetika dan stimulasi kontrateral. Kompres dingin dapat
memperlambat impuls-impuls motorik menuju otot-otot pada area yang terasa
nyeri. Balsem analgetika yang berisi menthol dapat membebaskan nyeri. Balsem
ini dapat menyebabkan rasa hangat pada kulit yang berlangsung beberapa jam.
4) Placebo. Teknik mengurangi nyeri yang terakhir adalah placebo. Placebo
merupakan suatu bentuk tindakan misalnya tindakan pengobatan atau tindakan
keperawatan yang mempunyai efek pada klien akibat sugesti daripada kandungan
fisik atau kimianya. Obat yang diberikan tidak berisi analgetika tetapi berisi gula,
air atau saline dinamakan placebo.

13
Selain itu pasien juga akan mengkonsumsi obat oral yaitu obat yang dikonsumsi
dengan cara memasukkannya lewat mulut. Biasanya obat oral sudah diresepkan
dan diberi oleh perawat yang bertugas.

5. Bagaimana mekanisme kerja obat yang diberikan melalui intravena?

Proses perjalanan obat secara intravena adalah obat dimasukkan ke dalam pembuluh
darah vena dengan cara diinjeksi. Obat masuk ke dalam vena superficialis dorsum
manus yang ada dipergelangan tangan kemudian mengalir ke vena chepalica dan vena
basilica.vena basilica dan vena chepalica ini bermuara pada vena axilaris selanjutnya
menuju ke vena subclavia lalu ke truncus brachiochepalic kemudian akan masuk ke
jantung untuk dipompa melalui vena cava superior ke atrium kanan lalu ke ventrikel
kanan dan dibawa menuju ke paru melalui arteri pulmonalis untuk dibersihkan setelah
dibersihkan darah akan dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis masuk ke
atrium kiri lalu ke ventrikel kiri kemudian dibawa keluar melalui aorta dan selanjutnya
akan disebarkan ke seluruh tubuh termasuk paru- paru,darah akan dibawa ke paru-paru
melalui arteri brochialis.

Dengan pemberian IV, obat menghindari saluran cerna dan oleh karena itu menghindari
metabolisme first pass oleh hati. Rute ini memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol
yang baik atas kadar obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat
dalam saluran cerna, obat-obat yang disuntikkan tidak dapat diambil kembali seperti
emesis atau pengikatan dengan activated charcoal. Suntikan intravena beberapa obat
dapat memasukkan bakteri melalui kontaminasi, menyebabkan reaksi yang tidak
diinginkan karena pemberian terlalu cepat obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan
jaringan-jaringan. Oleh karena itu, kecepatan infus harus dikontrol dengan hati-hati.
Perhatian yang sama juga harus berlaku untuk obat-obat yang disuntikkan secara intra
arteri.

14
HIPOTESIS

Berdasarkan kasus diatas dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami nyeri yang
diakibatkan oleh GERD yang merupakan Riwayat penyakit terdahulunya. Hal ini ditandai
dengan adanya nyeri dibagian abdomen dengan skala nyeri 7 yang sudah berlangsung
selama 3 hari lalu. Kemudian perawat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan fisik, pengkajian amanmesa kepada pasien dan Allo amanmesa kepada
istrinya serta melakukan pemeriksaan penunjang. Setelah itu perawat bersama dokter
berkolaborasi memberikan obat nyeri melalui intravena.

LEARNING ISSUE
Topik What I know What I Have To What I Don’t How I Will
No.
Prove Know Learn

Seorang laki-
1. Klien tampak Rasa Nyeri pada Penyebab obat Jurnal/artikel,
laki berusia
pucat dan muka pasien semakin analgesik tidak buku
27 tahun
tampak parah setelah mempan terhadap fundamental
datang ke
meringis. klien meminum pasien Keperawatan,
Instalasi
obat analgesik dan situs
Gawat
internet.
Darurat
ditemani oleh
istrinya
dengan
keluhan nyeri
pada bagian
perut sejak 3
hari yang
lalu. Rasa
nyeri makin
parah pada
hari ini dan
tidak hilang

15
setelah klien
meminum
obat
analgesik
yang dibeli di
apotik. Klien
tampak pucat
dan muka
tampak
meringis.

Berdasarkan Jenis jenis Pemeriksaan


2. - Cara melakukan
pemeriksaan pemeriksaan tanda tanda vital
pemeriksaan tanda
tanda-tanda tanda tanda vital yang baik dan
tanda vital
vital benar terhadap
didapatkan pasien - Apa saja indikasi
tekanan dari pasien yang
darah 130/90 dilakukan tanda-
mmHg, tanda vital?
frekuensi
nadi 106
kali/menit,
frekuensi
pernafasan
32
kali/menit,
suhu 37,8°C,
dan skala
nyeri 7.
Perawat Tujuan perawat Bagaimana cara
3. Penerapan
selanjutnya melakukan perawat
anamnesa dan
melakukan anamnesa melakukan
pemeriksaan
beberapa anamnesa dan
pengkajian

16
lainnya yang fisik terhadap pemeriksaan fisik
diperlukan. pasien pada pasien
Perawat
melakukan
anamnesa
pada klien
terkait rasa
nyeri yang
dialaminya
serta keluhan
lain yang
dirasa.
Perawat pun
akan
melakukan
pemeriksaan
fisik
terutama
pada bagian
abdomen.
Selain itu - Pengertian - Cara - Kapan
4.
perawat juga allo melakukan dilakukannya
melakukan anamnesa allo allo anamnesa
allo - Pengertian anamnesa - Penyebab
anamnesa GERD dengan GERD yang
pada istri keluarga mempengaruhi
pasien terkait pasien rasa nyeri
Riwayat - Cara
Kesehatan mencegah
klien terjadinya
diketahui GERD
bahwa klien
pernah

17
dirawat di RS
sebelumnya
karena
GERD.
Perawat - Pengertian - Pemahaman - Bagaimana
5.
berkolaborasi Pemeriksaan perawat peran perawat
dengan penunjang terhadap dalam
dokter terkait - Pemberian pemeriksaan melakukan
pemeriksaan obat melalui penunjang pemeriksaan
penunjang intravena penunjang
yang akan - Jenis jenis
dilakukan pemeriksaan
pada pasien penunjang
dan - Cara
memberikan pemberian
suntikan obat melalui
melalui intravena
intravena
sebagai
tindakan
awal
mengurangi
nyeri

18
SINTESIS

a) What I Know

1. Klien tampak pucat dan muka tampak meringis.


Pada umumnya, kulit pucat disebabkan oleh penurunan aliran darah dan
oksigen, atau terjadi akibat anemia yaitu penurunan jumlah sel darah merah dalam
tubuh. Oleh karena itu, berikut beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kulit
pucat menurut MedicineNet, meliputi: Kurangnya paparan sinar matahari, Kulit
yang pucat alami, Paparan udara dingin, Reaksi Takut atau Panik, Suhu
Lingkungan Rendah, Efek Samping Obat, Tekanan darah rendah, Penyumbatan
pembuluh darah.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pucat dapat terjadi karena
kelelahan atau ketakutan. Akan tetapi, berdasarkan Healthline, pucat dapat menjadi
keadaan darurat medis jika disertai gejala seperti: Pingsan, demam, muntah darah,
pendarahan pada dubur, sakit perut, sesak napas, rasa sakit dan dingin pada anggota
tubuh, nyeri dada.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata meringis adalah
menyeringai. Arti lainnya dari meringis adalah muka masam karena kecewa karena
kesakitan dan sebagainya. Dapat disimpulakan bahwa klien mengalami
beberapa kondisi di atas yang mengakibatkan tampak pucat serta wajah meringis.

2. Jenis jenis pemeriksaan tanda tanda vital.


Pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) merupakan salah satu metode
pemeriksaan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pada fungsi tubuh dasar.
Hal ini bertujuan untuk membantu dokter mendiagnosis suatu penyakit dan
merencanakan perawatan medis yang tepat. Dalam pemeriksaan tanda-tanda vital
(TTV) ada 4 komponen tanda vital utama yang harus dipantau secara rutin dan
seharusnya berada dalam kondisi normal, yaitu tekanan darah, denyut nadi, laju
pernapasan, dan suhu tubuh.
1) Tekanan darah
Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan tensimeter dan
stetoskop. Tekanan darah dibagi menjadi dua bagian, yaitu sistolik dan
diastolik. Tekanan sistolik merupakan bagian atas yang menunjukkan tekanan
darah di dalam arteri pada saat jantung berkontraksi untuk memompa darah ke

19
seluruh bagian tubuh. Sedangkan tekanan diastolik menunjukkan tekanan darah
di dalam arteri pada saat jantung beristirahat untuk mengisi darah dari seluruh
bagian tubuh. Tekanan darah normal untuk orang dewasa adalah 120/80 mmHg.
Sementara pada bayi dan anak-anak, tekanan darah normal lebih rendah
daripada dewasa. Tekanan darah normal dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu aktivitas fisik, diet dan usia. Maka untuk dapat melakukan pengukuran
tekanan darah dengan tepat, sebaiknya beristirahatlah dengan santai terlebih
dahulu selama sekitar 15 menit sebelum pengukuran dilakukan.
2) Denyut Nadi
Denyut nadi merupakan frekuensi pemompaan jantung pada
arteri.Pengukuran denyut nadi bermanfaat untuk menentukan irama dan
kekuatan nadi. Pengukuran denyut nadi dilakukan dengan menggunakan
stetoskop atau menggunakan jari yang ditekankan pada nadi penderita selama
60 detik. Pengukuran denyut nandi dapat dilakukan pada 5 jenis arteri, yaitu:
• Arteri radialis (pergelangan tangan)
• Arteri brakialis (siku)
• Arteri karotis (leher)
• Arteri poplitea (belakang lutut)
• Arteri dorsalis pedis (kaki)

Denyut nadi normal untuk orang dewasa adalah 60-100 kali per menit,
dapat disebut juga dengan detak jantung normal. Pada bayi dan anak-anak,
denyut nadi normal cenderung lebih tinggi daripada orang dewasa. Denyut
nadi seseorang dapat meningkat akibat beberapa faktor, seperti olahraga,
emosi, kondisi sakit, atau mengalami cedera. Sama seperti pengukuran tekanan
darah, pengukuran denyut nadi juga sebaiknya dilakukan setelah seseorang
beristirahat terlebih dahulu.

3) Laju pernapasan
Pengukuran laju pernapasan umumnya dilakukan pada saat istirahat.
Metode ini bertujuan untuk menilai sulit atau tidaknya seseorang bernapas.
Respirasi normal atau pernapasan normal untuk orang dewasa adalah 12-20 kali
per menit. Sementara pada bayi dan anak-anak, laju perapasan normal lebih

20
tinggi daripada orang dewasa. Laju pernapasan dapat mengalami peningkatan
dengan olahraga, demam atau karena penyakit paru, atau kondisi medis lainnya.
4) Suhu tubuh
Suhu tubuh merupakan ukuran panas badan seseorang. Pengukuran suhu
tubuh dilakukan dengan menggunakan alat ukur suhu yang disebut dengan
termometer, bisa dilakukan melalui mulut, ketiak, dubur, telinga, dan kulit dahi.
Suhu tubuh normal untuk orang dewasa adalah 36,5- 37,5 derajat Celsius. Suhu
tubuh seseorang bisa berubah-ubah, biasanya dipengaruhi oleh aktivitas,
makanan, konsumsi cairan, cuaca, dan jenis kelamin, terutama wanita pada saat
mengalami masa subur.

3. Tujuan perawat melakukan anamnesa.

1) Mendapatkan data atau iinformasi tentang Permasalahan yang sedang dialami


atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat, maka
Informasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis,
bahkan Tidak jarang hanya dari anamnesis aja sekarang pemeriksa sudah dapat
menegakkan diagnosis. secara umum Sekitar 60-70% Kemungkinan diagnosis
yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis yang benar
2) Membantu Menegakkan diagnosis sementara Ada beberapa penyakit yang
sudah dapat ditegakkan dengan anamnesa
3) Menetapkan diagnosa, membantu penatalaksanaan selanjutnya
4) Membangun hubungan yang baik antara seorang pemeriksa dan pasiennya.
Umumnya, seorang Pasien yang baru pertama kali bertemu dengan
pemeriksaan ia akan merasa canggung, tidak nyaman dan bahkan ada rasa takut,
sehingga cenderung tertutup. tugas seorang pemeriksaannya untuk mencairkan
hubungan tersebut. pemeriksaan anemnesis adalah pintu pembuka kata2 Tan
untuk membangun hubungan pemeriksa dan pasiennya sehingga dapat
mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap
pemeriksaan selanjutnya yang dibutuhkan
4. Pengertian allo anamnesa.
Allo anamnesa merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan orang lain
terhadap keluarga pasien guna memperoleh sebuah informasi yang penting tentang
keadaan pasien.
5. Pengertian GERD.
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) merupakan salah satu penyakit kronik
dan umum terjadi di kalangan masyarakat terutama pada orang dewasa. GERD

21
adalah suatu kondisi refluks isi lambung ke esofagus yang dapat menimbulkan
gejala tipikal seperti heartburn (rasa terbakar di daerah epigastrium), regurgitasi
asam (rasa pahit di mulut), mual, dan disfagia yang dapat mengakibatkan kerusakan
mukosa esofagus dan dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan
komplikasi seperti barrett’s esophagus.

6. Pengertian Pemeriksaan penunjang.


Pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan medis yang dilakukan atas indikasi
tertentu guna memperoleh keterangan yang lebih lengkap. Pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan yaitu therapeutic, diagnostic, laboratorium, dll (Basariyadi,
2016).
7. Pemberian obat melalui intravena.
Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan
2) Siapkan obat dengan prinsip enam benar
3) Indentifikasi klien
4) Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
5) Atur klien pada posisi yang nyaman
6) Pasang perlak pengalas
7) Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
8) Letakkan karet pembendung ( torniquet )
9) Pilih area penususkan yang bebas dari tangda kekakuan, peradangan atau rasa
gatal. Menghindari gangguan absorpsi obat atau cidera dan nyeri yang
berlebihan
10) Pakai sarung tangan
11) Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol , dengan
gerakan sirkuler dari arah darah keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu
sampai kering. Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang
mengandung mikroorganisme
12) Pegang kapas alkohol dengan jari - jari tengah pada tangan non dominan
13) Buka tutup jarum

22
14) Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan
dengan tangan non dominan. Membuat kulit lebih kencang dan vena tidak
bergeser, memudahkan penusukan
15) Pegang jarum pada posisi 300 sejajar vena yang akn ditusuk perlahan pasti
16) Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum kedalam vena
17) Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan
tangan dominan menarik plunger
18) Observasi adanya darah dalam spui
19) Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan – lahan
20) Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkkan (300) ,
sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area
penusukan
21) Tutup area penusukkan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin
22) Kembalikan posisi klien
23) Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
24) Buka sarung tangan
25) Cuci tangan
26) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

b) What I Prove
1. Rasa Nyeri pada pasien semakin parah setelah klien meminum obat analgesik.
Analgesik adalah obat pereda nyeri untuk menghilangkan rasa sakit akibat
radang sendi, operasi, cedera, sakit gigi, sakit kepala, kram menstruasi, dan nyeri
otot. Ada berbagai jenis obat analgesik.
1) Golongsn opioid stsu opium (moprhine, oxycodone, mrthsdone,
hydromorphone, fentanyl, codeine)
2) Acetaminophen (paracetamol)
3) Aspirin (acetylsalicylic acid)
4) Obat antiinflamasi non-steroid atau NSAID (ibuprofen, naproxen,
celecoxib)

Ada berberapa efek samping yang di akibatkan oleh obat pereda nyeri :

1) Sakit perut

23
2) Sakit kepala
3) Kulit mudah memar
4) Telinga berdenging
5) Mual
6) Muntah
7) Kelelahan parah
8) Urin berwarna gelap
9) Mata dan kulit menguning
10) Diare
11) Sembelit

Salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi


penyimpanan adalah suhu, suhu yang sesuai dapat mencegah terjadinya
kerusakan yang mempengaruhi kualitas dan keamanan suatu produk farmasi
dan tidak mengakibatkan dampak yang merugikan terhadap obat baik itu
secara langsung maupun tidak langsung. Contoh cara menyimpan obat di
rumah yaitu seperti tidak menyimpan tablet atau kapsul di tempat panas
atau yang terkena sinar matahari dan tidak menyimpan obat pada tempat yang
lembab.

2. Pemeriksaan tanda tanda vital yang baik dan benar terhadap pasien.
Pemeriksaan Suhu
• Pengukuran Temperatur Axila
1) Cuci tangan
2) Minta klien untuk duduk atau berbaring, pastikan klien merasa
nyaman
3) Gulung lengan baju klien atau buka baju atas sampai axila terlihat
4) Keringkan daerah axilla dengan kassa
5) Pastikan thermometer siap (jika menggunakan termometer raksa
suhu awal
6) Jelaskan pada klien bahwa pengukuran akan berlangsung selama 5
menit atau sampai alarm berbunyi pada termometer elektrik
7) Ambil termometer dan baca hasilnya
8) Bersihkan termometer dengan kapas alkohol atau dengan
menggunakan sabun-savlon-air bersih lalu keringkan dengan kasa
9) Rapikan klien
10) Mencuci tangan
11) Dokumentasikan hasil pemeriksaan

• Pengukuran Temperatur Oral


1) Cuci tangan

24
2) Minta klien untuk duduk atau berbaring, pastikan klien merasa
nyaman
3) Siapkan thermometer atau turn on pada termometer elektrik
4) Tempatkan ujung thermometer dibawah lidah klien pada sublingual
5) Minta klien menutup mulut
6) Jelaskan pada klien bahwa pengukuran akan berlangsung selama 3-
5 menit atau sampai alarm berbunyi pada termometer elektrik
7) Ambil termometer dan baca hasilnya
8) Bersihkan termometer dengan kapas alkohol atau dengan
menggunakan sabun-savlon-air bersih lalu keringkan dengan kasa
9) Rapikan klien
10) Cuci tangan
11) Dokumentasikan hasil pemeriksaan

• Pengukuran Temperatur Rektal


1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan pada klien
2) Cuci tangan dan persiapkan alat-alat di dekat klien
3) Pakai sarung tangan
4) Persilakan klien untuk melepas celana (jaga privasi klien)
5) Bantu klien berbaring ke arah lateral sinistra atau dekstra dengan
kaki fleksi Pada bayi periksa keadaan anus klien
6) Olesi thermometer dengan jelly/lubricant
7) Minta klien untuk nafas dalam dan masukkan thermometer ke lubang
anus sedalam 3 cm (jangan paksakan bila ada tahanan/hambatan)
8) Jelaskan pada klien bahwa pengukuran akan berlangsung selama 5
menit atau sampai alarm berbunyi pada termometer elektrik
9) Ambil termometer dan baca hasilnya
10) Bersihkan termometer dengan kapas alkohol atau dengan
menggunakan sabun-savlon-air bersih lalu keringkan dengan kasa
11) Rapikan klien
12) Cuci tangan
13) Dokumentasikan hasil pemeriksaan

• Pengukuran Temperatur Aural


1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan pada klien
2) Cuci tangan dan persiapkan alat-alat di dekat klien
3) Pakai sarung tangan
4) Siapkan thermometer tympanic, jika klien menggunakan alat bantu
dengar, keluarkan dengan hati-hati dan tunggu hingga 1-2 menit
5) Bersihkan telinga dengan kapas
6) Buka bagian luar telinga, dengan perlahan-lahan masukkan
thermometer sampai liang telinga.
7) Tekan tombol untuk mengaktifkan thermometer
8) Pertahankan posisi thermometer selama pengukuran sampai muncul
suara atau timbul tanda cahaya pada thermometer
9) Ambil thermometer dan baca hasilnya
10) Rapikan klien
11) Cuci tangan
12) Dokumentasikan hasil pemeriksaan

25
• Pengukuran Temperatur Temporal
1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan pada klien
2) Cuci tangan dan persiapkan alat-alat di dekat klien
3) Pakai sarung tangan
4) Lepaskan topi/penutup kepala klien, sibak dahi klien, bersihkan
dengan menggunakan kapas
5) Letakkan sisi lensa thermometer pada bagian tengah dahi klien
antara alis dan batas rambut
6) Tekan dan tahan tombol SCAN, geser perlahan menyamping dari
dahi hingga bagian atas telinga (terdengar bunyi „BIP‟ dan lampu
merah akan menyala)
7) Lepaskan tombol SCAN, angkat thermometer dari dahi klien
(Termometer akan secara otomatis mati dalam 30 detik, untuk
mematikannya segera, tekan dan lepaskan tombol SCAN dengan
cepat)
8) Baca hasil pengukuran pada layar
9) Rapikan klien
10) Cuci tangan
11) Dokumentasikan hasil pemeriksaan

Pemeriksaan Frekuensi Nafas

1) Bantu klien membuka baju, jaga privasi klien


2) Posisikan pasien untuk berbaring/duduk, pastikan klien merasa nyaman
3) Lakukan inspeksi atau palpasi dengan kedua tangan pada punggung / dada
untuk menghitung gerakan pernapasan selama minimal 1 menit
4) Dokumentasikan hasil pemeriksaan (frekuensi nafas, irama nafas
reguler/ireguler, dan tarikan otot bantu pernafasan)

Pemeriksaan Nadi

1) Cuci tangan
2) Bantu pasien untuk duduk atau berbaring, pastikan pasien merasa nyaman.
3) Gunakan ujung dua atau tiga jari (jari telunjuk, jari tengah dan jari manis ) untuk
meraba salah satu dari 9 arteri.
4) Tekan arteri radialis untuk merasakan denyutan
5) Kaji jumlah, kualitas, dan ritme nadi
6) Gunakan jam tangan, untuk menghitung frekuensi nadi selama minimal 30
detik
7) Hitung frekuensi nadi selama 1 menit penuh apabila ditemukan kondisi
abnormal
8) Dokumentasikan hasil pemeriksaan

Pemeriksaan Tekanan Darah

1) Pilih manset tensimeter/sphygmomanometer sesuai dengan ukuran lengan


pasien
2) Tempatkan pasien dalam posisi nyaman (duduk/berbaring) dengan lengan
rileks, sedikit menekuk pada siku dan bebas dari tekanan oleh pakaian
3) Palpasi arteri brachialis.

26
4) Pasang manset melingkari lengan atas dimana arteri brachialis teraba, secara
rapi dan tidak terlalu ketat (2,5 cm di atas siku) dan sejajar jantung
5) Raba nadi radialis atau brachialis dengan satu tangan.
6) Tutup bulb screw tensimeter
7) Pasang bagian diafragma stetoskop pada perabaan pulsasi arteri brachialis
8) Pompa tensimeter/sphygmomanometer dengan cepat sampai 30mmHg di atas
hilangnya pulsasi
9) Turunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai pulsasi arteri teraba
10) Dengarkan melalui stetoskop, sambil menurunkan perlahan-lahan
3mmHg/detik dan melaporkan saat mendengar bising „dug‟ pertama (tekanan
sistolik)
11) Turunan tekanan manset sampai suara bising „dug‟ yang terakhir (tekanan
diastolik)
12) Rapikan alat-alat yang telah digunakan
13) Rapikan dan berikan posisi yang nyaman pada pasien
14) Dokumentasikan hasil pemeriksaan

3. Penerapan anamnesa dan pemeriksaan fisik terhadap pasien.

Anamnesa
Anamnesa yang dilakukan perawat tersebut harus mengacu pada pertanyaan yang
sistematis, yaitu dengan berpedoman pada empat pokok pikiran (The
Fundamental Four) dan tujuh butir mutiara anamnesis (The Sacred Seven). Yang
dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah melakukan anamnesis dengan cara
mencari data :
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi

Sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut, pertama yang harus ditanyakan


adalah identitas pasien, yaitu umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan, agama
dan pekerjaan.

1. Riwayat Penyakit Sekarang


Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama
adalah keluhan yang membuat seseorang datang ke tempat pelayanan
kesehatan untuk mencari pertolongan, misalnya : demam, sesak nafas, nyeri
pinggang, dll. Keluhan utama ini sebaiknya tidak lebih dari satu keluhan.
Kemudian setelah keluhan utama, dilanjutkan anamnesis secara sistematis
dengan menggunakan tujuh butir mutiara anamnesis, yaitu :
1) Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak?)
2) Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)
3) Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)
4) Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)
5) Faktor-faktor yang memperberat keluhan.
6) Faktor-faktor yang meringankan keluhan.
7) Analisis sistem yang menyertai keluhan utama.

27
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan
terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari
penyakit yang relevan dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik
(hipertensi, diabetes mellitus, dll), perawatan lama, rawat inap, imunisasi,
riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi (untuk wanita).

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Anamnesa ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari
pihak keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat
penyakit yang menular.
4. Riwayat sosial dan ekonomi
Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan,
pekerjaan pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum
alkohol atau merokok, obat-obatan, aktivitas seksual, sumber keuangan,
asuransi kesehatan dan kepercayaan).

Keterampilan yang harus dikuasai perawat dalam melakukan anamnesa,


yaitu :
1. Memberi kesempatan pada pasien untuk menceritakan permasalahan yang
dihadapinya (dengan kata – kata pasien sendiri).
2. Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup secara tepat. Mulailah dengan
pertanyaan terbuka terlebih dahulu, baru diikuti dengan pertanyaan tertutup.
3. Dengarkan dengan penuh perhatian. Berilah kesempatan pada pasien untuk
menyelesaikan ceritanya, dan jangan menginterupsi.
4. Berilah kesempatan pada pasien untuk memberikan respons baik secara
verbal maupun nonverbal. Tehnik yang digunakan bisa pemberian dukungan/
dorongan, adanya pengulangan, paraphrasing, interpretasi, dll.
5. Mengenali isyarat verbal dan non verbal yang ditunjukkan oleh pasien.
6. Mengklarifikasi pernyataan pasien yang kurang jelas, atau yang
membutuhkan suatu keterangan tambahan.
7. Secara berkala buatlah ringkasan dari pernyataan yang dibuat pasien untuk
memverifikasi pengertian perawat. Mintalah pasien untuk mengoreksi
pernyataan anda, atau mintalah pada pasien untuk memberikan keterangan
tambahan bila diperlukan.
8. Gunakan pertanyaan yang ringkas dan mudah dipahami. Hindari
menggunakan istilah-istilah medis yang tidak dipahami pasien.
9. Buatlah urutan waktu suatu kejadian.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan
menggunakan 4 teknik, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskiltasi. Kemudian
data dikelompokkan menjadi data Subjektif dan data Objektif, meliputi :

Data Subjektif
1. Keadaan umum, tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri
tekan di kwadran epigastrik.
2. Tanda-tanda vital
- B1 (Breath)
- B2 (Blood)

28
- B3 (Brain)
- B4 (Bladder)
- B5 (Bowel)
- B6 (Bone)
3. Kesadaran

Data objektif
1. Kepala dan muka
2. Mata
3. Mulut dan faring
4. Abdomen
- Inspeksi : Keadaan kulit : warna, elastisitas, kering, lembab, besar dan bentuk
abdomen rata atau menonjol. Jika pasien melipat lutut sampai dada sering
merubah posisi, menandakan pasien nyeri.
- Auskultasi : Distensi bunyi usus.
- Perkusi : bisng usus
- Palpasi : keadaan dinding abdomen
5. Integumen : Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan
darah), kelemahan kulit/ membrane mukosa berkeringan.

4. Cara melakukan allo anamnesa dengan keluarga pasien.


Anamnesa adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik
langsung pada pasien atau pada orang tua atau sumber lain (Allo anamnesa)
Hal-hal yang diperhatikan dalam allo anamnesa :
1) Ketenangan : Organisasikan pikiran dan informasi secara lengkap
terhadap apa yang akan ditanyakan terhadap kondisi pasien
2) Mendengar dengan aktif : Minat dan perhatian perawat membantu
keakuratan data
3) Pertanyaan yang berhubungan
4) Penyusunan kata
Langkah-langkah allo anamnesa :

1) Mula-mula dipastikan identitas pasien dengan lengkap (informasi


biografi)
2) Keluhan utama
3) Riwayat kesehatan saat ini
4) Riwayat penyakit terdahulu

5. Cara mencegah terjadinya GERD.


GERD atau Gastroesophageal Reflux Disease merupakan penyakit yang
sering dialami oleh sebagian orang terutama setelah makan. GERD terjadi
karena jumlah asam lambung yang naik ke esofagus melebihi batas normal.
Inilah yang mengakibatkan beberapa gejala seperti dada terasa panas dan

29
berdebar, naiknya asam lambung, kesulitan menelan, rasa asam atau pahit di
mulut, mual, sampai muntah. Sebenarnya, GERD ini dipicu oleh gaya hidup
yang salah. Oleh karena itu, kamu perlu tahu cara tepat untuk mencegah GERD
agar tak mengganggu kesehatan.
1) Cara mencegah GERD
• Turunkan Berat Badan Jika Overweight
Untuk mencegah GERD yang pertama adalah kamu mesti
memperhatikan berat badan kamu terlebih dahulu. Berat badan berlebih
dapat memicu GERD karena adanya peningkatan tekanan pada perut
yang melemahkan otot katup esofagus bagian bawah. Banyak pengidap
GERD yang keluhannya membaik setelah berhasil menurunkan berat
badan.
• Hindari Beberapa Jenis Makanan
Beberapa makanan dan minuman sebaiknya dihindari untuk mencegah
GERD. Beberapa contoh makanannya yaitu cokelat, alkohol, jus jeruk,
makanan yang mengandung tomat, makanan berlemak, merica,
pepermint, kopi, dan bawang. Jenis makanan ini dapat mengiritasi
mukosa lambung dan esofagus dan melemahkan otot katup esofagus
bawah.
• Hindari Makanan Jumlah Besar
Makan dengan porsi kecil tetapi sering lebih baik daripada porsi besar
sekaligus. Ini karena makan dengan porsi besar dapat berpotensi
meningkatkan kerja lambung sehingga melemahkan otot katup esofagus
bawah yang berakibat GERD.
• Hindari Berbaring Setelah Makan
Tunggulah 3 jam setelah makan kalau kamu ingin tidur atau berbaring.
Beri kesempatan asam lambung turun dan lambung mengosongkan diri
dengan posisi duduk kurang lebih 3 jam setelah makan terakhir
• Hindari Rokok
Merokok dapat melemahkan otot katup esofagus bawah. Berhenti
merokok adalah tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah GERD.
• Jangan mengenakan pakaian ketat
• Tidur dengan posisi kepala lebih tinggi
• Mengunyah makanan dengan baik hingga benar-benar lembut
• Melakukan teknik relaksasi untuk mengendalikan stres dan gangguan
kecemasan
2) Obat-obatan
• Antasida
Antasida adalah obat untuk menetralkan asam lambung. Obat ini
mampu meredakan gejala refluks gastroesofagus dengan cepat.
• Proton pumb inhibitor (PPI)
Umumnya, pengobatan dengan proton pumb inhibitor diberikan oleh
dokter selama 6-8 minggu. Setelah itu, penanganan dapat dilanjutkan
dengan dosis pemeliharaan selama empat bulan atau hanya saat
diperlukan.Dokter akan menentukan dosis lanjutan tersebut berdasarkan
tingkat keparahan radang kerongkongan (esofagitis) yang dialami oleh
pasien.Omeprazole, lansoprazole, esomeprazole, rabeprazole,
dexlansoprazole, dan pantoprazole merupakan contoh obat proton pumb
inhibitor yang bisa dirsepkan oleh dokter.

30
• H2 receptor blocker
H2 receptor blocker hanya efektif pada pengobatan esofagitis tingkat
ringan sampai sedang. Obat ini dapat membantu dalam mengurangi
produksi asam lambung. Contohnya, ranitidine, famotidine, cimetidine,
dan nizatidine.
• Prokinetik
Prokinetik merupakan golongan obat yang akan membantu pasien untuk
mengosongkan lambung dengan lebih cepat, seperti adalah
metoclopramide atau cisapride.

3) Operasi

Cara ini dapat dilakukan jika tidak ada perbaikan setelah menerima terapi
obat. Jenis operasi yang biasa dilakukan adalah:

• Fundoplication

Fundoplication adalah operasi untuk mengikat otot sfingter


kerongkongan bawah. Dengan ini, refluks bisa dicegah.

• Pemasangan LINX

LINX adalah alat khusus berupa cincin yang mengandung magnet. Alat
ini akan dipasang di bagian sfingter yang melemah.Magnet pada LINX
akan membantu otot sfingter menutup dan mencegah naiknya isi
lambung ke kerongkongan.

• Endoskopi

Dokter juga dapat menggunakan jahitan untuk mengencangkan otot


sfingter melalui prosedur endoskopi.

6. Pemahaman perawat terhadap pemeriksaan penunjang.


1) Dalam pemeriksaan penunjang perawat dapat menguji saring adanya
penyakit subklinis, dengan tujuan menentukan resiko terhadap suatu penyakit
dan mendeteksi dini penyakit terutama bagi individu beresiko tinggi
(walaupun tidak ada gejala atau keluhan).
2) Perawat dapat memastikan diagnosis mengkonfirmasi penyakit yang diderita
seseorang, berkaitan dengan penanganan yang akan diberikan dokter serta
berkaitan erat dengan komplikasi yang mungkin saja dapat terjadi.
3) Pada pemeriksaan penunjang perawat dapat menemukan kemungkinan
diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis.
4) Memantau perkembangan penyakit, yaitu untuk memantau perkembangan
penyakit dan memantau efektivitas terapi yang dilakukan agar dapat

31
meminimalkan komplikasi yang dapat terjadi. Pemantauan ini sebaiknya
dilakukan secara berkala.
5) Pada bagian ini peran perawat disini dapat Mengetahui ada tidaknya kelainan
atau penyakit yang banyak dijumpai dan potensial membahayakan.

32
KERANGKA KONSEP

Pasien minum obat


analgesik

Rasa Nyeri Parah

Pasien ke IGD

Tampak pucat Tampak meringis

Pengkajian

Anamnesa kepada Allo Anamnesa


pasien kepada istri pasien

Analisis Data

Diagnosa

Perencanaan

Kolaborasi dengan Pemberian suntikan


Implementasi melalui intervena
dokter

33
KESIMPULAN
Menurut kelompok kami, berdasarkan skenario di atas pasien mengalami nyeri di
bagian perut. obat anelgesik nyeri tidak lagi memiliki toleransi yang baik terhadap rasa
nyeri pasien sehingga tidak memberikan efek apapun . disamping itu Rasa nyeri bertambah
parah dan tidak hilang setelah pasien meminum obat analgesik yang dibeli di apotik.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan perawat diketahui bahwa klien pernah dirawat di
RS sebelumnya karena GERD. Dalam mengatasi nyeri yang dirasakan klien, perawat
berkolaborasi dengan dokter terkait pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan pada
pasien dan memberikan suntikan melalui intravena sebagai tindakan awal mengurangi
nyeri. Intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh
darah vena dengan menggunakan spuit.

34
DAFTAR PUSTAKA

Sari, Istiana. (2019). “Definisi Nyeri, Penyebab, dan Pengobatan”. Dikutip dari :
https://primayahospital.com/saraf/definisi-nyeri-
tatalaksananya/#:~:text=Definisi%20Nyeri%3A%20Penyebabnya&text=R
asa%20nyeri%20timbul%20akibat%20respon,sensasi%20 terse
but%20ke%20dalam%20otak. Diakses pada tanggal 1 bulan April 2022.
Analgesik: Manfaat dan Efek Samping. 2022. https://idnmedis.com/analgesik.
Diakses pada tanggal 1 April 2022
httdr. Andreas Wilson Setiawanps://hellosehat.com/obat-suplemen/minum-susu-setelah-
minum-obat/
https://www.alodokter.com/ini-panduan-cara-minum-obat-yang-benar
Afif, A., & Wahyuni, A. S. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Ketepatan
Penggunaan Obat Analgetik Pada Swamedikasi Nyeri Di Masyarakat
Kabupaten Demak (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).
AloDokter.2019. Sakit Perut. https://www.alodokter.com/sakit-perut
A, G. Faktor yang mempengaruhi frekuensi pernapasan pada manusia:
https://roboguru.ruangguru.com › je… Jelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi frekuensi... – Roboguru
Sutejo, Ika R, Pipiet Wulandara, dan Yohanes Sudarmanto. 2016. Pemeriksaan Fisik Dasar
dan BLS (2). Universitas Jember: Fakultas Kedokteran.
Ratih, Maharani, Pinky Krisna. 2017. Vital Sign- Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, dan
Suhu. Universitas Gajah Mada: Fakultas Kedokteran Gigi
Melyana,. & Sarotama, A. 2020. Implementasi Peringatan Abnormalitas Tanda-Tanda
Vital pada Telemedicine Workstation
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek/article/view/5236
Melyana,. & Sarotama, A. 2020. Implementasi Peringatan Abnormalitas Tanda-Tanda
Vital pada Telemedicine Workstation
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek/article/view/5236
Maling, Sri Haryani, Syamsul Arif. (2012). PENGARUH KOMPRES TEPID SPONGE
HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK
UMUR 1-10 TAHUN DENGAN HIPERTERMIA (Studi Kasus Di RSUD
Tugurejo Semarang). Journal Karya Ilmiah.

35
http://112.78.40.115/e-journal/index.php/ilmukeperawatan/article/view/85/112#
AloDokter. 2020. Hipertermia. https://www.alodokter.com/hipertermia
Vitani inda A R. 2019. Tinjauan Literatur: Alat Ukur Nyeri untuk Pasien Dewasa. Jurnal
Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. Halaman 1 – 7.
Felicia. (2019). PENDAHULUAN PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN https://osf.io/3jqhg
riga priska.(2018), “Pemeriksaan Fisik Abdomen PERUT/ABDOMEN”
Rizka Safitri Siregar. (2019). PENTINGNYA PENGKAJIAN DALAM PROSES
KEPERAWATAN UNTUK MENGGALI DATA PASIEN SECARA TEPAT
DAN EFEKTIF.
Pebrina, A. Pengkajian Dalam Proses Keperawatan Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik:
https://osf.io › downloadPDF Pengkajian Dalam Proses Keperawatan
Anamnesa dan ... - OSF
utari, reni.(2021).”Gerd” https://www.sehatq.com/penyakit/gerd
Pebrina, A. Pengkajian Dalam Proses Keperawatan Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik:
https://osf.io › downloadPDF Pengkajian Dalam Proses Keperawatan
Anamnesa dan ... – OSF
Anonim. (2021). “Kulit Pucat”. https://health.kompas.com/penyakit/read/2021/09/10
/070000468 /kulit-pucat#. Diakses pada 7 April 2022.
Safitri, M., A. (2019). Tanda Tanda Vital (TTV): Pemeriksaan dan Nilai Normal.
https://www.honestdocs.id/tanda-tanda-vital-ttv-pemeriksaan-nilai-
normal. Diakses pada 7 April 2022
Malisa, N., Damayanti, D., Perdani, Z. P., Darmayanti, D., Matongka, Y. H., Suwarto, T.,
... & Nompo, R. S. (2021). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik.
Yayasan Kita Menulis.
Sebastian, I. (2020). “Apa itu anamnesa?”. Diakses pada tanggal 7 April 2022.
Ajjah, B. dkk. (2020). HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN TERJADINYA
GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE (GERD). JOURNAL OF
NUTRITION COCOLLEGE. Volume 9, Nomor 3, Tahun 2020, Halaman
169-179: https://ejournal3.undip.ac.id › ...PDF Download - undip e-journal
system
Basariyadi, A. 2016. Pengertian Anamnesa, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Penunjang,
Diagnosis, Prognosis, Terapi dan Tindakan Medis. Diambil kembali dari
Medical Record: http://www.medrec07.com/2014/12/pengertia-anamnesa-

36
pemeriksaan-fisik-pemeriksaan-penunjang-diagnosis-prognosis-terapi-
tindakan-medis.htm
Hendi S. (2015).Pemberian Obat Melalui Intravena (IV). Kompasiana.com
https://www.kompasiana.com/hendisutiawan/54f94b70a333116c048b49ac
/pemberian-obat-melalui-intravena-iv
Irawati, R., Rumi, A., dan Parumpu, F, A. (2021). Gambaran Tingkat Pengetahuan
Swamedikasi Obat Analgesik pada Mahasiswa-Mahasiswi Universitas
Tadulako di Kota Palu.
https://jurnal.healthsains.co.id/index.php/jhs/article/view/107/192
Lestari, D., A. (2019). Efek samping Minum obat pereda nyeri, dari ringan hingga yang
fatal. https://hellosehat.com/obat-suplemen/efek-samping-obat-nyeri-
analgetik/ diakses 07 April 2022, jam 09.50
Tania, S. (2021). Analgesik. https://hellosehat.com/obat-suplemen/analgesik/ diakses 07
April 2022, jam 09.51
Redhono Dhani, dtc. "Komunikasi III History Taking - Anamnesis". Bagian Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta/RSUD dr
Moewardi Surakarta.
Irawati. 2020. "Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan Masalah Gastritis di
Puskesmas Rawat Inap Kampar Kiri". Kemkes Politeknik Kesehatan
Kemenkes Riau.
2018. Agar Tak Salah, Ini 5 Tips Mencegah GERD. https://www.halodoc.com/artikel/agar-
tak-salah-ini-5-tips-mencegah-. Diakses pada 7 April 2022
Utari, Reni. 2022. GERD Tanda dan Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, Cara Mencegah.
https://www.sehatq.com/penyakit/gerd. Diakses pada 7 April 2022
Barus, Nelly. (2018), “ peran perawat dalam pemeriksaan penunjang”
Cantik, Uti. (2012). “Teknik allo dan auto anamnesa”.
https://id.scribd.com/embeds/426581450 /content ?start
_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf.
Diakses pada 7 April 2022.

37

Anda mungkin juga menyukai