Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nurul Anisah

Jurusan : D3 Farmasi komunitas dan Kinik

Mata Kuliah : Farmakognosi

SIMPLISIA FRUCTUS

Pengertian Buah (Fructus)


Buah (fructus) adalah ovarium yang telah matang (yang didahului atau tidak didahului
proses amphimixis) yang tumbuh berkembang dan berubah strukturnya menjadi mengeras,
mengulit, dan mendaging. Fungsi buah adalah memungkinkan terjadinya penyebaran biji atau
penyebaran keturunan (propagasi)
.

19. BUAH ADAS MANIS

ANISI FRUCTUS
 Nama Lain : Buah Adas Manis
 Tanaman Asal : Pimpinella Anisum
 Keluarga : Apiaceae
 Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri yang mengandung anetol 80-90%,
metilkavikol, anisketon, asetaldehida, terdapat pula minyak lemak, zat putih telur, hidrat
arang.
 Penggunaan : Karminativa dan Obat mulas.
 Pemerian : Bau khas aromatic, rasa manis.
 Bagian yang digunakan : Buah yang masak.
 Sediaan : Oleum Anisi FI.
 Jenis-jenis : Buah adas manis spanyol ukuran lebih besar, warna abu-
abu kecokelatan, ujung-ujung nya agak meruncing. Buah adas manis rusia ukuran lebih
kecil, warna lebih tua, dan bentuk lebih bundar.

 Tanaman adas mulai dipanen pada umur 8 bulan setelah tanam yang ditandai dengan
warna buah hijau keabu-abuan sampai ke-hitaman dan cukup keras apabila dipijit. Buah
adas matangnya tidak serempak, sehingga panennya membutuhkan waktu yang cukup
lama (4 bulan) dengan 15 kali pemetikan dalam interval waktu 1 – 2 minggu. Pemanen
dilakukan dengan cara memetik karangan buah yang telah masak, buah yang masih muda
di-tinggalkan untuk periode panen berikutnya.

 Waktu panen : Tanaman adas mulai dipanen pada umur 8 bulan setelah
tanam yang ditandai dengan warna buah hijau keabu-abuan sampai ke-hitaman dan cukup
keras apabila dipijit. Buah adas matangnya tidak serempak, sehingga panennya
membutuhkan waktu yang cukup lama (4 bulan) dengan 15 kali pemetikan dalam interval
waktu 1 – 2 minggu. Pemanen dilakukan dengan cara memetik karangan buah yang telah
masak, buah yang masih muda di-tinggalkan untuk periode panen berikutnya. Buah hasil
panen dijemur di bawah sinar matahari sampai kadar air mencapai 12 – 14%.

 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

 Klasifikasi tanaman :
o Kingdom : Plantae
o Divisi : Magnoliophyta
o Kelas : Magnoliopsida
o Ordo : Apiales
o Familia : Apiaceae
o Genus : Pimpinella
o Species : Pimpinella anisum

 Cara pembuatan simplisia dari tanaman asal :


1. PENGUMPULAN BAHAN BAKU
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :
1. Bagian tanaman yang digunakan.
2. Umur tanaman yang digunakan.
3. Waktu panen.
4. Lingkungan tempat tumbuh.
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam
bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman
tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.

2. SORTASI BASAH
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan
asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu
tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang
telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-
macam mikroba dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari
tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal.

3. PENCUCIAN
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang
melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari
mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah
larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat
mungkin. Menurut Frazier (1978), pencucian sayur-sayuran satu kali dapat
menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian sebanyak tiga
kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian
tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang
digunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba. Cara sortasi dan pencucian
sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang
digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan
simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat
menipercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umum terdapat dalam air adalah
Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter dan
Escherishia. Pada simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan pengupasan
kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar jumlah
mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas
tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara pengupasannya dilakukan
dengan tepat dan bersih.

4. PERAJANGAN
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan
bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan
penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur
dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan
alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran
yang dikehendaki.
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga
mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat
menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap.
Sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu
bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya
dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak
atsiri. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah. Penjemuran
sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara
bahan dan logam pisau. Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari selama satu hari.

5. PENGERINGAN
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,
sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air
dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan
simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan
media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam sel, masih
dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan
simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang masih
hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi karena
adanya keseimbangan antara proses-proses metabolisme, yakni proses sintesis,
transformasi dan penggunaan isi sel. Keseimbangan ini hilang segera setelah sel
tumbuhan mati. Sebelum tahun 1950, sebelum bahan dikeringkan, terhadap bahan
simplisia tersebut lebih dahulu dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk
menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim dilakukan pada saat itu, merendam
bahan simplisia dengan etanol 70% atau dengan mengaliri uap panas. Dari hasil
penelitian selanjutnya diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar
air dalam simplisia kurang dari 10%.
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau
menggunakan suatu alat pengering. Hal-ha1 yang perlu diperhatikan selama proses
pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, Waktu
pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak
dianjurkan menggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia,
faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang
tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara pengeringan yang salah
dapat mengakibatkan terjadinya “Face hardening”, yakni bagian luar bahan sudah
kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan
bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu
keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat
daripada difusi air dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan
menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. “Face hardening” dapat
mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang dikeringkan.
Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya.
Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 300 sampai 90°C, tetapi suhu yang
terbaik adalah tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif
yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah
mungkin, misalnya 300 sampai 450 C, atau dengan cara pengeringan vakum yaitu
dengan mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari pengeringan, sehingga
tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban juga tergantung pada bahan simplisia,cara
pengeringan, dan tahap tahap selama pengeringan. Kelembaban akan menurun selama
berlangsungnya proses pengeringan. Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan
digunakan orang. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara
alamiah dan buatan.
1. Pengeringan Alamiah.
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang
dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan :
1. Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk
mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu,
biji dan sebagainya, dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil.
Pengeringan dengan sinar matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia
merupakan suatu cara yang mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara
membiarkan bagian yang telah dipotong-potong di udara terbuka di atas
tampah-tampah tanpa kondisi yang terkontrol sepertl suhu, kelembaban dan
aliran udara. Dengan cara ini kecepatan pengeringan sangat tergantung
kepada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya baik dilakukan di daerah
yang udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta tidak turun hujan.
Hujan atau cuaca yang mendung dapat memperpanjang waktu pengeringan
sehingga memberi kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya untuk
tumbuh sebelum simplisia tersebut kering. F’IDC (Food Technology
Development Center IPB) telah merancang dan membuat suatu alat
pengering dengan menggunakan sinar matahari, sinar matahari tersebut
ditampung pada permukaan yang gelap dengan sudut kemiringan tertentu.
Panas ini kemudian dialirkan keatas rak-rak pengering yang diberi atap
tembus cahaya di atasnya sehingga rnencegah bahan menjadi basah jika
tiba-tiba turun hujan. Alat ini telah digunakan untuk mengeringkan
singkong yang telah dirajang dengan demikian dapat pula digunakan untuk
mengeringkan simplisia.
2. Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari
langsung. Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian
tanaman yang lunak seperti bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung
senyawa aktif mudah menguap.
2. Pengeringan Buatan
Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar
matahari dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan
menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan
dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip pengeringan buatan adalah sebagai
berikut: “udara dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti lampu, kompor,
mesin disel atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan
atau lemari yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di
atas rak-rak pengering”. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat
pengering yang sederhana, praktis dan murah dengan hasil yang cukup baik.
Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia
dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu
pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Sebagai
contoh misalnya jika kita membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk
penjemuran dengan sinar matahari sehingga diperoleh simplisia kering dengan
kadar air 10% sampai 12%, dengan menggunakan suatu alat pengering dapat
diperoleh simplisia dengan kadar air yang sama dalam waktu 6 sampai 8 jam.
Daya tahan suatu simplisia selama penyimpanan sangat tergantung pada
jenis simplisia, kadar airnya dan cara penyimpanannya. Beberapa simplisia
yang dapat tahan lama dalam penyimpanan jika kadar airnya diturunkan 4
sampai 8%, sedangkan simplisia lainnya rnungkin masih dapat tahan selama
penyimpanan dengan kadar air 10 sampai 12%.

6. SORTASI KERING
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan
simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan
tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus
untuk kernudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat
dilakukan dengan atau secara mekanik. Pada simplisia bentuk rimpang sering jurnlah
akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula
adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus
dibuang sebelum simplisia dibungkus.

 Suhu penyimpanan :

 Dingin : suhu tidak lebih dari 80C, Lemari pendingin mempunyai suhu
antara 2 C– 8 C, sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara -200C dan -
0 0

100C.
 Sejuk : suhu antara 80C dan 150C. Kecuali dinyatakan lain, bahan yang
harus di simpan pada suhu sejuk dapat disimpan pada lemari pendingin.
 Suhu kamar : suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu yang di
atur antara 150C dan 300C.
 Hangat : hangat adalah suhu antara 300C dan 400C.
 Panas berlebih : panas berlebih adalah suhu di atas 400C.
DAFTAR PUSTAKA

http://farmakonosii.blogspot.com/2017/02/anisi-fructus-nama-lain-buah-adas-manis.html
https://embundaun.wordpress.com/2008/09/01/adas-tanaman-yang-berpotensi-
dikembangkan-sebagai-bahan-obat-alami/
https://dasarfarmakognosi.wordpress.com/2014/10/17/pembuatan-simplisia/

Anda mungkin juga menyukai