Oleh:
Eka Lubis (01174220017)
Pengampu:
Karnelasatri, M.Si.
Sri Wahyu Ningsih Munthe, S.Pd.
Fany Febriani, A.Md.
Alkaloida yang terdapat di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang
sangat beracun namun dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada
manusia yakni sebagai anti diare, anti diabetes, antimikroba dan anti malaria. Misalnya
kuinin, morfin dan stiknin merupakan alkaloida yang terkenal akan efek fisiologis.
Alkaloida dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting
dan kulit batang.
Oleh karena itu, alkaloid ini sangat diminati dalam kehidupan sehari-hari,
terutama karena pengaruh fisiologisnya di bidang farmasi, tetapi fungsinya pada tanaman
hampir sama. Ini karena alkaloid bersifat basa dan karenanya dapat menggantikan basa
mineral untuk membantu menjaga keseimbangan ion pada tanaman. Sebagian besar
senyawa alkaloid berasal dari tumbuhan. Alkaloid ditemukan di berbagai bagian
tumbuhan, seperti akar, batang, daun, dan biji. Alkaloid tanaman berperan sebagai toksin
yang dapat melindunginya dari serangga dan herbivora, faktor pengatur tumbuh dan
senyawa penyimpan yang mampu mensuplai nitrogen dan unsur lain yang diperlukan
oleh tanaman (Wink, 2008)
1.2 Tujuan
3) Kelarutan: Agak sukar larut dalam air, dalam etanol; mudah larut dalam
kloroform; sukar larut dalam eter.
Identifikasi:
a) spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan dispersikan dalam
minyak mineral P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama
seperti pada kofein BPFI.
2) Pemerian: Hablur atau serbuk hablur putih atau hampir putih; stabil di udara;
secara perlahan-lahan dipengaruhi oleh cahaya matahari.
3) Kelarutan: Mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam eter.
Larutan mempunyai pH lebih kurang 3
4) Identifikasi:
a) spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan dispersikan dalam
minyak mineral P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama
seperti pada piridoksin hidroklorida BPFI
b) Menunjukkan reaksi klorida seperti yang tertera pada Uji Identifikasi Umum,
yaitu:
(1) Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan: terbentuk endapan putih seperti
dadih yang tidak larut dalam asam nitrat P, tetapi larut dalam amonium hidroksida 6 N
sedikit berlebih
3) Kelarutan: mudah larut dalam air; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol;
tidak larut dalam eter dan dalam benzena.
4) Identifikasi:
a) Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan dispersikan dalam
kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama
seperti pada tiamin hidroklorida BPFI.
b) Menunjukkan reaksi klorida seperti yang tertera pada Uji Identifikasi Umum
(lihat piridoksin hidroklorida di atas).
1. Reaksi pengendapan
a. Reaksi Dragendorf
Pereaksi ini mengandung bismuth nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berarir. Ketika
suatu alkaloid ditambahkan pereaksi dragendorf maka akan menghasilkan endapan
jingga.
b. Reaksi Meyer
Pereaksi ini mengandung Kalium Iodida dan Merkuri Klorida. Ketika sampel ditambah
pereaksi Meyer maka akan timbul endapan kuning atau larutan kuning bening lalu ketika
ditambahkan alkohol endapannya larut. Tidak semua alkaloid mengendap dengan reaksi
mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada rumus bangun
alkaloidnya.
c. Reaksi Bauchardat
Peraksi ini mengandung kalium Iodida dan Ioda. Sampel yang ditambah pereaksi ini akan
menghasilkan endapan coklat merah lalu ditambah alcohol endapannya larut.
2. Reaksi warna
Asam kuat seperti H2SO4 pekat dan HNO3 pekat menghasilkan warna kuning atau
merah.
b. Reaksi Marquis
Pereaksi ini mengandung formaldehid (1 bagian) dan H2SO4 pekat (9 bagian). Sampel
yang ditambah pereaksi marquis menghasilkan warna jingga.
Sampel yang ditambahkan diazo A (4 bagian) dan diazo B (1 bagian), ditambah NaOH,
dipanaskan lalu ditambahkan amyl alkohol menghasilkan warna merah.
BAB III
METODE
dilakukan pengamatan terhadap bentuk, warna, bau, dan rasa terhadap masing-masing
sampel yang akan diidentifikasi pada sampel kofein, pirodoksin hidroklorida,dan thiamin
hidroklorida
Pengamatan bentuk sampel pada umumnya berupa serbuk hablur halus dan berwarna putih.
Pengamatan bau dilakukan dengan indera penciuman (tidak berbau atau berbau spesifik),
pengamatan rasa dilakukan dengan indera pengecapan (tidak berasa, agak pahit atau pahit)
Aquades sebanyak 1 ml diukur dan dimasukkan ke dalam tabung pertama setelah itu
dikocok dan diamati kelarutannya. Jika tidak larut, dipanaskan di atas api langsung dan
diamati kelarutannya
Etanol sebanyak 1 ml diukur dan dimasukkan ke dalam tabung kedua setelah itu dikocok
dan amati kelarutannya
dengan cara yang sama dilakukan kembali pada zat uji Al2 dan Al3, gunakan 6 tabung
reaksi untuk mempermudah pekerjaan
Dimasukkan sepotong kecil kertas lakmus merah dan biru ke dalam tabung reaksi yang
berisi larutan zat uji.
Hasil perubahan warna masing-masing kertas lakmus dicatat pada tabel pengamatan
Sepotong kecil logam natrium dimasukan kedalam tabung pijar, letakan pada bagian tengah
tabung pijar
dipanaskan tabung pijar secara langsung diatas api dengan kemiringan tabung pijar ± 300C,
hingga logam natrium lebur
ditegakkan tabung leburan logam natrium hingga bercampur dengan zat uji, kemudian
panaskan secara terus-menerus hingga pijar. Masukkan tabung pijar tersebut ke dalam gelas
kimia yang telah berisi air, pecahkan tabung pijarnya menggunakan batang pengaduk
Catatan: logam Na dapat digantikan dengan campuran serbuk logam Mg dan Na2CO3 (1:2)
(Pereaksi Castellana). Proses destruksi dilakukan dengan cara campur sama banyak zat uji
dan Pereaksi Castellana dalam tabung pijar. Pijarkan di atas nyala bunsen ± 5 menit.
Kemudian masukkan tabung pijar tersebut ke dalam gelas kimia yang telah berisi aquades,
pecahkan tabung.
dipanaskan di atas api langsung hingga mendidih, dan biarkan larutan mendidih selama 5
menit. Kemudian saring
(a) Tabung 1, tambahkan 5 tetes larutan FeSO4 segar + 1 tetes FeCl3 + 5 tetes HCl. Kalau
terbentuk endapan biru berarti ada ion sianida (CN- ) yang berarti sampel positif
mengandung unsur.
(b) Tabung 2, tambahkan 1-2 tetes larutan natrium nitroprussida, jika larutan berwarna
ungu berarti ada ion sulfida (S2-) yang berarti sampel positif mengandung unsur S.
Catatan: Uji unsur S dapat pula dilakukan dengan menggunakan pereaksi timbal asetat,
yaitu filtrat ditambah 2-3 tetes larutan timbal asetat. Jia terbentuk endapan hitam, berarti
ada ion sulfida (S2- ) yang berarti sampel positif mengandung unsur S.
(c) Tabung 3, diasamkan dengan 1 ml HNO3 2N, jika adanya ion sulfida menandakan (uji
nomor 2 positif), maka didihkan larutan sampai bebas sulfida dengan kertas timbal asetat,
larutan telah bebas sulfida jika uap sudah tidak membentuk warna hitam pada kertas timbal
asetat tersebut). Lalu tambahkan beberapa tetes larutan AgNO3, jika terjadi endapan maka
ada ion halida (endapan putih berarti ada ion klorida, endapan putih kekuningan berarti ada
ion bromida, dan endapan kuning berarti ada ion iodida)..
Catatan: kertas timbal asetat dibuat dengan mencelupkan sepotong kertas saring ke dalam
larutan timbal asetat.
Catatan: uji pengamatan uji unsur ditulis dengan pembentukan endapan biru/tidak (uji
unsur N), warna ungu/tidak (uji unsur S), dan mengendap/tidak (Uji unsur halogen).
B. Masing-masing larutan zat uji dimasukan kedalam plat tetes dilarutkan dengan beberapa
tetes asam klorida 2N aduk dengan batang pengaduk tambahkan pereaksi mayer .jika
terbentuk endapan kuning menujukan positif golongan alkaloid
C. Masing-masing larutan zat uji dimasukan kedalam plat tetes dilarutkan dengan beberapa
tetes asam klorida 2N aduk dengan batang pengaduk tambahkan pereaksi bauchardat .jika
terbentuk endapan agak kecoklatan menujukan positif golongan alkaloid
2. Dimasukan 1 ml larutan zat uji, tambahkan beberapa tetes larutan besi (III) klorida,
terbentuknya larutan merah darah secara perlahan-lahan menunjukan pirdoksin
hidroklorida
b. Uji Kelarutan
c. Uji Keasaman
Nama zat uji Kertas lakmus merah Kertas lakmus biru Basa/asam
Kofein + aquades Biru Biru Basa
Pirodoksin HCL + aquades merah Merah Asam
kuat
Thiamin HCL+ aquades merah Merah Asam
Tabung ke-2
Kofein + etanol merah Merah Asam
Pirodoksin HCL + etanol merah Merah Asam
kuat
Thiamin HCL+ etanol Merah Merah Asam
b. Uji golongan
1. Identifikasi Golongan Alkaloid dengan pereaksi kalium iodo bismutat asetat
Nama reaksi Perlakuan Hasil
Kofein Aquadest + Asam Klorida Larutan Jingga dan
2N + Kalium Iodo Bismut terdapat endapan
Asetat
Thiamin HCI Aquadest + Asam Klorida Larutan berwarna coklat
2N + Kalium Iodo Bismut dan terdapat endapan
Asetat
Pirodoksin HCL Aquadest + Asam Klorida Larutan berwarna coklat
2N + Kalium Iodo Bismut tua tidak terdapat
Asetat endapan
2. Identifikasi Golongan Alkaloid dengan pereaksi Bouchardat
Nama reaksi Perlakuan Hasil
Kofein Asam Klorida + pereaksi Larutan jernih berwarna
Bouchardat kuning tanpa endapan
Thiamin HCI Asam Klorida + pereaksi Berwarna ungu dengan
Bouchardat endapan ungu kehitaman
Pirodoksin HCL Asam Klorida + pereaksi Ungu kehitaman dengan
Bouchardat endapan berwarna
kehitaman
c. Uji Penegasan
Zat Uji hanya MengandungUnsur N(Kofein)
Sampel yang sudah diteteskan dengan H2O2 dan HCl pekat kemudian
dipanaskan diatas penangas air hingga menguap dan menyisakan residu, setelah
dipanaskan lalu sampel diteteskan dengan Ammoniak 6N sebanyak 6 tetes tetapi tidak
terjadi perubahan di ketiga sampel. Hasil positif Coffein seharusnya menghasilkan
warna merah-ungu pada sampel. Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor antara lain:
pereaktan yang kurang baik untuk digunakan.
Fransisca. Pandean. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Farmasi. Bina Husada. Kendari.
Harborne. J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
ITB: Bandung.
Musman, Musri. 2017. Kimia Organik Bahan Alam. Syiah KualaUniversity Press: Aceh.
KEMENKES RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.
Risky, Tika A., Suyatno. 2014. Aktivitas antioksidan dan antikanker methanol tumbuhan
paku Adiantum philippensis L. UNESA Journal of Chemistry Vol 3 No 1 januari 2014.
Roger. M.F.., Wink M. 1998. Alkaloids: biochemistry, ecology, and medicinal applications.
Plenum Press.
Sarker, S.D. dan Nahar L. 2009. Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi. Pustaka Belajar:
Yogyakarta.
Sinaga, Ernawati., 2012. Biokimia Dasar. Jakarta Barat: PT. ISFI Penerbitan.