Anda di halaman 1dari 3

Terapi komplementer yang dapat digunakan untuk mencegah dan mengurangi mual

muntah post operasi salah satunya yaitu menggunakan aromaterapi. Salah satu sumber minyak
harum yang digunakan sebagai aromaterapi antara lain berasal dari peppermint, bunga lavender,
bunga mawar, jahe dan lemon (Allen, 2004; Buckle, 2007; Kim, et all, 2007 dalam Supatmi &
Agustiningsih, 2015).

Aromaterapi peppermint berasal dari daun peppermint. Aromaterapi peppermint bersifat


menghangatkan dan dapat berefek relaksasi otot-otot, meringankan sesak nafas saat pemakaian
dengan dihirup (Koesoemardiyah, 2009). Snyder dan Lindquist mengatakan aromaterapi
peppermint dapat digunakan untuk melemaskan otot-otot yang kram, memperbaiki gangguan
ingestion, digestion, menurunkan terjadinya mual dan muntah serta mengatasi ketidakmampuan
flatus (Andriani, 2017). Peppermint berkhasiat. mendinginkan, menyegarkan, dan berguna untuk
menyembuhkan pilek, gejala gangguan pernafasan, gangguan pencernaan, menyembuhkan sakit
kepala, serta digunakan sebagai pemberi rasa pada makanan dan pasta gigi (Keputusan Menteri
Kesehatan RI No HK.01.07/ MENKES / 187/ 2017 tentang formularium ramuan obat
tradisional). Menurut penelitian Paula (2000), peppermint mengandung mentol (40%), menthone
(15-30%), ester (5%), flavonoid (12%), polifenol terpolimerisasi (19%), tocopherols, betaine,
choline kandungan utama dari peppermint adalah menthol.

Aromaterapi yang sering digunakan untuk mengatasi emesis gravidarum adalah


peppermint (Mentha pipperita). Penelitian Tate (1997) yang berjudul peppermint oil: A treatment
for postoperative nausea menunjukkan bahwa dengan menghirup uap minyak peppermint secara
signifikan dapat mengurangi mual pasca operasi dan antiemetic farmatologis secara operasi
ginekologi. Minyak peppermint juga digunakan dalam penelitian Schuhmacher dkk tahun 2003
yang membuktikan bahwa minyak esensial peppermint mampu memberikan suatu efek langsung
sebagai anti virus terhadap herpes, pembentukkan plak secara signifikan dikurangi 99 %
(Alankar, 2009). Peppermint berfungsi sebagai anti konvulasi. Salah satu mekanisme anti
konvulasi adalah spasmolitik atau anti kejang kontraksi otot. Peppermint mempunyai aktifitas
spasmolitik secara in vitro dan juga dapat menurunkan regangan otot skeletal.

Aromaterapi berarti penggunaan minyak wangi esensial untuk tujuan terapeutik atau
medis. Hal ini penting untuk relaksasi, mengurangi rasa sakit dan stress, meningkatkan
mekanisme koping dan meningkatkan kebugaran (Jeckie, 2010). Aromaterapi adalah terapi yang
menggunakan minyak esensial yang dinilai dapat membantu mengurangi bahkan mengatasi
gangguan psikologis dan gangguan rasa nyaman seperti cemas, depresi, nyeri dan sebagainya
(Watt & Janca, 2008).

Unsur utama dari daun peppermint adalah minyak atsiri (0,5-4%), yang mengandung
mentol (30-55%) dan menthone (14-32%). Mentol terjadi kebanyakan dalam bentuk bebas
alcohol, dengan jumlah antara (3-5%) asetat dan valerat ester. Monoterpen lain yang hadir
termasuk isomenthone (2-10%),1,8-cineole (6-14%), a-pinene (1,0-1,5%),b-pinene (1-
2%),limonene (1-5%), neomenthol (2,5-3,5%) dan menthofuran (1-9%) (Anshori, 2010). Daun
peppermint (Mentha piperita L) mempunyai aroma wangi dan cita rasa dingin menyegarkan.
Aroma wangi daun mint disebabkan kandungan minyak atsiri berupa minyak menthol.Daun
peppermint mengandung vitamin C, provitamin A, fosfor, zat besi, kalsium dan potassium. Serat,
klorofil dan fitonutrien juga banyak terkandung didalam daun peppermint. Daun peppermint
dipercaya dapat memulihkan stamina tubuh, meredakan sakit kepala,mencegah demam,
mempunyai sifat antioksidan pencegah kanker dan menjaga kesehatan mata (Maulina, 2012).
Ekstraksi biasanya dilakukan dengan metode konvensional yang memakan banyak waktu dan
tidak efektif. Namun, beberapa tahun terakhir telah dikembangkan beberapa teknik ekstraksi
yang cepat dan efisien.

Daftar Pustaka

Rihiantoro, Tori & dkk. 2018. PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI PEPPERMINT


INHALASI TERHADAP MUAL MUNTAH PADA PASIEN POST OPERASI
DENGAN ANESTESI UMUM. Jurnal Keperawatan Vol. XIV, No. 1. Jurusan
Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang.

Rustanti, Meilany. 2018. PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI PEPPERMINT


TERHADAP MUAL MUNTAH PASCA OPERASI SPINAL ANESTESI DI RSUD
KOTA YOGYAKARTA. Yogyakarta
Sunaeni, Diana Sentuf. (2022). Pengaruh Pemberian Aromaterapi Peppermint Terhadap Kejadian
Emesis Gravidarum. Jurnal Kebidanan Sorong Vol 2, No 1, February 2022 eISSN : 2807-
7059.

Setiawan, Andri dkk. 2019. EKSTRAKSI DAUN PEPPERMINT (Mentha Piperita L.)
MENGGUNAKAN METODE MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION
TERHADAP TOTAL FENOLIK, TANIN, FLAVONOID DAN AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN “Peppermint Leaf Extraction (Mentha Piperita L.) Using Microwave
Assisted. Journal Mahasiswa. Diakses pada 22 September 2022 dari Universitas
Muhammad Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai