Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman tumbuhan (flora)
terbesar di dunia. Hal ini dipengaruhi oleh posisi geografis Indonesia yang sangat
menguntungkan, yaitu terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia. Letak
geografis ini dapat memengaruhi persebaran tumbuhan di setiap daerah atau pulau. Indonesia
juga merupakan negara kepulauan yang terdiri atas beribu-ribu pulau. Setiap pulau di Indonesia
memiliki keanekaragaman hayati yang berbeda. Hal ini pulalah yang menyebabkan adanya
tumbuhan yang endemik. Selain itu, Indonesia terletak di daerah tropis sehingga memiliki
keanekaragaman hayati tinggi dibandingkan dengan daerah subtropis (iklim sedang) maupun
daerah kutub (iklim kutub). Indonesia memiliki sekitar 40.000 jenis tumbuhan. Tumbuahan biji
banyak ditemukan di Indonesia yaitu sekitar 25.000 jenis atau lebih dari 10% dari flora dunia.
Lumut dan ganggang yang terdapat di Indonesia diperkirakan sekitar 35.000 jenis. Tidak kurang
dari 40% dari jenis-jenis ini merupakan jenis yang endemik atau jenis yang hanya terdapat di
Indonesia dan tidak terdapat di tempat lain di dunia.

Wedelia (Sphagneticola trilobata) adalah salah satu jenis tanaman liar yang hidup di
kawasan dengan iklim tropis. Tanaman ini mudah ditemukan di area perkebunan dan
persawahan, padang rumput serta di pinggir jalan. Wedelia masuk ke dalam golongan tanaman
herba. Tanaman herba adalah tanaman yang tumbuh rendah tidak bisa menjadi tinggi. Wedelia,
masih satu keluarga dengan bunga aster.Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Govindapa et
al (2011) menunjukkan bahwa daun dan batang ekstrak S. trilobata mengandung senyawa
fitokimia aktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur.Fraksi ekstrak etanol
daun dan batangnya menunjukkan aktivitas antibakkteri yang signifikan terhadap bakteri Gram-
positif maupun Gram-negatif dan jamur yang diuji.Terbukti adanya aktivitas antioxidant dan
antiinflamasi yang kuat pada fraaksi ekstrak etanolnya.Aktivitas tersebut dapat ditimbulkan oleh
adanya komponen senyawa polifenol seperti flavonoid, tannin, terpenoid, fenol, dan saponin
pada daun, batang dan juga bunganya.Pada daun dan batang S. trilobata mengandung senyawa
diterpen (asam kaurenoat), eudesmanolide lakton, dan luteolin (Lans, 1996; Block et al., 1998).
Asam kaurenoat memiliki aktifitas antibakteri, larvacida, dan tripnocida, serta dapat
menjadi stimulator yang poten pada proses kontraksi uterus (Block et al., 1998). Penelitian ini
menggunakan pelarut methanol, Dalam konsentrasi 400µL ekstrak methanol daun dan
bungaS.trilobata mampu memberikan respon hambatan terhadap bakteriS.aureus, S. typhi, dan P.
aeruginosae.Sedangkan ekstrak methanol dari batang dan akarnya mampu memberikan zona
hambatan S. aureus dan E. coli (Toppo et al., 2013).Asam kaurenoat dapat merusak membran sel
S. aureus melalui ikatan hidrogen gugus karboksilat asam kaurenoat dengan atom oksigen
fosforil membran sel (Urzúa et al., 2008). Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan
mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau siplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan masa atau serbuk yang
tersisa diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana menganalisis kandungan yang terdapat dalam Sphagneticola trilobata L

2. Bagaimana mengetahui manfaat lain dari Sphagneticola trilobata L yang belum diketahui

1.3 Tujuan

1. Untuk menganalisis kandungan yang terdapat dalam Sphagneticola trilobata L

2. Untuk mengetahui manfaat dari Sphagneticola trilobata L

1.4 Manfaat penelitian

1. Mengetahui kandungan yang terdapat dalam Sphagneticola trilobata L

2. Mengetahui manfaat lain dari Spagneticola yang belum diketahui


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Seruni Jalar (Wedelia trilobata (L.) Hitch)

Tanaman wedelia (Wedelia trilobata (L.) Hitch) tumbuh di daerah tropis mulai dari
Amerika tropik, Asia tropik, sampai ke Afrika Barat. Tanaman ini adalah tumbuhan menahun
dengan tinnggi 45-60cm dan banyak ditemukan di pinggir-pinggir jalan. Tanaman dari famili
Astreaceae biasanya digunakan sebagai tanaman pembatas pagar dan tanaman hias karena warna
bunganya yang kuning indah, mudah didapatkan dan diperbanyak, mudah tumbuh pada berbagai
jenis tanah dan tahan kekeringan.

Batangnya berwarna hijau, berbentuk bulat, dan bercabang pada bagian axial,
mempunyai panjang 1-3 dm. Posisi batangnya merayap di atas permukaan tanah. Daunnya
berwarna hijau, berdaun tidak lengkap, sebab hanya memiliki tangkai daun dan helaian daun
saja, bertekstur medium, berdaging, dengan lebar 2-5 cm dan panjang 4-5 cm, abovate
sederhana, dan bergerigi, susunan daun menyilang berlawanan. Akarnya akar tunggang, akar
dapat tumbuh pada ruas-ruas batangnya. Bunganya soliter, muncul pada axil daul, bertangkai 3-
10 cm, berwarna kuning cerah, mirip seperti bunga matahari (hanya ukurannya lebih kecil).
Habitus tanaman ini adalah semak menjalar.
Klasifikasi Seruni Jalar (Wedelia trilobata (L.) Hitch):
1. Regnum : Plantae
2. Divisio : Magnoliopphyta
3. Classis : Magnoliopsida
4. Ordo : Asterales
5. Familia : Asterceae
6. Genus : Wedelia
7. Spesies : (Wedelia trilobata (L.) Hitch)

Taksonomi Sphagneticola Trilobata:

1. Kingdom : plantae
2. Phylum : magnoliophyta
3. Class : magnoliopsida
4. Order : asterales
5. Family : asteraceae

Synonym

- Acmella brasiliensis , Spreng.


- Acmella spilanthoides , Cass.
- Buphthalmum repens , Lam.
- Buphthalmum strigosum , Spreng.
- Wedelia brasiliensis , S.F.Blake
- Wedelia carnea , Rich.
- Verbesina carnosa , M.Gómez
- Wedelia carnosa , Rich. ex Spreng.
- Wedelia carnosa , Rich. var. glabella Rich.
- Wedelia carnosa , Rich. var. triloba Rich.
- Verbesina carnosa , M.Gómez var. triloba(Rich.) M.Gómez
- Complaya trilobata , (L.) Strother
- Polymnia carnosa , Poir.
- Polymnia carnosa , Poir.var. glabella (Rich.) Poir.
- Polymnia carnosa , Poir.var. aspera (Rich.) Poir.
- Polymnia carnosa , Poir.var. triloba (Rich.) Poir.
- Seruneum paludosum , (DC.) Kuntze
- Seruneum trilobatum , (L.) Kuntze
- Silphium trilobatum , L.
- Sphagneticola ulei , O.Hoffm.
- Stemmodontia trilobata , (L.) Small
- Thelechitonia trilobata ,(L.) H.Rob. & Cuatrec.
- Wedelia carnosa , Rich. var. aspera Rich.
- Wedelia crenata , Rich.
- Wedelia paludicola , Poepp. & Endl.
- Wedelia paludosa , DC.
- Wedelia triloba , (Rich.) Bello
- Wedelia trilobata , (L.) Hitchc.
- Verbesina carnosa , M.Gómez var. aspera(Rich.) M.Gómez

2.2 Antioksidan
Antioksidan adalah komponen yang dapat mencegah atau menghambat oksidasi
lemak, asam nukleat, atau molekul lainnya dengan mencegah inisiasi atau perkembangan dari
pengoksidasian reaksi berantai. Sayuran dan buah-buahan merupakan bahan pangan yang
kaya akan antioksidan. Beberapa studi menyebutkan bahwa dengan mengkonsumsi sayuran
dan buah-buahan segar dapat menurunkan terkena kanker dan berbagai penyakit degeneratif
lainnya (Wang 2007). Menurut Halliwell (1996), senyawa radikal yang terdapat dalam tubuh
berasal dari luar tubuh (eksogen) maupun dari dalam tubuh (endogen) yang terbentuk dari
hasil metabolisme zat gizi secara normal. Dalam proses fisiologis timbulnya senyawa radikal
tubuh (pro-oksidan) akan diimbangi oleh mekanisme pertahanan endogen dengan
menggunakan zat (senyawa) yang mempunyai kemampuan sebagai anti radikal bebas, yang
juga disebut antioksidan.
Senyawa ROS (Reactive Oxygen Species) memberikan efek merusak bila
keseimbangan antara oksidan dan antioksidan terganggu. Keseimbangan ini tergantung pada
konsumsi pangan yang membawa asam-asam amino esensial dalam jumlah yang diperlukan
untuk mensintesa protein serta zat gizi lain yang diperlukan. Walaupun secara teoritis
senyawa radikal di dalam tubuh dapat dihilangkan bila terdapat antioksidan, tetapi efisiensi
penghilangan senyawa radikal ini tidak pernah mencapai 100% (Parke 1999). Menurut
Halliwell (1996), reaksi-reaksi yang melibatkan senyawa radikal telah diketahui merupakan
asal dari berbagai macam penyakit, antara lain ginjal, diabetes, kanker, dan penyakit
kardiovaskular. Pada individu yang sehat, keberadan pro-oksidan dapat diimbangi dengan
adanya antioksidan. Akan tetapi pada keadaan tertentu keseimbangan tersebut dapat
terganggu, dimana jumlah pro-oksidan lebih banyak dibandingkan oksidan. Oleh karena itu,
penting sekali untuk meningkatkan kadar antioksidan di dalam tubuh, dan hal ini dapat
dilakukan dengan meningkatkan konsumsi antioksidan alami. Antioksidan alami yang
terdapat dalam bahan pangan dapat dikategorikan menjadi dua golongan, yaitu (1) yang
tergolong sebagai zat gizi, yaitu vitamin A dan karetenoid, vitamin E, vitamin C, vitamin B2,
seng (Zn), tembaga (Cu), selenium (Se), dan protein; (2) yang tergolong sebagai zat non-gizi,
yaitu biogenik amin, senyawa fenol, antosianin, zat sulforaphane, senyawa polifenol dan
tannin (Muchtadi 2001).

2.3 Metode Pemisahan

2.3.1 Ektraksi
Senyawa metabolit sekunder terdapat dalam senyawa organik bahan alam dalam jumlah
yang sedikit. Sehingga dibutuhkan sampel yang jumlahnya sangat banyak. Agar mendapatkan
ekstrak murni dari sampel maka dilakukan proses ekstrasi. Ada beberapa target ekstraksi,
diantaranya (Sarker, dkk., 2011):

1. Senyawa bioaktif yang tidak diketahui


2. Senyawa yang diketahui ada di organisme
3. Sekelompok senyawa dalam suatu organisme yang berhubungan secara strukrural.

Ekstraksi tersebut bisa digunakan dengan beberapa metode, yaitu maserasi, perkolasi, infudasi
dan sokhletasi.
 Maserasi
Maserasi berasal dari Bahasa latin macerare, yang artinya “merendam”. Ini merupakan
proses yang paling tepat dimana sampel memungkinkan untuk direndam sampai meresap
dan melunakkan susunan sel, sehingga zat mudah melarut akan melarut. Biasanya
ditempatkan pada wadah atau bejana bermulut besar, bejana ditutup rapat (Ansel, 1989).

 Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui
serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan
dalam suatu bejana silinder (percolator), yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan
penari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak
kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi
dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan pada
perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi,
osmosa, adesi, daya kapiler dan daya gesekan (friksi) (Anonim, 1986).

 Soxhletasi
Soxhletasi merupakan penyempurnaan alat ekstraksi. Uap cairan penyari naik ke atas
melalui pipa samping, kemudian diembunkan kembali oleh pendingin tegak. Cairan turun ke
labu melalui tabung berisi serbuk simplisia. Sifon mengakibatkan seluruh cairan akan
kembali ke labu (Anonim, 1986). Keuntungan cara ini yaitu jumlah bahan pelarut yang
digunakan sedikit, akan tetapi membutuhkan watu yang cukup lama (beberapa jam)
sehingga kebutuhan energinya tinggi dan bahan terakumulasi dalam labu mengalami beban
panas dalam waktu yang cukup lama (Voigt, 1995).

 Infudasi
Infudasi adalah proses penyarian, umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif
yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari
tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh
dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Anonim, 1986).
Dalam percobaan ini dilakukan ekstraksi maserasi. Karena tidak hanya sederhana tapi
juga tidak memerlukan energy banyak, hanya dilakukan perendaman dan cara ini sesuai baik
dalam skala kecil maupun skala industri. Untuk memperoleh kandungan senyawa yang ada di
dalam jaringan tumbuhan seperti daun dapat dilakukan dengan cara ekstraksi yaitu maserasi
bertingkat dan menggunakan pelarut secara berganti-ganti (Harbone, 1987). Ekstraksi maserasi
ini menggunakan pelarut organic. Maserasi menggunakan sampel padat dan biasanya pelarut
yang digunakan berupa etanol dan methanol. Methanol meskipun bersiat toksik, akan tetapi
mempunyai kelebihan yaitu titik didihnya yang lebih rendah sehingga dapat diuapkan ppada
suhu yang rendah juga. Sedangkan etanol relatif tidak toksik meskipun titik didihnya relatif
tinggi dari etanol.

2.3.2 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang diperkenalkan dengan cara yang asli
oleh TSWETT pada tahun 1903, dia melakukan pemisahan untuk senyawa-senyawa berwarna.
Keuntungan dari kromatografi adalah metode yang cepat dan mudah serta hanya membutuhkan
campuran cuplikan yang sangat sedikit sekali. Selain itu pekerjaan dapat diulang. Pada dasarnya
menggunakan dua fasa yaitu fasa diam (stasionary) dan yang lain fase gerak (mobile). Cara ini
digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari kedua fase masing-masing kromatografi. Sehingga
kromatografi dapat digolongkan menjadi empat bagian, diantaranya:

1. Kromatografi Kertas

Kromatografi kertas yaitu suatu pemisahan dimana fase diam berupa zat cair. Zat padat yang
digunakan untuk menyokong fase diam yaitu bubuk selulosa. Kemudian dilakukan
pemisahan asam-asam amino dan peptide-peptida yang merupakan hasil hidrolisa protein
wool dengan suatu cara dimana kolom yang berisi bubuk diganti dengan lembaran kertas dan
kemudian diletakkan dalam bejana tertutup berisi uap jenuh larutan. Ini merupakan jenis dari
sistem partisi dimana fase diam adalah air, disokong oleh molekul-molekul selulosa dari
kertas, dan fase bergerak biasanya merupakan campuran dari satu atau lebih pelarut-pelarut
organic dan air (Sastrohamidjojo, 1985).
2. Kromatografi Gas
Kromatografi gas merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan deteksi senyawa-
senyawa yang mudah menguap dalam suatu campuran. Pemisahan pada kromatografi gas
didasarkan pada titik didih suatu senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin
terjadi antara solute dan fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solute dari
ujung kolom lalu menghantarkannya ke detector. Penggunaan suhu meningkat bertujuan
untuk menjamin bahwa solut akan menguap dan karenanya akan cepat terelusi.
Ada dua jenis kromatografi gas:
1. Kromatografi gas-cair (KGC)
2. Kromatografi gas padat

Kromatografi gas dapat bersifat destruktif dan dapat bersifat non-destruktif tergantung pada
detector yang digunakan (Ibnu, 2007)

3. Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom adalah metode terbaik pada pemisahan campuran dalam jumlah besar
(lebih dari 1 g), dimana fase geraknya berupa zat cair dan fase diamnya berupa zat padat.
Terdapat tiga perubahan pada cara kolom klasik. Pertama, dipakai penyerap yang lebih halus
dengan kisaran ukuran mesh lebih sempit agar tercipta kesetimbangan yang lebih baik
didalam sistem. Kedua, sistem tekanan, biasanya pompa mekanis, dipakai untuk mendorong
pelarut melalui penyerap yang halus. Ini perlu karena ukuran partikel kecil, tetapi pompa itu
juga menyebabkan kromatografi lebih cepat, jadi memperkecil difusi. Ketiga, detector telah
dikembangkan sehingga diperoleh analisis senyawa yang berkesinambungan ketika senyawa
itu keluar dari kolom (Roy, 1991)

4. Kromatografi Lapis Tipis


Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan campuran senyawa dengan
menggunakan fase diam dan fase bergerak lewat lapisan tipis. Fase diam yang digunakan
bbiasanya merupakan silica gel, aluminium oksida, kieselgur, selulosa, dan poliakrilamid.
Sedangkan fase gerak menggunakan pelarut mutu analitik, bila diperlukan sistem pelarut
multikomponen harus berupa suatu campuran sederhana yang terdiri atas maksimum tiga
komponen. Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan yang ditotolkan bentuk bercak
atau pita (awal). Setelah itu plat ditempatkan dalam bejana tertutup rapat berisi larutan
pengembang yang cocok (fase gerak). Pemisahan terjadi selama perambatan, selanjutnya
senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (Stahl, 1985). Kromatogtafi lapis tipis
(KLT) dan kromatografi kertas termasuk pada kromatografi planar. Metode KLT merupakan
metode yang sederhana dan sudah banyak digunakan. Pelaksanaan pemisahan dan analisis
sampel metode KLT dengan menggunakan peralatan dan bahan yang sederhana, seperti
bejana tertutup yang berisi pelarut dan lempeng KLT.

Kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom pada prinsipnya sama. Apabila suatu
cuuplikan yang merupakan campuran dari beberapa komponen yang diserap lemah oleh
adsorben akan keluar lebih cepat bersama eluen, sedangkan komponen yang diserap kuat
akan keluar lebih lama (Hostettman, 1995). Eluen dapat digolongkan menurut ukuran
kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal
ini yang banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silica.
Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu pelarut yang bersifat
larutan relative polar, dapat mengusir pelarut yang relative tak polar dari ikatannya dengan
alumina (jel silica) (Kantasubrata, 1993). Penggunaan umum KLT adalah untuk menentukan
banyaknya komponen dalam campuran, identifikaasi senyawa, memantau berjalannya suatu
reaksi, menentukan efektifitas pemurnian, menentukan kondisi yang sesuai untuk
kromatografi kolom, serta untuk memantau kromatografi kolom, melakukan screening
sampel untuk obat KLT dapat digunakan jika (Ganjdar IG, 2008).:

1. Senyawa tidak menguap atau tingkat penguapannya rendah.


2. Senyawa bersifat polar, semi polar, nonpolar, atau ionik.
3. Sampel dalam jumlah banyak harus dianalisis secara simultan, hemat biaya, dan dalam
jangka waktu tertentu.
4. Sampel yang akan dianalisis akan merusak kolom pada Kromatografi Cair (KC)
ataupun Kromatografi Gas (KG).
5. Pelarut yang digunakan akan mengganggu penjerap dalam kolom Kromatografi Cair.
6. Senyawa dalam sampel yang akan dianalisis tidak dapat dideteksi sengan metode KC
ataupun KG atau memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.
7. Setelah proses kromatografi, semua komponen dalam sampel perlu dideteksi (berkaitan
dengan nilai Rf).
8. Komponen dari suatu campuran dari suatu senyawa akan dideteksi terpisah setelah
pemisahan atau akan dideteksi dengan berbagai metode secara bergantian (misalnya pada
drug screening).
9. Tidak ada sumber listrik.

Harga Rf dapat didefinisikan sebagai berikut :

Harga-harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan dengan harga-harga standar.


Senyawa standar biasanya memiliki sifat-sifat kimia yang mirip dengan senyawa yang
dipisahkan pada kromatogram. Metode kromatografi yang akan digunakan adalah kromatografi
lapis tipis. Karena metode ini merupakan metode yang sederhana dari segi peralatan, bahan,
maupun prosedurnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam
kromatografi lapis tipis yang juga mempengaruhi harga Rf yaitu:

1. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.


2. Sifat dari penyerap dan derajat keaktifannya.
3. Tebal dan ketaatan dari lapisan penyerap.
4. Pelarut (dari derajat kemurniannya) fase bergerak.
5. Derajat kejenuhan dari uap dalam mana bejana pengembangan yang digunakan.
6. Teknik percobaan.
7. Jumlah cuplikan yang digunakan.
8. Suhu.
9. Kesetimbangan. (Sastrohamidjojo,H, 1985)
Proses penyarian yang dipilih dalam penelitian ini adalah
ekstraksi padat cair atau maserasi. Maserasi dipilih karena metode ini merupakanmetode yang
sederhana yang dilakukan dengan merendam serbuk sampeldalam suatu pelarut yang sesuai
dengan jangka waktu tertentu. Selain itu,metode maserasi merupakan metode dingin, karena
tidak ada pemanasandalam proses penyarian, sehingga kemungkinan terjadinya
dekomposisikomponen kimia yang dikandung oleh sampel dapat dihindari. Dalammaserasi
pelarutan zat aktif didasarkan atas sifat kelarutannya dalam suatu pelarut. Pelarut akan masuk ke
dalam sel melewati dinding sel, sehingga isisel akan larut dalam pelarut karena adanya
perbedaan konsentrasi larutan didalam dan di luar sel. Selanjutnya akan terjadi proses difusi
larutan daridalam sel menuju keluar sel sehingga dengan mekanisme tersebutkomponen kimia
dapat tertarik keluar sel.Pelarut yang digunakan untuk menyari simplisia adalah metanol.Metanol
merupakan pelarut yang universal karena dapat memisahkansenyawa yang bersifat polar sampai
non polar, metanol merupakan pelarutyang dapat menarik komponen-komponen yang
terkandung dalam simplisia,selain itu metanol bersifat mudah menguap sehingga akan
mudahdipisahkan dari filtrat.

Anda mungkin juga menyukai