Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ANTIPIRETIK

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Obat adalah suatu bahan yang berbentuk padat atau cair atau gas

yang menyebabkan pengaruh terjadinya perubahan fisik dan atau

psykologik pada tubuh. Hampir semua obat berpengaruh terhadap sistem

saraf pusat. Obat tersebut bereaksi terhadap otak dan dapat mempengaruhi

pikiran seseorang yaitu perasaan atau tingkah laku, hal ini disebut obat

psikoaktif.

Obat dapat berasal dari berbagai sumber. Banyak diperoleh dari

ekstraksi tanaman, misalnya nikotin dalam tembakau, kofein dari kopi dan

kokain dari tanaman koka. Morfin dan kodein diperoleh dari tanaman

opium, sedangkan heroin dibuat dari morfin dan kodein. Marijuana berasal

dari daun, tangkai atau biji dari tanaman kanabis (canabis sativum)

sedangkan hash dan minyak hash berasal dari resin tanaman tersebut,

begitu juga ganja.

Obat antipiretik digunakan untuk membantu mengembalikan suhu

set poin kekondisi normal dengan cara menghambat sintesa dan pelepasan

prostaglandin E2 yang distimlasi oleh pirogen endogen pada hipotalamus.

Obat ini menurunkan suhu tubuh hanaya dalam keadaan demam namun

pemakaian obat golongan ini tidak boleh digunakan secara rutin karena

bersifat toksik. Efek samping yang srring ditimbulkan setelah peggunaan

POLITEKNIK BINA HUSADA ge 1


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ANTIPIRETIK

antipiretik adalah respon himodinamik seperti hipotensi gangguan funsi

hepar dan ginjal, oliguria, serta retensi garam dan air.

Obat yang berbahaya yang termasuk dalam kelompok obat yang

berpengaruh pada system saraf pusat(SSP/CNS) adalah obat yang dapat

menimbulkan ketagihan/adiksi(drug addict). Menurut klasifikasi umum

obat yang berpengaruh pada SSP banyak jenisnya ada yang bersifat adiktif

maupun yang non-adiktif. Susunan saraf yang mengkoordinasi sistem

syaraf lainnya di dalam tubuh manusia dibagi dalam 2 golongan yaitu:

1. Susunan saraf pusat (SSP) yang terdiri dari:

a. Otak

b. Sumsum tulang belakang (spiral cord)

2. Susunan saraf perifer yang terdiri atas:

a. Saraf otak dan tulang belakang

b. Saraf otonom

B. MAKSUD DAN TUJUAN PRAKTIKUM

1. Maksud Percobaan

Menguji efektivitas penggunaan obat antipiretik dalam

menurunkan demam terhadap hewan uji tikus (Rattus novergicus).

2. Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui jenis obat apa yang paling efektif untuk

mengatasi masalah demam.

POLITEKNIK BINA HUSADA ge 2


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ANTIPIRETIK

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TENTANG HEWAN UJI

Tikus putih (Rattus norvegicus) banyak digunakan sebagai hewan

coba karena mempunyai respon yang cepat serta dapat memberikan

gambaran secara ilmiah yang mungkin terjadi pada manusia maupun

hewan lain. Dalam kode etik penelitian kesehatan dicantumkan bahwa

salah satu prinsip dasar riset biomedis dimana manusia sebagai subjek

harus memenuhi prinsip ilmiah yang telah diakui dan harus didasarkan

atas eksperimen laboratorium dan hewan percobaan yang memadai serta

berdasarkan pengetahuan yang lengkap dari literatur ilmiah (Herlinda,

1999). Temperatur 19°C hingga 23°C dengan kelembaban 40-70%

merupakan temperatur yang cocok untuk habitat tikus yang juga tergolong

dalam hewan nokturnal (Wolfenshon dan Lloyd, 2013).

Wolfenshon and Lloyd (2013) menyatakan bahwa berat tikus

jantan dewasa yaitu 450-520 gram sedangkan berat 250-300 gram berlaku

pada tikus betina. Tikus jantan lebih berat dibanding tikus betina pada

semua kelompok umur serta terjadinya perubahan bobot organ (ginjal,

hati, paru, dan limpa), nilai hematologi, nilai biokimia darah seiring

dengan bertambahnya umur tikus (Marice dan Sulistyowati, 2011).

Kebutuhan makan dan minum masing-masing 5 hingga 10 gram

per 100 gram berat badan dan 10 mililiter (mL) per 100 gram berat badan

POLITEKNIK BINA HUSADA ge 3


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ANTIPIRETIK

serta jangka hidup 3 sampai 4 tahun. Pakan yang diberikan pada tikus

umumnya tersusun dari komposisi alami dan mudah diperoleh dari sumber

daya komersial. Namun demikian, pakan yang diberikan pada tikus

sebaiknya mengandung nutrien dalam komposisi yang tepat. Pakan ideal

untuk tikus yang sedang tumbuh harus memenuhi kebutuhan zat makanan

antara lain protein 12%, lemak 5%, dan serat kasar kira-kira 5%, harus

cukup mengandung vitamin pA, vitamin D, asam linoleat, tiamin,

riboflavin, pantotenat, vitamin B12, biotin, piridoksin dan kolin serta

mineral-mineral tertentu. Pakan yang diberikan pada tikus harus

mengandung asam amino esensial seperti Arginin, Isoleusin, Leusin,

Methionin, Fenilalanin, Treonin, Tryptofan, dan Valine (Katsung Betram

G. 1997)

Selain pakan, hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan tikus

putih sebagai hewan percobaan adalah perkandangan yang baik. Kandang

tikus terbuat dari kotak plastik yang ditutup dengan kawat berlubang

ukuran 1,6 cm2 . Kulit biji padi dapat digunakan sebagai alas kandang

tikus. Alas kandang diganti setiap 3 hari bertujuan agar kebersihan tikus

tetap terjaga dan tidak terkontaminasi bakteri yang ada di feses serta urine

tikus (Marice and Sulistyowati, 2011).

B. TINJAUAN TENTANG DEMAM

Demam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan

tubuh melawan infeksi. Kebanyakan bakteri dan virus yang menyebabkan

infeksi pada manusia hidup subur pada suhu 37°C. Meningkatnya suhu

POLITEKNIK BINA HUSADA ge 4


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ANTIPIRETIK

tubuh beberapa derajat dapat membantu tubuh melawan infeksi. Demam

akan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk membuat lebih banyak

sel darah putih, membuat lebih banyak antibodi dan membuat lebih banyak

zat-zat lain untuk melawan infeksi (Wibowo, S., 2006).

Suhu tubuh normal bervariasi tergantung masing-masing orang,

usia dan aktivitas. Rata-rata suhu tubuh normal adalah 37°C.

Suhu tubuh kita biasanya paling tinggi pada sore hari. Suhu tubuh dapat

meningkat disebabkan oleh aktivitas fisik, emosi yang kuat, makan,

berpakaian tebal, obat-obatan, suhu kamar yang panas, dan kelembaban

yang tinggi. Ini terutama pada anak-anak. Suhu tubuh orang dewasa

kurang bervariasi. Tetapi pada seorang wanita siklus menstruasi dapat

meningkatkan suhu tubuh satu derajat atau lebih (Katzung, Bertram G

2001).

Hipotalamus berperan sebagai thermostat. Thermostat adalah alat

untuk menyetel suhu seperti yang terdapat pada AC. Hipotalamus kita

mengetahui berapa suhu tubuh kita yang seharusnya dan akan mengirim

pesan ke tubuh kita untuk menjaga suhu tersebut tetap stabil (Wibowo, S.,

2006).

Pada saat kuman masuk ke tubuh dan membuat kita sakit, mereka

seringkali menyebabkan beberapa zat kimiawi tertentu beredar dalam

darah kita dan mencapai hipotalamus. Pada saat hipotalamus tahu bahwa

ada kuman, maka secara otomatis akan mengeset thermostat tubuh kita

lebih tinggi. Misalnya suhu tubuh kita harusnya 37°C, thermostat akan

POLITEKNIK BINA HUSADA ge 5


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ANTIPIRETIK

berkata bahwa karena ada kuman maka suhu tubuh kita harusnya 38,9°C.

Ternyata dengan suhu tubuh yang lebih tinggi adalah cara tubuh kita

berperang dalam melawan kuman dan membuat tubuh kita menjadi tempat

yang tidak nyaman bagi kuman (Wibowo, S., 2006).

C. PENGGOLONGAN OBAT ANTIPIRETIK

Obat – obat antipiretik secara umum dapat digolongkan dalam

beberapa golongan yaitu

1. Golongan salisilat, (misalnya aspirin, salisilamid)

2. Golongan para-aminofenol (misalnya acetaminophen, fenasetin), dan

3. Golongan pirazolon (misalnya fenilbutazon dan metamizol)

(Wilmana, 2007).

Acetaminophen, Non Steroid Anti-inflammatory Drugs, dan

cooling blanket biasa digunakan untuk mencegah peningkatan suhu tubuh

pada pasien cedera otak agar tetap konstan pada kondisi suhu ≤ 37,5ºC

(Dipiro, 2008). Pemberian obat melalui rute intravena atau intraperitonial

biasanya juga digunakan pada keadaan hipertermia, yaitu keadaan dimana

suhu tubuh lebih dari 41ºC suhu ini dapat membahayakan kehidupan dan

harus segera diturunkan (Sweetman, 2008).

Seperti obat-obatan lainnya metamizol dan parasetamol juga

memiliki efek samping. Dari beberapa literatur disebutkan bahwa efek

samping yang mungkin terjadi adalah hipotensi, mual dan muntah (<

1/100 individu). Sedangkan efek samping lainnya yang jarang terjadi

adalah reaksi hipersensitivitas (Żukowski dkk.,2009).

POLITEKNIK BINA HUSADA ge 6


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ANTIPIRETIK

Usaha untuk menurunkan suhu tubuh merupakan cara untuk

mengurangi laju metabolik dan mengurangi kekurangan oksigen atau

mengurangi kerusakan lebih lanjut dari kematian sel otak setelah cedera

otak atau pendarahan otak (Hammond and Boyle, 2011). NSAIDs banyak

digunakan sebagai first line terapi untuk demam. Metamizole di banyak

negara sudah tidak lagi digunakan karena efek sampingnya yang cukup

serius yaitu agranulositosis, anemia aplastik, dan trombositopenia. Di

Indonesia, frekuensi pemakaian metamizole cukup tinggi dan

agranulositosis pernah dilaporkan pada pemakaian obat ini, tetapi belum

ada data tentang angka kejadiannya (Wilmana, 2007).

POLITEKNIK BINA HUSADA ge 7


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ANTIPIRETIK

D. URAIAN BAHAN

1. Paracetamol ( FI. Edisi III, hal 37 dan Buku OOP Edisi 7 hal, 325 )

Nama Resmi : ACETAMINOPHENUM

Sinonim : Asetaminofen, parasetamol

Rumus Molekul : OH

NHCOCH3

Berat Molekul : 151,16

Rumus Molekul : C8H9NO2

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa

pahit

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol

(95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40

bagian gliserol P, dan dalam 9 bagian

propilenglikol P, larut dalam larutan

alkalihidroksida.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

K/P : Analgetikum yaitu obat untuk menghilangkan rasa

nyeri pada tubuh tanpa menghilangkan kesadaran.

Antipiretikum adalah obat yang digunakan untuk

menurunkan suhu tubuh agar stabil kembali.

POLITEKNIK BINA HUSADA ge 8


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ANTIPIRETIK

Paracetamol diabsorbsi cepat dan sempurna

Farmakokinetik : Paracetamol diabsorbsi cepat dan sempurna

melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam

plasma dicapai dalam waktu setengah jam dan

masa paruh plasma, 25 % paracetamol terikat

protein plasma. Obat ini dimetabolis oleh enzim

mikrosom hati. Sebagian parasetamol (80%)

dikonjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian

kecil lainnya d engan asam sulfat. Obat ini

diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai

parasetamol dan sebagian besar dalam betuk Efek

Farmakodinamik : Analgesik parasetamol serupa dengan salisilat

yaitu mengurangi atau menghilangkan nyeri ringan

sampai sedang dan menurunkan suhu tubuh. Efek

anti inflamasinya sangan lemah, oleh karena tidak

digunakan sebagai antireumatik.

Mekanisme Kerja : Menghambat biosintesis Prostaglandin yang hanya

terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksid

seperti di hipotalamus.

Dosis : 500 mg

POLITEKNIK BINA HUSADA ge 9


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ANTIPIRETIK

2. Ibuprofen ( FI Edisi IV Hal, 551 Buku OOP Edisi 7 hal, 341 )

Nama Resmi : IBUPROFEN

Sinonim : Ibuprofen

Rumus molekul : C13H18O2

Berat molekul : 206,28

Pemerian : Serbuk hablur; putih hingga hampir putih; berbau

khas lemah

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam etanol, dalam metanol,

dalam aseton dalam kloroform; sukar larut dalam

etil asetat; praktis tidak larut dalam air

Penyimpan : Dalam wadah tertutup rapat.

Khasiat : Analgetik dan Antipiretik

3. Na. CMC ( FI. Edisi III Hal : 401 )

Nama Resmi : NATRII CARBOXY METHYCELLULOSUM

Sinonim : Natrium Karboksimetil Selulosa, Natrium CMC

Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning

gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau,

higroskopis.

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk

suspense koloidal, tidak larut dalam etanol (95%)

P, dalam eter P dan dalam pelarut organik lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

K/P : Pensuspensi

POLITEKNIK BINA HUSADA ge 10


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ANTIPIRETIK

3. Aquadest ( FI. Edisi III, Hal. 96 )

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Sinonim : Air Suling

BeratMolekul : 18,02

RumusMolekul : H2O

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

Penyimpanan mempunyai rasa

K/P : Dalam wadah tertutup rapat

: Zat tambahan, pelarut

POLITEKNIK BINA HUSADA ge 11


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ANTIPIRETIK

BAB III

METODE KERJA

A. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

a. Batang pengaduk

b. Canula (spoit oral)

c. Gelas ukur 20 mL

d. Hot plate

e. Lumpang dan alu

f. Spoit 1 cc, 3 cc

g. Stopwatch

h. Timbangan adigital

2. Bahan

a. Aquadest

b. Buffect 200 mg

c. Ibuprofen 400 mg

d. Kertas perkamen

e. Na CMC 0,5% 200 mL

f. Pamol 500mg

g. Paracetamol 500 mg

h. Sanmol 500 mg

i. Vaksin DPT

POLITEKNIK BINA HUSADA ge 12


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ANTIPIRETIK

B. METODE PRAKTIKUM

Cara kerja :

1. Hewan 1 (kontrol), catat suhu rektal, kemudian disuntik larutan

pepton/vaksin DPT secara intraperitonial, catat suhu, selanjutnya diberi

suspensi buffect 200 mg kemudian ukur temperatur melalui rektal pada

30, 60 dan 90 menit.

2. Hewan 2, catat suhu rektal, disuntik pepton/vaksin DPT secara

intraperitonial, catat suhu rektal, selanjutnya diberi suspensi Na CMC

0,5% 200 mL, kemudian diukur temperaturnya melalui rektal pada 30,

60 dan 90 menit.

3. Hewan 3, catat suhu rektal, disuntik pepton/vaksin DPT secara

intraperitonial, catat suhu rektal, selanjutnya diberi suspensi ibuprofen

400 mg, kemudian diukur temperaturnya melalui rektal pada 30, 60

dan 90 menit.

4. Hewan 4, catat suhu rektal, disuntik pepton/vaksin DPT secara

intraperitonial, catat suhu rektal, selanjutnya diberi suspensi

paracetamol 500 mg, kemudian diukur temperaturnya melalui rektal

pada 30, 60 dan 90 menit.

5. Hewan 5, catat suhu rektal, disuntik pepton/vaksin DPT secara

intraperitonial, catat suhu rektal, selanjutnya diberi suspensi pamol 500

mg, kemudian diukur temperaturnya melalui rektal pada 30, 60 dan 90

menit.

POLITEKNIK BINA HUSADA ge 13


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ANTIPIRETIK

6. Hewan 6, catat suhu rektal, disuntik pepton/vaksin DPT secara

intraperitonial, catat suhu rektal, selanjutnya diberi suspensi sanmol

500 mg, kemudian diukur temperaturnya melalui rektal pada 30, 60

dan 90 menit.

POLITEKNIK BINA HUSADA ge 14


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ANTIPIRETIK

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. DATA HASIL PENGAMATAN

Suhu perlakuan %
BB V.P Suhu Suhu penurunan
Obat Hewan (mL) Awal Demam 30 60 90
(gram) (°C) (°C) menit menit menit

I 127,47 3,2 36,3 37,5 36,7 37,0 36,9 53,3%

II 181,36 4,5 36,1 38,5 36,3 35,5 35,9 108,3%

III 102,25 2,5 35,4 38,4 36,8 36,7 36,8 56,66%

IV 131,27 3,2 34,5 37,4 36,7 36,8 36,9 24,13%

V 110,76 2,8 36,5 37,6 37,2 36,7 36,5 72,72%

VI 130,07 3,2 35,8 37,4 36,5 36,3 37,4 43,75%

Keterangan :

I = Buffect 200mg

II = Na. CMC 0,5%, 200mL

III = Ibuprofen 400 mg

IV = Paracetamol 500 mg

V = Pamol 500 mg

VI = Sanmol 500 mg

𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑑𝑒𝑚𝑎𝑚 − 𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎


%Penurunan = ×100%
𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑑𝑒𝑚𝑎𝑚−𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑎𝑤𝑎𝑙

POLITEKNIK BINA HUSADA ge 15


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ANTIPIRETIK

BAB V

PEMBAHASAN

Antipiretik adalah obat atau senyawa yang berkhasiat untuk mengurangi

atau menurunkan suhu tubuh, dari suhu yang tinggi menjadi kembali normal.

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengenal, mempraktekkan dan

membandingkan daya antipiretik dari obat paracetamol, ibuprofen dan Na.CMC

menggunakan metode induksi pepton. Percobaan dilakukan terhadap hewan

percobaan, yaitu tikus ( Rattus norvegicus ).

Langkah pertama yang dilakukan adalah pengukuran suhu rektal

menggunakan termometer yang dimasukkan ± 2cm kedalam rektal yang bertujuan

untuk mengetahui suhu awal pada hewan uji sebelum induksi. Kemudian hewan

uji diinjeksikan larutan vaksin DPT sebanyak 2,8 mL secara intra peritonial.

Tujuan pemberian vaksin ialah untuk meningkatkan suhu tubuh pada tikus

sehingga dapat menyebabkan tikus menjadi demam.

Alasan pengukuran suhu melalui rektal ialah suhu rektal lebih tinggi satu

derajat dari pada suhu urin maupun oral. Setelah terjadi peningkatan suhu kepada

hewan ujian kemudian hewan uji dibagi dalam 6 kelompok, untuk kelompok 1

diberi suspensi Buffect, untuk kelompok 2 tikus diberi suspensi Na CMC 0,5%,

untuk kelompok 3 tikus diberi suspensi Ibuprofen, untuk kelompok 4 tikus diberi

suspensi Paracetamol, untuk kelompok 5 tikus diberi suspensi Pamol dan untuk

kelompok 6 tikus diberi suspensi Sanmol. 30 menit setelah perlakuan suhu rektal

diukur kembali pada menit 30, 60, dan 90.

POLITEKNIK BINA HUSADA ge 16


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ANTIPIRETIK

Berdasarkan hasil percobaan diatas tikus 1 setelah pemberian vaksin DPT

mengalami kenaikan suhu tubuh menjadi 37,5°C setelah pemberian Buffect

terjadi penurununan pada menit ke-30 yaitu 36,7°C tetapi mengalami lagi

kenaikan pada menit ke-60 menjadi 37,0°C dan segera mengalami penurunan

pada menit ke-90 yaitu 36,9°C dan untuk % penurunan pada tikus 1 yaitu 53,3%.

Tikus 2 setelah pemberian vaksin mengalami kenaikan suhu 38,5°C

setelah pemberian Na.CMC 0,5% terjadi penurunan suhu tubuh pada menit ke-30

menjadi 36,3°C dan segera mengalami penurunan pada menit ke-60 menjadi

35,5°C tetapi mengalami lagi kenaikan pada menit ke-90 menjadi 35,9°C dan

untuk % penurunan pada tikus 2 yaitu 108,3%.

Tikus 3 setelah pemberian vaksin mengalami kenaikan suhu 38,4°C

setelah pemberian Ibuprofen terjadi penurunan suhu pada menit ke-30 hingga

menit ke-90 yaitu 36,8°C dan untuk % penurunan pada tikus 3 yaitu 56,66%.

Tikus 4 setelah pemberian vaksin mengalami kenaikan suhu 37,4°C

setelah pemberian Paracetamol terjadi penurunan suhu tubuh pada menit ke-30

menjadi 36,7°C tetapi mengalami lagi kenaikan suhu pada menit ke-60 menjadi

36,8°C dan mengalami lagi kenaikan suhu pada menit ke-90 menjadi 36,9°C dan

untuk % penurunan tikus 4 yaitu 24,13%.

Tikus 5 setelah pemberian vaksin mengalami kenaiakan suhu 37,6°C

setelah pemberian pamol terjadi penurunan pada menit ke-30 menjadi 37,2°C,

serta mengalami lagi penurunan suhu pada menit ke-60 menjadi 36,5°C dan

segera mengalami penurunan suhu lagi pada menit ke-90 menjadi 36,5°C dan %

penurunan yaitu 72,72%.

POLITEKNIK BINA HUSADA ge 17


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ANTIPIRETIK

Tikus 6 setelah pemberian vaksin mengalami kenaikan suhu 37,4°C

setelah pemberian Sanmol terjadi penurunan suhu pada menit ke-30 36,5°C serta

terjadi penurunan lagi pada menit ke-60 menjadi 36,3°C dan segera mengalami

kenaikan suhu pada menit ke-90 37,4°C dan untuk % penurunan pada tikus 6

yaitu 43,75%.

Kenaikan suhu tubuh tikus yang tiba-tiba dapat disebabkan oleh beberapa

kemungkinan diantaranya aktivitas fisik, stress, suhu kamar dan kelembaban yang

tinggi.

POLITEKNIK BINA HUSADA ge 18


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ANTIPIRETIK

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada pengujian kali ini menggunakan pepton pada hewan uji tikus (Rattus

norvegicus) yang memberi efek demam pada hewan uji dan % penurunan

paling rendah yaitu Paracetamol 24,13%.

B. SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek antipiretik ataupun

khasiat lain dari obat – obat untuk menambah data secara ilmiah.

POLITEKNIK BINA HUSADA ge 19


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ANTIPIRETIK

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen. 1976. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan


Republik Indonesia
Dirjen. 1979. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Smith, J.B., Mangkoewijojo, S. 1988. Pemeliharaan dan Penggunaan Hewan
Percobaan Didaerah Tropis. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia
Katsung. Betram G. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi 6. Jakarta :
Kedokteran EGC
Wolfenshon, S dan M. Lloyd. 2013. Handbook of Laboratory Animal Managemen
and Welfare. 3rd ed. Blackwell piblishing Ltd, Oxford.
Raharja kirana dan Tjya Tan Hoan. 2015. Obat-Obat Penting Edisi 7. Jakarta :
Penerbit PT Alex Media Komputindo.

POLITEKNIK BINA HUSADA ge 20

Anda mungkin juga menyukai