Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI

IDENTIFIKASI GOLONGAN ALKALOID

Oleh:
Eka Lubis (01174220017)

Intan Ajeng Oktafia (01175220011)

Ratu S. Ruhi (01174220021)

Yenjelhita Manihuruk (01174220025)

Yuniar Tiara Dewi (01175220006)

Pengampu:
Karnelasatri, M.Si.
Sri Wahyu Ningsih Munthe, S.Pd.
Fany Febriani, A.Md.

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM DIPLOMA TIGA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
JAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kekayaan alam Indonesia perlu dilestarikan, karena peran dan khasiat tumbuhan
dapat bermanfaat bagi kesehatan masyarakat. Tumbuhan merupakan sumber senyawa
hayati alami yang berperan penting dalam pemanfaatan bahan kimia yang kaya hara. Hal
ini didukung oleh penelitian ilmiah, sehingga secara fungsional tidak lagi dipandang
sebagai bahan konsumsi atau hiasan, tetapi sebagai tanaman obat multifungsi.
Penggunaan senyawa dari bahan alam sebagai obat bukanlah hal baru karena manusia
telah ada di permukaan bumi yang berusaha untuk mengobati berbagai jenis penyakit
yang dideritanya dengan menggunakan senyawa dari bahan alam secara turun temurun
dan terus digunakan hingga saat ini. hari. Berbagai tumbuhan liar maupun tumbuhan
yang dipelihara secara tradisional dapat dimanfaatkan sebagai obat karena sifat
penyembuhan dan komposisi kimianya (Sinaga, 2012).

Obat tradisional mengandung senyawa-senyawa yang dikenal dengan metabolit


sekunder. Metabolit sekunder adalah senyawa kimia yang terbentuk dalam tanaman.
Senyawa-senyawa yang tergolong metabolit sekunder ini antara lain: alkaloid, flavonoid,
steroid, terpenoid, saponin dan lain-lain. Senyawa metabolit sekunder memiliki khasiat
yang berbeda-beda, sehingga pentingnya dilakukan penggalian sumber obat-obat
tradisional dari bahan alam.

Alkaloida yang terdapat di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang
sangat beracun namun dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada
manusia yakni sebagai anti diare, anti diabetes, antimikroba dan anti malaria. Misalnya
kuinin, morfin dan stiknin merupakan alkaloida yang terkenal akan efek fisiologis.
Alkaloida dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting
dan kulit batang.

Oleh karena itu, alkaloid ini sangat diminati dalam kehidupan sehari-hari,
terutama karena pengaruh fisiologisnya di bidang farmasi, tetapi fungsinya pada tanaman
hampir sama. Ini karena alkaloid bersifat basa dan karenanya dapat menggantikan basa
mineral untuk membantu menjaga keseimbangan ion pada tanaman. Sebagian besar
senyawa alkaloid berasal dari tumbuhan. Alkaloid ditemukan di berbagai bagian
tumbuhan, seperti akar, batang, daun, dan biji. Alkaloid tanaman berperan sebagai toksin
yang dapat melindunginya dari serangga dan herbivora, faktor pengatur tumbuh dan
senyawa penyimpan yang mampu mensuplai nitrogen dan unsur lain yang diperlukan
oleh tanaman (Wink, 2008)

1.2 Tujuan

Mengidentifikasi golongan alkaloid secara spesifik dengan sampel kafein,


piridoksin HCl dan tiamin HCl.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Alkaloid merupakan kelompok metabolit sekunder yang mengandung nitrogen aktif


secara farmakologis yang berasal dari mikroba, hewan, maupun tumbuhan. Pada
kebanyakan alkaloid ataupun nitrogen merupakan bagian dari heterosiklik. Alkaloid
secara sintesis ditemukan pada asam amino. Kata alkaloid berasal dari kata alkalin yang
berarti basa yang larut dalam Air. Pada kebanyakan alkaloid dan turunannya telah
dikembangkan sebagai obat yang digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit
seperti taksol, resepin, dan morfin (Sarker, 2009).
Alkaloid merupakan senyawa heterosiklik yang mengandung atom N dan bersifat
basa. Membentuk garam mengendap dan dapat larut dalam Asam dengan pereaksi mayer
(Pandean, 2014).
Alkaloid sebagai basanya tidak larut dalam air, tetapi sebagai garamnya larut baik
dalam air. Umumnya alkaloid terasa pahit, larutannya dalam asam klorida dengan
pereaksi Mayer (pereaksi raksa (II) kalium iodida) membentuk endapan kuning, dan
dengan pereaksi Bouchardat (larutan Iodium) akan membentuk endapan coklat.
Keberadaan unsur N dalam senyawa semua alkaloid, sehingga identifikasi keberadaan
unsur N tersebut pada uji unsur (uji pendahuluan) merupakan pengarah awal untuk
mengidentifikasi pemastian senyawa golongan alkaloid (Cartika, 2016).
Terdapat beberapa sifat umum alkaloida, yaitu: Ikatan N dalam alkaloid biasanya
terdapat dalam bentuk amin primer, sekunder, tersier, kuarter, Ammonium hidroksida dan
semua ikatan N bersifat basa.
1) Alkaloida pada umumnya mempunyai sepasang elektron yang dapat mengikat
proton secara kovalen sehingga membentuk garam yang umumnya larut dalam
Air (Roger, 1998).
2) Alkaloid bebas (yang bersifat basa) biasanya larut dalam Eter, CHCl₃, atau pelarut
organik lainnya, tapi garamnya tidak larut. Digunakan sebagai dasar untuk isolasi
dan pemurnian alkaloid karena sifat kelarutannya.
3) Alkaloid tidak larut atau sukar larut dalam Air, tetapi alkaloid yang berada dalam
bentuk garam biasanya mudah larut dalam Air. Berbentuk kristal padat tetapi
beberapa juga dapat berbentuk amorf. Alkaloid yang berbentuk cair tidak
mempunyai atom O dalam molekulnya.

Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami


dekomposisi terutama dengan adanya oksigen, panas dan sinar. Hasil dari reaksi ini
sering berupa N-oksida. Menimbulkan berbagai masalah apabila dekomposisi alkaloid
setelah diisolasi dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik
(tartrat dan sitrat) atau anorganik (HCl dan H₂SO₄) sering mencegah dekomposisi. Oleh
karena itu banyak ditemukan alkaloid dalam bentuk garamnya (Cordell, 1981).

a. Kofein (FI edisi IV, hal 254)

1) Rumus molekul: C8H10N4O2

2) Pemerian: Serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat putih; biasanya


menggumpal; tidak berbau; rasa pahit. Larutan bersifat netral terhadap kertas lakmus.

3) Kelarutan: Agak sukar larut dalam air, dalam etanol; mudah larut dalam
kloroform; sukar larut dalam eter.

Identifikasi:

a) spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan dispersikan dalam
minyak mineral P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama
seperti pada kofein BPFI.

b) Larutkan lebih kurang 5 mg dalam 1 ml asam klorida dalam cawan porselin,


tambahkan 50 mg kalium klorat P, uapkan di atas tangas uap hingga kering. Balikkan
cawan di atas bejana berisi beberapa tetes amonium hidroksida 6 N: sisa berwarna
lembayung yang hilang dengan penambahan larutan alkali kuat.

b. Piridoksin hidroklorida (FI edisi IV, hal 723)

1) Rumus molekul: C8H11NO3.HCl

2) Pemerian: Hablur atau serbuk hablur putih atau hampir putih; stabil di udara;
secara perlahan-lahan dipengaruhi oleh cahaya matahari.

3) Kelarutan: Mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam eter.
Larutan mempunyai pH lebih kurang 3

4) Identifikasi:
a) spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan dispersikan dalam
minyak mineral P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama
seperti pada piridoksin hidroklorida BPFI

b) Menunjukkan reaksi klorida seperti yang tertera pada Uji Identifikasi Umum,
yaitu:

(1) Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan: terbentuk endapan putih seperti
dadih yang tidak larut dalam asam nitrat P, tetapi larut dalam amonium hidroksida 6 N
sedikit berlebih

(2) Pada pengujian alkaloida hidroklorida, tambahkan amonium hidroksida 6N,


saring, asamkan filtrat dengan asam nitrat P, dan lakukan sperti yang tertera pada uji di
atas.

c. Tiamin hidroklorida (FI edisi IV, hal 784)

1) Rumus molekul: C12H17ClN4OS.HCl

2) Pemerian: Hablur atau serbuk hablur, putih; bau khas lemah

3) Kelarutan: mudah larut dalam air; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol;
tidak larut dalam eter dan dalam benzena.

4) Identifikasi:

a) Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan dispersikan dalam
kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama
seperti pada tiamin hidroklorida BPFI.

b) Menunjukkan reaksi klorida seperti yang tertera pada Uji Identifikasi Umum
(lihat piridoksin hidroklorida di atas).

Identifikasi senyawa alkaloida dapat dilakukan dengan bantuan beberapa pereaksi,


(Harborne, 1987):

1. Reaksi pengendapan

a. Reaksi Dragendorf

Pereaksi ini mengandung bismuth nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berarir. Ketika
suatu alkaloid ditambahkan pereaksi dragendorf maka akan menghasilkan endapan
jingga.

b. Reaksi Meyer
Pereaksi ini mengandung Kalium Iodida dan Merkuri Klorida. Ketika sampel ditambah
pereaksi Meyer maka akan timbul endapan kuning atau larutan kuning bening lalu ketika
ditambahkan alkohol endapannya larut. Tidak semua alkaloid mengendap dengan reaksi
mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada rumus bangun
alkaloidnya.

c. Reaksi Bauchardat

Peraksi ini mengandung kalium Iodida dan Ioda. Sampel yang ditambah pereaksi ini akan
menghasilkan endapan coklat merah lalu ditambah alcohol endapannya larut.

2. Reaksi warna

a. Reaksi dengan asam kuat

Asam kuat seperti H2SO4 pekat dan HNO3 pekat menghasilkan warna kuning atau
merah.

b. Reaksi Marquis

Pereaksi ini mengandung formaldehid (1 bagian) dan H2SO4 pekat (9 bagian). Sampel
yang ditambah pereaksi marquis menghasilkan warna jingga.

c. Reaksi warna AZO

Sampel yang ditambahkan diazo A (4 bagian) dan diazo B (1 bagian), ditambah NaOH,
dipanaskan lalu ditambahkan amyl alkohol menghasilkan warna merah.
BAB III
METODE

3.1 Alat dan Bahan


Alat dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, plat tetes, pipet, penjepit
tabung(gegep), bunsen/lampu spiritus, cawan porselin, dan gelas kimia
Bahan dalam praktikum ini adalah kofein, thiamin hidroklorida,peridoksin
hidroklorida, besi (III) klorida,besi(II) sulfat,timbal asetat,natrium ntroprussida,perak
nitrat,kalium bikromat,kertas lakmus biru dan merah,ammonia, asam klorida,asam sulfat
dan etanol.
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Uji Pendahuluan
3.2.1.1 Organoleptik

dilakukan pengamatan terhadap bentuk, warna, bau, dan rasa terhadap masing-masing
sampel yang akan diidentifikasi pada sampel kofein, pirodoksin hidroklorida,dan thiamin
hidroklorida

Pengamatan bentuk sampel pada umumnya berupa serbuk hablur halus dan berwarna putih.
Pengamatan bau dilakukan dengan indera penciuman (tidak berbau atau berbau spesifik),
pengamatan rasa dilakukan dengan indera pengecapan (tidak berasa, agak pahit atau pahit)

3.2.1.2 Uji Kelarutan

disiapkan sebanyak 2 buah tabung reaksi


Zat uji Al 1 sebanyak 50 mg dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi

Aquades sebanyak 1 ml diukur dan dimasukkan ke dalam tabung pertama setelah itu
dikocok dan diamati kelarutannya. Jika tidak larut, dipanaskan di atas api langsung dan
diamati kelarutannya

Etanol sebanyak 1 ml diukur dan dimasukkan ke dalam tabung kedua setelah itu dikocok
dan amati kelarutannya

dengan cara yang sama dilakukan kembali pada zat uji Al2 dan Al3, gunakan 6 tabung
reaksi untuk mempermudah pekerjaan

3.2.1.3 Uji Keasaman

Dimasukkan sepotong kecil kertas lakmus merah dan biru ke dalam tabung reaksi yang
berisi larutan zat uji.

Perubahan warna kertas lakmus diamati.

Hasil perubahan warna masing-masing kertas lakmus dicatat pada tabel pengamatan

3.2.1.4 Uji Unsur

Dimasukan aquades sebanyak 15 ml kedalam gelas kimia berukuran 100 ml


Disiapkan tabung pijar (dapat menggunakan pipet pendek yang dibakar ujungnya dengan
bunsen yang menyala hingga tertutup)

± 50 mg zat uji dimasukan kedalam tabung pijar tersebut

Sepotong kecil logam natrium dimasukan kedalam tabung pijar, letakan pada bagian tengah
tabung pijar

dipanaskan tabung pijar secara langsung diatas api dengan kemiringan tabung pijar ± 300C,
hingga logam natrium lebur

ditegakkan tabung leburan logam natrium hingga bercampur dengan zat uji, kemudian
panaskan secara terus-menerus hingga pijar. Masukkan tabung pijar tersebut ke dalam gelas
kimia yang telah berisi air, pecahkan tabung pijarnya menggunakan batang pengaduk

Catatan: logam Na dapat digantikan dengan campuran serbuk logam Mg dan Na2CO3 (1:2)
(Pereaksi Castellana). Proses destruksi dilakukan dengan cara campur sama banyak zat uji
dan Pereaksi Castellana dalam tabung pijar. Pijarkan di atas nyala bunsen ± 5 menit.
Kemudian masukkan tabung pijar tersebut ke dalam gelas kimia yang telah berisi aquades,
pecahkan tabung.

dipanaskan di atas api langsung hingga mendidih, dan biarkan larutan mendidih selama 5
menit. Kemudian saring

tabung reaksi disiapkan sebanyak 3 buah , kemudian g 1 ml filtrat dimasukkan kedalam


masing-masing tabung

(a) Tabung 1, tambahkan 5 tetes larutan FeSO4 segar + 1 tetes FeCl3 + 5 tetes HCl. Kalau
terbentuk endapan biru berarti ada ion sianida (CN- ) yang berarti sampel positif
mengandung unsur.

(b) Tabung 2, tambahkan 1-2 tetes larutan natrium nitroprussida, jika larutan berwarna
ungu berarti ada ion sulfida (S2-) yang berarti sampel positif mengandung unsur S.

Catatan: Uji unsur S dapat pula dilakukan dengan menggunakan pereaksi timbal asetat,
yaitu filtrat ditambah 2-3 tetes larutan timbal asetat. Jia terbentuk endapan hitam, berarti
ada ion sulfida (S2- ) yang berarti sampel positif mengandung unsur S.

(c) Tabung 3, diasamkan dengan 1 ml HNO3 2N, jika adanya ion sulfida menandakan (uji
nomor 2 positif), maka didihkan larutan sampai bebas sulfida dengan kertas timbal asetat,
larutan telah bebas sulfida jika uap sudah tidak membentuk warna hitam pada kertas timbal
asetat tersebut). Lalu tambahkan beberapa tetes larutan AgNO3, jika terjadi endapan maka
ada ion halida (endapan putih berarti ada ion klorida, endapan putih kekuningan berarti ada
ion bromida, dan endapan kuning berarti ada ion iodida)..

Catatan: kertas timbal asetat dibuat dengan mencelupkan sepotong kertas saring ke dalam
larutan timbal asetat.
Catatan: uji pengamatan uji unsur ditulis dengan pembentukan endapan biru/tidak (uji
unsur N), warna ungu/tidak (uji unsur S), dan mengendap/tidak (Uji unsur halogen).

3.2.2 Uji Golongan

A. Masing-masing larutan zat uji dimasukan kedalam tabung reaksi,kemudian larutkan


dengan air, asamkan degan asam klorida 2N dan ditambahkan 1 ml Kalium Iodo Bismutat
Asetat jika terbentuk larutan jingga menunjukan bawa positif pirodoksin hidroklorida
namun jika terbentuk endapan jingga positif kofein dan thiamin hidroklorida.

B. Masing-masing larutan zat uji dimasukan kedalam plat tetes dilarutkan dengan beberapa
tetes asam klorida 2N aduk dengan batang pengaduk tambahkan pereaksi mayer .jika
terbentuk endapan kuning menujukan positif golongan alkaloid

C. Masing-masing larutan zat uji dimasukan kedalam plat tetes dilarutkan dengan beberapa
tetes asam klorida 2N aduk dengan batang pengaduk tambahkan pereaksi bauchardat .jika
terbentuk endapan agak kecoklatan menujukan positif golongan alkaloid

3.2.3 Uji Penegasan


3.2.3.

a. zat uji hanya mengandung unsur N ( kofein)


zat uji ± 10 mg dimasukkan ke dalam cawam porselim, ditambahkan 1,5 ml hidrogen
peroksida dan 5 tetes asam sulfat pekat, panaskan diatas pengas air sampai kering.
Residu/hasil ditambah beberapa tetes amoniak 6 N ,terbentuk warna merah-ungu
menunjukan positif kofein.

b. zat uji mengandung unsur N dan cl ( pirodoksin hidroklorida)


zat uji ± 50 mg dimasukan ke dalam 3 ml air, kemudian lakukan pengujian berikut ini:
1. Dimasukan 1 ml larutan zat uji kedala tabung reaksi ditambahkan beberapa tetes
larutan perak nitrat, terbentuk nya endapan putih menunjukan adanya ion klorida
dalam zat uji ( positif sebagai garam klorida)

2. Dimasukan 1 ml larutan zat uji, tambahkan beberapa tetes larutan besi (III) klorida,
terbentuknya larutan merah darah secara perlahan-lahan menunjukan pirdoksin
hidroklorida

c. zat uji mengandung unsur N,S, dan CL (thiamin hidroklorida)


1. zat uji ± 10mg dimasukan ke dalam tabung reaksi, larutkan dengan 1 ml akuades
tambahkan beberapa tetes larutan perak nitrat, terbentuknya endapan putih menunjukan
adanya ion klorida dalam zat uji (positif sebagai garam klorida)
2. zat uji ± 10mg dimasukan ke dalam tabung reaksi, tambahkan 1 ml larutan timbal asetat
10% dan 2 ml larutan natrium hidroklorida 2 N. terbentuknya warna kuning/jingga ,setelah
dipanaskan terbentuk endapan hitam kecoklatan menujukan tiamin hidroklorida.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Uji Pendahuluan

Pada praktikum identifikasi golongan Alkaloid kali ini dilakukan uji


pendahuluan, dimana terdapat beberapa uji yang dilakukan yaitu, uji organoleptik, uji
kelarutan, dan uji keasaman.
a. Uji Organpleptik
No Sampel Tekstur Warna Bau Rasa
1 Kafein Putih Tidak berbau Pahit
Serbuk kasar
2 Pirodoksin Serbuk kasar Putih Tidak berbau Pahit
Hidroklorida
3 Thiamin HCL Serbuk halus putih Tidak berbau Pahit

b. Uji Kelarutan

Pada uji kelarutan sampel kofein, piridoksin hidroklorida dan thiamin


hidroklorida dibuat masing-masing dalam 2 tabung reaksi. Tabung pertama masing-
masing ditambahkan pelarut air, dan tabung kedua masing-masing ditambahkan
pelarut etanol. Setelah pengocokan semua sampel tidak larut sempurna dalam pelarut
yang digunakan. Sehingga dilakukan pemanasan.
Pemanasan
No Sampel Aquadest 1 ml Etanol 96% 1 Aquades Etanol
ml
1 Kafein Tidak larut Tidak larut dan larutan
dengan larut cairan menjadi menjadi
sempurna. dengan bening, jernih. jernih
sempurna
2 Pirodoksin Tidak larut Tidak larut larut tetapi tetap
Hidroklorida dengan dengan membentuk tidak
sempurna sempurna suspensi larut

3 Thiamin HCL Tidak larut Tidak larut larut tetapi tetap


dengan sempurna dengan membentuk tidak
sempurna suspensi larut

c. Uji Keasaman
Nama zat uji Kertas lakmus merah Kertas lakmus biru Basa/asam
Kofein + aquades Biru Biru Basa
Pirodoksin HCL + aquades merah Merah Asam
kuat
Thiamin HCL+ aquades merah Merah Asam
Tabung ke-2
Kofein + etanol merah Merah Asam
Pirodoksin HCL + etanol merah Merah Asam
kuat
Thiamin HCL+ etanol Merah Merah Asam

4.1.2 Uji Pendahuluan Alkaloid Bagian 2


a. Uji Unsur
No Sampel Perlakuan Hasil
1 Kofein + Pereaksi Dibakar diatas bunsen, Warna sampel menjadi
Castelana dan tabung di celupkan hitam, uap putih,
2 Pirodoksin HCL+ pada air Warna sampel menjadi
Pereaksi Castelana hitam, Uap coklat dan
tabung menjadi pecah
saat di celup ke air
3 Thiamin HCL + Warna sampel menjadi
Pereaksi Castelana hitam, uap putih,
4 Hasil uji (Kofein + Dicampur aquadest 15 Filtrat bening
Pereaksi Castelana) ml, dipanaskan di atas
5 Hasil uji (Pirodoksin bunsen hingga Filtrat bening
HCL + Pereaksi mendidih, disaring
Castelana)
6 Hasil uji (Thiamin Filtrat bening
HCL + Pereaksi
Castelana)

No Sampel Perlakuan Hasil


1 1 ml zat uji filtrat + 5 tetes Besi 2 Warna kuning
Kofein sulfat + 1 tetes pucat bening
2 1 ml zat uji filtrat FeCl3 + 5 tetes Warna kuning pudar
Pirodoksin HCL HCl agak bening
3 1 ml zat uji filtrat Thiamin Warna kuning pekat
HCL agak bening
4 1 ml zat uji filtrat + Natrium Warna bening
Kofein nitroprosida
5 1 ml zat uji filtrat Warna bening
Pirodoksin HCL
6 1 ml zat uji filtrat Thiamin Warna bening
HCL
7 1 ml zat uji filtrat + timbal asetat Warna putih keruh
Kofein
8 1 ml zat uji filtrat Warna putih keruh
Pirodoksin HCL
9 1 ml zat uji filtrat Thiamin Warna Putih keruh
HCL
10 1 ml zat uji filtrat + timbal asetat + Warna bening
Kofein 5 tetes perak
11 1 ml zat uji filtrat nitrat + 1 ml asam Warna putih bening
Pirodoksin HCL
12 1 ml zat uji filtrat Thiamin Warna putih bening
HCL

b. Uji golongan
1. Identifikasi Golongan Alkaloid dengan pereaksi kalium iodo bismutat asetat
Nama reaksi Perlakuan Hasil
Kofein Aquadest + Asam Klorida Larutan Jingga dan
2N + Kalium Iodo Bismut terdapat endapan
Asetat
Thiamin HCI Aquadest + Asam Klorida Larutan berwarna coklat
2N + Kalium Iodo Bismut dan terdapat endapan
Asetat
Pirodoksin HCL Aquadest + Asam Klorida Larutan berwarna coklat
2N + Kalium Iodo Bismut tua tidak terdapat
Asetat endapan
2. Identifikasi Golongan Alkaloid dengan pereaksi Bouchardat
Nama reaksi Perlakuan Hasil
Kofein Asam Klorida + pereaksi Larutan jernih berwarna
Bouchardat kuning tanpa endapan
Thiamin HCI Asam Klorida + pereaksi Berwarna ungu dengan
Bouchardat endapan ungu kehitaman
Pirodoksin HCL Asam Klorida + pereaksi Ungu kehitaman dengan
Bouchardat endapan berwarna
kehitaman
c. Uji Penegasan
 Zat Uji hanya MengandungUnsur N(Kofein)

Sampel yang sudah diteteskan dengan H2O2 dan HCl pekat kemudian
dipanaskan diatas penangas air hingga menguap dan menyisakan residu, setelah
dipanaskan lalu sampel diteteskan dengan Ammoniak 6N sebanyak 6 tetes tetapi tidak
terjadi perubahan di ketiga sampel. Hasil positif Coffein seharusnya menghasilkan
warna merah-ungu pada sampel. Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor antara lain:
pereaktan yang kurang baik untuk digunakan.

 Zat Uji Hanya Mengandung Unsur N dan Cl( Pirodoksin


HCL)
Nama reaksi Perlakuan Hasil
Pirdoksin + akuades Pirodoksin HCL + larutan Terdapat endapan
perak nitrat berwarna putih
Pirodoksin HCL + FeCl3 Larutan berwarna merah
bata
 Zat Uji Hanya Mengandung Unsur N,S dan Cl( Thiamin HCL)
Nama reaksi Perlakuan Hasil
Thiamin + akuades Thiamin HCL + larutan perak Terdapat endapan
nitrat berwarna putih yang
sangat halus
Thiamin HCL Thiamin HCL + timbal asetat Larutan berwarna putih
10% + NaOH 2N kekuningan setelah
dipanaskan larutan
berwarna kuning dengan
endapan hitam
4.2 Pembahasan
Pada uji Organoleptik dilakukan dengan mengamati sampel yang akan digunakan
dengan mengidentifikasi bentuk,bau,warana dan tekstur yang telah dilakukan
percobaan yaitu kofein memiliki rasa yang pahit, tekstur yang kasar, tidak memiliki
bau, dan bewarna putih. Piridoxin tidak menghasilkan bau , rasa pahit, warna
putih, dan memiliki tekstur kasar. Thiamin memiliki warna putih, tekstur kasar,
hampir tidak memiliki bau dan rasa pahit.
Pada uji kelarutan sampel pertama yaitu kofein dengan aquadest tidak dapat
larut sempurna dengan air, setelah dilakukan pemanasan larutan menjadi cairan
yang jernih. Thiamin dengan aquadest tidak dapat larut sempurna dengan air tetapi
setelah dilakukan pemanasan menghasilkan larutan yang membentuk suspensi.
Piridoxin dengan aquadest tidak dapat larut sempurna dengan air, setelah
dilakukan pemanasan menghasilkan larutan yang membentuk larutan suspensi.
Pada uji kelarutan sampel kedua pada kofein dengan etanol tidak dapat larut
sempurna, setelah dilakukan pemanasan menghasilkan larutan yang jernih. Thiamin
dengan etanol tidak dapat larut dengan sempurna, setelah dilakukan pemanasan
larutan tersebut tetap tidak dapat larut dengan sempurna. Piridoxin dengan etanol
tidak dapat larut sempurna dan dilakukan pemanasan tetap tidak dapat larut.

Uji keasaman yang dilakukan menggunakan kertas lakmus hanya dapat


mengidentifikasi sifat dari suatu senyawa, sedangkan untuk mengetahui pH suatu
senyawa secara signifikan dapat digunakan indikator universal sebagai alat uji nya.
Kertas lakmus dapat menunjukkan sifat keasaman suatu senyawa dengan melihat
perubahan warna yang terjadi (merah dan biru), pada indikator universal terdapat
beberapa warna dengan nilai pH 1-14 untuk melihat keasaman senyawa
(Pudjiastuti, 2017).
Pada uji keasaman pelarut hasil yang didapat yaitu pada sampel kofein jika
pelarut aquadest bersifat basa yaitu pH 7, Sedangkan menggunakan pelarut etanol
berisfat asam dengan pH 6. Sampel Piridoksin Hidroklorida jika pelarut aquadest
yaitu pH 4 (asam) dan pada pelarut etanol pH 4 (asam). Sampel Thiamin HCl jika
pelarut aquadest memiliki nilai pH 7 (basa) dan pelarut etanol memiliki nilai pH 6
(asam).
Uji unsur pada tahung pertama dengan sampel ditambahkan Besi III Chlorida dan
HCl pada Kofein menghasilkan larutan kuning pucat, Piridoxin menghasilkan
larutan kuning dan Thiamin menghasilkan larutan bewarna kuning pekat. Pada
tabung kedua yaitu dengan masing masing tabung Thiamin, Piridoxin dan Kofein
menghasilkan larutan yang bening setelah ditambahkan dengan Timbal Asetat
menghasilkan larutan yang keruh. Pada tabung ketiga yaitu masing masing sampel
Kofein, Thiamin dan Piridoxin dengan ditambahkan HNO3+Perak Nitrat ketiga
tabung menghasilkan larutan yang jernih.
Uji penegasan yang lain dilakukan pada pirdoksin HCL sampel dilarukan dengan
akuades kemudian sampel diambil 1 ml ditambahkan AgNO3 , jika terbentuk
endapan putih maka mengandung unsur Cl, unsur Cl bereaksi dengan AgNO 3
membentuk endapan AgCl. Pada sampel pirodoksin mengahasilakan hasil yang
positif yang endapan putih . uji penegasan yang lain dilakukan dengan
menambahkan FeCl3 pada 1 ml laruta sampel dan mengahasilkan endapan merah
darah . pada hasil percobaan sampel pirodoksin menghasilkan hasil yang positi
yaitu endapan merah darah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pirodoksin
HCL mengandung unsur N dan unsur Cl.
Uji penegasan berikutnya dilakukan pada sampel Thiamin HCL. Zat uji ditambah
timbal asetat 1 ml lalu ditambahkan NaOH 2 N sampai membentuk warna jingga
kemudian dipanaskan maka akan terbentuk endapan hitam. Namun setelah
dilakukan percobaab tidak terbentuk warna kuning atau jingga pada sampel ,yang
terbentuk adalah endapan hitam dibagian bawan dan larutan berwarna kekuningan
yang memudar. Hal ini dikarenakan sampel tidak memiliki Ph antara 1,3 – 4,4
seperti yang dikatakan dalam literature bahwa warna jingga dapat terbentuk apabila
sampel memiliki trayek Ph 3,1-,4,4 dengan asam berwarna merah dan basa
berwarna kuning sedangkan pada uji keasamaaan Thiamin HCL memiliki Ph 6 dan
7 ( Svehla,1985)
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum diatas, maka dapat disimpulkan bahwa identifikasi pada


senyawa alkaloid merupakan senyawa yang didalamnya mengandung nitrogen dengan bentuk
gugus fungsi amina. Pada umumnya alkaloid juga didalamnya mencangkup senyawa basa
yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen. Klasifikasi dari alkaloid bedasarkan
taksonominya biosintesis dan klasifikasi kimianya berdasarkan pengujian yang dilakukan.
Metode pengujian yang dilakukan yaitu, uji organoleptik, uji kelarutan, uji keasaman, uji
unsur, uji golongan dan uji penegasan. Pada uji organoleptik didapatkan tekstur, warna, bau,
dan rasa sampel yang digunakan pada pengujian. Uji kelarutan dilakukan untuk melihat
kelarutan dari sampel yang digunakan, pada sampel yang digunakan kelarutan setiap sampel
tidak sama. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pelarut, teknik pengocokan, dan
suhu saat pemanasan. Hasil yang didapatkan pada uji keasaman dengan pelarut aquades
sampel kofein bersifat basa sedangkan lainnya asam. Pada pelarut etanol ketiga sampel
bersifat asam. Pada uji golongan Alkaloid dengan pereaksi kalium Iodo Bismutat Asetat
dengan sampel kofein dan tiamin HCL menghasilkan endapan yang berarti positif, namun
pada sampel pirodoksin HCL tidak terdapat endapan, kemungkinan terjadi karena adanya
kesalahan pada jumlah sampel atau pereaksi yang tidak sesuai atau ketidakmurnian pada
sampel yang digunakan. Pada uji golongan alkaloid dengan pereaksi Bouchardat yang
seharusnya mengahasilakn endapan coklat, dari ketiga sampel tidak terbentuk endapan coklat,
kegagalan pada percobaan ini kemungkinan karena sampel yang digunakan tidak murni dan
mengandung zat – zat tambahan lain sehingga tidak menghasilkan hasil yang spesifik.
DAFTAR PUSTAKA

Cartika, Harpolia. 2016. Kimia Farmasi. Kemenkes RI: Jakarta.

Cordell, A. 1981. Introductin to Alkaloid, A Biogenetic Approach. A Wiley


IntersciencePublication. John Wiley and Sons, Inc. New York.

Fransisca. Pandean. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Farmasi. Bina Husada. Kendari.

Harborne. J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.

ITB: Bandung.

Musman, Musri. 2017. Kimia Organik Bahan Alam. Syiah KualaUniversity Press: Aceh.
KEMENKES RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.

Risky, Tika A., Suyatno. 2014. Aktivitas antioksidan dan antikanker methanol tumbuhan
paku Adiantum philippensis L. UNESA Journal of Chemistry Vol 3 No 1 januari 2014.

Roger. M.F.., Wink M. 1998. Alkaloids: biochemistry, ecology, and medicinal applications.
Plenum Press.

Sarker, S.D. dan Nahar L. 2009. Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi. Pustaka Belajar:
Yogyakarta.

Sarker. Anggit. 2009. Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi. Pustaka Belajar.Yogyakarta.

Sinaga, Ernawati., 2012. Biokimia Dasar. Jakarta Barat: PT. ISFI Penerbitan.

Wink, M, (2008), Ecological Roles Of Alkaloid, Wink, M, (Eds) Modern Alkaloids.


Structures, Isolation Synthesis and Biology, Wiley, Jerman: Wiley- VCH Verlag Gmbh &
Co. KgaA.

Anda mungkin juga menyukai