Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM PERCOBAAN 4

(Pengujian Kadar Metampiron Secara Kualitatif dan Kuantitatif)


Atorva Daffa’ Tabriza Nasywa
Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Darussalam Gontor Putri
Email: datorvaa612@gmail.com
ABSTRACK
Traditional medicine or better known as herbal medicine is an ancestral heritage that
should be proud of the Indonesian people. For generations, traditional medicine is believed by
the community to be efficacious for maintaining body fitness. One of the medicinal chemicals
that is often used in the medical world as an antipyretic analgesic drug is methamphetamine, but
some herbal medicine manufacturers actually mix methamphetamine into aching rheumatic
herbs. The use of methamphetamine continuously, for a long period of time, and without a
dosage that is in accordance with the rules can cause side effects. One of the analytical methods
that can be used to analyze herbal medicine containing BKO is using the Thin Layer
Chromatography (TLC) technique. Based on the Indonesian Pharmacopoeia Edition IV, the
determination of the levels of antalgin raw materials can be carried out by the iodimetric
method. In this study, the highest methampyrone levels were found in Jamu B samples with a
concentration value of 3.334%.
Key Words: Iodimetry, Jamu, TLC, Metampiron
ABSTRAK
Obat tradisional atau yang lebih dikenal dengan sebutan jamu merupakan warisan leluhur
bangsa Indonesia yang patut dibanggakan. Secara turun temurun obat tradisional dipercaya
masyarakat berkhasiat untuk menjaga kebugaran tubuh. Salah satu bahan kimia obat yang sering
digunakan dalam dunia medis sebagai obat analgesik antipiretik adalah metampiron, akan tetapi
beberapa produsen jamu justru mencampurkan metampiron dalam jamu pegal linu. Penggunaan
metampiron secara terus menerus, dalam jangka waktu yang panjang, serta tanpa adanya dosis
yang sesuai dengan aturan dapat menimbulkan efek samping. Salah satu metode analisis yang
dapat digunakan untuk menganalisa jamu yang mengandung BKO yaitu menggunakan teknik
Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi IV, penetapan
kadar bahan baku antalgin dapat dilakukan dengan metode iodimetri. Pada penelitian ini
didapatkan kadar metampiron tertinggi pada sampel jamu B dengan nilai kadar 3,334%.
Kata kunci: Iodimetri, Jamu, KLT, Metampiron
LATAR BELAKANG Popularitas dan perkembangan obat
tradisional di Indonesia telah meningkat
seiring dengan slogan back to nature, hal itu
dibuktikan oleh semakin banyaknya industri kontraindikasi. Bahan kimia obat yang
jamu dan farmasi yang memproduksi obat ditambahkan ke dalam jamu biasanya tanpa
tradisional. Dengan meningkatnya takaran yang jelas dan dikonsumsi secara
ekspektasi masyarakat pada penyembuhan rutin yang menjadi kebiasaan dalam jangka
menggunakan obat tradisional maka obat panjang. Obat sintetik yang ditambahkan ke
tradisional banyak diminati oleh masyarakat. dalam jamu tidak sesuai dengan dosis
Bagi masyarakat, obat tradisional yang terapetik, sehingga mengakibatkan over dose
bagus adalah obat dengan reaksi cepat dan menimbulkan efek samping bahkan efek
terhadap penyakit yang diderita dengan toksik dari obat sintetik tersebut yang dapat
harga terjangkau. membahayakan kesehatan konsumen (Indah
Solihah, 2021).
Obat tradisional atau yang lebih
dikenal dengan sebutan jamu merupakan TINJAUAN PUSTAKA
warisan leluhur bangsa Indonesia yang patut
Obat tradisional yang banyak
dibanggakan. Secara turun temurun obat
diminati oleh masyarakat salah satunya
tradisional dipercaya masyarakat berkhasiat
adalah jamu pegal linu. Jamu pegal linu
untuk menjaga kebugaran tubuh. Obat
digunakan untuk menghilangkan pegal linu,
tradisional yang beredar harus memiliki izin
nyeri otot dan tulang, memperlancar
edar Badan Pengawas Obat dan Makanan
peredaran darah, dan memperkuat daya
(BPOM), tetapi tidak semua obat tradisional
tahan tubuh. Jamu pegal linu merupakan
yang beredar di masyarakat memiliki izin
jamu yang sering dikonsumsi oleh para
edar tersebut. Pesatnya perkembangan
pekerja berat. Jamu pegal linu dikonsumsi
industri obat tradisional di tengah pangsa
untuk mengurangi rasa nyeri,
pasar yang besar saat ini, sering kali
menghilangkan pegal linu capek, nyeri otot
disalahgunakan oleh oknum yang tidak
dan tulang, memperlancar peredaran darah,
bertanggungjawab untuk memperoleh
memperkuat daya tahan tubuh dan
keuntungan yang lebih besar. Penambahan
menghilangkan sakit seluruh badan. Salah
bahan kimia obat (BKO) merupakan salah
satu bahan kimia obat yang sering
satu cara yang digunakan dalam hal tersebut,
digunakan dalam dunia medis sebagai obat
tetapi dapat membahayakan kesehatan
analgesik antipiretik adalah metampiron,
(Makanan, 2015).
akan tetapi beberapa produsen jamu justru
Pencampuran jamu dengan bahan- mencampurkan metampiron dalam jamu
bahan kimia berbahaya sering dilakukan pegal linu. Penggunaan metampiron secara
untuk menjadikan jamu tersebut berkhasiat terus menerus, dalam jangka waktu yang
lebih cepat. Pencampuran jamu dengan panjang, serta tanpa adanya dosis yang
bahan kimia obat sangat berbahaya, apalagi sesuai dengan aturan dapat menimbulkan
kebanyakan bahan kimia obat yang efek samping. Beberapa efek samping yang
ditambahkan tergolong obat keras yang ditimbulkan berupa gangguan saluran cerna
dalam pemakaian harus dengan resep dokter, seperti mual, pendarahan lambung, serta
karena mempunyai efek terapi juga gangguan sistem saraf seperti tinitus dan
mempunyai efek samping dan neuropati, pembentukan sel darah dihambat
(anemia aplastik), agranulositosis, dan memberikan identitas senyawa yang
gangguan ginjal (Nurheti, 2008). terkandung (Saifudin, 2011).
Salah satu jenis obat yang banyak Berdasarkan Farmakope Indonesia
beredar dipasaran dan sering digunakan Edisi IV, penetapan kadar bahan baku
dalam pengobatan adalah Metampiron. antalgin dapat dilakukan dengan metode
Metampiron di Indonesia lebih dikenal iodimetri. Titrasi iodimetri merupakan
dengan nama Antalgin. Antalgin termasuk titrasi langsung dilakukan terhadap zat-zat
salah satu obat derivat metan sulfonat yang potensial oksidasinya lebih rendah
dari amidopyrin yang berkhasiat sebagai dari sistem iodium-iodida, sehingga zat
analgetik-antipiretik dan antiinflamasi, tersebut akan teroksidasi oleh Iodium.
yaitu obat yang dapat mengurangi rasa nyeri Iodimetri merupakan metode oksidimetri
dan serentak menurunkan suhu tubuh yang yang banyak dipergunakan, karena
tinggi dan juga mengatasi peradangan. perbandingan stokiometri yang sederhana.
Metampiron adalah salah satu obat Penetapan kadar antalgin dilakukan secara
penghilang rasa sakit, umumnya digunakan iodimetri. Metode ini cukup akurat
untuk mengurangi rasa nyeri, demam dan karena titik akhirnya cukup jelas
inflamasi akibat kondisi-kondisi diantaranya sehingga memungkinkan titrasi dengan
sakit kepala, nyeri dan atritis rheumatoid. larutan titer yang encer. Iodimetri
Pemakaian dalam jangka waktu yang lama dilakukan terhadap zat yang potensial
obat ini dapat menimbulkan kasus reduksi lebih tinggi dari sistem larutan
agranulositosis fatal (Lela Sulastri, 2019). iodin. Iodin merupakan oksidator yang
lemah dengan nilai potensial oksidasi
Salah satu metode analisis yang
sebesar +0,535 V. Pada saat reaksi oksidasi,
dapat digunakan untuk menganalisa jamu
iodin akan direduksi menjadi iodida
yang mengandung BKO yaitu menggunakan
(Girsang, 2012).
teknik Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
KLT sangat bermanfaat untuk analisis obat Iodimetri adalah salah satu contoh
dan bahan lain dalam laboratorium karena penerapan titrasi redoks (reduksi-oksidasi)
hanya memerlukan peralatan sederhana, dengan menggunakan iodium sebagai zat
waktu cukup singkat (15-60 menit), dan pengoksidasi. Jika suatu senyawa
jumlah zat yang diperiksa cukup kecil. dioksidasikan oleh iodium, maka iodium
Selain itu, KLT tidak memerlukan ruang sendiri tereduksi menjadi iodida. Dalam
yang besar dan teknik pengerjaannya juga larutan asam, iodida bekerja mereduksi
sederhana (Harmita, 2015). Kromatografi oksidator kuat dan iodidanya sendiri
lapis tipis (KLT) merupakan suatu analisis dioksidasi menjadi iodium. Warna larutan
sederhana yang dapat digunakan untuk iodium cukup tua sehingga iodium dapat
melakukan penegasan terhadap senyawa bertindak sebagai indikatornya sendiri
kimia yang terkandung pada tumbuhan (Triyastuti, 2007).
disamping skrining fitokimia. Nilai Rf dan
METODOLOGI
warna noda yang diperoleh pada KLT dapat
Alat dan Bahan sebanyak 9,6 ml lalu dicampur di
dalam beaker glass. Sampel dan
Alat yang digunakan pada percobaan
standar di totolkan diatas plat KLT
ini adalah chamber, beaker glass, gelas ukur,
dengan jaran 1,5 cm dari bagian
plat KLT, buret dan statif, batang pengaduk,
bawah plat dan jarak antar noda 1,5
erlenmeyer, pipet tetes, corong, dan kertas
cm. Plat yang sudah kering
saring.
dimasukkan ke dalam eluen dan
Bahan yang digunakan pada dibiarkan merambat dengan jarak 8
percobaan ini adalah aquadest, larutan kanji, cm dari totolan. Setelah mencapai
larutan iodium, 3 sampel jamu, standar jarak, di keringkan dan dilihat
antalgin, metanol, AgNO3, HCl 0,2 N, asam dibawah sinar ultraviolet. Dihitung
asetat glasial, dan etil asetat. nilai Rf dari masing-masing sampel.
b. Analisis Kuantitatif
Prosedur Percobaan
Dicampurkan 1 ml larutan
a. Analisis kualitatif pati 1% dengan 5 ml per larutan
Metode 1 standar dan sampel. Kemudian
Sampel dan antalgin diambil larutan di titrasi menggunakan
sebanyak 400 mg kemudian larutan iodium 0,01 N. Hasil volume
ditambahkan 50 ml aquadest dan 5 titrasi dicatat dan dihitung kadar
ml HCl 0,2 N. Lalu dikocok dan antalgin yang terdapat di setiap
disaring menggunakan kertas saring. sampel.
Sampel dan standar antalgin diambil
HASIL DAN PEMBAHASAN
3 tetes dan ditempatkan didalam
platedrop. Kemudian ditambahkan Hasil
AgNO3.
Analisis kualitatif
Metode 2
Sampel Hasil
Untuk pembuatan standar Antalgin Bening (-)
antalgin di campur 10 ml metanol Jamu A Bening (-)
dengan 10 gram bubuk antalgin. Jamu B Bening (-)
Kemudian didiamkan selama 10 Jamu C Bening (-)
menit dan disaring. Ekstraksi sampel Analisis kuantitatif
dilakukan dengan mencampurkan 5
ml metanol dan 2 gram sampel jamu. Sampel Hasil Nilai Rf
Kemudian didiamkan selama 10 Antalgin 2,7 cm 0,396
menit dan dikocok lalu disaring. Jamu A 6,5 cm 0,612
Dibuat eluen dengan campuran etil Jamu B 7,5 cm 0,936
asetat dan asam asetat glasial (24:1). Jamu C 2,8 cm 0,35
Etil asetat diambil sebanyak 0,4 ml KLT
dan asam asetat glasial diambil
Sampel Volume Warn Kadar
a lain sehingga tidak mengganggu hasil KLT.
Antalgin 50 ml bening 1,667% Sampel jamu pegal linu yang digunakan
Jamu A 80 ml bening 2,66% dalam penelitian yaitu sebanyak 3 sampel
Jamu B 100 ml bening 3,334% dengan merek yang berbeda-beda. Larutan
Jamu C 33 ml bening 1,10% sampel dibuat dengan cara melarutkan jamu
pegal linu menggunakan pelarut metanol.
Proses yang dilakukan selanjutnya adalah
Metampiron adalah derivate pengocokan, hal ini dilakukan untuk
Pirazolon yang mempunyai efek analgetika- mempercepat proses pelarutan zat-zat yang
antipiretika yang kuat. Antalgin adalah dapat larut dalam metanol.
derivat metan sulfonat dan amidopirina yang
bekerja terhadap susunan saraf pusat yaitu Setelah dilakukan pengocokan,
mengurangi sensitivitas reseptor rasa nyeri larutan sampel disaring menggunakan kertas
dan mempengaruhi pusat pengatur suhu saring dengan tujuan untuk memisahkan
tubuh. Bekerja secara sentral pada otak pengotor yang tidak terlarut. Sebelum
untuk menghilangkan nyeri, menurunkan dilakukan identifikasi metampiron pada
demam dan menyembuhkan rheumatic. sediaan jamu, dilakukan ekstraksi terlebih
Analisis kuantitatif merupakan penentuan dahulu. Ekstraksi ini bertujuan untuk
kadar suatu senyawa kimia yang terkandung memisahkan metampiron yang mungkin ada
dalam suatu larutan yang telah diketahui di dalam sampel jamu dengan bahan lainnya.
konsentrasinya. Untuk menentukan kadar Proses ektraksi dilakukan sebanyak tiga kali
tersebut dapat digunakan metode titrasi. dengan tujuan agar diperoleh larutan sampel
yang jernih.
Pengujian kromatografi lapis tipis
(KLT) pada penelitian ini bertujuan untuk Fase gerak yang digunakan pada
mengetahui ada atau tidak kandungan bahan penelitian ini yaitu campuran etil asetat dan
kimia obat (BKO) metampiron yang terdapat asam asetat glasial dengan perbandingan
di dalam jamu. Kelebihan KLT (24:1). Campuran dua pelarut organik
dibandingkan dengan kromatografi lain tersebut digunakan karena daya elusi
yaitu biaya yang dibutuhkan terjangkau, campuran pelarut ini menghasilkan
peralatan yang digunakan lebih sedikit dan pemisahan yang optimal, sehingga dapat
sederhana, waktu pengujian lebih efisien, memisahkan noda dengan tingkat kepolaran
membutuhkan sedikit pelarut, dan preparasi yang berbeda-beda. Pemilihan fase gerak
sampel yang mudah. yang digunakan dilihat dari kepolaran yang
dimiliki oleh metampiron tersebut karena
Larutan baku pembanding dibuat kepolaran sangat berpengaruh pada nilai
dengan cara melarutkan bubuk antalgin faktor retensi. Kemurnian dari fase gerak
dengan menggunakan metanol. Pemilihan juga sangat mempengaruhi hasil elusi pada
pelarut yang digunakan berhubungan dengan KLT.
sifat fisika dan kimia dari metampiron.
Tujuan penggunaan metanol yaitu untuk Fase diam yang digunakan adalah
mengurangi terjadinya kontaminasi dari zat plat KLT karena plat tersebut dapat
berfluorensi. Sinar ultraviolet (UV) yang netral atau sedikit asam. Titrasi ini disebut
digunakan untuk melihat fluoresensi juga dengan titrasi langsung karena bahan
metampiron adalah 254 nm dan 366 nm. pereduksi langsung dioksidasi dengan
Noda yang tampak pada plat KLT yang larutan baku iodium. Proses oksidasi reduksi
disinari UV 254 nm akan terlihat gelap atau redoks menyangkut perubahan elektron
karena yang berfluorensi adalah lempeng pada zat-zat yang bereaksi. Oksidasi adalah
sedangkan sampelnya tidak. Sedangkan pada peristiwa pelepasan elektron dan reduksi
sinar UV 366 nm noda yang tampak akan adalah peristiwa pengikatan elektron.
terlihat terang karena yang berfluoresensi Iodium adalah oksidator lemah, sehingga
adalah sampel sedangkan lempengnya tidak. hanya zat-zat yang merupakan reduktor yang
cukup kuat yang dapat dititrasi. Dalam
Plat KLT diberi tanda 1 cm batas
metode analisis ini, analit dioksidasikan oleh
bawah dan 0,5 cm batas atas, serta jarak
I2 sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodide,
antar noda sebesar 1 cm. Baku pembanding
dengan kata lain I2 bertindak sebagai
dan sampel ditotolkan pada plat
oksidator.
menggunakan pipa kapiler, kemudian
dimasukkan ke dalam bejana yang telah Larutan iodium digunakan pada
dijenuhkan. Setelah proses pengelusian titrasi ini, karena larutan iodium berperan
selesai, plat dikeluarkan dan didiamkan sebagai oksidator lemah, dan dapat
hingga kering sebelum diamati di bawah digunakan untuk menitrasi larutan antalgin
sinar UV 254 nm dan 366 nm. Tujuan yang merupakan reduktor yang cukup kuat.
dilakukan pengeringan agar hasil yang Apabila perubahan warna menjadi biru stabil
diperoleh pada saat pengamatan dapat telah terjadi pada saat titrasi, maka itu
terlihat jelas. Sinar UV 254 nm dan 366 nm menandakan bahwa antalgin telah habis
akan berfluoresensi pada panjang bereaksi dan titik akhir titrasi telah tercapai.
gelombang tersebut disebabkan karena Warna biru terbentuk karena dalam larutan
adanya interaksi antara sinar UV dengan kanji terdapat unit-unit glukosa membentuk
gugus kromofor yang terikat oleh rantai heliks karena adanya ikatan
auksokrom pada noda tersebut. Setelah konfigurasi pada tiap unit glukosanya.
diamati dengan sinar UV, dilakukan Bentuk ini dapat menyebabkan pati dapat
perhitungan harga faktor retensi baku membentuk kompleks dengan molekul
pembanding dan sampel. Sampel dikatakan iodium yang dapat masuk kedalam
positif apabila nilai faktor retensinya sama spiralnya, sehingga menyebabkan warna
dengan baku pembanding. Harga faktor biru tua pada kompleks tersebut.
retensi yang baik berkisar antara 0,2 – 0,8
Selanjutnya praktikan menghitung
(Indah Solihah, 2021).
kadar yang didapat pada tiap-tiap pengujian,
Dalam percobaan ini, penetapan untuk berat molekul dari antalgin adalah
kadar metampiron (antalgin) dilakukan 16,67. Pada percobaan pertama didapatkan
secara iodimetri. Iodimetri merupakan titrasi kadarnya sebesar 1,541%, dan pada
reduksi oksidasi yang menggunakan larutan percobaan kedua 1,792% dan rata-rata dari
standar iodium sebagai titran dalam suasana keduanya adalah 1,667%.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa analisis kadar
metampiron dalam jamu dapat dilakukan
dengan metode KLT untuk analisis kualitatif
dan titrasi iodometri untuk analisis
kuantitatif. Kadar pada sampel jamu A
sebesar 2,66%; sampel jamu B sebesar
3,334%; dan sampel jamu C sebesar 1,10%.
Fase gerak yang digunakan adalah etil asetat
dan asam asetat glasial. Serta fase diam yang
digunakan adalah plat KLT.
Saran
Disarankan agar praktikum ini tidak hanya
beberapa kelompok saja yang
melakukannya. Karena ditakutkan beberapa
praktikan yang lain tidak memahami cara
menganalisis kadar metampiron pada jamu
ini.

DAFTAR PUSTAKA

Girsang, R. D. (2012). Penetapan Bahan Baku Antalgin Secara Iodimetri. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Harmita. (2015). Analisis Fisikokimia Kromatografi volume 2. Jakarta: EGC.
Indah Solihah, d. (2021). Identifikasi Metampiron Dalam Jamu Pegal Linu Yang Beredar Di
Kota Palembang. J Agromedicine Unila.
Lela Sulastri, d. (2019). IDENTIFIKASI METAMPIRON DALAM SEDIAAN JAMUPEGAL
LINU YANG BEREDAR DI MAJALENGKA DENGAN METODE
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT). Medimuh, 39-44.
Makanan, B. P. (2015). Pedoman gerakan nasional peduli obat dan pangan aman untuk anak-
anak. Jakarta: BPOM.
Nurheti, Y. d. (2008). Tips Cerdas Mengonkonsumsi Jamu. Yogyakarta: Penerbit Banyu Media.
Saifudin, d. (2011). Standarisasi Bahan Obat Alam. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Triyastuti, T. (2007). Perbandingan Validasi Metode Penetapan Kadar Metampiron Secara
Kolorimetri Menggunakan Asam Kromotropat dengan Iodimetri . Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
LAMPIRAN sehingga menyebabkan warna
biru tua pada kompleks tersebut
a. Latihan soal
1. Jelaskan prinsip analisis dengan
6. Buat perhitungan konsentrasi
titrasi iodometri!
dari setiap reagen yang
= terjadinya perubahan warna
digunakan!
setelah sampel di titrasi
As. asetat glasial
1
2. Jelaskan prinsip analisis dengan ¿ ×10=0,4 ml
25
metode KLT!
= distribusi senyawa antara fase
Etil asetat
diam berupa padatan diletakkan 24
pada plat kaca atau plastik dan ¿ × 10=9,6 ml
25
fase gerak berupa cairan yang
bergerak diatas fase diam b. Prosedur percobaan
Analisis Kualitatif
3. Tunjukkan bagaimana cara Metode 1
perhitungan nilai Rf!
jarak yang ditempuh bercak Dicampurkan 400 mg standar
¿
jarak yang ditempuh pelarut antalgin/sampel dengan 50 ml aquadest
dan 5 ml HCl 0,2 N
4. Jelaskan reaksi yang terjadi
dalam titrasi iodometri! Dikocok dan disaring
= Reaksi yang terjadi pada titrasi
iodometri untuk penentuan iodat Diambil 3 tetes per sampel dan standar
adalah: IO3- + 5 I- 3 I2+ 6 H+ +
H2O 2 I- + S4O62-I2 + 2 S2O32-
Ditempatkan dalam plate drop
5. Jelaskan mekanisme kerja kanji
sebagai indikator dalam titrasi Ditambahkan AgNO3
iodometri!
= Dalam larutan kanji terdapat
unit-unit glukosa membentuk Metode 2 (pembuatan standar antalgin)
rantai heliks karena adanya
ikatan konfigurasi pada tiap unit Dicampur 10 ml metanol dan 10 gram
glukosanya. Bentuk ini dapat bubuk antalgin
menyebabkan pati dapat
membentuk kompleks dengan
Didiamkan 10 menit dan disaring
molekul iodium yang dapat
masuk kedalam spiralnya,
Metode 2 (proses ekstrasi) c. Perhitungan

Dicampur 5 ml metanol dengan 2 gram Kadar


sampel jamu
Antalgin
V ×N ×∞
Didiamkan selama 10 menit ¿ ×100 %
R
50× 0,01× 16,67
¿ × 100 %=1,667 %
Dikocok dan disaring 5

Jamu A
Metode 2 (analisis KLT)
V ×N ×∞
¿ ×100 %
R
Dibuat eluen yang terdiri dari 9,6 ml etil
80× 0,01 ×16,67
asetat dan 0,4 ml asam asetat glasial ¿ × 100 %=2,66 %
5
Ditotolkan sampel pada plat KLT dengan Jamu B
jarak 1 cm dari bawah plat dan 1,5 cm
dengan antar noda V ×N ×∞
¿ ×100 %
R

Dimasukkan plat KLT ke dalam eluen 100× 0,01× 16,67


¿ ×100 %=3,334 %
5

Dibiarkan plat KLT hingga terelusi Jamu C


sempurna
V ×N ×∞
¿ ×100 %
R
Dikeringkan plat KLT dan diamati dibawah
sinar ultraviolet 33× 0,01× 16,67
¿ × 100 %=1,10 %
5

Dihitung nilai Rf Nilai Rf


Antalgin
Analisis Kuantitatif
2,7
¿ =0,336
Dicampur 1 ml larutan pati 1% dengan 5 ml 8
per larutan standar dan sampel
Jamu A
Dititrasi larutan menggunakan larutan 6,5
iodium 0,01 N ¿ =0,612
8

Jamu B
Dicatat hasil volume titrasi dan dihitung
kadarnya
7,5
¿ =0,936
8

Jamu C
2,8
¿ =0,35
8

c. Foto

Sampel jamu yang telah disaring

Sampel jamu sebelum di saring

Proses penyaringan sampel jamu

Anda mungkin juga menyukai