Anda di halaman 1dari 18

Eti marwanti1, Mayang Tari2, Aninditha Rachmah Ramadhiani3,

Uji Aktivitas Analgetik-Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Karamunting (Rhodomytrus


tomentosa (Aiton) Hassk) Terhadap Tikus Putih Jantan galur Wistar

Eti marwanti1, Mayang Tari2, Aninditha Rachmah Ramadhiani3,

Program Studi S1 Farmasi, STIKES Aisyiyah Palembang 1


Fakultas Farmasi Stikes Sumatera Selatan,2,3
etimarwanti3@gmail.com1
Mayangtari.mt@gmail.com2
aninditha.rachmah.ar@gmail.com3
ABSTRAK
Latar belakang: Analgetik antipiretik adalah suatu senyawa yang dapat menghilangkan rasa sakit
serta dapat menurunkan demam. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai analgetik antipiretik
daun karamunting (Rhodomytrus tomentosa (Aiton) Hassk). daun karamunting terbukti mengandung
flavonoid yang dapat berefek sebagai analgetik. Selain itu flavonoid mampu menghambat
prostaglandin sehingga mempunyai efek antipiretik. Tujuan: Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui efek analgetik antipiretik ekstrak etanol daun karamunting dan dosis efektifnya. Metode:
penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan pretest postes control group
desing penelitian ini meliputi penyiapan sampel (pengambilan sampel, Identifikasi sampel, pembuatan
simplisia), pemeriksaan karakteristik simplisia, skrining fitokimia simplisia, pembuatan ekstrak,
pengujian analgetik dan antipiretik ini menggunakan 24 ekor tikus jantan galur wistar dibagi 6
kelompok, I (kontrol normal) aquades, II (kontrol negatif) Na CMC 0,5%, III (kontrol positif)
paracetamol 45 mg/kgBB tikus, serta IV, V, dan VI suspensi ekstrak etanol daun karamunting 100,
200 dan 400 mg/kgBB tikus. Rangsangan nyeri dengan cara mencelupkan ekor tikus dalam air
bersuhu 60-70oC. Respon tikus terhadap stimulus nyeri dilakukan sebelum perlakuan (respon normal)
dan 10 menit setelah perlakuan. Sedangkan rangsangan demam pada tikus dengan cara disuntik
vaksin DPT 0,2 ml secara intramuscular. Suhu tikus diukur sebelum perlakuan (suhu awal), 30 menit
setelah vaksin, serta 30 menit setelah perlakuan. Respon tikus terhadap stimulus nyeri serta suhu
tubuh tikus yang diperoleh dianalisis statistik menggunakan SPSS release 23. Hasil: hasil penelitian
menunjukan bahwa ekstrak etanol daun karamunting dosis 100, 200 dan 400 mg/kg bb dapat
meningkatkan respon tikus terhadap stimulasi nyeri dan menurunkan suhu demam tikus yang divaksin
DPT. Dosis efektif ekstrak etanol daun karamunting sebagai analgetik sebesar 200 mg/kgBB tikus
untuk antipiretik sebesar 400 mg tidak berbeda nyata dengan pemberian paracetamol 45mg/kg bb.
Kesimpulan: berdasarkan urain diatas dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun karamunting
dapat digunakan sebagai analgetik dengan dosis efektif 200 mg/kg bb dan antipiretik 400mg/kg bb.

Kata kunci : daun karamunting, analgetik, antipiretik, paracetamol.

ABSTRAK
Background: Antipyretic analgesic is a compound that can relieve pain and can reduce fever. One of
the plants that has potential as antipyretic analgesic is karamunting (Rhodomytrus tomentosa (Aiton)
Hassk). karamunting leaf contains flavonoids that may have an effect as an effect as an analgesic. In
addition, flavonoids could inhibit prostaglandin that has antipyretic effect. Objective: This study aims
to determine the antipyretic analgesic effect of ethanol extrack of karamunting peel end the effect
dose. Method: the study was an experimental study with pretest posttes control group design. This
research includes sample preparation ( sampling, sample identification, making simplicia),
examination of simplicia characteristics, simplicia phytochemical screning, making extracts,
examination Analgesic and antipyretc test using 24 male wistar rats were divided 6 groups, I (normal
control), II (negative control) Na CMC 0,5%, III (positive control) paracetamol 45 mg/kg body
weight, and IV, V, and VI suspension of the ethanol extract of the leaf karamunting 100, 200, 400
mg/kg body weight. Pain stimuly by dipping a rat tail in the water temprature of 60-70 oC. Rat
response to a painful stimulus done prior to tretment (normal response), and 30 minutes after
treatment. While excitatory fever in rat injrction of 0,2 ml vaccine DPT are intramuscular. Body
temprature of rat were measured before treatment (initial temprature), 30 minutes after the vaccine, as

1
Jurnal 'Aisyiyah
Eti marwanti1, Mayang Tari2, Aninditha Rachmah Ramadhiani3,

well as 30 minutes after treatment. Rat response to a painful stimulus and a body temprature of rat
was analyzed using SPSS release 23. Results: analysis results showed that administration of
karamunting leaf ethanol extract dose 100, 200, 400 mg/kg bw The results showed that the ethanol
extract of karamunting leaf can improve the rat response to pain stimulations and lower the mice
vaccinated fever DPT. The effective dose of ethanol extract of karamunting peel as analgesic is 200
mg/kb body weight to antipyretic is 400 mg/kgBB, was not significantly different from administration
of paracetamol 45 mb/kg bw. Coaclusion: based on the above description it can be concluded that
karamunting leaf ethanol extract can be used to anagesic dose in effective 200 mg/kg bw and
antipyretis dose in 400 mg/kg bw.

Keywords : karamunting leaf, analgesics, antypiretc, paracetamol.

PENDAHULUAN dampak negatif ini maka perlu diobati


Nyeri dan demam banyak dialami oleh dengan analgetik antipiretik.
semua orang dari segala usia dan Analgetik antipiretik adalah senyawa
disebabkan oleh banyak hal, nyeri adalah yang sering digunakan oleh manusia dengan
pengalaman sensorik dan emosional yang segala umur yang dapat mengurangi atau
tidak menyenangkan yang berkaitan dengan menghilangkan rasa nyeri tanpa
jaringan rusak atau jaringan yang cenderung menghilangkan kesadaran, sedangkan
rusak. Nyeri merupakan suatu perasaan antipiretik adalah senyawa yang dapat
subyektif pribadi dengan ambang toleransi menurunkan demam (suhu tubuh tinggi)
nyeri yang berbeda beda bagi setiap orang yang dialami oleh seseorang dari segala usia
(Widiastuti, 2009). karna berbagai hal (Tjay, 2008).
Secara patofisiologis, demam adalah Untuk mengatasi kelihan tersebut, umumnya
peningkatan thermoregulatory set point dari masyarakat menggunakan obat sintesis
pusat hipotalamus yang diperantarai oleh sebagai bahan pengobatan untuk
interleukin 1 (IL-1). Secara klinis, demam menghilangkan suatu penyakit, obat-obatan
adalah peningkatan suhu tubuh 1OC atau yang sering digunakan adalah paracetamol
lebih besar diatas nilai rerata suhu normal. dan ibuprofen. Namun obat ini memiliki
Sebagai respons terhadap perubahan set efek samping seperti mual, gatal-gatal dan
point ini, terjadi proses aktif untuk mencapai kehilangan nafsu makan sebenarnya jarang
set point yang baru. Hal ini dicapai secara terjadi, tetapi bisa muncul, penggunaan
fisiologis dengan meminimalkan pelepasan dalam jangka panjang bisa menyebabkan
panas dan memproduksi panas (El-Radhi, kerusakan hati dan ginjal, sehingga
2009). Dampak negatif demam antara lain diperlukan pengobatan alternatif dari
dehidrasi, kekurangan oksigen, kerusakan sediaan bahan alam yang memiliki efek
saraf, sakit kepala, nafsu makan menurun, samping yang rendah (Ermawati, 2010).
lemas dan nyeri otot, untuk mengurangi Oleh karna itu penggunaan obat tradisional

2
Jurnal 'Aisyiyah
Eti marwanti1, Mayang Tari2, Aninditha Rachmah Ramadhiani3,

yang berasal dari kekayaan alam dapat karamunting mengandung senyawa


menjadi pilihan sebagai salah satu flavonoid, saponin, kuinon, monoterpen,
pengobata seskuiterpen, polifenolat, tanin, steroid dan
demam dan nyeri, serta efek samping obat triterpenoid (Putri, 2015). Beberapa
tradisonal relatif kecil sehingga aman penelitin lain telah membuktikan adanya
digunakan, walaupun demikian bukan aktifitas analgetik-antipiretik dari ekstrak
berarti obat tradisional tidak memiliki efek yang mengandung senyawa flavonoid yaitu
samping yang merugikan, bila pengunaan penelitian hesti (2015), Penelitian tersebut
kurang tepat dan kurangnya informasi menyatakan bahwa ekstrak etanol alfalfa
tentang obat tradisional oleh masyarakat (Medicago sativa) mengandung senyawa
merupakan salah satu kendala dalam flavonoid yang dapat berpengaruh analgetik
penggunaan obat tradisional sehingga yang hampir sama dengan paracetamol yaitu
penggunaannya menjadi kurang optimal yang bekerja dengan cara menghambat
(Anggraini, 2010). Pengetahuan tentang penerusan mediator nyeri berkaitan dengan
khasiat obat tradisional lebih banyak reseptor yang ada di ujung-ujung saraf
didasarkan pada pengalaman empiris yang perifer (nocieptor), selain itu flavonoid
kita peroleh secara turun menurun, sehingga mampu menghambat prostaglandin sehingga
untuk menentukan efektivitas obat mempunyai efek antipiretik (hesti, 2015)
tradisional dalam penyembuhan penyakit Penelitian kusnita lia (2015) juga
masih tanda tanya besar (Pratiwi R., 2013). menyimpulkan senyawa flavonoid dalam
Diantara sekian banyak tanaman obat di ekstrak etanol kulit buah mangis (Garcinia
Indonesia dikenal beberapa tanaman obat mangostana) mempunyai aktivitas
yang digunakan secara empiris untuk analgetik-antipiretik, flavonoid dapat
mengatasi demam dan nyeri. Tanaman yang berkhasiat analgesik dengan cara
dipercaya dapat digunakan sebagai obat menghambat sikloosigenase yang
adalah daun karamunting (Rhodomyrtus merupakan enzim yang
tomentosa (Aiton) Hassk). Menurut bertanggungjawab dalam pembentukan
Dalimartha (2006), karamunting berfungsi seperti prostaglandin dan tromboksan
sebagai pereda demam (antipiretik), sehingga mempunyai efek antipiretik
penghilang nyeri (analgesik), peluruh (Kusnita lia et al., 2015).
kencing (diuretik), menghilangkan Hingga saat ini belum ada penelitian
pembengkakan, melancarkan aliran darah mengenai khasiat daun karamunting sebagai
dan menghentikan pendarahan. analgesik-antipiretik sehingga peneliti
Berdasarkan penelusuran literatur daun tertarik untuk melakukan penelitian uji

3
Jurnal 'Aisyiyah
Eti marwanti1, Mayang Tari2, Aninditha Rachmah Ramadhiani3,

aktivitas analgetik-antipiretik ekstrak etanol putih jantan Galur wistar umur 2-3 bulan
daun karamunting secara in vivo. bobot kurang lebih 200 gram dalam Kondisi
METODOLOGI PENELITIAN hewan sehat. Jumlah Tikus putih jantan
Penelitian ini bersifat eksperimental Galur wistar yang digunakan sebanyak 24
laboratorium dengan desain uji pretest- ekor. Sebelum percobaan dimulai, terlebih
postest control group design. Variabel dahulu Tikus dipelihara selama 1 minggu
bebas penelitian ini yaitu peningkatan dengan perlakuan yang baik untuk
peningkatan dosis ekstrak daun menyesuaikan dengan lingkungannya..
karamunting, variabel tergantung yaitu Pembuatan Ekstrak
waktu penarikan ekor mencit (the tail Sebanyak 500 gram serbuk simplisia
flick) dan suhu tubuh tikus (oC) sebelum dimasukkan ke dalam wadah gelas bewarna
dan sesudah perlakuan. Variabel yang gelap, dituangi 75 bagian cairan penyari
dikendalikan meliputi berat badan, (etanol 70%), ditutup, dibiarkanselama 5
umur dan jenis kelamin mencit, dan hari dan terlindung dari cahaya sambil
sttres terhadap kondisi tempat sering diaduk, lalu disaring. Ampas dicuci
percobaan. dengan cairan penyari secukupnya hingga
Alat-alat diperoleh 100 bagian. Dibiarkan selama 2
Alat yang digunakan dalam penelitian hari, dienap tuangkan atau saring (Ditjen
ini antara lain kandang tikus, timbangan POM, 1979). Maserat yang diperoleh
listrik, oven, blender, bejana maserasi, dipekatkan dengan menggunakan rotary
rotary evaporator, pipet tetes, corong, evaporator padasuhu ±40oC sampai
perkamen, spatula, labu ukur, becker glass, diperoleh ekstrak kental.
sonde, termometer digital, Stopwatch, Prosedur Penelitian
Kapas/tissue steril Uji analgetik
Bahan Tumbuhan a. Ditimbang 24 ekor tikus jantan putih
Bahan tanaman yang digunakan dalam galur wistar dengan BB 180-200 gram
penelitian ini adalah daun karamunting, b. Dipuasakan selama 18 jam, air minum
yang diambil dari desa Pedamaran tetap diberikan.
kabupaten. Bahan lain yang digunakan c. Dibagi secara acak dalam 6 kelompok
adalah etanol 70%, ekstrak kental daun dalam setiap kelompok masing-masing
karamunting, Vaksin DPT, Alkohol, Na 4 tikus.
CMC Paracetamol, aquades, 1) Kelompok I kontrol normal diberi
Hewan Percobaan perlakuan aquades.
Hewan uji yang digunakan adalah Tikus 2) Kelompok II kontrol negatif diberi

4
Jurnal 'Aisyiyah
Eti marwanti1, Mayang Tari2, Aninditha Rachmah Ramadhiani3,

perlakuan suspensi Na CMC secara efek analgeetik hilang, data respon


oral. waktu terhadap stimulus nyeri dari dua
3) Kelompok III kontrol positif diberi pengamatan terakhir dicatat dan dirata-
suspensi paracetamol 45 mg/kgbb rata sebagai respon normal tikus
secara oral, terhadap stimulus nyeri.
4) Kelompok IV diberi ekstrak etanol Uji antipiretik
daun karamunting 100 mg/kgBB, a) Sebelum perlakuan, hewan uji
5) Kelompok V diberi ekstrak etanol diadaptasi dalam ruangan percobaan
daun karamunting 200 mg/kbBB, selama kurang lebih 18 jam,
6) Kelompok VI diberi ekstrak etanol b) kemudian dipuasakan selama 6 jam
daun karamunting 400 mg/kgBB sebelum perlakuan. Tetapi tetap
d. Sebelum pemberian obat uji, ekor tiap- diberi minum.
tiap tikus dicelupkan dalam penangas c) Hewan uji kemudian mencit putih
air suhu 40 oC dan dicatat waktu waktu sebanyak 25 ekor dikelompok menjadi
yang diperlukan tikus untuk 6 kelompok,masing-masng terdiri atas 4
menjentitkan ekornya keluar dari ekor tikus
penangas air. d) Suhu rektal tikus putih terlebih dahulu
e. Tiap rangkaian pengamatan dilakukan kita ukur untuk mengetahui suhu
tiga kali, selang dua menit. Catat dari normal sebelum disuntik vaksin dan 30
hasil dua pengamatan terakhir, dirata- menit setelah disuntik vaksin DPT
rata sebagai respon normal tikus untuk mengetahui derajat peningkatan
terhadap stimulasi nyeri. suhu tubuh setelah penyuntikan
f. Kemudian tikus masing-masing vaksin.
kelompok diberi perlakuan sesuai e) Mencit disuntik vaksin DPT dengan
kelompoknya secara oral. dosis sesuai dengan konvernsi dosis
g. Diamkan 10 menit kemudian dinilai secara intramuscular dibagian paha.
respon masing masing tikus terhadap f) 30 menit setelah disuntik vaksin ketika
stimulus nyeri seperti pada poin f. Jika terjadi demam masing-masing
tikus tidak menjentitkan ekornya keluar kelompok mendapat perlakuan yang
air panas (suhu 40oC) dalam waktu 10 berbeda yaitu
detik, maka dapat dianggap bahwa tikus g) Kelompok 1 kontrol kontrol normal
tidak menyadari stimulus tersebut. diberi perlakuan aquades tanpa
h. Ulangi penilaian respon tikus selang 20, disutik vaksin DPT
30, 60, 90 menit dan seterusnya sampai 1) Kelolompok II kontrol negatif di

5
Jurnal 'Aisyiyah
Eti marwanti1, Mayang Tari2, Aninditha Rachmah Ramadhiani3,

beri perlakuan Na CMC


2) Kelompok III kontrol positif diberi HASIL DAN PEMBHASAN
suspensi paracetamol 45 mg/kgBB
Karakteristik simplisia
tikus
Pengujian karakteristik simplisia
3) Kelompok IV ekstrak daun
meliputi identifikasi makroskopis,
karamunting 100 mg/kbBB
karakteristik simplisia dan kadar flavonoid.
4) Kelompok V ekstrak daun
Karakteristik simplisia
karamunting 200 mg/kgBB
Hasil pemeriksaan susut pengeringan,
5) Kelompok VI ekstrak daun
kadar abu total dan dan kadar abu tidak larut
karamunting 400 mg/kgBB
asam Berdasarkan hasil pemeriksaan, serbuk
simplisia daun karamunting mempunyai
h) . Tiga puluh menit sejak perlakuan suhu
susut pengeringan sebesar 0,453 %,
rektal diukur kembali sampai menit ke
Penetapan kadar abu total serbuk simplisia
-20, 40, 60, 90, 120, 150 dan 180
sebesar 0,124 % dan kadar abu tidak larut
setelah pemberian sediaan uji.
asam serbuk simplisia sebesar 0,91%.
Teknik analisis data
Skrinig fitokimia
Data yang diperoleh dalam
Pada penelitian menentukan kadar
penelitian ini berupa respon waktu
flavonoid ekstrak etanol daun karamunting
terhadap stimulus nyeri (geliat) dan
(Rhodomytrus tomentosa (ait) hassk)
suhu tubuh. Teknik analisis data yang
dilakukan mengunakan metode maserasi
akan digunakan tergantung pada hasil
dengan pelarut etanol 70%. pengukuran
distribusi data. Jika distribusi data yang
kadar senyawa flavonoid menggunakan
didapatkan normal dan varians
spektrovotometri UV-vis. dari hasil daun
homogen, maka teknik analisis data
karamunting (Rhodomytrus tomentosa (ait)
yang digunakan adalah one way anova
hassk) positif mengandung senyawa
Jika terdapat perbedaan yang bermakna
flavonoid yang merupakan senyawa yang
maka dilanjutkan dengan uji post hoc.
diukur kadarnya sebagai senyawa yang
Derajat kemaknaan yang digunakan
berpotensi sebagai analgetik antipiretik.
adalah α = 0,05. dan dilajuntkan dengan
Pada konsentrasi 1000 ppm didapat
uji tukey
kadarnya sebesar 1,03 %. dan hasil skrinig
jika data tidak terdistribusi normal
fitokimia mikriskopis menunjukan adanya
maka uji dilanjut kan dengan uji non
senyawa flavonoid dengan terbentuknya
parametrik dengan metode uji man
endapan warna kuning
withney.

6
Jurnal 'Aisyiyah
Eti marwanti1, Mayang Tari2, Aninditha Rachmah Ramadhiani3,

Metode Uji Analgetik Untuk melihat adanya perbedaan rata-


Metode uji analgetik yang digunakan rata untuk setiap kelompok perlakuan maka
dalam penelitian ini adalah metode jentik dilakukan uji statistik dengan analisis one
ekor. Induksi untuk menimbulkan rasa way ANOVA. Sebelum di uji anova,
nyeri yaitu rangsangan fisis berupa panas dilakukan uji normalitas terlebih dahulu
yang berasal dari air dalam penangasan air untuk melihat apakah data tersbut
yang sudah diatur suhunya, yaitu 60-70 oC . terdistribusi normal atau tidak. Pengujian
Sebelum percobaan tikus dipuasakan one way anova dilanjutkan apabila nilai P
terlebih dahulu selama 18 jam tetapi air lebih besar dari taraf nyata 0,05 (p>0,05.
minum tetap diberikan, langkah awal Hasis stimulus nyeri rata-rata tikus dapat
dilakukan orientasi terlebih dahulu untuk dilihat pada tabel 4.4 dan hasil responden
melihat respon hewan uji terhadap untuk setiap kelompok dapat dilihat pada
rangsangan nyeri, Yaitu dengan cara tabel
mencelupkan ekor hewan uji kedalam
penangas air, dan dicatat waktu yang
diperlukan tikus untuk menjentikan ekornya
keluar dari penangas air yang selanjutnya
disebut sebagai data respon waktu terhadap
stimulus nyeri.

Tabel data rata-rata waktu terhadap stimulus nyeri dan setelah perlakuan Na CMC 0,5%,
paracetamol dan ekstrak etanol daun karamunting
Kelompok uji Rata-rata Respon waktu terhadap stimulus nyeri
Jentik Menit ke- Menit ke- Menit ke- Menit ke- Menit Menit Menit
normal 10 20 30 60 ke-90 ke120 ke-150
Kontrol normal -640 -422 -1.182 -1,040 -550 -940 -837 -670
       
19668 38903 33676 40853 40468 40143 38810 33597

Kontrol Na CMC -640 -422 1.182 1.040 550 940 837 670
       
19668 38903 33676 40853 40468 40143 38810 33597
Paracetamol dosis 45 757 1.307 3.012 3.542 3.767 3.530 3.345 3.230
mg/kgbb        
19668 38903 33676 40853 40468 40143 38810 33597

EEDK dosis 100mg/kgbb 315 707 850 1.300 1.025 832 962 950
       
19668 38903 33676 40853 40468 40143 38810 33597

087 
EEDK dosis 200mg/kgbb 492 1.335 1.662 2.185 832 2.955 2.825
19668       
38903 33676 40853 40468 40143 38810 33597
EEDK dosis 400mg/kgbb 535 702 1.262 1.772 1.737 2.600 3.007 2.367
       
19668 38903 33676 40853 40468 40143 38810 33597

7
Jurnal 'Aisyiyah
Eti marwanti1, Mayang Tari2, Aninditha Rachmah Ramadhiani3,

Tabel data responden waktu terhadap stimulus nyeri dan setelah perlakuan Na CMC
0,5%, paracetamol dan ekstrak etanol daun karamunting
Kelompok uji Respon waktu terhadap stimulus nyeri
P awal Menit 10 Menit 20 Menit 30 Menit 60 Menit 90 Menit 120 Menit 150
Kontrol normal - - - - - - - -
0,043 b 0,881 0,026 b 0,163 0,749 0,228 0,303 0,383
0,013 c 0,035 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c

Kontrol Na CMC 0,043 a 0,881 0,026 a 0,163 0,749 0,228 0,303 0,383
- - - - - - - -
0,990 0,035 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c

Paracetamol dosis 45 0,013a 0,035 a 0,000 a 0,000 a 0,000 a 0,000 a 0,000 a 0,000 a
mg/kgbb 0,099 0,254 0,000 b 0,000 b 0,000 b 0,000 b 0,000 b 0,000 b
- - - - -

EEDK dosis 100mg/kgbb 0,608 0,479 0,169 0,050 0,166 0,343 0,182 0,098
0,577 0,975 0,916 0,987 0,843 1,000 0,999 0,957
0,264 0,634 0,000 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c 0,000 c

EEDK dosis 200mg/kgbb 0,997 0,799 0,010 a 0,008 a 0,000 a 0,000 a 0,000 a 0,000 a
0,101 1,000 0,997 0,654 0,008 0,000 b 0,000 b 0,000 b
0,032 0,333 0,001 c 0,003 c 0,001 c 0,985 0,919 0,829

EEDK dosis 400mg/kgbb 0,119 0,487 0,016 a 0,005 a 0,005 a 0,000 a 0,000 a 0,000 a
0,994 0,977 1,000 0,494 0,080 0,007 b 0,000 b 0,001 b
0,862 0,636 0,001 c 0,005 c 0,001 c 0,238 0,949 0,157

a : berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kelompok normal


b : berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kelompok na CMC
c : berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kelompok positif

Hasil penelitian Perlakuan normal karamunting dalam air karena ekstrak etanol
dibandingkan dengan kelompok Na CMC tidak larut dalam air. Sedangkan
dari keseluruhan data menunjukan paracetamol sendiri telah terbukti
perbedaan yang tidak signifikan (p>0,05), mempunyai kerja analgetik antipiretik tetapi
kelompok normal dibandingkan dengan tidak mempunyai aktifitas anti-inflamasi.
positif p(c) pada keseluruhan data dari menit Paracetamol atau acetaminofen menghambat
10 sampai 150 menunjukan perbedaan yang sintesa prostaglandin secara lemah dan tidak
signifikan (p<0,05), ini artinya kelompok mempunyai efek pada agregas platelet
normal dengan CMC memiliki efek yang (Stringee 2009). paracetamol merupakan
sama. Sedangkan dengan paracetamol salah satu contoh analgetik perifer yang
memiliki perbedaan yang signifikan baik itu berkerja dengan cara menghambat
normal ataupun CMC, maka dari itu Na penerusan mediator nyeri berikatan dengan
CMC digunakan sebagai sebagai suspending reseptor yang ada diujung-ujung saraf
agent yaitu suatu zat yang dapat perifer (nociccptor).
mendispersikan ekstrak etanol daun Pada kelompok perlakuan EEDK 100

8
Jurnal 'Aisyiyah
Eti marwanti1, Mayang Tari2, Aninditha Rachmah Ramadhiani3,

mg/kgBB. Pada ekstrak 100 mg jika signifikan pada menit ke 90-150. hal ini
dibandingkan dengan kelompok normal menunjukan ekstrak etanol daun
pada menit ke-20, 60, 90 dan 120 karamunting dosis 200 mg/kgBB dan
menunjukan perbedaan yang tidak paracetamol menunjukan efek yang sama
signifikan, dan menit ke 30 dan 150 yaitu memilik efek sebagai analgetik pada
menunjukan perbedaan yang signifikan. menit ke-90.
untuk ekstrak 100 mg dengan perbedaan Na pada EEDK dosis 400 mg/kgBB ,
CMC p(b) menunjukan perbedaan yang perbedaan EEDK dosis 400 mg/kg bb
tidak berbeda signifikan (p>0,05) dari menit dengan kelompok normal pada jentik
10 sampai 150. ini artinya EEDK Dosis 100 normal dari menit ke10 menunjukan
mg memiliki khasiat yang sama seperti Na perbedaan yang tidak signifikan, tetapi di
CMC yaitu tidak menimbulkan efek menit 20-150 memiliki perbedaan yang
analgetik atau tidak berefek sebagai signifikan (p<0,05) . Dan pada perbedaan
analgetik, dan untuk perbedaan EEDK 100 EEDK dosis 400 mg dengan kelompok Na
mg dengan positif pada menit ke 20-150 CMC p(b) pada menit 10-60 tidak memiliki
menunjukan (p<0,05) berbeda signifikan, ini perbedaan yang signifikan (p>0,05), dan
menunjukan dosis 100 mg belum pada menit ke 90-150 memiliki perbedaan
menunjukan efek analgetik karna hampir yang signifikan dengan kelompok na CMC
sama dengan kontrol Na CMC yang tidak hal ini menunjukan EEDk 400 mg
memiliki efek sebagai analgetik. mengalami peningkatan respon nyeri karna
Kelompok perlakuan EEDK 200 pada menit ke 90, 120 dan 150 sudah
mg/kgBB . perbedaan EEDK dosis 200 mg berbeda signifikan dengan na CMC., Dan
dengan kelompok normal p(a) menunjukan EEDK 400 mg dengan kontrol positif tidak
pada menit ke 20-150 menunjukan berbeda signifikan pada menit ke 90,120
perbedaan yang signifikan (p<0,05) hal ini dan 150, hal ini menunjukan ekstrak dosis
menunjukan EEDK 200 mg memiliki 400 mg memilik peningkatan efek sebagai
perbedaan khasiat dengan kelompok normal. analgetik mulai dari menit ke 90.
Dan EEDK 200 mg dengan kelompok Na kelompok perlakuan yang memberikan
CMC p(b) menujukan perbedaan yang waktu perangsangan stimulus nyeri yang
signifikan pada menit ke 60-150 ini berarti tidak berbeda signifikan (p>0,05) dengan
EEDK dosis 200 mg juga memiliki efek paracetaamol adalah pemberian ekstrak
yang berbeda dengan Na CMC. Dan untuk daun karamunting dosis 200 dan 400
EEDK 200 mg/kgBB dengan kelompok mg/kgBB tikus. Berdasarkan hal ini ekstrak
positif ini menunjukan perbedaan yang tidak etanol daun karamunting terbukti

9
Jurnal 'Aisyiyah
Eti marwanti1, Mayang Tari2, Aninditha Rachmah Ramadhiani3,

mempunyai efek analgetik dengan dosis peningkatan respon yang lebih baik dari
efektif sebesar 200 mg/kgBB tikus. pada dosis 400 mg/kb bb. Hal ini sering
berdasarkan metode yang digunakan terjadi pada obat bahan alam, karna
dalam penelitian ini, ekstrak etanol daun komponen senyawa yang dikandungnya
karamunting 200mg/kgBB memiliki efek tidak tunggal melainkan terdiri dari berbagai
analgetik yang mendekati dengan macam senyawa kimia, karna boleh jadi
paracetamol 45 mg/kgBB pada menit ke 90. komponen komponen tersebut saling
Hasil yang didapat sebanding dengan berinteraksi untuk menimbulkan efek.
hasil penelitian uji aktivitas analgetik- Namun dengan peningkatan dosis, jumlah
antipiretik ekstrak etanol alfalfa (medicago senyawa kimia yang dikandung semakin
sativa) pada tikus putih jantan galur wistar banyak sehingga terjadi interaksi yang
(Wulan, Rininigsih dan Puspitanigrum, menurunkan efek (Pasaribu, 2012).
2015). penelitian ini memperkuat bukti Metode Uji Antipiretik
penelitian sebelumnya bahwa senyawa yang Sebelum pengujian tikus dipuasakan
berkhasiat sebagai analgetik-antipiretik terlebih dahulu selama 18 jam tetapi tetap
adalah flavonoid. diberikab minun. Hewan uji diinduksi
Kandungan Ekstrak etanol daun dengan vaksin DPT 0,2 mL (Difteri pertusis
karamunting yang berkhasiat sebagai tetanus) secara intramuscular. Data
analgetik adalah kandungan flavonoid nya, penelitian berupa suhu normal sebelum
dimana flavonoid berarti memiliki perlakuaan sediaan uji suhu setelah
mekanisme kerja yang sama dengan pemberian vaksin atau pada suhu demam
kelompok kontrol paracetamol yaitu dan 30, 60, 90,120, 150, 180 menit setelah
mekanismenya menghambat penerusan pemberian sediaan uji suhu diukur dengan
mediator nyeri, atau berkhasiat analgetik menggunakan thermometer digital.
menghambat sikloosigenase yang Seluruh hewan uji pada masing-masing
merupakan enzim yang bertangung jawab kelompok perlakuan yang telah mengalami
dalam pembentukan seperti prostaglandin demam, diberi perlakuan Na CMC 0,5%
dan tromboksan sehingga mempunyai efek (kontrol negatif), paracetamol 45 mg/kgBB
analgetik. (kontrol positif) dan ekstrak etanol daun
Peningkatan dosis seharusnnya karamunting (100, 200, 400) mg/kgBB
meningkatkan respon sebanding dengan secara oral, dan untu kelompok normal itu
dosis pemberian, tidak demikian pada tanpa perlakuan uji atau tanpa induksi tikus
penelitian ini, dimana pada kelompok uji antipiretik semua kelompok perlakuan
pemberian 200 mg/kg bb menunjukan dapat dilihat pada tabel 4.6

10
Jurnal 'Aisyiyah
Eti marwanti1, Mayang Tari2, Aninditha Rachmah Ramadhiani3,

Untuk melihat adanya perbedaan rata- terdistribusi normal atau tidak. Pengujian
rata untuk setiap kelompok perlakuan maka one way anova dilanjutkan apabila nilai P
dilakukan uji statistik dengan analisis one lebih besar dari taraf nyata 0,05 (p>0,05).
way ANOVA. Sebelum di uji anova,
dilakukan uji normalitas terlebih dahulu
untuk melihat apakah data tersbut
tabel rata-rata suhu rektal (oC) tikus sebelum perlakuan, saat Demam dan setelah perlakuan
normal, CMC 0,5%, paracetamol dan ekstrak etanol daun karamunting.

Kelompok uji
Suhu tikus (0C)
Suhu Suhu Menit 30 Menit Menit Menit Menit Menit
awal demam 60 90 120 150 180

Kontrol normal 35.674 35.755 35.600 35.875 36.075 35.725 35.525 36.050
   3742     
35940 17078 2630 8098 4573 0500 3697
Kontrol Na CMC 36.050 37.300 37.600 37.750 37.525 37.325 37.300 36.850
      3304  
20817 18257 2160 2380 2500 0816 4509
Paracetamol dosis 45 mg/kgBB 36.050 37.600 37.650 36.925 37.350 36.925 36.475 35.950
   2646    4193  
46547 35590 9946 4435 2754 1291
EEDK dosis 100 mg/kgBB 35.000 37.075 37.450 37.350 37.125 36.975 36.475 36.125
       
39158 45735 3317 2517 2217 5252 4673 4573
EEDK dosis 200 mg/kgBB 35.675 36.975 37.300 37.200 37.325 36.975 36.475 35.625
       
39476 26300 2944 2160 2363 2872 2986 1708
EEDK dosis 400 mg/kgBB 35.900 36.875 37.225 37.425 37.125 36.755 36.600 36.250
       
35590 34034 2630 3862 1708 4500 2160 3000
o
tabel Data responden suhu rektal ( C) tikus sebelum perlakuan, saat Demam dan setelah
perlakuan normal, CMC 0,5%, paracetamol dan ekstrak etanol daun karamunting.

11
Jurnal 'Aisyiyah
Eti marwanti1, Mayang Tari2, Aninditha Rachmah Ramadhiani3,

Kelompok uji
Suhu tikus (0C)
Suhu awal Suhu demam Menit 30 P 60 P 90 P 120 P 150 P 180

Kontrol normal - - - - - - - -
0,149 0,021 b 0,021 b 0,020 b 0,002 b 0,020 b 0,017 b 0,083
0,110 0,021 c 0,021 c 0,245 0,037 c 0,020 c 0,018 c 0,663

Kontrol Na 0,149 0,021 a 0,021 a 0,020 a 0,002 a 0,020 a 0,017 a 0,083


CMC - - - - - - - -
1,000 0,191 0,770 0,083 0,554 0,191 0,020 b 0,021 b

Paracetamol 0.110 0,021 a 0,021a 0,245 0.037 a 0,020 a 0,018 a 0,663


dosis 45 1.000 0,191 0,770 0,083 0,554 0,191 0,020 b 0,021 b
mg/kgBB - - - - - - - -

EEDK dosis 100 0,468 a 0,021 a 0,020 a 0,019 a 0,019 a 0,019 a 0,018 a 0,885
mg/kgBB 0,059 b 0,468 0,378 0,058 0,076 0,146 0,020 b 0,059
0,110 c 0,110 0,306 0,561 0,243 0,306 0,885 0,468

EEDK dosis 200 0,884 0,021 a 0,021 a 0,019 a 0,019 a 0,019 a 0,017 a 0,110
mg/kgBB 0,139 0,080 0,114 0,029 b 0,237 0,149 0,019 b 0,021 b
0,245 0,059 0,110 0,885 0,536 0,882 0,884 0,029 c
EEDK dosis 400 0,021 a 0,021 a 0,020 a 0,020 a 0,027 a 0,018 a 0,306 0,559
mg/kgBB 0,663 0,059 0,110 0,248 0,059 0,058 0,020 b 0,081
0,564 0,043 b 0,083 0,663 0,245 0,554 0,468 0,142

a : berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kelompok normal


b : berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kelompok na CMC
c : berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kelompok positif

Pada penelitian ini hewan uji di induksi (demam). dan untuk pembanding kelompok
dengan vaksin DPT untuk menimbulkan normal dengan paracetamol P(c)
demam demam yang dihasilkan disebabkan menunjukan perbedaan yang signifikan
oleh adanya kandungan toksin mikroba pada suhu demam dengan menit ke 30, 90,
bordetella pertusis dalam vaksin sebagai 120,dan 150. dan untu menit 60 dan 180 itu
respon pertahann tubuh sel-sel mononuklean menujukan perbedaan yang tidak signifikan
mengeluarkan sitokin pro-inflamasi yang (p>0,05) itu artinya pada menit akhir 150
mempengaruhi pusat termoregulasi pada pemberian paracetamol mengalami
hipotalamus untuk meningkatkan suhu penurunan suhu tubuh kembali ke normal,
tubuh. Hal ini menunjukan bahwa paracetamol
Hasil penelitian ini kelompok normal dosis 45 mg/kgBB tikus memang telah
dengan pembanding Na CMC menunjukan terbukti secara klinis sebagai antipiretik.
perbedaan yang signifikan (p<0,05) dari Karna Paracetamol telah terbukti
suhu demam hingga menit ke-150 hal ini mempunyai kerja analgetik-antipiretik.
dikarenakan Na CMC diberi induksi vaksin Paracetamol atau acetaminofen menghambat
DPT (Difteri pertusis tetanus) sehingga sintesa prostaglandin secara lemah dan tidak
mengalami peningkatan suhu tubuh mempunyai efek pada agregas platelet

12
Jurnal 'Aisyiyah
Eti marwanti1, Mayang Tari2, Aninditha Rachmah Ramadhiani3,

(Stringee 2009). paracetamol merupakan signifikan hal ini menunjukan EEDK 200
salah satu contoh analgetik perifer yang mg mengalami penurunan suhu diakhir
berkerja dengan cara menghambat menit, dan untuk EEDK 200mg dengan Na
penerusan mediator nyeri berikatan dengan CMC pada suhu awal,suhu demam, menit
reseptor yang ada diujung-ujung saraf ke 30, 90, dan 120 itu menunjukan tidak
perifer (nociccptor). berbeda signifikan tapi di menit ke 60, 150
Pada kelompok perlakuan EEDK 100 dan 180 menunjukan perbedaan yang
mg/kgBB. Pada ekstrak 100 mg jika signifikkan ini artinya EEDK memilik efek
dibandingkan dengan klompok normal pada penurunah suhu tubuh di menit 150 dan 180.
menit suhu awal sampai 150 menunjukan dan untuk EEDK 200 mg dengan kontrol
perbedaan yang signifikan dan menit 180 positif dari suhu awal sampai menit ke 150
menunjukan perbedaan yang tidak berbeda menunjukan perbedaan yang tidak berbeda
signifikan ini artinya dosis 100 mg signifikan, tapi dimenit 180 berbeda
mengalami penurunan suhu dimenit-menit signifikan ini berarti pada menit terakhir
terakhir, dan untuk EEDK 100 mg suhu demam mengalami peningkatan, hal
perbandingan dengan Na CMC menunjukan seperti ini bisa disebabkan oleh banyak
dimenit suhu awal sampai3 30, 60, 90, 120 faktor Menurut Putra (2015) penurunan
dan 180 menunjukan tidak berbeda yang berfariasi ini disebabkan oleh banyak
signifikan tapi dimenit 150 itu menunjukan faktor yang mempengaruhi seperti stres dan
berbeda signifikan, hal ini berarti suhu kelelahan yang dialami akibat pengukuran
tubuh mengalami naik turunya suhu tubuh berulang pada rektum tikus.
dan untuk EEDK 100 mg dengan Pada EEDK 400 mg/kgBB, perbedaan
perbandingan paracetamol menunjukan dari EEDK 400 mg dengan kelompok normal
suhu awal sampai menit ke 180 menunjukan menunjukan perbedaan yang signifika dari
perbedaan yang tidak berbeda signifikan suhu awal sampai menit ke 120, dan pada
(p>0.05) ini berarti EEDK 100 mg meliliki menit 150 dan 180 menunjukan perbedaan
efek yang sama dengan paracetamol yaitu yang tidak berbeda signifikan, hal ini
dapat menurunkan suhu demam tubuh. menunjukan EEDk 400 mg mengalami
Kelompok perlakuan EEDK 200 penurunan suhu tubuh, kenapa penurunan
mg/kgBB. Perbedaan EEDK 200mg dengan suhu tubuh hampir seluruh perlakuan
kelompok normal menunjukan perbedaan perbandingan dengan normal terjadi pada
yang signifikan p<0,05 pada suhu demam menit-menit terakhir karena pada kelompok
sampai menit ke 150, dan pada menit ke 180 normal tidak diberi induksi Vaksin DPT,
menunjukan perbedaan yang tidak berbeda dan pada pelakuan diberi vaksin DPT

13
Jurnal 'Aisyiyah
Eti marwanti1, Mayang Tari2, Aninditha Rachmah Ramadhiani3,

sehingga mengalami kenaikan suhu tubuh. efek obat , misalnya absorbsi yang
EEdk 400 mg demgan Na CMC memiliki berlebihan, kemudahan difusi, keadaan hati
perbedaan yang signfikan pada menit ke 150 dan keadaan ginjal.
dan 180, hal ini berarti EEDK 400mg uji antipiretik mengunakan induksi
dengan NA CMC memilik efek yang vaksin DPT (Difteri pertusis tetanus) vaksin
berbeda, dan untuk EEDK 400 mg dengan DPT mengandung bakteri clostridium tetani,
pembanding kontrol positif menunjukan corynebacterium dipteriae dan bordetalla
pada suhu awal sampai menit 180 pertusis yang telah diinaktifkan sehingga
menunjukan perbedaan yang tidak berbeda mekanisme kerjanya merangsang tubuh
signifikan (p>0,05) hal ini menunjukan membentuk antibody terhadap penyakit
EEDK dengan kontrol positif memiliki efek dipeptri, tetanius dan pertusif, perlakuan
yang sama dapat menurunkan suhu sebanyak 0,5 ml pada tikus dan marmut
tubuhyang berarti memiliki mekanisme secara intramuscular dapat meningkatkan
kerja yang hampir sama ini berarti flavonoid suhu tubuh sampai  38oC setelah 30-60
dapat bekerjaa dengan menghambat menit penyuntikan. Pada penelitian kali ini
penerusan mediator nyeri, atau berkhasiat suhu setelah penyuntikan vaksin DPT tidak
analgetik menghambat sikloosigenase yang sampai mencapai  38oC . hal ini mungkin
merupakan enzim yang bertangung jawab disebabkan karena dosis yang digunakan
dalam pembentukan seperti prostaglandin hanya 0,2 mL. Namun hewan uji dalam
dan tromboksan sehingga mempunyai efek penelitian ini sudah bisa dikatakan demam,
analgetik antipiretik. karena menurut pendapat john et al dalam
Penurunan suhu setelah pemberian suladmirah (2012) mengatakan bahwa suhu
perlakuan pada masing-masing tikus tidak demam tubuh tikus yaitu 37,4oC.
sama meskipun dalam satu kelompok Sebelumnya suhu awal tikus diukur
perlakuan. Menurut Putra (2015) penurunan menggunakan termometer digital.
yang berfariasi ini disebabkan oleh banyak Ekstrak etanol daun karamunting yang
faktor yang mempengaruhi seperti hormon, berkhasiat sebagai analgetik adalah
lingkungan seperti makanan dan diet, kandungan flavonoid nya, dimana pada
kondisi lambung, dan dapat pula disebabkan penelitian ini menunjukan EEDK dosis 400
oleh faktor fisiologis seperti stres dan mg/kgBB menunjukan perbedaan yang tidak
kelelahan yang dialami akibat pengukuran signifikan dengan kelompok paracetamol
berulang pada rektum tikus. Selain itu juga berarti memiliki mekanisme kerja yang
dapat disebabkan faktor patologis yaitu hampir sama ini berarti flavonoid dapat
faktor penyulit yang dapat meningkatkan

14
Jurnal 'Aisyiyah
Eti marwanti1, Mayang Tari2, Aninditha Rachmah Ramadhiani3,

bekerjaa dengan menghambat penerusan (Rhodomytrus tomentosa (ait) hassk)


mediator nyeri, atau berkhasiat analgetik memiliki efek antipiretik pada tikus
menghambat sikloosigenase yang putih jantan
merupakan enzim yang bertangung jawab 2. Dosis EEDK 200 mgg/kgbb adalah
dalam pembentukan seperti prostaglandin dosis yang paling efektif sebagai
dan tromboksan sehingga mempunyai efek analgetik dibanding dosis yang lain.
analgetik antipiretik. Dan untuk antipiretik dosis 400
Hasil didapat sebanding dengan hasil mg/kgBB adalah dosis yang paling
penelitian efek Analgetik-antipiretik Ekstrak efektif dibanding dosis yang lain.
Etanol Kulit Buah Manggis (garcinia
Mangostana L.) pada Tikus Putih Jantan SARAN
galur Wistar. Penelitian ini memperkuat Berdasarkan pembahasan dan
bukti penelitian sebelumnya bahwa senyawa kesimpulan, maka disarankan untuk
yang berkhasiat sebagai analgetik-antipiretik penelitian selanjutnya:
adalah flavonoid. 1. Dilakukan pengujian toksisitas terhadap
penggunaan EEDK agar dapat
KESIMPULAN DAN SARAN ditentukan dosis aman yang dapat
kesimpulan digunakan untuk pemakaian.
Berdasarkan hasil penelitian efek 2. Semoga dengan adanya penelitian ini
analgetik antipiretik dapat disimpulkan dapat dijadikan bahan refrensi dan
bahwa. bermanfaat bagi pembaca.
1. Ekstrak daun karamunting

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini ,Wenny. 2010. Efek Anti-inflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji pada Tikus
Putih Jantan galur wistar. Surakarta: skripsi, fakultas farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia menguak Kekayaan Tumbuhan


Indonesia. Jakarta: Niaga Swadaya.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. farmakope Indonesia, edisi III.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

15
Jurnal 'Aisyiyah
Eti marwanti1, Mayang Tari2, Aninditha Rachmah Ramadhiani3,

El-radhi A.S., Carroll J., Klein N. and Abbas A., 2009, Fever, dalam El-Radhi S.A., Carroll J.
and Klein N (Eds), Clinical Manual of Fever in Childern, Edisi ke-9, 1-24, Springer-
Verlag,Berlin.

Ermawati, E.F., 2010. Efek Antipiretik Ekstrak Daun Pare (momordica charantia l) Pada
Tikus Putih Jantan. Surakarta: Universitas sebelas maret fakultas Kedokteran.

Hesti wulan S., 2015 Uji efek Analgetik Antipiretik Ekstrak Etanol Alfalfa (Medicago
Sativa) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Semarang :Universitas Wahid Hasim.

Kusnita lia., 2015. Efek Analgetik Antipiretik Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (garcinia
Mangostana L) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
“Yayasan Pharmasi” Semarang.

Pasaribu,F., Panal, S., Saiful, B. 2012. Uji Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) Terhadap penurunan pada Glukosa Darah Journal Of Pharmaceutics
And Pharmacologi 1(1): 1-8.

Pratiwi, R,. posangi, J., dan Fatimawali, 2013. uji efek analgesik ekstrak etanol daun gedi
(abelmoschus manihot L) pada mencit jurnal e-biomedik.

Putri, A.A.A, Mulkiya, K., sadiyah, E.R. 2015. pengaruh perbedaan pelarut ekstrak terhadap
kadar senyawa yang berpotensi memiliki aktivitas analgetik dari ekstrak daun dan buah
karamunting (rhodomytrus tomentosa (aiton) Hassk). prosiding penelitian SPeSIA.
Universitas islam Bandung: Bandung

Tjay, T.H dan Rahardja K., 2008, obat-obat penting, Edisi V, PT Elex Media Komputindo,
Jakarta.

Widiaastuti, M. 2009. farmakologi keperawatan. Jakarta :LIPI.

16
Jurnal 'Aisyiyah
Eti marwanti1, Mayang Tari2, Aninditha Rachmah Ramadhiani3,

17
Jurnal 'Aisyiyah
Eti marwanti1, Mayang Tari2, Aninditha Rachmah Ramadhiani3,

18
Jurnal 'Aisyiyah

Anda mungkin juga menyukai