Anda di halaman 1dari 12

EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL DAUN TUMBUHAN TAMPA BADAK

(Voacanga foetida (Bl.) K. Schum) TERHADAP TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)


JANTAN

NAMA : SELA FIRTI


NIM : 19121065
KELAS : B3
Latar belakang
Tumbuhan tampa badak sudah digunakan sebagai bahan obat secara tradisional dan banyak dikenal
masyarakat awam. Masyarakat Lombok telah menggunakan sebagai obat luka, nyeri, bengkak dan gatal-
gatal. Efek farmakologi dari tumbuhan tampa badak diantaranya adalah sebagai antifungsi, antiamuba,
dan antibakteri (Heyne, 1987; Le Grand et al, 1988).
Telah dilakukan beberapa penelitian terhadap tumbuhan tampa badak, salah
satunya sebagai antikanker. Berdasarkan hasil penelitian tersebut daun
tumbuhan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker sampai mendekati
kondisi normal (Susanty, 2010). Penelitian lainnya juga telah dilakukan
yaitu uji efek penenang rebusan buah tampa badak, hasil dari penelitian
tersebut ditemukan efek penenang rebusan buah tampa badak yang diteliti
pada kadar 80% dengan dosis 10,85 mL/KgBB (Akmal 1988).

Dari penelitian terdahulu tumbuhan tampa badak ini diketahui mengandung alkaloid yang tersebar
dibeberapa bagian tumbuhan ini seperti pada kulit akar, kulit kayu, daun, dan biji dengan kandungan
sebesar (5-10, 4-5, 0,3-0,45, dan 1,5%). Pada kulit menghasilkan Voacangine, Voacamine, Vobtusine,
18-oksovobtusine. Pada daun menghasilkan Vobtusine, 2- deoksyvobtusine, amataine, 18-
oksovobtusine dan pada buah menghasilkan, Akuammidine, Tabersonine, Vobtusine (Leeuwenberg and
Harbone, 1985).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalag diatas rumusan masalah pada penelitian ini yaitu : apakah daun
tumbuhan tampa badak berefek antipiretik?

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah daun tumbuhan tampa badak berefek antipiretik
Dasar Teori
Kandungan Kimia dan Kegunaan
Tumbuhan tampa badak diketahui banyak mengandung senyawa alkaloid, kandungan alkaloid dari
tumbuhan tampa badak yaitu 5-10% dalam kulit akar, 4-5% di kulit kayu, 0,3-0,45% dalam daun dan 1,5%
pada biji. Pada kulit mengandung Voacangine, Voacamine, Vobtusine, 18- oksovobtusine. Pada daun
mengandung Vobtusine, 2-deoksyvobtusine, Amataine, 18-oksovobtusine. Dan pada buah mengandung,
Akuammidine, Tabersonine, Vobtusine (Leeuwenberg and Harbone, 1985). Senyawa lobamin terbukti
menghambat pertumbuhan bakteri Gram Positif dan bakteri Gram Negatif, sedangkan senyawa voacangine
memiliki aktifitas anti bakteri (Hadi, 2008).

Demam
Pada umumnya demam adalah suatu gejala bukan merupakan penyakit tersendiri. Demam adalah suatu
kondisi dimana suhu badan lebih tinggi dari pada biasanya atau diatas suhu normal, suhu tubuh normal
badan manusia biasanya berkisar antara 36-37o C.

Demam mungkin bermanfaat, manfaat demam bagi organisme masih belum


diketahui, karena timbul dan menetap sebagai respons terhadap infeksi dan
penyakit lain. Banyak mikroorganisme yang berkembang dalam rentang suhu
yang relatif sempit, dan peningkatan suhu akan menghambat pertumbuhannya.
Selain itu, pembetukan antibodi meningkat apabila suhu tubuh meningkat
(Ganong, 2002).
Karakteristik Keadaan Demam
A. Kedinginan
Apabila termostat dengan mendadak tiba-tiba berubah dari nilai normal menjadi lebih tinggi dari nilai
normal (akibat zat pirogen, atau dehidrasi), biasanya dibutuhkan waktu selama beberapa jam agar
suhu tubuh dapat mencapai suhu yang baru. Apabila suhu darah lebih rendah dari pada suhu setelah
termostat hipotalamus, akan terjadi reaksi umum yang menyebabkan kenaikan suhu tubuh. Selama
periode ini tubuh akan menggigil dan merasa sangat kedinginan, walaupun suhu tubuhnya mungkin
telah di atas normal

B. Krisis atau Kemerahan


Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dihilangkan, termostat hipotalamus dengan mendadak
berada pada nilai yang rendah (kembali ke tingkat normal). Dalam keadaan ini, suhu tubuh masih 103o
F, tetapi hipotalamus berupaya untuk mengatur suhu sampai 98,6o F.

Suhu Tubuh Normal


Pada manusia, nilai normal untuk suhu oral adalah 37o C (98,6o F), tetapi pada sejumlah orang normal,
suhu mulut pagi hari rata-rata adalah 36,7o C dengan demikian, 95% orang dewasa muda diperkirakan
memiliki suhu mulut pagi sebesar 36,3-37,1o C (97,3-98,8o F).

Penggolongan Antipiretik
Analgetik antipiretik adalah kelompok analgetik non narkotik. Hipotalamus merupakan bagian dari otak
yang berperan dalam mengatur nyeri dan temperatur. AINS (Antiinflamasi Non Steroid) secara selektif
dapat mempengaruhi hipotalamus menyebabkan penurunan suhu tubuh ketika demam.

Penggolongan analgetik antipiretik adalah sebagai berikut :


Salisilat
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah analgesik antipiretik dan
antiinflamasi yang sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Obat ini merupakan standar
dalam menilai efek obat sejenis.
Para Amino Fenol
Derivat para amino fenol yaitu fenasetin dan asetaminofen. Efek analgetik parasetamol dan fenasetin
serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya
menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat.
Pirazolon
Dalam kelompok ini termasuk dipiron, fenil butazon, oksifenbutazon, antipirin dan aminopirin.
Asam Organik Lain
Beberapa AINS seperti asam mefenamat dan meklofenamat, diklofenak, ibu profen, ketoprofen dan lain-
lain, umumnya bersifat antiinflamasi, analgesik dan antipiretik.
Obat Pirai
Ada dua kelompok obat penyakit pirai, yaitu obat yang menghentikan proses inflamasi akut misalnya
kolkisin, fenilbutazon dan indometasin, dan obat yang mempengaruhi kadar asam urat misalnya
probenesid, alupurinol dan sulfinpirazon.
METODOLOGI PENELITIAN
Alat dan Bahan
Botol kaca berwarna gelap, alat destilasi, rotary evaporator, vial, timbangan analitik, kertas
saring, alumunium foil, termometer rektum, jarum suntik oral, timbangan, kandang dan
kawat, lumpang dan stamfer, dan beker glass. Daun tumbuhan tampa badak sebanyak 1 kg,
hewan percobaan, etanol 96%, asetosal 45 mg/kgBB, larutan pepton 5% 0,6 mL/200 gBB,
NaCMC 1% dan aquadest.
Hewan Percobaan
Hewan percobaan adalah tikus putih jantan dengan berat badan 150-200 gram sebanyak
15 ekor Hewan harus sehat, pertumbuhannya normal, deviasi bobot badan selama
pemeliharaanya tidak lebih dari 10% dan secara visual menunjukkan prilaku normal
(Anonim, 1979).
Penentuan Dosis
Dosis untuk senyawa uji ekstrak etanol daun tampa badak dalam tiga variasi dosis, antara
lain : 250, 500, dan 1000 mg/kgBB. Rute pemberian secara oral, di mana volume larutan
yang diberikan pada hewan dihitung berdasarkan rumus :
Prosedur Kerja Uji Efek Antipiretik
1. Tikus diaklimatisasi dan dibagi menjadi 5 kelompok
2. Sebelum dilakukan percobaan hewan dipuasakan selama 16 jam namun diberi minum
secara ad libitum
3. Berat badan tikus ditimbang
4. Suhu normal rektal tikus diukur
5. Penyuntikan dimulai dengan pemberian larutan pepton 5%, 0,6 mL/200 gBB pada tiap
tikus
6. Diikur suhu rektal setelah 30 menit penyuntikan pepton selama 4 jam
7. Untuk kelompok kontrol negatif (kelompok I) tikus putih jantan diberi larutan NaCMC
1% secara oral dengan penyuntikan 1% dari BB,
8. Kelompok II diberi asetosal 45 mg/kg BB secara oral
9. Kelompok uji (III, IV, V) diberi ekstrak etanol daun tampa badak secara oral dengan dosis
250, 500 , dan 1000mg yang disuspensikan dengan NaCMC 1%.
10. Suhu mencit dicatat selang waktu 30 menit selama 5 jam
11. Diitung rata-rata suhu tubuh tikus
12. Dihitung persentase penurunan suhu tubuh tikus terhadap suhu kontrol. Persentase

Analisa Data
Data disajikan dalam bentuk grafik dengan membandingkan antara penurunan suhu dan
waktu yang telah ditentukan. Data penelitian diuji secara statistik dengan metoda analisa
varian dua arah dan dilanjutkan dengan metoda jarak berganda Duncan.
Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian uji efek antipiretik ekstrak etanol daun tumbuhan (Voacanga foetida (Bl.)
K. Schum) pada tikus (Rattus norvegicus) jantan diperoleh :
1. Ekstrak kental dari 1 kg sampel kering daun tumbuhan tampa badak (Voacanga foetida
(Bl)K.Schum) sebanyak 44 g.
2. Data hasil persentase penurunan suhu tubuh tikus jantan setelah pemberian ekstrak etanol
daun tumbuhan tampa badak, dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:

3. Dari data statistik terlihat bahwa ekstrak etanol tumbuhan tampa badak berefek sebagai
antipiretik, dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3 di bawah ini:
Pembahasan
Pada penelitian ini telah dilakukan Uji efek antipiretik ekstrak etanol daun tumbuhan tampa
badak (Voacanga foetida (Bl)K.Schum) pada tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan. Sampel
yang digunakan adalah daun tumbuhan tampa badak (Voacanga foetida (Bl)K.Schum) segar
yang dikering anginkan tanpa pemanasan langsung oleh matahari yang bertujuan untuk
mengurangi kadar air sehingga simplisia tersebut tidak mudah ditumbuhi oleh kapang dan
jamur selain itu untuk menghilangkan aktifitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut
kandungan zat aktif ( Gunawan, 2004)
Pada penelitian ini menggunakan metode Buller yaitu induksi demam dengan pepton. Hewan
percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus). Tikus putih
digunakan karena pada umumnya tenang dan mudah ditangani, aktifitasnya tidak begitu
terganggu dengan adanya manusia disekitarnya (Frank, 1995). Untuk keseragaman hewan uji
digunakan tikus putih dengan jenis kelamin jantan, karena tikus jantan tidak mengalami masa
kehamilan sehingga hormon-hormon pada tikus jantan tetap stabil dan tidak mempengaruhi
obat yang diujikan sehingga efek yang diinginkan bisa tercapai dengan maksimal.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa persentase penurunan suhu dari ekstrak etanol daun
tumbuhan tampa badak mempunyai efek sebagai antipiretik. Hal ini dapat dilihat dari grafik
hubungan antara waktu dengan persentase penurunan suhu berikut ini:

Berdasarkan hasil penelitian dan sesuai dengan perhitungan statistik ANOVA dua arah,
diperoleh hasil bahwa ekstrak etanol daun tumbuhan tampa badak memiliki efek sebagai
antipiretik. Dengan demikian daun tumbuhan tampa badak dapat digunakan sebagai
pengobatan antipiretik.
Kesimpulan

Ekstrak etanol daun tumbuhan tampa badak (Voacanga foetida (Bl)K.Schum) yang diujikan
kepada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan dengan dosis 250, 500, dan 1000 mg/KgBB
memiliki efek antipiretik Tetapi berbeda dengan kontrol positif yang artinya kontrol positif
memberikan efek antipiretik yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak etanol daun
tampa badak

Saran Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk menguji efek antipiretik fraksi etil asetat
ekstrak daun tumbuhan tampa badak (Voacanga foetida (Bl)K.Schum) atau pengujian
lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Akmal, 1988, Uji Efek Penenang Rebusan Buah Voacanga foetida (Bl.) K.Schum pada Mencit
Putih dengan Metode Rotating Rod dan Sandfilter, Fakultas MIPA, Universitas Andalas,
Padang
Anonim, 2000, Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik dbidang Obat Tradisional, CV Sagung Seto,
Jakarta

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta
Frank, C.L, 1995, Toksikologi Dasar, Asas Organ Sasaran dan Penelitian Resik, Edisi kedua,
diterjemahkan oleh Edi Nugroho, UI Press, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai