Anda di halaman 1dari 36

TOKSIKOLOGI

S1 FARMASI
POKOK BAHASAN

• TOLOK UKUR TOKSISITAS


• KUALITATIF & KUANTITATIF
• PENERAPAN
TOLOK UKUR TOKSISITAS

o Toksikologi  ilmu yang mempelajari & mencakup pangamatan berbagai


efek kualitatif maupun kuantitatif zat beracun dalam diri makhluk hidup.
o Data kualitatitif & kuantitatif biasanya diperoleh dari hasil uji ketoksikan zat
beracun pada sekelompok hewan tertentu & diterapkan guna memperkirakan
resiko timbulnya kejadian sesuatu efek toksik pada diri manusia.
TOLOK UKUR TOKSISITAS

o Kualitatif  memperoleh pemahaman mendalam, mengembangkan teori,


mendeskripsikan realita & kompleksitas sosial. 
o Kuantitatif  menjelaskan hubungan antar variabel, menguji teori yang
diteliti  mencari dosis aman bagi manusia/mencari kriteria untuk standarisasi
kualitas lingkungan  menilai efek akut, subakut & kronis.
TOKSISITAS (KETOKSIKAN)

ZAT BERACUN
INTERAKSI
SEL SASARAN
Respon/ Reaksi
EFEK TOKSIK

BERAPA KEKUATANNYA ?

TOKSISITAS (KETOKSIKAN)  KAPASITAS SESUATU ZAT BERACUN UNTUK MENIMBULKAN EFEK


TOKSIK TERTENTU PADA MAKHLUK HIDUP
MEKANISME EFEK
TOKSIK

WUJUD EFEK TOKSIK


KUALITATIF
SIFAT EFEK TOKSIK

TOLOK UKUR
KETOKSIKAN GEJALA KLINIS

TAKARAN &
KUANTITATIF RESPON
TOLOK UKUR KUALITATIF
TOLOK UKUR KUALITATIF
TOLOK UKUR KUALITATIF
MEKANISME EFEK TOKSIK

Dasar  sifat & tempat kejadian


Mekanisme :
o Aksi langsung (primer) Terjadi di dalam sel  Ada respon perbaikan.
o Aksi tak langsung (sekunder) beraksi di lingkungan luar sel  Perubahan
fungsi/struktur.
WUJUD EFEK TOKSIK
PERUBAHAN

Biokimia Fungsional Struktural

• Hambatan respirasi sel • Degenerasi


• Anoksia
• Perubahan • Nekrosis
• Hiper/hipotensi
keseimbangan cairan • Karsinogenesis
• Hiper/hipoglikemi
elektrolit • Mutagenesis
• Kontraksi/relaksasi otot
• Gangguan pasok energi • Teratogenesis
SIFAT EFEK TOKSIK
o TERBALIKAN  Kadar racun habis, reseptor kembali, efek toksik cepat kembali
ke normal, Ketoksikan tergantung takaran, kec abs, distr, elimns.
o TAK TERBALIKAN  Kerusakan menetap, penumpukan efek toksik, pemejanan
takaran kecil jangka panjang = takaran besar jangka pendek.
GEJALA KLINIS
o Gejala yang menandai wujud efek toksik yang tampak secara makroskopi setelah
subjek terpejani dengan racun.
o Misal  denyut jantung, warna kulit, pernapasan, besar pupil dsb.
TOLOK UKUR KUALITATIF
Ditegaskan dengan uji ketoksikan racun. Misal  keracunan Sodium nitrit.
o Wujud efek toksik  anoksia.
o Mekanisme aksi  ekstra sel  nitrit menyebabkan berkurangnya pasok
oksigen ke dalam sel/jaringan  mengoksidasi hemoglobin menjadi
methemoglobin.
o Gejala klinis  sesak napas & gelisah.
o Sifat efek toksik  terbalikkan, jika tak tertanggulangi  perubahan struktural
(nekrosis sel)  tak terbalikkan  kematian.
TOLOK UKUR KUANTITATIF
TOLOK UKUR KUANTITATIF
TOLOK UKUR KUANTITATIF
TOLOK UKUR KUANTITATIF

o Kekerabatan antara takaran (dosis) pemejanan & ketoksikan suatu xenobiotika.


o Ketoksikan xenobiotika  efek bertingkat, berhubungan langsung dengan
takaran pemejanannya.
o Dasar Pemikiran  Pernyataan Paracelsus (1493-1541): “ Pada hakekatnya
tidak ada zat kimia yang tidak beracun, yang membedakan antara racun/tidak
adalah takaran pemejanannya “
BEBERAPA ISTILAH PENTING
o EFEK  Perubahan biologis akibat pemejanan dengan zat beracun.
o RESPON  Proporsi populasi yang memperlihatkan efek tertentu.
o BAHAYA  Kemungkinan sesuatu zat kimia akan menyebabkan sesuatu efek
yang membahayakan kesehatan dalam kondisi dimana zat itu diproduksi atau
digunakan makhluk hidup.
o RESIKO  Frekuensi perkiraan terhadap efek yang tak diinginkan yang
mungkin timbul akibat pemejanan makhluk hidup dengan zat kimia.
o KEAMANAN  Resiko yang dapat diterima berkenaan dengan penggunaan
zat kimia dengan dosis dan cara seperti termaksud dalam penggunaannya.
o Uji toksisitas dilakukan berurutan mengikuti tingkat trofis organisme uji.
o Uji yang dilakukan  dosis, respon & waktu.
o Uji jangka pendek & jangka panjang, akut & kronis.
Uji toksisitas dibagi 3 kelompok :
o Uji akut atau tingkat I  uji jangka pendek (pada tahun pertama), untuk
handling material xenobiotik.
o Uji subkronis atau tingkat II  2,5 tahun berikutnya, untuk mengkarakterisasi
toksisitas xenobiotik.
o Uji kronis atau tingkat III  menilai kemungkinan dampak pada manusia.
UJI TINGKAT I
Terdiri dari beberapa uji :
o Uji dosis respon untuk mencari LC/LD & kemungkinan kerusakan organ.
o Uji iritasi pada mata & kulit.
o Screening pertama terhadap mutagenisis.
UJI DOSIS RESPON
o Dilakukan sesuai sifat kimia & fisika xenobiotik serta pemilihan organisme uji
yang paling relevan digunakan.
o Dosis divariasi dengan perkiraan konsentrasi xenobiotik yang ada & standar
yang berlaku bagi xenobiotik dalam lingkungan.
o Uji dilakukan dalam 24-96 jam.
o Respon  kematian/imobilisasi.
o Dilakukan dalam 2 tahap.
o Tahap I utk perkiraan rentang dosis kasar LC50/LD50 yang dicari.
o Iritas mata terhadap mata  zat disuntikkan ke salah satu mata kemudian
mata satunya sebagai kontrol, pengujian 24 jam.
o Iritas dermal  zat disuntikkan ke kulit punggung, pengamatan 24, 48 & 96
jam
o UJI FOTOTOKSISITI  melihat efek kombinasi xenobiotik dengan cahaya 
pengujian sama dengan sebelumnya hanya setelah aplikasi dilakukan
penyinaran.
o UJI MUTAGENISITAS  dilakukan pada Salmonella thypmurium.
CONTOH
o Chlorella vulgaris, alga air tawar
o Pengujian didasarkan produksi biomassa selama 2 hari dengan berbagai
konsentrasi toksikan  yang dicari : EC50
o Alga diinokulasi ke tabung yg berisi xenobiotik & diinkubasi dalam inkubator
bercahaya selama 2 hari, kemudian difilter & ditimbang beratnya
o Biomassa alga digambarkan terhadap konsentrasi & EC50nya
UJI TINGKAT II
o Dilakukan selama 30 hari pada kulit, 30-90 hari pada inhalasi, 90 hari pada oral
o Tujuan  mendapatkan nilai NOEL, NOAEL
o Dosis divariasi 3-4 kali  dosis ringan menghasilkan NOEL, dosis tinggi
menyebabkan kematian
o Hewan uji  mencit, tikus, kelinci & kera
o Digunakan 10-20 ekor baik betina maupun jantan
UJI TINGKAT II
o Observasi dilakukan terhadap  mortalitas, morbiditas, mata, konsumsi
makanan, berat tubuh, respon neurologis, perilaku tidak normal, respirasi, EKG,
EEG, hematologi, biokimia darah & kerusakan organ.
CONTOH
o Artemi salina  telurnya bertahan dalam kondisi kering & dapat disimpan
cukup lama, jika diberi air laut akan menetas dalam 1-2 hari
o Parameter pengujian  efek toksikan
o Repson  imobilisasi
o Tiap tabung berisi konsentrasi yg berbeda dimasukkan 10 ekor hewan uji.
o Dapat dilakukan untuk uji akut (24 jam) & uji kronis (14 hari)
UJI TINGKAT III
o Dilakukan jangka panjang, melebihi separuh usia hewan percobaan/lebih dari
satu generasi
o Efek kronis jika dosis yang masuk masih dalam unit mg/kgBB
o Yang diperhatikan  rentang dosis yg menyebabkan efek  rentang sempit
 berbahaya
o Pengujian  karsinogenisitas, teratogenesitas
UJI TINGKAT III
o Dilakukan pada ikan, mencit & tikus
o Yang dicari LD50 atau LC50
o Uji akut dilakukan 96 jam & uji kronis 14 hari
UJI ATAS DASAR DOSIS RESPON
Perlu ditentukan terlabih dahulu:
o Organisme percobaan  disesuaikan xenobiotiknya, mirip dengan biokimia
manusia  repson setiap organisme berbeda.
o Penentuan respon yg dicari.
o Penentuan periode pemaparan/lama percobaan
o Penentuan seri dosis
ORGANISME PERCOBAAN
Beberapa kriteria yg diperhatikan :
o Genetis identik.
o Spesies terpilih  kepekaan berbeda.
o Berat badan, ukuran , anatomi & fisiologi tertentu.
o Usia, gizi & keturunan.
o Interaksi dengan zat.
ORGANISME PERCOBAAN
Faktor penentu :
o Rute eksposur  bagaimana xenobiotik masuk tubuh, absorpsi  efek.
o Jenis kelamin
o Usia
o Komposisi genetik  menentukan efek yg timbul
Manfaat mengetahui tolok ukur kualitatif

o Seseorang dapat menjelaskan mekanisme aksi, wujud dan sifat efek toksik,
serta berbagai gejala klinis ketoksikan racun.

ARTINYA….??
o Keparahan dari akibat yang ditimbulkan dapat dijelaskan melalui tolok ukur
kualitatif disamping tolok ukur kuantitatif.
KETT, MHDD & MHMD
KETT, MHDD & MHMD
KETT, MHDD & MHMD
KETT

o Takaran ambang pemejanan racun  takaran pemejanan di bawah mana


individu tidak menunjukkan efek atau respon toksik yang dapat terukur atau
teramati  batas aman ketoksikan racun.
o Lazim disebut  Kadar Efek Toksik Tak Teramati (KETT)
No Observed Effect Level (NOEL)
KETT

o KETT menggambarkan takaran pemejanan tertinggi yang tidak menyebabkan


timbulnya efek toksik/kematian pada diri subjek uji.
o Diperoleh dari uji ketoksikan sub kronis.
MHDD & MHMD

o MHDD (Masukan Harian yang Dapat Diterima)  takaran harian maksimum


(mg/kgBB) racun pangan (zat tambahan makanan, senyawa pencemar, residu
dsb) yang dapat diterima manusia pada pemejanan jangka pendek.
o MHMD (Masukan Harian Maksimum yang Diperbolehkan)  kadar
maksimum bahan pangan yang diperbolehkan.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai