Oleh:
Eka Lubis (01174220017)
Intan Ajeng Oktafia (01174220011)
Ratu S. Ruhi (01174220021)
Yenjelhita Manihuruk (01174220025)
Yuniar Tiara Dewi (01175220006)
Pengampu:
Karnelasatri, M.Si.
Sri Wahyu Ningsih Munthe, S.Pd.
Fany Febriani, A.Md.
Sulfonamid merupakan asam lemah (pKa sekitar 5-8) akibat efek penarikan elektron
yang kuat oleh substituen -SO- dan stabilisasi anion yang dihasilkan melalui resonansi.
Sulfonamida biasanya diberikan dalam bentuk garam natrium untuk meningkatkan
kelarutannya dalam air (Cairns, 2008). Sulfonamida dan senyawa kuinolin merupakan
kelompok obat penting pada penanganan infeksi saluran kemih (ISK) (Tjay, 2007). Sebagai
hidrat dari karbon; dalam senyawa tersebut perbandingan antara H dan O sering 2
berbanding 1 seperti air. Jadi C.HO, dapat ditulis C(HO), C₁₂HO sebagai C12 (HO)11dan
seterusnya, dan perumusan empiris ditulis sebagai CnH₂nOn atau Cn (HO)n
(Sastrohamidjojo, H., 2005).
Sifat fisika dan kimia sulfonamida :
a. Bersifat ampoter, karena sukar dipindahkan dengan cara pengocokan yang digunakan
dalam Analisa organic.
b. Mudah larut dalam aseton.
Kelarutan sulfonamida :
1. Tidak larut dalam air, tapi adakalanya larut dalam air panas.
2. Tidak larut dalam eter, kloroform, daan petroleum eter.
3. Larut baik dalam aseton.
4. Sulfa-sulfa yang mempunyai gugus amin aromatic tidak bebas akan mudah larut dalam
HCl encer. Irgamid dan Irgafon tidak larut dalam HCl encer.
5. Sulfa-sulfa dengan gugus aromatic sekunder sukar larut dalam HCI, misalnya septazin,
soluseptazin, sulfasuksidin larut dalam HCI, akan tetapi larut dalam NaOH. Sulfa dengan
gugusan -SO2NHR akan terhidrolisis bila dimasak dengan asam kuat HCI atau HNO3.
B. Uji Kualitatif
Analisa kualitatif merupakan suatu pengujian yang digunakan untuk melakukan
identifikasi elemen, spesies, dan senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel atau obat.
Dengan kata lain, Analisa kualitatif berkaitan dengan suatu analit yang dituju dalam suatu
sampel. Metode analisis obat yang diuraikan merupakan metode konvensional yang dapat
dilakukan di laboratorium sederhana dengan alat-alat yang sederhana pula (Harjadi,1986).
C. Reaksi Umum Sulfonamida
a. Reaksi Korek api
Analisis percobaan senyawa sulfonilamida dilakukan dengan menguji larutan zat
dalam asam klorida dengan batang korek api. Senyawa sulfonilamida dalam asam
klorida akan mengubah batang korek api menjadi warna jingga (Cartika, Herpolia,
2016).
b. Reaksi diazo
Reaksi ini telah digunakan untuk penetapan gugus amino aromatis dalam industry
zat warna dan dapat dipakai untuk penetapan sulfonilamida dan senyawa-senyawa
lain yang mengandung gugus amino aromatis.
c. Reaksi erlich ( pDAB HCI )
Sulfonilamida akan memberikan warna jingga / kuning dengan adanya amin
aromatis primer pada gugusnya. Bezokain dan alkaloid turunan amino benzoate
lainnya akan positif dengan reaksi ini.
D. Reaksi Spesifik Sulfonamida
a. Reaksi vanillin
Terhadap derivate metil piridin, diatas kaca objek 1 tetes H 2SO4 pekat dan
ditambahkannya vanillin diatas tetesan tersebut zat akan berubah warna menjadi
kuning terang. Seletah zat dipanaskan berubah menjadi warna hitam pekat yang
menandakan adanya irgamid.
b. Reaksi CuSO4
Zat atau sampel yang ditambahkan dengan 2ml air yang setelah itu dipanaskan
ditambah NaOH dan CuSO4. Sampel tersebut kemudian di teteskan HCI encer
sampai reaksi netrasl atau asam lemah. Dikatakan positif bila sulfalinamid
membentuk warna ungu.
c. Reaksi Indofenol
Zat yang dilarutkan dalam 2ml air dipanaskan samapi mendidih lalu diteteskan
NaOH dan 2ml larutan NaOCI kemudian ditambahkan 1tetes fenol. Jika positif
mengandung sulfadiazine membentuk warna merah tua.
d. Reaksi Roux
Reaksi roux merupakan zat yang diletakkan dalam plat tetes kemudian
ditambahkan pereaksi roux lalu diaduk menggunakan batang pengaduk, akan
menghasilkan warna ungu – hijau biru jika positif mengandung sulfalinamid.
e. Reaksi KBrO3
Zat yang diletakkan dalam plat tetes ditambahkan H2SO encer kemudian pereaksi
KBrO3 jenuh. Larutan dikatakan positif mengandung sulfalinamid jika membentuk
warna kuning jingga – coklat merah.
f. Reaksi Kristal dengan aseton
Sampel yang ditetesi dengan aseton diatas objek glass akan yang akan membentuk
kristal yang berbeda-beda.
g. Reaksi Parri
Serbuk sulfalinamid dilarutkan dalam alkohol ditetesi dengan pereaksi parri dan
ammonia yang akan membentuk warna ungu untuk sulfalinamid
E. Uraian Bahan
Asam Sulfanilat P (Farmakope Indonesia edisi III hal. 653)
Mengandung tidak kurang dari 99,0% C6H7NO3S
Rumus bangun :
dilakukan pengamatan terhadap bentuk, warna, bau, dan rasa terhadap masing-masing
sampel yang akan diidentifikasi pada sampel Sulfanilat
Pengamatan bentuk sampel pada umumnya berupa serbuk hablur halus dan berwarna putih.
Pengamatan bau dilakukan dengan indera penciuman (tidak berbau atau berbau spesifik),
pengamatan rasa dilakukan dengan indera pengecapan (tidak berasa, agak pahit atau pahit)
3.2.1.2 Uji Kelarutan
Etanol sebanyak 1 ml diukur dan dimasukkan ke dalam tabung kedua setelah itu dikocok
dan amati kelarutannya
Dimasukkan sepotong kecil kertas lakmus merah dan biru ke dalam tabung reaksi yang
berisi larutan zat uji.
Hasil perubahan warna masing-masing kertas lakmus dicatat pada tabel pengamatan
b. Reaksi Diazo
±10mg zat uji dalam 2 tetes HCl 2 N lalu ditambah dengan 1 ml air. Pada larutan ini
ditambahkan 2 tetes diazo B (larutan 0,9% NaNO2) dan teteskan larutan 0.1 g β-naftol
terbentuk warna jingga lalu merah darah.
c. Reaksi Indofenol
Sebanyak 50-100 mg zat dilarutkan dalam 2 ml air, dipanaskan sampai mendidih lalu
ditambah 2 tetes NaOH dan 2 ml larutan NaOCl atau kaporit kemudian ditambahkan 1 tetes
fenol. Jika positif mengandung sulfanilat membentuk warna merah tua.
d. Reaksi Roux
Zat diletakkan di atas plat tetes kemudian ditambahkan 1 tetes pereaksi Roux, aduk dengan
batang pengaduk. Jika positif mengandung Sulfanilat membentuk warna ungu - hijau biru.
g. Reaksi Parri
Serbuk sulfanilat dilarutkan dalam alkohol, ditetesi pereaksi Parri dan ammonia akan
membentuk warna ungu untuk sulfanilat
c. Sistem pelarut: Campuran etil asetat (90 ml), methanol (10 ml), digunakan untuk
menjenuhkan chamber kromatografi (21 cm X 21 cm X 10 cm) dan untuk
mengelusi plat. Pelarut ini dibuat segar untuk tiap kali penggunaan.
d. Pereaksi: Berikut adalah pereaksi yang dibuat segar untuk digunakan (I) larutan
jenuh kupri asetat dalam methanol, (II) larutan jenuh cupri asetat dalam aseton, (III)
larutan cupri sulfat 5 % dalam air, (IV) larutan kobalt nitrat 2% dalam air, (V)
larutan serium sulfat 2% dalam air dengan 5 ml asam sulfat pekat, dan (IV) larutan
nikel klorida 2% dalam air.
a. Uji Organoleptik
Tabel 4.1.1 Hasil Pengamatan Organoleptik
No Sampel Tekstur Warna Bau Rasa
1 Sulfanilat Putih Tidak berbau Tidak
Serbuk kasar
kekuningan dilakukan
Uji organoleptik disebut dengan uji indera yang merupakan cara pengujian dengan
menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan
terhadap sampel (Saleh, 2004). Tujuan spesifik dari uji organoleptik golongan senyawa
sulfanamida dapat mencakup penilaian rasa, penilaian bau, penilaian warna, penilaian bentuk
atau tekstur dari senyawa sulfanilat ersebut.
Pada uji Organoleptik yang telah dilakukan percobaan yaitu sulfanilat memiliki tekstur
yang serbuk kasar , tidak memiliki bau, dan bewarna putih kekuningan kemudian untuk rasa
tidak dilakukan pengamatan karena sampel merupakan antibiotik karena jika antibiotik tidak
dihabiskan sesuai dosis akan menyebabkan resistensi sehingga penggunaan nya tidak boleh
sembarangan.
b. Uji Kelarutan
Selanjutnya pada uji pendahuluan kelarutan sampel dilarutkan dengan dua pelarut yang
berbeda. Pelarut pertama aquades dan pelarut kedua etanol. Berikut hasil yang didapatkan
yang selanjutnya
di dalam tabung
g terjadi terbentuk
ngan sulfonamida
polia. 2016).
C. Reaksi Spesifik
Reaksi spesifik atau penegasan adalah lanjutan dari uji pendahuluan dan bersifat selektif. Pada
percobaan spesifik digunakan tujuh reaksi uji yaitu reaksi dengan
Tabel 4.1.4 Hasil Pengamatan dari Keasaman pada Zat Uji
No Reaksi ( Sulfanilamid) Perlakuan Hasil
1 Reaksi Vanilin Diatas plat kaca objek Hijau pekat (+)
+ 1 tetes H2SO4 +
serbuk vanillin
dicampurkan dan
dipanaskan diatas
nyala api
2. Reaksi CuSO4 Sulfanilat + NaOH 2 Kebiruan terdapat
tetes +1 tetes CuSO4+ endapan ungu(+)
HCl encer
3. Reaksi Indofenol Sulfanilat + Terbentuk warna kuning
NaOH+NaOCl+ Fenol endapan putih (+)
4. Reaksi Roux Sulfanilat dimasukan Kuning (-)
dalam plat tetes+
pereaksi roux
5. Reaksi KbrO3 Sulfanilat +H2SO4 Ungu (+)
+KBrO3
6. Reaksi Kristal Sulfanilat + Aseton Mengkristal
Berdasarkan hasil yang didapat setelah melewati beberapa tahapan reaksi umum,
sampel Sulfanilat tidak semua menunjukkan hasil positif terjadi kegagalan pada reaksi
diazo. Hal tersebut mungkin diakibatkan karena kekeliruan saat melakukan percobaan dan
adanya kontaminasi dengan pelarut lain. Namun pada percobaan indentifikasi spesifik Pada
reaksi KbrO3 dan Parri seharusnya sampel menujukan hasil positif senyawa sulfonilamida
dengan ditandai dengan warna kuning atau coklat merah dan ungu tidak terbentuk, hal ini
dikarenakan kekeliruan dalam langkah kerja sehingga hasil yang didapat adalah larutan
berwarna kuning dengan endapan putih kekuningan.Pada analisis kuantitatif dengan TLC
tidak dihasilkan nilai Rf pada eluen etil astetat dan metanol.
DAFTAR PUSTAKA
Alfadlil, B. R., Saibun S dan Rahmat G. 2014. Studi Kuantum Farmakologi Senyawa
Turunan Sulfonamida 2,4 Diamino 6 Quinazoline Sebagai Antimalaria Dengan Metode AB
Intio. Jurnal Kimia Mulawarman. Vol 11(2)
Anief Moh, 1990. "Perjalanan dan nasib obat dalam badan", Gadjah mada university press;
Yogyakarta Dirjen RI, 1979, "Farmakope Indonesia Edisi III", Departemen Kesehatan RI;
Jakarta.
Cairns, Donald. 2008. "Intisari Kimia Farmasi". EGC. Jakarta Dirjen POM. 1979.
Cairns,D. 2008. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta:EGC.
Cartika, Dra. Harpolia, M.Farm., Apt. dkk., 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi Kimia
Farmasi. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
UNG. Gorontalo.
Dirjen POM. 1985. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI: Jakarta.
Dirjen RI, 1995, "Farmakope Indonesia Edisi IV", Departemen Kesehatan RI; Jakarta
Pelajar. Yogyakarta. Tjay T. H. & Rahardja S, 2008.Obat-obat Penting. Penerbit PT. Elex
Media computindo kelompok kompas-Gramedia: Jakarta
Pustaka Pelajar. Tim dosen, 2010, "Penuntun praktikum kimia farmasi analisis", Universitas
Indonesia Timur Makassar.
Wikipedia, 2010, sulfonamida, 21 november 2010 www.wikipedia. Com Syamsuni, Apt, Drs.
H. 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, penerbit buku kedokteran EGC; jakarta.