Anda di halaman 1dari 14

1

AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK RIMPANG BENGLE


(Zingiber purpureum Roxb) PADA TIKUS PUTIH JANTAN
YANG DIINDUKSI VAKSIN DTP-HB-Hib

ANTIPIRETIC ACTIVITIES EXTRACT OF BENGLE RHIZOME


(Zingiber purpureum Roxb) ON WHITE MICE WHO INVOLVED
VACCINE DTP-HB-Hib

Indri Kurniawati. Dwi Ningsih. Rina Herowati


Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi Surakarta
Jl. Letjend Sutoyo, Mojosongo, Surakarta

INTISARI

Rimpang bengle (Zingiber purpureum Roxb) secara empiris berkhasiat


sebagai pengobatan demam. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membuktikan
efek antipiretik ekstrak etanol rimpang bengle terhadap tikus putih jantan yang
diinduksi dengan vaksin DTP-HB-Hib.
Penelitin ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan yang dibagi menjadi
5 kelompok perlakuan yaitu, kontrol negatif (CMC Na dosis 5 ml/kg BB), kontrol
positif (Paracetamol 45 mg/kg BB) dan kelompok perlakuan ekstrak etanol rimpang
bengle (dosis 37,5 mg, 75 mg, dan 150 mg/kg BB). Tikus diinduksi demam dengan
menggunakan vaksin DTP-HB-Hib dosis 1 ml/kg BB secara intramuskular. Suhu
tubuh diukur dengan menggunakan termometer digital melalui rektal, suhu diukur
setiap 30 menit selama 120 menit setelah pemberian peroral, kemudian diperoleh
data T0, Tdemam dan pengukuran suhu tubuh tiap waktu. Data tersebut kemudian
digunakan untuk menghitung AUC dan data perhitungan rata-rata AUC dianalisis
dengan uji Shapiro wilk dan uji One way Anova.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan kimia yang ada di dalam
ekstrak etanol rimpang bengle diduga memiliki efek antipiretik yaitu senyawa
flavonoid golongan (flavonol dan auron), minyak atsiri, alkaloid, tanin,
triterpenoid, dan saponin. Hasil pengukuran penurunan suhu tubuh menunjukkan
ekstrak etanol rimpang bengle memiliki efek antipiretik yang paling efektif yaitu
dosis 150 mg/kg BB dibandingkan dengan kontrol negatif CMC Na.

Kata kunci: Antipiretik, Zingiber pupureum Roxb, Vaksin DTP-HB-Hib


2

ABSTRACT

Rhizome Bengle (Zingiber purpureum Roxb) empirically efficacious as


treatment for fever. The purpose of this study is to prove antipyretic effect of
ethanol extract of rhizome Bengle against white male rats induced with DTP-HB-
Hib vaccine.
This research used 25 white male rats which is divided into 5 groups of
negative control (CMC Na dose of 5 ml / kg), positive control (Paracetamol 45 mg
/ kg) and the group of ethanol extract of rhizome Bengle (doses of 37, 5 mg, 75 mg,
and 150 mg / kg). Fever of rats induced by using DTP-HB-Hib vaccine with dose
1 ml / kg intramuscularly. The body temperature is measured using a digital rectal
thermometer, the temperature was measured every 30 minutes to 120 minutes after
oral administration, and the data obtained T0, Tdemam and body temperature
measurements every time. The data is used to calculate AUC and average of AUC
were analyzed by Shapiro-Wilk test and One way ANOVA test.
The results showed the chemical constituents in ethanol extract of rhizome
Bengle suspected to have antipyretic effect is class of flavonoid compounds
(flavonols and Auron), essential oils, alkaloids, tannins, triterpenoids, and saponins.
The measurement results of body temperature showed the ethanol extract of the
rhizome bengle have the most effective antipyretic effect with dose 150 mg / kg
compared to the negative control CMC Na.

Keywords: Antipyretic, Zingiber pupureum Roxb, DTP-HB-Hib Vaccine.


3

PENDAHULUAN siklooksigenase (Wilmana & sulistia

Demam merupakan keadaan 2007). Paracetamol pada pemberian


di mana suhu tubuh naik di atas suhu dosis terapi kadang timbul berupa
normal atau lebih dari 37o C dan bisa peningkatan enzim hati di dalam
menjadi manifestasi klinik awal dari darah tanpa disertai perubahan warna,
suatu infeksi. Suhu tubuh pada keadaan ini bersifat reversible bila
manusia dikontrol oleh hipotalamus.
obat dihentikan. Paracetamol pada
Hipotalamus diatur pada level suhu
penggunaan dosis 3-4 gram/hari dapat
tubuh yang paling tinggi selama
menyebabkan terjadinya kerusakan
terjadinya demam (Dipiro 2008).
hati (nekrosis hati), dan pada dosis 6
Penyebab umum demam yaitu
gram/hari akan mengakibatkan
disebabkan karena produksi zat
pirogen (eksogen atau endogen) yang nekrosis hati yang bersifat tidak

secara langsung akan mengubah titik reversible (Tjay & Rahardja 2007).
pengatur suhu di hipotalamus Obat tradisional dapat
sehingga menghasilkan panas. Suhu digunakan jika lebih menguntungkan,
tubuh normal berkisar antara 36,5o C selain itu banyak masyarakat yang
– 37o C. Kenaikan suhu tubuh di atas menggunakan obat tradisional
41,2o C disebut dengan hiperpireksia, sebagai obat alternatif. Masyarakat
sedangkan suhu tubuh di bawah 35o C masih cenderung untuk melestarikan
disebut dengan hipotermia (Newman dan menggunakan tanaman obat yang
2009). telah digunakan secara turun temurun
Demam dapat diterapi dengan dalam menanggulangi penyakit.
menggunakan obat antipiretik antara Keadaan ini dapat dilihat dari
lain paracetamol (Tjay & Rahardja banyaknya pengguna jamu di seluruh
2002). Mekanisme kerja obat pelosok Indonesia. Salah satu bahan

antipiretik yaitu dengan cara alam yang secara empiris berkhasiat

menghambat biosintesis sebagai obat antipiretik adalah


rimpang bengle. Bengle termasuk
prostaglandin, yang akan dilepaskan
dalam famili Zingiberaceae yang
jika sel mengalami kerusakan dengan
telah banyak digunakan dalam
cara menghambat enzim
4

pengobatan tradisional. Rimpang beberapa kali pengocokan atau


bengle berkhasiat sebagai obat pengadukan pada suhu kamar
demam, nyeri perut, sembelit, masung (ruangan). Prinsip maserasi yaitu
angin, cacingan, dan encok (DepKes pencapaian konsentrasi pada
RI 2001). Hasil penelitian uji skrining keseimbangan. Maserasi kinetik
fitokimia rimpang bengle oleh dilakukan pengadukan yang kontinyu
Astarina et al. (2013) dan Padmasari (terus-menerus). Remaserasi
et al. (2013) menunjukkan bahwa di dilakukan pengulangan penambahan
dalam rimpang bengle mengandung pelarut setelah dilakukan penyarian
senyawa minyak atsiri, flavonoid, maserasi pertama, dan seterusnya

saponin, triterpenoid, alkaloid dan (DepKes 2000). Larutan penyari yang

tanin. digunakan dalam ekstraksi ini adalah

Rimpang bengle yang etanol 96%. Etanol 96% digunakan

digunakan secara empiris untuk sebagai cairan penyari karena dapat

mengobati demam pada manusia melarutkan senyawa polar dan non

adalah 15 gram rimpang bengle yang polar, tidak toksik, tidak mudah
segar dicuci lalu diparut, tambahkan ditumbuhi mikroba, kapang maupun
½ cangkir air panas (bisa diberi madu kuman (Inayati 2010). Etanol 96%
2 sendok makan) diaduk merata lalu dapat digunakan untuk
diperas dan disaring, minum 2 kali menghilangkan pengotor yang tidak
sehari (Harbie 2015). Menurut dapat larut pada kadar etanol yang
penelitian sebelumnya rimpang rendah seperti protein dan mineral
bengle berkhasiat sebagai anthelmitik (Fardhani 2014).
(obat cacing), antimikroba dan Vaksin DTP-HB-Hib
antipiretik (Pudjiastuti et al. 2001; digunakan induksi karena dapat
Susanti et al. 2015; Astuti 2013). menimbulkan demam. Hewan uji
Metode ekstraksi yang disuntikkan vaksin DTP-HB-Hib 0,2
digunakan dalam penelitian kali ini ml secara intramuskular pada bagian
adalah maserasi. Maserasi merupakan paha untuk menginduksi terjadinya
suatu proses penyarian simplisia demam. Suhu meningkat (≥1°C) pada
dengan menggunakan pelarut dengan
5

hewan uji 5 jam setelah induksi Jalannya Penelitian


(Jansen et al. 2015). Determinasi Tanaman
Tujuan penelitian ini adalah Determinasi rimpang bengle
untuk menguji ekstrak etanol rimpang dilakukan untuk mengetahui
kebenaran tanaman yang diambil.
bengle sebagai antipiretik pada tikus
Determinasi ini dilakukan di
putih jantan yang diinduksi vaksin Laboratorium Biologi Fakultas
DTP-HB-Hib dan untuk mencari Matematika dan Ilmu Pengetahuan
dosis yang paling efektif dari ekstrak Alam Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
etanol rimpang bengle sebagai Pengambilan dan pembuatan
antipiretik pada tikus putih jantan serbuk rimpang bengle
yang diinduksi vaksin DTP-HB-Hib Rimpang bengle diperoleh
Karanganyar, Tawangmangu Solo-
Metode Penelitian
Jawa Tengah, kemudian disortasi
Penelitian ini bersifat basah lalu dicuci. Sampel kemudian
eksperimental dimana rimpang dirajang dan dikeringkan
menggunakan oven dengan suhu
bengle diperoleh dari Karanganyar,
50ºC, kemudian dilakukan sortasi
Tawangmangu Solo-Jawa Tengah, kering dan diserbukkan.
dibuat menjadi ekstrak kental dengan Pembuatan ekstrak etanol
metode maserasi menggunakan rimpang bengle
100 gram serbuk rimpang
pelarut etanol 96 % untuk diuji
bengle dimaserasi dengan etanol 96 %
aktivitas antipiretik secara in vivo. sebanyak 1000 ml dan selama 5 hari
1. Bahan. Serbuk rimpang dalam botol gelap yang terlindung
bengle, ekstrak etanol dari cahaya. Cairan hasil ekstraksi
disaring dengan kain flanel. Ampas
rimpang bengle, etanol 96 %, dimaserasi dengan cara yang sama
paracetamol, CMC Na, vaksin dan dibiarkan selama 2 hari sambil
DTP-HB-Hib, aquadest. sesekali diaduk. Kemudian filtrat
dipekatkan dengan rotary evaporator
2. Alat. Timbangan, mesin
pada suhu 50ºC.
penggiling, blander, moisture Identifikasi kandungan senyawa
balance, termometer digital, ekstrak etanol rimpang bengle
rotarry evaporator, Identifikasi senyawa
menggunakan metode reaksi kimia,
timbangan analitik, dan jarum
dilakukan dengan cara menyiapkan
suntik. larutan uji ekstrak etanol rimpang
6

bengle dan direaksikan dengan persen daya antipiretik ekstrak etanol


pereaksi uji. Reaksi kimia yang rimpang bengle.
terjadi ditandai dengan perubahan AUCk - AUCp
%DAP = × 100%
warna. AUCk

Uji aktivitas antipiretik


Pengujian aktivitas antipiretik Keterangan :

dilakukan dengan metode induksi AUCk : AUC total suhu tubuh terhadap waktu untuk
vaksin DTP-HB-Hib 0,2 ml selama 5 kontrol negatif (CMC Na)

jam secara intramuskular. Hewan uji AUCP : AUC total suhu tubuh terhadap waktu untuk
kemudian diberikan sediaan oral kelompok perlakuan tiap individu

dimana kontrol negatif diberikan DAP : Daya Antipiretik


CMC Na, kontrol positif diberikan
Analisis data
paracetamol 45 mg/kg BB dan
Analisa data yang digunakan untuk
kelompok perlakuan diberi ekstrak
pengolahan data diawali dengan uji
etanol rimpang bengle dengan dosis
normalitas menggunakan uji
37,5 mg/kg BB, 75 mg/kg BB dan 150
normalitas Shapiro-Wilk, jika hasil
mg/kg BB. Suhu rektal tikus diukur
normal maka dilanjutkan dengan uji
tiap 30 menit hingga menit ke-120
parametrik (ANOVA) kemudian uji
setelah diberikan sediaan oral dengan
homogenitas (uji levene). Uji levene
menggunakan termometer digital.
digunakan untuk mengetahui
Data yang diperoleh berupa (T0) atau
homogenitas, jika homogen
suhu normal sebelum diberi
dilanjutkan dengan uji Tukey Post Hot
perlakuan, suhu demam (Tdemam)
Test.
merupakan suhu yang diperoleh 5 jam
setelah induksi demam dan data suhu
Hasil dan Pembahasan
tubuh mulai menit ke-30 hingga
ke120, kemudian hasil data Hasil pembuatan ekstrak
pengukuran tersebut digunakan untuk etanol rimpang bengle. Rimpang
menghitung AUC, bengle sebanyak 5 kg dikeringkan
𝑡𝑛
𝐴𝑈𝐶𝑡𝑛−1 =
Vtn + Vtn−1
(tn – tn-1)
dengan oven pada suhu 500 C setelah
2
rimpang kering beratnya menjadi 1,2
kg sehingga persentase berat kering
Keterangan :
terhadap berat basah adalah 25,10 %.
Ekstrak kental yang diperoleh dari
Vtn = Suhu tubuh pada tn (0 C) proses maserasi 100 gram serbuk
rimpang bengle adalah 19,04 gram
Vtn-1 = Suhu tubuh pada tn-1 (0 C) dan diperoleh rendemen ekstrak
sebesar 19,04 %. Hasil dapat dilihat
selanjutnya data rata-rata hasil
pada tabel 1 dan 2.
perhitungan AUC di total, lalu AUC
total digunakan untuk mengetahui
7

Nama Senyawa Ekstrak Serbuk

Tanin + -

Minyak atsiri + +
Tabel 1. Perhitungan rendemen simplisia
Alkaloid + +
Bobot Bobot Rendemen %
basah simplisia b/b Triterpenoid + +
(gram) (gram)
Steroid - -
5000 1255 25,10

Keterangan :
Tabel 2. Perhitungan rendemen serbuk + mengandung senyawa
rimpang bangle - tidak mengandung senyawa
Bobot Bobot Rendemen
simplisia serbuk % b/b Hasil uji antipiretik
(gram) simplisia
(gram)
Uji aktivitas antipiretik
1255 812 64,70 ekstrak etanol rimpang bengle
dilakukan pada tikus putih jantan

Hasil identifikasi kandungan yang berusia 2-3 bulan dengan berat

senyawa ekstrak etanol rimpang 170-200 gram. Pada perlakuan hewan

bengle. Hasil identifikasi kandungan uji dibagi menjadi 5 kelompok.

senyawa ekstrak dan serbuk rimpang Kelompok 1 hingga 5 diberikan

bengle, bahwa rimpang bengle perlakuan secara berturut-turut.

mengandung flavonoid, saponin, Penelitian ini menggunakan

tanin, triterpenoid, minyak atsiri, dan hewan uji tikus putih jantan, yang

alkaloid. Menurut Astarina et al. telah dipuasakan ± 8 jam dibuat

(2013) dan Padmasari et al. (2013), demam dengan metode induksi

rimpang bengle positif mengandung vaksin DTP-HB-Hib yang diberikan

senyawa flavonoid, saponin, tanin, secara i.m pada tikus. Mekanisme

triterpenoid, alkaloid dan minyak vaksin DTP-HB-Hib dalam

atsiri. menyebabkan demam yaitu


disebabkan oleh adanya kandungan
Tabel 3. Hasil identifikasi kandungan senyawa
ekstrak dan serbuk rimpang bengle
toksin mikroba Bordetella pertusis
Nama Senyawa Ekstrak Serbuk dalam vaksin. Sebagai respon
Flavonoid + + pertahanan tubuh, sel-sel
Saponin + + mononuklear mengeluarkan sitokin
yang mempengaruhi pusat
8

termoregulasi hipotalamus untuk suhu setiap 30 menit setelah


meningkatkan suhu tubuh (Jong et perlakuan selama 120 menit. Data
al.2001). rata-rata suhu rektal tikus pada tabel
Paracetamol digunakan 4. Grafik rata-rata setiap waktu
sebagai kontrol positif pada penelitian pengukuran pada suhu rektal tikus
ini. Paracetamol merupakan obat dapat dilihat pada gambar 1. Data
antipiretik yang umum digunakan di hasil rata-rata perhitungan AUC total
masyarakat. Paracetamol digunakan dilihat pada tabel 5. Data hasil
sebagai kontrol positif karena persentase daya antipiretik dilihat
absorbsi paracetamol sempurna dan pada tabel 6.
cepat dalam saluran cerna. Tabel 4. Rata-rata suhu rektal tikus
Rata-rata suhu rektal (0 C )
Konsentrasi tinggi dalam plasma Kelompok
T0 Tdemam T30 T60 T90 T120
dicapai dalam waktu 30 menit
I 36.60 38.16 38.36 38.50 38.66 38.78
(Wilmana & Sulistia 2007).
± ± 0.20 ± ± ± ±
Mekanisme kerja paracetamol 0.22 0.25 0.23 0.21 0.16

menghambat enzim cyclooxigenase II 36.42 38.14 36.66 36.16 35.84 35.72

(COX) yang berperan dalam sistesis ± ± 0.30 ± ± ± ±


0.27 0.15 0.18 0.32 0.30
prostaglandin E2 sehingga patokan
III 36.38 38.02 38.52 36.80 36.44 37.10
suhu tubuh akan menurun (Wilmana
& Sulistia 2007). ± ± 0.22 ± ± ± ±
0.25 0.14 0.20 0.15 0.31
Pengukuran suhu tubuh pada
IV 36.46 38.06 37.30 36.60 36.34 36.24
tikus menggunakan termometer
± ± 0.24 ± ± ± ±
digital melalui rektal. Termometer 0.20 0.46 0.15 0.18 0.23

digital digunakan karena relatif cepat V 36,40 38.08 36.68 36.18 35.84 35.78

yaitu hanya dalam waktu 1 menit, ± ± 0.39 ± ± ± ±


0.17 0.19 0.08 0.25 0.25
mudah dalam penggunaannya dan
Keterangan :
dalam pembacaan hasil lebih jelas. I = Kontrol negatif (CMC Na)
II = Kontrol positif (Paracetamol 45 mg/kg)
Data yang diperolah dalam III = Ekstrak rimpang bengle 37,5 mg/kg BB
IV = Ekstrak rimpang bengle 75 mg/kg BB
penelitian ini berupa suhu rektal V = Ekstrak rimpang bengle 150 mg/kg BB

normal (T0) sebelum tikus diinduksi


demam, suhu demam 5 jam setelah
pemberian vaksin DTP-HB-Hib dan
9

Gambar 1. Grafik rata-rata suhu rektal tikus pula kemampuan menurunkan suhu
39.5
38.5 tubuh pada tikus.
37.5
Tabel 5. Hasil perhitungan rata-rata AUC
36.5
Suhu (˚C)

Kelompok perlakuan Rata-rata AUC ± SD


35.5
34.5
Kontrol negatif (CMC 4619,70b ± 25,94
33.5
32.5
Na)
31.5
T0 Tdemam T30 T60 T90 T120 Kontrol positif 4368,10a ± 25,97
Waktu (menit)
(Paracetamol)

PARACETAMOL ekstrak 37,5 mg/kg BB Ekstrak 37,5 mg/kg BB 4479,50ab ± 18,04


ekstrak 75 mg/kg BB ekstrak 150 mg/kg BB
CMC Ekstrak 75 mg/kg BB 4422,50ab ± 19,92

Ekstrak 150 mg/kg BB 4370,70a ± 18,38

Kelompok kontrol negatif a : Berbeda bermakna dengan kontrol negatif


b : Berbeda bermakna dengan kontrol positif
yang diberikan CMC Na , pada grafik
gambar 1 menunjukkan adanya Berdasarkan tabel 5,
kenaikan suhu konstan hingga menit menunjukkan harga AUC dari yang
ke-120, berbeda dengan kontrol terkecil hingga yang terbesar. Data
positif yang menujukkan penurunan
dari masing-masing perlakuan di atas
suhu tubuh konstan dari menit ke-30
digunakan untuk menghitung % daya
hingga menit ke-120. Hasil kelompok
antipiretik (DAP), semakin kecil nilai
yang diberikan ekstrak etanol
AUC maka DAP semakin baik.
rimpang bengle 75 mg/kg BB dan
Setelah didapatkan data AUC dari
ekstrak etanol rimpang bengle 150
masing-masing perlakuan, kemudian
mg/kg BB , adanya penurunan suhu
data AUC digunakan untuk
yang konstan pada menit ke-30
mengetahui persentase daya
hingga menit ke-120 seperti kontrol
antipiretik. Daya antipiretik
positif (paracetamol), sedangkan
digunakan untuk mengetahui
dosis 37,5 mg/kg BB penurunan
seberapa besar kemampuan tiap
dimulai pada menit ke-60 kemudian
senyawa uji dalam menghambat
suhu meningkat pada menit ke-120.
demam pada tikus yang diinduksi 0,2
Hal ini diduga disebabkan karena
ml vaksin DTP-HB-Hib.
semakin besar dosis ekstrak etanol
Analisis data rata-rata hasil
rimpang bengle maka semakin besar
perhitungan AUC total uji antipiretik
dengan statistik, untuk melihat
10

adanya perbedaan secara nyata dari persentase daya antipiretik kelompok


aktivitas antipiretik antara kelompok kontrol positif (Paracetamol) sebesar
perlakuan. Hasil uji normalitas 5,445 %, dan rata-rata persentase
menggunakan uji Shapiro-wilk daya antipiretik pada kelompok
menunjukkan bahwa data hasil perlakuan ekstrak etanol rimpang
perhitungan rata-rata AUC total bengle dosis 37,5 mg/kg BB sebesar
terdistribusi normal dengan 3,032 %, dosis 75 mg/kg BB sebesar
signifikansi (p>0,05). Hasil uji One 4,271 % dan dosis 150 mg/kg BB
Way ANOVA menunjukkan bahwa sebesar 5,388 %. Rata-rata persentase
data hasil perhitungan rata-rata AUC
daya antipiretik tertinggi ditunjukkan
total terdapat perbedaan bermakna
pada kelompok kontrol positif
antar kelompok perlakuan dengan
paracetamol, hal ini terjadi karena
nilai signifikansi (p<0,05),
paracetamol telah terbukti sebagai
dilanjutkan dengan uji Tukey dan
antipiretik secara klinis. Dosis ekstrak
hasil menunjukkan terdapat
etanol rimpang bengle 150 mg/kg BB
perbedaan bermakna antara kelompok
yang sebanding dengan kontrol
perlakuan dengan kelompok kontrol
positif.
negatif. Hasil analisis data
Penurunan suhu tubuh tikus
menunjukkan bahwa ekstrak etanol
rata-rata disebabkan karena efek
rimpang bengle mempunyai aktivitas
antipiretik dari ekstrak rimpang
sebagai antipiretik.
Tabel 6.Hasil rata-rata persentase daya
bengle yang diduga karena adanya
antipiretik tiap kelompok kandungan senyawa alkaloid, tanin,
Kelompok perlakuan Rata-rata % DAP ±
SD saponin, triterpenoid, flavonoid

Kontrol positif 5,445 ± 0,396


golongan flavonol, auron dan
(Paracetamol)
isoflavon di dalam rimpang bangle
Ekstrak 37,5 mg/kg BB 3,032 ± 0,500
(Safira et al. 2012 & Burdah 1996).
Ekstrak 75 mg/kg BB 4,271 ± 0,869 Minyak atsiri golongan fenol butil
Ekstrak 150 mg/kg BB 5,388 ± 0,492 seperti (E)-1-(3,4-dimetoksifenil)
buradiena (DMPBD), sabenene
Hasil persentase daya
terpinen-4-ol & golongan terpenoid
antipiretik pada tabel 11
menunjukkan bahwa rata-rata
11

(Jeenapongsa et al. 2003 ; 2015 ; Sakpakdeejaroen et al. 2014).


Pattanaseree 2005). Menurut Astarina et al. (2013),
Menurut Safira et al. (2012) rimpang bengle mengandung
dan Burdah (1996), golongan alkaloid. Diduga, mekanisme alkaloid
senyawa flavonoid yang ada di dalam sebagai antipiretik yaitu dengan cara
rimpang bengle yaitu flavonol, auron menghambat biosintesis
dan isoflavon. Mekanisme flavonoid prostaglandin sehingga kadar
sebagai antipiretik yaitu dengan cara prostaglandin di dalam hipotalamus
menekan TNF-α atau senyawa terkait berkurang dan suhu tubuh akan turun
dan menghambat asam arakhidonat (Garg & Saini 2016). Triterpenoid &
yang berakibat pada pengurangan steroid dapat digunakan sebagai
kadar protaglandin sehingga antipiretik dengan cara menghambat
mengurangi terjadinya demam enzim COX-2 sehingga prostaglandin
(Taiwe et al. 2011). Menurut Hassan yang terbentuk selama demam dapat
et al. (2012), saponin dapat dikurangi (Tanjaya 2015).
menghambat enzim COX-2 sehingga
produksi prostaglandin akan Kesimpulan
terhambat, kemudian kadar Berdasarkan hasil uji aktivitas
prostaglandin di dalam hipotalamus antipiretik yang telah di analisis
akan berkurang sehingga demam
statistik maka, dapat disimpulkan
akan berkurang. Menurut Kumar et
bahwa ekstrak etanol rimpang bengle
al. (2012), tanin dapat berkhasiat
memiliki efek antipiretik yang
sebagai antipiretik dengan cara
sebanding dengan kontrol positif.
menghambat asam arakhidonat dalam
Dosis efektif ekstrak etanol
biosistesis protaglandin. Mekanisme
rimpang bengle yaitu sebesar 150
minyak atsiri sebagai antipiretik yaitu
mg/kg BB dengan persen daya
dengan cara menghambat enzim
antipiretik 5,388 %.
COX-1 & COX-2 dalam
pembentukan prostaglandin E2 atau Saran
dengan cara meningkatkan produksi
Kepada peneliti selanjutnya
zat antipiretik di dalam tubuh seperti
disarankan agar melakukan penelitian
vasopresin dan arginin (Paul & Devi
12

lebih lanjut dengan menggunakan Kesejahteraan Sosial


Republik Indonesia.
metode ekstraksi lain, uji
antiinflamasi, hewan uji lain, variasi Dipiro JT et al.,
2008.pharmacotherapy:A
dosis yang berbeda, dan uji toksisitas phatophysiologic
untuk mengetahui keamanannya. Approach.7th ed 989-
1002.USA.
Daftar Pustaka Fardhani L H. 2014. Pengaruh metode
ekstraksi secara infundasi dan
Astarina NWG et al., 2013. Skrining maserasi daun asam jawa
fitokimia ekstrak metanol (Tamarindus indica L.)
rimpang bangle (Zingiber terhadap kadar flavonoid total.
purpureum roxb). Bali: [Skripsi]. Fakultas Farmasi
Universitas Udayana. Universitas Gadjah Mada
Astuti T B. 2013. Uji aktivitas Yogyakarta.
antimikroba ekstrak etanol Garg VK and Saini D. 2016.
70% rimpang bangle Analgesic and Antipyretic
(Zingiber pupureum roxb) activity of ethanolic extract of
terhadap bakteri leaves of Catharanthus
staphylococcus aureus ATCC Roseus. India: Departement of
25925 dan jamur Pharmaceutical Tecnology.
microsporum canis secara in
vitro. [Skripsi]. Jakarta: UIN Hassan HS, Sule MI, Musa AM,
Syarif Hidayatullah. Musa KY, Abubakar MS, and
Hassan AS. 2012. Anti-
Burdah M. 1996. Isolasi dan inflammatory activity of crude
identifikasi senyawa saponin extracts from five
flavonoid dari rimpang bangle Nigerian Medicinal Plants.
(Zingiber purpureum Nigeria: Kaduna State
Roxb).[Abstrak]. Surabaya: University.
Universitas Surabaya.
Herbie T. 2015. Kitab Tanaman
[DEPKES RI] Departemen Kesehatan Berkhasiat Obat 226
Republik Indonesia. 2000. Tumbuhan Untuk
Parameter standar umum Penyembuhan Penyakit
ekstrak tumbuhan obat. Kebugaran Tubuh.
Jakarta: Direktorat Jendral Yogyakarta: Octupus
Pengawasan Obat dan Publishing House
Makanan.
Inayati A.2010.Uji efek analgetik dan
[DEPKES RI] Departemen kesehatan antiinflamasi ekstrak etanol
Republik Indonesia. 2001. 70% daun sirih (piper betle,
Inventaris Tanaman Obat Linn) secara in
Indonesia. Jilid 2. Jakarta: vivo.(Skripsi).Jakarta:Univers
Departemen Kesehatan dan
13

itas Islam Negeri (UIN) Syarif Nelwan RHH. 2009.Demam:Tipe dan


Hidayatullah. Pendekatan. Di dalam:
Sudoyo AW dkk. Buku Ajar
Jansen I, Wuisan J, & Awaloei H. Ilmu Penyakit Dalam.Jilid 3.
2015. Uji efek antipiretik Edisi Ke-5. Jakarta:Pusat
ekstrak meniran (Phyllantus Penerbitan Ilmu Penyakit
niruri L.) pada tikus wistar Dalam Fakultas Kedokteran
(Rattus norvegicus) jantan Universitas Indonesia. Hlm
yang diinduksi vaksin DPT- 1697.
Hb. (Jurnal e-Biomedik). Vol
3 No. 1. Manado: Universitas Padmasari PD, Astuti KW, dan
Sam Ratulangi. Warditiani NK. 2013.
Skrining fitokimia ekstrak
Jeenapongsa R, Yoovathawoen K, etanol 70% Rimpang bangle
Sriwatanakul K, (Zingiber purpureum Roxb).
Sriwattanakul M, and Bali: Jurusan Farmasi
Pongprayoon U. 2003. Anti- Fakultas Matematika dan Ilmu
inflammatory activity of (E)- Pengetahuan Alam
1-(3,4-dimethoxyphenyl) Universitas Udayana.
butadien from Zingiber
cassumunar Roxb. Thailand: Pattanaseree T. 2005. Chemical
J. Ethnopharmacol. Hlm 143- compositions and Antioxidant
148. activity of Zingiber
cassumunar Roxb Essential
Jong DM, Suranto A, Gunardi H, & Oil. Thailand: Jurnal
Tumbelaka AR. 2001. Ethnopharmacol.
Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi Vaksin Kombinasi Paul JJP and Devi SDKS. 2015.
DPwT (Sel Utuh) dan Evaluation of antipyretic
Hepatitis B. Sari Pediatri. activity of methanol extract of
Hypnea musciformis (Wulf.)
Kumar MD, Deepmala J, Sangeeta S. Lamouroux (Red Seaweed) in
2012. Antioxidant, antipyretic manapad coast, Tamil Nadu,
and choleretic activities of India. Vol 5 Issue 2. India:
crude extract and active Departement of Botany. Hlm
compoun of Polygonum 74-78.
Bistorta (Linn.) in albino rats.
Vol 2 Issue 1. India : Pudjiastuti, Sa’roni, Nuratmi B. 2001.
Reproductive Biology and Uji toksisitas dan antipiretik
Toxicology Laboratory, infusa rimpang (Zingiber
School of studies in zoologi, Purpureum Roxb) bangle
Jiwaji University. pada hewan percobaan; Media
Litbang Kesehatan Volume 6
Newman DWA. 2002. Kamus Nomor 3.
Kedokteran Dorlan. Edisi 29.
Jakarta: EGC. Hlm 2002- Safira, Fachriyah E, Kusrini D. 2012.
2129. Isolasi dan identifikasi
senyawa flavonoid dari
14

ekstrak etil asetat rimpang nociceptive effects of Navclea


bangle (Zingiber cassumunar latifolia root decoction and
Roxb.).Semarang: Jurnal possible mechanisms of
Kimia Sains dan Aplikasi. action.
Sakpakdeejaroen I, Makchuchit S, Tanjaya A. 2015. Uji aktivitas
Itharat A. 2014. Nitric oxide antiinflamasi dan antipiretik
inhibitory activity of herbal ektrak etanol biji petai (Parkia
extract formule for anti- speciosa Hassk.) pada tikus
inflamation. Vol 14 No 1. putih jantan galur wistar.
Thailand: Departement of [Skripsi]. Pontianak: Program
Applied Thai Traditional Studi Framasi Fakultas
Medicine, Fakulty of Kedokteran Universitas
Medicine, Thammasat Tanjungpura.
University.
Tjay TH, Rahardja K. 2007. Obat-
Sangi M, Runtuwene MRJ, Simbala obat Penting: Khasiat,
HEI, dan Makang VMA. Penggunaan dan Efek-Efek
2008. Analisis fitokimia Sampingnya. Ed ke-6. Jakarta
tumbuhan obat di kabupaten : PT. Elex Media Komputindo
Minahasa Utara. Manado: Kelompok Kompas-
Fakultas MIPA Universitas Gramedia. hlm 321-347
Sam Ratulangi.
Wilmana PF, Sulistia
Susanti Y, Astuti I, & Astuti A A D. GG..2007.Analgesik-
2015. Uji efektivitas antipiretik, analgesik-
anthelmintik ekstrak rimpang antiinflamasi non steroid dan
bangle (Zingiber purpureum obat gangguan sendi lainnya.
roxb) terhadap cacing Farmakologi dan terapi. Ed
Ascaridia galli Secara in vitro. ke-5. Jakarta: Bagian
Samarinda: Akademi Farmasi Farmakologi Fakultas
Samarinda. Kedokteran Universitas
Indonesia. hlm 230-231,233.
Taiwe GS, Bum EN, Talla E, et al.
2011. Antipyretic and anti

Anda mungkin juga menyukai