Anda di halaman 1dari 40

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN LENGKAP
UJI PENDAHULUAN

OLEH
KELOMPOK TIGA (3)

GOLONGAN SELASA PAGI

MARIA DESI GEVIANY N111 13 340

DEWI DATU SARIRA N111 13 507

FAJRIN ALAMSAH N111 13 318

SATRIA ASTASAURY A. N111 13 520

ERNA SOLE N111 13 050

RANI KARTIKA P. N111 13 073

MARTINCE KONDJOL N111 12 291

ASISTEN : RAIS AL-QADRI

MAKASSAR
2015
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di zona

khatulistiwa (tropik) dan terkenal mempunyai kekayaan alam dengan

beranekaragam jenis tumbuhan, tetapi potensi ini belum seluruhnya

dimanfaatkan sebagai bahan industri khususnya tumbuhan berkasiat obat.

Masyarakat Indonesia secara turun-temurun telah memanfaatkan

berbagai jenis tumbuhan untuk bahan obat tradisional baik sebagai

tindakan pencegahan maupun pengobatan terhadap berbagai jenis

penyakit. Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional akan terus berlangsung

terutama sebagai obat alternatif, hal ini terlihat pada masyarakat daerah

yang sulit dijangkau oleh fasilitas kesehatan modern. Dalam masa krisis

ekonomi seperti saat ini, penggunaan obat tradisional lebih

menguntungkan karena relatif lebih mudah didapat, lebih murah dan dapat

diramu sendiri, selain itu bahan bakunya dapat ditanam di halaman rumah

sebagai penghias taman ataupun peneduh halaman rumah.

Penemuan berbagai senyawa obat baru dari bahan alam semakin

memperjelas peran penting metabolit sekunder tanaman sebagai sumber

bahan baku obat. Metabolit sekunder adalah senyawa hasil biogenesis

dari metabolit primer. Umumnya dihasilkan oleh tumbuhan tingkat tinggi,

yang bukan merupakan senyawa penentu kelangsungan hidup secara

langsung, tetapi lebih sebagai hasil mekanisme pertahanan diri


organisma. Aktivitas biologi tanaman dipengaruhi oleh jenis metabolit

sekunder yang terkandung didalamnya. Aktivitas biologi ditentukan pula

oleh struktur kimia dari senyawa. Unit struktur atau gugus molekul

mempengaruhi aktivitas biologi karena berkaitan dengan mekanisme kerja

senyawa terhadap reseptor di dalam tubuh

Tanaman merupakan sumber senyawa kimia yang penting dalam

pengobatan . Umumnya senyawa kimia ini berupa senyawa metabolit

sekunder berupa alkaloid, flavonoid, fenolik, terpenoid, steroid, dan lain-

lain yang memiliki aktifitas biologis yang beragam. Hal ini mendorong para

ahli kimia untuk mengisolasi zat aktif biologis yang terdapat dalam

tanaman, yang diharapkan nantinya dapat dimanfaatkan sebagai senyawa

untuk pengobatan.

Penggunaan sumber daya alam baik yang berua tumbuhan

maupun hewan telah sejak dahulu oleh nenek moyang kita tanpa mereka

ketahui apa isi yang terkandung dalam tanaman tersebut. Untuk itu,

melalui kemajuan pengetahuan yang kita miliki maka kita perlu melakukan

penelitian untuk mengetahui kandungan kimia dari tanaman maupun

hewan tersebut yang dapat menghasilkan efek klinik.

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

Untuk mengetahui dan memahami komponen kimia pada ekstrak

daun jarak pagar (Jatropha curcas) dan batang ciplukan (Physalis

angulata) melalui uji pendahuluan.


I.2.2 Tujuan Percobaan

Untuk mengidentifikasi dan memperoleh komponen kimia dari

ekstrak daun jarak pagar (Jatropha curcas) dan batang ciplukan (Physalis

angulata) melalui uji pendahuluan.

I.3. Prinsip Percobaan

I.3.1. Pengujian Alkaloid

Pengujian alkaloid dengan menambahkan reagen dragendroff ditandai

dengan terbentuknya warna jingga. Endapan tersebut adalah kalium-

alkaloid, reagen Mayer ditandai dengan terbentuk endapan putih. Dimana

pereaksi mayer bersifat elektrofilik (Hg2+) mengadisi atom C, dimana

terlebih dahulu K2HgI4 terlarut dalam air secara reversibel dengan

menservasi asam iodida + KI + HgO-Hg2+ dari HgO membentuk kompleks

dengan dua molekul kolid sebagai endapan putih dan reagen Wagner

yang ditandai dengan terbentuknya endapan cokelat muda sampai kuning.

Endapan tersebut adalah kalium-alkaloid. dimana iodin bereaksi dengan

ion I- dari kalium iodida menghasilkan ion I3- yang berwarna cokelat dalam

tabung reaksi.

I.3.2. Pengujian Saponin

Pengujian Saponin ditandai dengan timbulnya busa yang menunjukkan

adanya glikosida yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam

air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya.


I.3.3. Pengujian Steriod/Terpenoid

Pengujian Steroid/Terpenoid dengan menambahkan reagen Leibermann

Bauchard pada ekstrak (positif steroid jika menunjukkan warna hijau,

positiif terpenoid jika menunjukkan warna merah). Dimana steroid dengan

asam asetat anhidrat adalah reaksi asetilasi guguh OH pada steroid yang

akan menghasilkan kompleks asetil steroid.

I.3.4. Pengujian Tanin

Pengujian tanin ditandai dengan perubahan warna hijau yang

menunjukkan adanya katekol, dan perubahan warna biru-hijau yang

menunjukkan adanya pirogalol. Dimana gugus hidroksil (OH-) dari

senyawa tanin akan berikatan dengan Fe3+ sehingga terbentuk Fe(OH)3

yang berwarna hijau kehitaman.

I.3.5. Pengujian Flavonoid

Pengujian flavonoid ditandai dengan adanya perubahan warna merah

terang. Hal ini karena adanya ikatan glikosida terbentuk apabila gugus

hidroksil dari alkohol beradisi kepada gugus karbonil dari gula. Pada

hidrolisis asam, suatu glikosida terurai kembali atas komponen-

komponennya menghasilkan gula dan alkohol yang sebanding dan alkohol

yang dihasilkan disebut aglikon.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. Teori Umum

Tumbuhan umunya mengandung senyawa aktif dalam bentuk

metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, tannin, saponin,

triterpenoid dan lain-lain. Senyawa metabolits sekunder merupakan

senyawa kimia yang umumnya mempunyai kemapuan bioaktifitas dan

berfungsi sebagai pelindung tumbuhan tersebut dari gangguan hama

penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau lingkungannya (2).

Uji pendahuluan dilakukan sebagai pemeriksaan kimia pendahuluan

dari ekstrak sebelum dilakukan tahap isolasi lebih lanjut. Pemeriksaan

terhadap kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan tergantung

kepada sensitivitas dari prosedur analisis dan banyaknya kandungan

kimia senyawa yang diidentifikasi. Hasil yang negatif dari pemeriksaan uji

pendahuluan belum dapat dipastikan bahwan dalam ekstrak tidak terdapat

kandungan senyawa yang diperiksa. Hal ini kemungkinan disebabkan

karena presentasenya yang sedikit dalam tumbuhan atau karena uji

identifikasinya kurang sensitif untuk golongan senyawa tertentu. Senyawa

metabolit sekunder yang biasa ditemui didalam tumbuhan adalah

golongan senyawa alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin, tanin,

minyak atsiri, kuinon, dan kumarin. (10)


1. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan senyawa aktif tumbuhan yang

terbesar. Satu-satunya sifat alkaloid yang terpenting adalah kebasaannya.

Alkaloid mengandung atom nitrogen yang sering kali terdapat dalam cincin

heterosiklik. Penggolongan alkaloid dilakukan berdasarkan sistem

cincinnya, misalnya piridina, piperidina, indol, isokuinolina, dan tropana.

Senyawa ini biasanya terdapat dalam tumbuhan sebagai garam berbagai

senyawa organik dan sering ditangani di laboratorium sebagai garam

dengan asam hidroklorida dan asam sulfat (7).

(a) (b)

Gambar 1. (a) Alkaloid Purina (b) Caffeine

Pada bagian yang memaparkan sejarah alkaloid, jelas kiranya

bahwa alkaloid sebagai kelompok senyawa, tidak diperbolehkan definisi

tunggal tentang alkaloid. System klasifikasi yang diterima, menurut

hegnauer, alkaloid dikelompokkan sebagai alkaloid sesungguhnya,

protoalkaloid, dan pseudoalkaloid (7).

Ciri-ciri dari alkaloid antara lain :

a. Biasanya merupakan kristal tak berwarna, tidak mudah menguap, tidak

larut dalam air, larut dalam pelarut organik. Beberapa alkaloid


berwujud cair dan larut dalam air. Ada juga alkaloid yang berwarna,

misalnya berberin (kuning).

b. Bersifat basa (pahit, racun).

c. Mempunyai efek fisiologis serta aktif optis.

Dapat membentuk endapan dengan larutan asam fosfowolframat, asam

fosfomolibdat, asam pikrat, dan kalium merkuriiodida (3).

a. Alkaloid sesungguhnya

Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut

menunjukkan aktivitas phisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali

bersifat basa; lazim mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik ;

diturunkan dari asam amino ; biasanya terdapat aturan tersebut

adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan

tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid quartener, yang bersifat

agak asam dari pada bersifat basa.

b. Protoalkaloid

Protoalkaloid merupakan amin yang relative sederhana dimana

nitrogen danasam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik.

Protoalkaloid diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang

bersifat basa. Pengertian aminbiologis sering digunakan untuk

kelompok ini. Contoh, adalah meskalin, ephedindan N,N-

ditemtiltriptamin.
c. Pseudoalkaloid

Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari precursor asam amino.

Senyawa biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting

dalam khas ini, yaitu alkaloid steroidal (contoh :konessin dan purin

(kaffein)

Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan atas:

a. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik

Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang

termasukpada golongan ini adalah :

1. Alkaloid piridin-pireridin

Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang

termasuk dalam kelas ini adalah conium maculatum dari family

apiaceae dan nicotiana tabacum dari family solanacea.

2. Alkaloid tropan

Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3).

Alkaloid ini dapat mempengaruhi system saraf pusat termasuk yang

ada pada otak maupun sumsum tulang belakang. Yang termasuk

dalam kelas ini adalah atropa belladonna yang digunakan sebagai

tetes mata untuk melebarkan pupil mata, berasal dari family

solanaceae, hyoscyamusniger, dubuisiahopwoodii, datura dan

Brugmansia sp., Mandragoraoffi cinarum, alkaloid kokain dari

Erythroxylum coca (family erythroxylaceae).


3. Alkaloid quinolin

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk

disini adalah Cinchona ledgerianadari family rubiaceae, alkaloid

quinine yang toxic terhadap plasmodium vivax.

4. Alkaloid isoquinolin

Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen.Banyak

ditemukan pada family fabaceae termasuk lupines (lupines spp),

spartium junceum, Cytisus scoparius dan Sophora secondiflora.

5. Alkaloid indol

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol. Ditemukan pada

alkaloid ergine dan psilocybin, alkaloid reserpine dari rauvolfia

serpentine, alkaloid vinblastine dan vinkristin dari catharanthus roseus

family apacynaceae yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapy

untuk penyakit leukemia dan hodgkins.

6. Alkaloid imidazole

Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen.Alkaloid ini

ditemukan pada family rutaceae. Contohnya : Jaborandi piragua.

7. Alkaloid lupinan

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N, alkaloid ini ditemukan

pada Lunpinus luteus (fam : leguminocaea).


8. Alkaloid steroid

Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka

steroid yang mengandung 4 cicin karbon. Banyak ditemukan pada

famaili solananceae, Zigadenus venenosus.

9. Alkaloid amina

Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang

merupakan tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-

senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini

ditemukan pada tumbuhan Ephedra sinica.

10. Alkaloid purin

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen.Banyak

ditemukan pada kopi family rubiaceae, dan teh (camellia sinensis) dari

family theaceae, llex paraguaricasis dari family aquifoliaceae,

paullunia cupana dari family sapindaceae, cola nitida dari family

sterculiaceae dan Theobroma cacao.

b. Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosiklik

Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada

salah satu atom karbon pada rantai samping.

1. Alkaloid efedrin (alkaloid amine)

Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom nitrogen pada

salah satu atom karbon pada rantai samping.Termasuk mescallin dari

Lophophora williamsii, Trichocereus pachanoi, Sophora secundiflora,


Agave Americana, Agave atrovirens, Ephedra sinica, Cholchicum

autumnale.

2. Alkaloid capsaicin

Dari Chile peppers, genus capsicum. Yaitu ; Capsicum pubescens,

Capsicum baccatum, Capsicum annuum, Capsicum frutescens.

2. Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang tersebar luas di

alam, sesuai struktur kimianya yang termasuk flavonoid yaitu flavonol,

flavon, flavanon, katekin, antosianidin dan kalkon.Golongan flavonoid

dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-C6. Artinya,

kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzene

tersubstitus) disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon.

Pengelompokan flavonoid debedakan berdasarkan cincin heterosklik-

oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar menurut pola yang

berlainan pada rantai C3 (8).

(a) (b)

Gambar.2. (a) Flavonoid (b) Neoflavonoid

Flavonoid mengandung system aromatik yang terkonjugasi dan

karena itu menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spectrum UV dan

spectrum tampak.Akhirnya flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan,


terkait pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid yang mana pun

mungkin saja terdapat dalam satu tumbuhan dalam beberapa bentuk

kombinasi glikosida.Karena alasan itu, maka dalam menganalisis

flavonoid biasanya lebih baik bila kita memeriksa aglikon yang terdapat

dalam ekstrak tumbuhan yang telah dihirolisis sebelum memperhatikan

kerumitan glikosida yang mungkin terdapat dalam ekstrak asal (3).

3. Tanin

Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yang termasuk ke

dalam golongan polifenol. Senyawa tanin ini banyak di jumpai pada

tumbuhan. Tanin dahulu digunakan untuk menyamakkan kulit hewan

karena sifatnya yang dapat mengikat protein. Selain itu juga tanin dapat

mengikat alkaloid dan glatin.Tanin secara umum didefinisikan sebagai

senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup tinggi (lebih dari

1000) dan dapat membentuk kompleks dengan protein. Berdasarkan

strukturnya, tanin dibedakan menjadi dua kelas yaitu tanin terkondensasi

(condensed tannins) dan tanin-terhidrolisiskan (hydrolysabletannins) (10,

12).

Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks. Hal ini dikarenakan

sifat tanin yang sangat kompleks mulai dai pengendap protein hingga

pengkhelat logam. Maka dari itu efek yang disebabkan tanin tidak dapat

diprediksi. Tanin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis. Maka

dari itu semua penelitian tentang berbagai jenis senyawa tanin mulai dilirik

para peneliti sekarang (11).


Gambar.3. Tanin

4. Saponin

Saponin adalah suatu glikosida alamiah yang terikat dengan steroid

atau triterpena. Saponin mempunyai aktifitas farmakologi yang cukup luas

diantaranya anti tumor, anti inflamasi, antivirus, anti jamur, hipoglikemik,

dan lain-lain. Saponin bisa diisolasi dari binatang tingkat rendah, tetapi

bisa ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Namanya diambil dari Genus

suatu tumbuhan yaitu Saponaria, akar dari famili Caryophyllaceae dapat

dibuat sabun (8)

Saponin terdiri dari Sapogenin yaitu bagian bebas dari Glikosida yang

disebut juga Aglycone. Sapogenin mengikat sakarida yang panjangnya

bervariasi dari monosakarida hingga mencapai 11 unit monosakarida.

Karena Sapogenin yang bersifat lipofilik serta sakarida yang hidrofilik

maka saponon bersifat amfifilik. Dengan demikian, saponi dapat

membentuk busa dan merusak membran sel karena bisa membentuk

ikatan dengan lipida dari membran sel (9)

Tipe dan macam saponin berbeda tergantung banyak faktor, misalnya

spesies, umur tanaman dan bagian tanaman. Selain itu juga bisa
dipengaruhi cuaca, macam tanah, sinar matahari, tempat bercocok tanam

dan banyak lagi. Dalam satu spesies mungkin mengandung lebih dari satu

macam Saponin (9).

Gambar.4. Saponin

5. Steroid

Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis

yang dapat dihasil reaksi penurunan dari terpena atau skualena. Steroid

merupakan kelompok senyawa yang penting dengan struktur dasar

sterana jenuh dengan 17 atom karbon dan 4 cincin. (10)

Senyawa yang termasuk turunan steroid, misalnya kolesterol,

ergosterol, progesteron, dan estrogen. Pada umunya steroid berfungsi

sebagai hormon. Steroid mempunyai struktur dasar yang terdiri dari 17

atom karbon yang membentuk tiga cincin sikloheksana dan satu cincin

siklopentana. Perbedaan jenis steroid yang satu dengan steroid yang lain

terletak pada gugus fungsional yang diikat oleh ke-empat cincin ini dan

tahap oksidasi tiap-tiap cincin. Lemak sterol adalah bentuk khusus dari

steroid dengan rumus bangun diturunkan dari kolestana dilengkapi gugus

hidroksil pada atom C-3, banyak ditemukan pada tanaman, hewan dan
fungsi. Semua steroid dibuat di dalam sel dengan bahan baku berupa

lemak sterol, baik berupa lanosterol pada hewan atau fungsi, maupun

berupa sikloartenol pada tumbuhan. (13)

Gambar.5. Steroid

6. Terpenoid

Terpenoid merupakan komponen-komponen tumbuhan yang

mempunyai bau dan dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan

yang disebut minyak atsiri. Minyak atsiri yang berasal dari bunga pada

awalnya dikenal dari penentuan struktur secara sederhana, yaitu dengan

perbandingan atom hidrogen dan atom karbon dari senyawa terpenoid

yaitu 8:5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa

senyawa tersebut adalah golongan terpenoid.

Minyak atsiri bukanlah senyawa murni akan tetapi merupakan

campuran senyawa organik yang kadang kala terdiri dari lebih besar dari

25 senyawa atau komponen yang berlainan. Sebagian besar komponen

minyak atsiri adalah senyawa yang hanya mengandung karbon, dan

hidrogen atau karbon, hidrogen dan oksigen yang tidak bersifat aromatik

yang secara umum disebut terpenoid. (10)


Triterpenoid merupakan komponen tumbuhan yang mempunyai

baud dan dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan sebagai

minyak atsiri. Triterpenoid terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 5 yang

bergabung dengan siklik 5 atau berupa siklik 6 yang mempunyai gugus

pada siklik tertentu. Senyawa ini paling umu ditemukan pada tumbuhan

berbiji, bebas dan sebagai glikosida.Triperpena alcohol monohidroksi

dalam tumbuhan tidak dibarengi oleh pigmen, sedangkan triterpenadiol

berada bersama-sama dengan karotenoid dan triterpena asam dengan

flavonoid.

Gambar.6. Triterpen

II. 2. Klasifikasi Tanaman

II. 2.1 Jatropha Folium

1. Klasifikasi Jatropha curcas L.

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Jatropha

Spesies : Jatropha curcas L.

2. Kandungan Kimia

Adapun kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman jarak pagar :

Getah : mengandung flavonoid dan saponin serta kandungan jatrophie

yang bersifat antijamur

Daun : senyawa kaemfesterol, sitosterol, stigmasterol, amirin dan

teraksrol.

Biji : -glukanase yang memiliki aktivitas antifungi, toksalbumin dan

curcin yang tidak hanya memiliki aktivitas sebagai antifungi, tetapi

kandungan kimia ini juga bermanfaat sebagai antikanker.

Ampas dari Biji Jarak yang sudah diperas minyaknya mengandung

nitrogen, fosfat dan kalium.

Kulit Batang : mengandung tanin, malam, resin dan saponin.

3. Khasiat

Tanaman jarak pagar umumnya digunakan sebagai obat antiradang,

peluruh kemih, mrnghilangkan panas, menghilangkan sakit, menetralkan

racun, untuk pengobatan kencing manis, hipertensi, asam urat tinggi,

influenza, sakit tenggorokan, bronkhitis, batuk reejan, dan radang buah

zakar (orchitis).
II.2.2 Physalis Caulis

1. Klasifikasi Physalis angulata L.

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Physalis

Spesies : Physalis angulata L.

2. Kandungan Kimia

Senyawa-senyawa aktif yang terkandung dalam ciplukan antara lain

saponin, flavonoid, polifenol, dan fisalin. Komposisi detail pada beberapa

bagian tanaman, antara lain:

a. Herba : Fisalin B, Fisalin D, Fisalin F, Withangulatin A

b. Biji : 12-25% protein, 15-40% minyak lemak dengan komponen

utama asam palmitat dan asam stearat.

c. Akar : alkaloid

d. Daun : glikosida flavonoid (luteolin)

e. Tunas : flavonoid dan saponin


3. Khasiat

Akar tumbuhan ciplukan pada umumnya digunakan sebagai obat

cacing dan penurun demam. Daunnya digunakan untuk penyembuhan

patah tulang, busung air, bisul, borok, penguat jantung, keseleo, nyeri

perut, dan kencing nanah. Buah ciplukan sendiri sering dimakan; untuk

mengobati epilepsi, tidak dapat kencing, dan penyakit kuning.


BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah beaker,

chamber, gelas ukur, Lempeng silica, penangas air, pipet tetes, plat tetes,

rak tabung, semprotan H2SO4, sendok tanduk besi, tabung reaksi, UV 254

dan 366.

III.1.2 Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam metode ini adalah

ekstrak daun jarak pagar (Jatropha curcas) dan batang ciplukan (Physalis

angulata), HCl 2N, H2SO4, FeCl3, reagen Wagner, Meyer, Dragendorff, LB,

AlCl3 5%, NaCl,dan aquadest.

III.2 Cara Kerja

III.2.1 Metode tabung

a. Uji Alkaloid

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dimasukkan ekstrak kedalam tabung reaksi

3. Ditambahkan 1 ml HCl 2N dan 10 ml aquadest

4. (Langkah 1-3 dilakukan pada 3 tabung berbeda) Ditambahkan

masing-masing reagen Dragendorff, Mayer, dan Wagner

5. Diamati perubahan warna


b. Uji Flavonoid

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dimasukkan ekstrak kedalam tabung reaksi

3. Ditambahkan 2 ml AlCl3 5%,

4. Dipanaskan selama 5 menit

5. Diamati perubahan warna

c. Uji Saponin

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dimasukkan ektrak kedalam tabung reaksi

3. Ditambahkan 10 ml air panas lalu dikocok selama 10 menit

4. Ditambahkan HCl 2N sebanyak 2 ml

5. Diamati pembentukan busa

d. Uji steroid/ Terpenoid

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dimasukkan ektrak kedalam tabung reaksi

3. Ditambahkan pelarut Liebermann- Bouchard

4. Diamati perubahan warna

e. Uji Tanin

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dimasukkan ektrak kedalam tabung reaksi

3. Ditambah 10ml air panas lalu dikocok

4. Ditambah NaCl, saring

5. Filtrat ditambah FeCl3


6. Diamati perubahan warna.

III.2.2 Metode Semprot

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dijenuhkan chamber dengan pelarut yang sudah baik pada

percobaan KLT

3. Ditotolkan ekstrak awal pada lempeng

4. Disemprot H2SO4

III.2.1 Pembuatan Larutan Uji

a. Wagner

1. Ditimbang 4 g kalium iodida

2. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer

3. Dicampurkan iodida 2

4. Dilarutkan dengan aquades 100 ml

b. Mayer

1. Dtimbang 1,4 g raksa (II) klorida

2. Dilarutkan raksa (II) klorida dengan air 60 ml

3. Ditimbang 5 g KI, dilarutkan dengan 10 ml air

4. Dicampurkan kedua bahan tersebut dan ad dengan 100 ml air.

c. Dragendroff

1. Ditimbang 0,8 g Bismuth (II) nitrat dilarutkan dengan 20 ml asam

nitrat pekat

2. Ditimbang 27,2 g KI dilarutkan dengan 50 ml air

3. Kedua bahan tersebut di ad 100 ml


d. Leibermann Bauchard

1. Diambil 20 bagian asam asetat anhidrat dan ditambahkan 1 bagian

asam sulfat pekat

2. Untuk penyemprot, 50 bagian kloroform ditambahkan 20 bagian

asam asetat anhidrat dan 1 bagian H2SO4 (dibuat segar)

e. HCl 2 N

1. 22,5 g HCl P diencerkan dengan air suling (aquadest) ad 100 ml

f. Vanilin Asam Sulfat

1. Ditimbang 0,45 g vanilin

2. Dilarutkan dengan 15 ml asam asetat glasial

3. Ditambahkan 85 ml metanol

4. Ditambahkan asam sulfat pekat 5 ml


BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV. 1 Tabel Pengamatan

JENIS PENGUJIAN

CIPLUKAN JARAK PAGAR

+ ALKALOID -

- FLAVONOID -

+ SAPONIN +

+ STEROID +

+ TANIN +

IV.2 Gambar Pengamatan

LABORATORIUM FITOKIMIA LABORATORIUM FITOKIMIA


FAKULTAS FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN UNIVERSITAS HASANUDDIN

KET : Uji Tabung Alkaloid KET : Uji Tabung Alkaloid


Wagner. Sampel Ciplukan. Dragendorff. Sampel Ciplukan.
LABORATORIUM FITOKIMIA LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN UNIVERSITAS HASANUDDIN

KET : Uji Tabung Alkaloid Mayer. KET : Uji Tabung Saponin.


Sampel Ciplukan. Sampel Ciplukan.

LABORATORIUM FITOKIMIA LABORATORIUM FITOKIMIA


FAKULTAS FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN UNIVERSITAS HASANUDDIN

KET : Uji Tabung Steroid. KET : Uji Tabung Alkaloid.


Sampel Ciplukan. Sampel Jarak Pagar.

LABORATORIUM FITOKIMIA LABORATORIUM FITOKIMIA


FAKULTAS FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN UNIVERSITAS HASANUDDIN

KET : Uji Tabung Flavonoid.


KET : Uji Tabung Tanin.
Sampel Jarak Pagar.
Sampel Jarak Pagar.
LABORATORIUM FITOKIMIA LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN UNIVERSITAS HASANUDDIN

KET : Uji Tabung Saponin. KET : Uji Tabung Steroid.


Sampel Jarak Pagar. Sampel Jarak Pagar.

LABORATORIUM FITOKIMIA LABORATORIUM FITOKIMIA


FAKULTAS FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN UNIVERSITAS HASANUDDIN

KET : Uji Semprot. KET : Uji Semprot.


Sampel Jarak Pagar. Sampel Ciplukan.
BAB V

PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakukan pengujian fitokimia atau uji

pendahuluan untuk mengetahui senyawa-senyawa yang terkandung

didalam ekstrak daun jarak pagar (Jatropha curcas) dan batang ciplukan

(Physalis angulata).

Berdasarkan literatur kandungan senyawa yang terdapat dalam

sampel daun jarak pagar adalah flavonoid, saponin, epigenin, vitexin,

senyawa poliofenol dan tanin. Untuk sampel batang ciplukan berdasarkan

literatur mengandung flavonoid, polifenol, alkaloid, flavonoid dan saponin.

Pada uji alkaloid untuk sampel daun jarak pagar diperoleh hasil

negatif mengandung alkaloid karena setelah penambahan reagen uji tidak

menunjukkan perubahan warna yang signifikan dan untuk sampel batang

ciplukan diperoleh hasil positif karena setelah penambahan reagen

Dragendroff dan Wagner keduanya memberikan hasil positif yakni

masing-masing memberi warna jingga dan cokelat, kecuali pada

penambahan reagen Mayer, diperoleh hasil negatif. Adapun uji alkaloid ini

memberikan hasil sesuai dengan masing-masing literatur dari sampel.

Pada uji alkaloid ini penambahan HCl ditujukan karena sifat alkaloid yang

bersifat basa sehingga biasanya diekstrak dengan pelarut yang

mengandung asam.

Hasil positif pada uji Wagner ditandai dengan terbentuknya

endapan cokelat muda sampai kuning. Diperkirakan endapan tersebut


adalah kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi wagner, iodin bereaksi

dengan ion I- dari kalium iodida menghasilkan ion I3- yang berwarna

cokelat. Pada uji wagner, ion K+ akan membentuk ikatan kovalen

koordinat dengan nitrogen pada alkaloid membentuk kompleks kalium-

alkaloid yang mengendap.

Hasil positif alkaloid pada uji Dragendroff juga ditandai dengan

terbentuknya warna jingga. Endapan tersebut adalah kalium-alkaloid.

Pada pembuatan pereaksi Dragendorff, bismuth nitrat dilarutkan dalam

HCl agar tidak terjadi reaksi hidrolisis karena garam-garam bismuth

mudah terhidrolisis membentuk ion bismutil (BiO+) agar ion Bi3+ tetap

berada dalam larutan, maka larutan itu ditambah asam sehingga

kesetimbangan bergeser ke kiri. Selanjutnya ion Bi3+ dari bismut nitrat

bereaksi dengan kalium iodida membentuk endapan hitam Bismut (III)

iodida yang kemudian melarut dalam kalium iodida berlebih membentuk

kalium tetraiodobismutat. Pada uji alkaloid dengan pereaksi Dragendorff,

nitrogen digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan K +

yang merupakan ion logam.

Pada uji Flavonoid diperoleh hasil negatif untuk masing-masing

sampel dan hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menunjukkan bahwa

kedua sampel seharusnya mengandung flavonoid.

Uji saponin pada ekstrak ciplukan dan jarak pagar meberikan hasil

positif yang ditandai dengan terbentuknya busa setelah pengocokan dan

tetap berbusa setelah penambahan HCl 2N. Timbulnya busa pada uji ini
menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan

membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan

senyawa lainnya. Busa yang timbul disebabkan karena senyawa saponin

mengandung senyawa yang larut dalam air (hidrofilik) dan senyawa yang

larut dalam pelarut nonpolar (hidropobik) sebagai surfaktan yang dapat

menurunkan tegangan permukaan.

Pada uji steroid/ terpenoid yang dilakukan dengan penambahan

reagen Liebermann Bouchard. Untuk kedua sampel menunjukkan hasil

positiff mengandung steroid yaitu terbentuk warna hijau. Hal ini terjadi

karena terjadi reaksi bolak-balik antara kalium iodobismutat dengan ion-

ionnya,setelah direaksikan dengan asam asetat glasial dan asam sulfat

pekat sehingga menghasilkan warna hijau.

Pada uji Tanin, ekstrak ditambhakan FeCl3 kedua sampel

memberikan hasil yang positif mengandung katekol yang ditandai dengan

terbentuk warna hijau, hal ini disebabkan karena gugus hidroksil (OH -) dari

senyyawa tanin akan berikatan dengan Fe 3+ sehingga terbentuk Fe(OH)3

yang berwarna hijau kehitaman.

Pada hasil yang diperoleh untuk masing-masing pengujian

diperoleh hasil yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan literatur dapat

disebabkan oleh beberapa faktor kesalahan seperti:

1. Ekstrak yang digunakan terlalu sedikit,

2. Kurang teliti membaca hasil,


3. Warna dasar dari ekstrak berwarna hijau, sehingga memberikan hasil

yang kurang signifikan.


REAKSI KIMIA

a. Reaksi umun uji alkaloid

1) Reaksi uji Wagner

2) Reaksi Uji Meyer

3) Reaksi Uji Dragendroff


b. Uji Flavonoid

Reaksi antara senyawa Flavonoid dengan Mg-HCl

Reaksi senyawa Flavonoid dengan NaOH


c. Uji Steroid/ Terpenoid

d. Uji Tanin

e. Uji saponin
BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan hasil yang diperoleh pada percobaan Uji

Pendahuluan dapat disimpulkan bahwa pada sampel jarak pagar dan

ciplukan positif mengandung saponin dan tanin sesuai pada literatur,

adapun senyawa yang memberi hasil negatif dapat disebabkan karena

faktor kesalahan.

VI.2 Saran

Kelengkapan alat dan bahan dimaksimalkan sebelum

memulai praktikum untuk menjaga kelancaran saat praktikum. Serta

arahan dan bimbingan dari asisten sangat dibutuhkan demi lancarnya

kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

1. Guenther E. 1987. Minyak Atsiri Jilid 1. Terjemahan S. Keteren

2. Dirjen POM. 1986. "Sediaan Galenik", Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

3. Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi

Analisi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

4. Ditjen POM. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI. 1979

5. Anonim. Alkaloid : Senyawa Organik Terbanyak di

Alam. www.chem-is-try.org. Diakses tgl 3 april 2015

6. Sovia Lenny. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoida dan

Alkaloida.http://library.usu.ac.id/download/fmipa/06003489.pdf.

diakses tgl 3 april 2015

7. Tyler, V.E., Brady, L.R., Robbers, J.E. 1988. Pharmacognosy, 9th

ed., Lea & Febiger. Philadelphia.

8. Purwanti, E. 2010. Uji Kandungan Saponin pada Tanaman

Gambas.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23

253/Chapter%20II.pdf. Medan: Universitas Sumatera Utara.

9. Farnsworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of

Plants. Journal of Pharmaceutical Sciences. Volume 55. No.3.

Chicago: Reheis Chemical Company.


10. Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia. Penerjemah: Kosasih

Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: Penerbit ITB.

11. Hagerman, Ann, E. 2002. Tannin Handbook. Miami University.USA

12. HAGERMAN A.E., ROBBINS C.T., WEERASURIYA Y., WILSON

T.C., McARTHUR C., 1992. Tannin chemistry in relation to

digestion. J Range Manage 45, 57-62.

13. Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi.

Penerjemah: K. Padmawinata, K. Edisi IV. Bandung: ITB Press.

14. Ahmeda, A., Ismail, Z., and Gabriel, A., 2005, Antioxidants
properties of Phyllanthus niruri (Dukung Anak) Extracts, Malaysian
Journal of Science, 24(1), 195-200.

15. Munjrekar, A.P., Jisha, V., Bag, P.P., Adhikary, B., Pai, M.M.,
Hegde, A. and Nandini, M., 2008, Effect of Phyllanthus niruri Linn.
treatment on liver, kidney and testes in CCl4 induced hepatotoxic
rats, Indian J. Exp. Biol., 46, 514-520
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM


PARTISI

OLEH
KELOMPOK TIGA (3)

GOLONGAN SELASA PAGI

MARIA DESI GEVIANY N111 13 340

DEWI DATU SARIRA N111 13 507

FAJRIN ALAMSAH N111 13 318

SATRIA ASTASAURY A. N111 13 522

ERNA SOLE N111 13 030

RANI KARTIKA P. N111 13 073

MARTINCE KONDJOL N111 12 291

ASISTEN : ISMUL AZHAM R.


MAKASSAR
2015
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM


KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

OLEH
KELOMPOK TIGA (3)

GOLONGAN SELASA PAGI

MARIA DESI GEVIANY N111 13 340

DEWI DATU SARIRA N111 13 507

FAJRIN ALAMSAH N111 13 318

SATRIA ASTASAURY A. N111 13 522

ERNA SOLE N111 13 030

RANI KARTIKA P. N111 13 073

MARTINCE KONDJOL N111 12 291

ASISTEN : HELVI SULISTIANI


MAKASSAR
2015
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM


DENSITOMETRI

OLEH
KELOMPOK TIGA (3)

GOLONGAN SELASA PAGI

MARIA DESI GEVIANY N111 13 340

DEWI DATU SARIRA N111 13 507

FAJRIN ALAMSAH N111 13 318

SATRIA ASTASAURY A. N111 13 522

ERNA SOLE N111 13 030

RANI KARTIKA P. N111 13 073

MARTINCE KONDJOL N111 12 291

ASISTEN : ABDUL HAMID


MAKASSAR
2015

Anda mungkin juga menyukai