“Analisis Kualitatif Alkaloid, Terpenoid, Saponin, Tanin dan Steroid Simplisia Daun
Pepaya ( Carica papaya L., )
Yulianita, M.Farm.
Disusun Oleh:
066118034
LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Mengetahui kandungan metabolit sekunder pada simplisisa daun papaya
a. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa organik siklik yang mengadung nitrogen dengan bilangan
oksidasi negatif, yang penyebarannya terbatas pada makhluk hidup. Alkaloid juga
merupakan golongan zat metabolit sekunder yang terbesar, yang pada saat ini telah
diketahui sekitar 5500 buah. Alkaloid pada umunya mempunyai keaktifan fisiologi yang
menonjol, sehingga oleh manusia alkaloid sering dimanfaatkan untuk pengobatan. Struktur
dari alkaloid beranekaragam, dari mulai alkaloid berstruktur sederhana sampai yang rumit.
Salah satu alkaloid yang mempunyai struktur tersederhana adalah nikotina, tetapi nikotina
ini dampak fisiologinya cukup besar.
Banyak alkaloid bersifat terpenoid dan beberapa sebaiknya ditinjau dari segi
biosintesis sebagai terpenoid termidifikasi, misalnya solanin, alkaloid-alkaloid kentang,
Solanum tuberosum. Banyak sekali alkaloid yang khas pada suatu tumbuhan atau beberapa
tumbuhan sekerabat, sehingga nama alkaloid sering diturunkan dari sumber tumbuhan
penghasilnya. Misalnya alkaloid Atropa atau alkaloid tropana, dan sebagainya.
d. Tanin
Tanin tersebar luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat
khusus dalam jaringan kayu. Dalam industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari
tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai
karena kemampuannya menyambung silang protein.
Di dalam tumbuhan, letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma, tetapi
bila jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya, maka reaksi penyamakan dapat
terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pecernaan hewan.
Sebagian besar tumbuhan yang banyak bertanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan
karena rasanya yang sepat.
BAB II
METODE KERJA
2.1.1 Alat
1. Botol Maserasi
2. Beaker glass
3. Cawan uap
4. Timbangan analitik
5. Waterbath
2.1.2 Bahan
Alkaloid
Flavonoid
Terpenoid
Steroid
1. Dimasukkan 2 ml ekstrak etanol daun pepaya dan 2 ml n-heksan ke dalam tabung reaksi
2. Dikocok
3. Lapisan n-heksan ditetesi dengan pereaksi Lieberman-burchard dan diamati perubahan
warna
Saponin
1. Dimasukkan 0,5 gram simplisia kering daun pepaya ke dalam tabung reaksi
2. Ditambahkan 10 ml aquadest
3. Dikocok selama 10 menit sampai terbentuk busa
4. Ditetesi dengan HCl 2N kemudian amati busa
Tanin
Pereaksi mayer
Flavonoid
Terpenoid
Steroid
Saponin
4.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini adalah mengenai skrining fitokimia simplisia daun papaya
(Carica papaya). Metabolit sekunder yang duji diantaranya adalah alkaloid, flavonoid,
terpenoid, saponin, steroid dan tanin. Metode skrining fitokimia secara kualitatif
inidilakukan melalui reaksi warna dengan menggunakan suatu pereaksi tertentu.
Pereaksi Dragendorff ini dibuat dengan cara melarutkan bismut subnitrat dengan
asam asetat dan air. Penambahan bismuth subnitrat dengan asam asetat ini tujuannya agar
tidak terjadi hidrolisis. Hal ini karena garam-garam bismut mudah terhidrolisis membentuk
ion bismutil (BiO+ ). Oleh karena itu, sgar ion Bi3+ tetap berada dalam larutan maka
larutan itu ditambah asam sehingga kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri. Selanjutnya
ion Bi3+ dari bismut nitrat bereaksi dengan kalium iodida membentuk endapan hitam
Bismut(III) iodida yang kemudian melarut dalam kalium iodida berlebih membentuk
kalium tetraiodobismutat. Pereaksi ini berwarna jingga. Alkaloid, jika ada dalam larutan
sampel, akan bereaksi dengan pereaksi Dragendorff dan menghasilkan endapan jingga.
Pada pengujian alakaloid ekstrak etanol daun papaya dengan pereaksi dragendorf ini
menghasilkan endapan jingga yang menandakan bahwa daun papaya positif alkaloid.
Pada uji dengan reagen mayer yang mengandung kalium iodida dan merkuri klorida
(kalium tetraiodomerkurat(II)) menghasilkan endapan berwarna putih yiatu kompleks
kalium-alkaloid. Nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium
tetraiodomerkurat(II) membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap. Pereaksi
Meyer ini dibuat dengan cara menambahkan HgCl2 dengan Kalium Iodida yang kemudian
dilarutkan dan diencerkan dengan akuades. larutan ini akan membentuk endapan merah
mercury mercury(II) iodide.
Pada pengujian senyawa tanin dengan menggunakan pereaksi besi (III) klorida
menghasilkan warna hitam kehijauan. Terjadinya pembentukan warna hijau ini karena
terbentuknya senyawa kompleks antara logam Fe dan tanin. Senyawa kompleks terbentuk
karena adanya ikatan kovalen koordinasi antara ion atau atom logam dengan atom
nonlogam. Terjadinya warna biru kehitaman menunjukkan adanya tanin galat sedangkan
warna hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin katekol. Pada penambahan larutan FeCl3
bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang ada pada senyawa tannin. Terbentuknya
senyawa kompleks antara tanin dan FeCl3 karena adanya ion Fe3+ sebagai atom pusat dan
tanin memiliki atom O yang mempunyai pasangan elektron bebas yang bisa
mengkoordinasikan ke atom pusat sebagai ligannya. Ion Fe3+ pada reaksi di atas mengikat
tiga tanin yang memiliki 2 atom donor yaitu atom O pada posisi 4’ dan 5’ dihidroksi,
sehingga ada enam pasangan elektron bebas yang bisa dikoordinasikan ke atom pusat.
Atom O pada posisi 4’ dan 5’ dihidroksi memiliki energi paling rendah dalam pembentukan
senyawa kompleks, sehingga memungkinkan menjadi sebuah ligan.
BAB V
KESIMPULAN
Ekstrak etanol daun papaya mengandung senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid,
flavonoid, terpenoid, steroid dan tannin.
Senyawa aktif yang terkandung dalam daun pepaya adalah tanin, alkaloid, flavonoid,
steroid, dan saponin. Senyawa alkaloid dari ekstrak etanol daun pepaya memiliki
aktivitas antibakteri, namun aktivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan ekstrak
etanol daun papaya.
DAFTAR PUSTAKA
Bora, A. M. A. B. 2012. Vermisidal dan Ovisidal Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.)
Terhadap Cacing Ascaris suum Secara In Vitro. (Skripsi). Denpasar: Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana, pp. 23, 24, 26, 42
Depkes RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia Edisi 1. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Hal. 8-9, 10-12.
Krisyanella, Dachriyanus, Marlina. 2009. Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak Serta Isolasi
Senyawa Aktif Antibakteri dari Daun Karamunting ( Rhodomyrtus tomentosa
(W.Ait ) Hassk. Padang: Fakultas Farmasi Universitas Andalas
Milind, P., dan Gurditta. 2011. Basketful Benefits of Papaya. IRJP, 2(7): 6-12.
Nirosha, N., dan R. Mangalanayaki. 2013. Antibacterial Activity of Leaves and Stem
Extract of Carica papaya L. IJAPBC, 2(3): 475.