Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

“ISOLASI DAN ANALISIS ALKALOID I (KOFEIN)”


PRAKTIKUM H

DISUSUN OLEH :

1. YUSNIARTI RAMBU KAMBA IPU (26206274A)


2. HANIFAH KULTSUM FATIMAH (26206275A)
3. NOPIA PRYNANDA TAMPUBOLON (26206278A)
4. LARASATI RAMBU OTU (26206285A)
5. DYAH AYU SETIANINGSIH (26206282A)
6. JEANNY HINA PARI (26206289A)
7. BAYU AJI PAMUNGKAS (26206286A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
2022/2023
I. TUJUAN
Mahasiswa diharapkan dapat mengisolasi alkaloid kafein dari teh dan
menganalisisnya.

II. PENDAHULUAN
Teh adalah suatu bahan pangan yang bisa diolah menjadi sebuah produk.
Untuk mereduksi resiko kanker pencernaan dengan mengkonsumsi sepuluh cangkir
atau lebih teh hijau. Kemudian dengan mengkonsumsi teh hijau secara teratur, dua
sampai empat gelas sehari dapat menstimulasi terjadinya penurunan tekanan darah
(Husain, 2014). Teh memiliki manfaat diantaranya dalam mencegah dan pengobatan
penyakit karena bersifat antibakteri dan antioksidan (Dianita, 2015).
Alkaloid adalah basa organik yang mengandung amina sekunder, tersier atau
siklik. Diperkirakan ada 5500 alkaloid telah diketahui, dan alkaloid merupakan
golongan senyawa metabolit sekunder terbesar dari tanaman, Tidak ada satupun
definisi yang memuaskan tentang alkaloid, tetapi alkaloid umumnya mencakup
senyawa senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen,
biasanya sebagai bagian dari sistem siklik. Secara kimia, alkaloid adalah golongan
yang sangat heterogen berkisar dari senyawa-senyawa yang sederhana seperti coniine
sampai ke struktur pentasiklik strychnine. Banyak alkaloid adalah terpenoid di alam
dan beberapa adalah steroid. Lainnya adalah senyawa-senyawa aromatik, contohnya
colchicine (Utami, 2008).
Kafein merupakan alkaloid dari golongan metilxantin yang diketahui memiliki
aktivitas farmakologi yakni menstimulasi sistem saraf pusat. Kafein terdistribusi
setidaknya pada 63 jenis tumbuhan yang ada di alam baik pada bagian daun, biji dan
buah. Sumber utama kafein adalah kopi, kola dan teh (Verawati, 2014).
Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam biji kopi,
daun teh, dan biji coklat Kafein memiliki efek farmakologis yang bermanfaat secara
klinis, seperti menstimulasi susunan saraf pusat, relaksasi otot polos terutama otot
polos bronkus dan stimulasi otot jantung. Berdasarkan efek farmakologis tersebut,
kafein ditambahkan dalam jumlah tertentu ke minuman. Efek berlebihan (overdosis)
mengkonsumsi kafein dapat menyebabkan gugup, gelisah, tremor, insomnia,
hipertensi, mual dan kejang. Berdasarkan FDA (Food Drug Administration) dosis
kafein yang diizinkan 100- 200 mg/hari, sedangkan menurut SNI 01- 7152-2006 batas
maksimum kafein dalam makanan dan minuman adalah 150 mg/hari dan 50
mg/sajian. Kafein sebagai stimulan tingkat sedang (mild stimulant) memang
seringkali diduga sebagai penyebab kecanduan. Kafein hanya dapat menimbulkan
kecanduan jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan rutin. Namun kecanduan
kafein berbeda dengan kecanduan obat psikotropika, karena gejalanya akan hilang
hanya dalam satu dua hari setelah konsumsi (Kesia, 2013).
Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi,
daun teh, daun mete biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman penyegar. Kafein
memiliki berat molekul 194,19 gram/mol dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan ph
6,9 (larutan kafein 1% dalam air).

Secara ilmiah, efek langsung dari kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak
ada, tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya seperti menstimulasi pernapasan dan
jantung, serta memberikan efek samping berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat
tidur (insomnia), dan denyut jantung tak beraturan (tachycardia) (Brown, 1998).
III. PROSEDUR KERJA
A. Analisis Golongan Alkaloid
B. Isolasi Kafein
C. Analisis Hasil Isolasi Kafein
IV. AlAT DAN BAHAN
Alat
1. Erlenmeyer 250 mL

2. Gelas Ukur

3. Beaker Glass

4. Batang Pengaduk

5. Corong Glass
6. Corong Pisah

7. Cawan Porselin

8. Vial

9. Seperangkat KLT
Bahan
1. Theae Folium

2. MgO/CaO

3. NaOH

4. Aquades

5. CHCL3
6. Metanol

7. Kapas

8. Lempeng Silika Gel GF254


V. HASIL
A. Analisis Golongan Alkaloid

Sampel Uji Dragendorf Uji Mayer Uji Bouchardat +/-

Serbuk teh - - + +

B. Hasil Isolasi Kafein


1. Organoleptik

Organoleptik Hasil Teoritis Pustaka yang digunakan


Isolasi

Bentuk Jarum Jarum Skripsi: Pengaruh


Konsentrasi Air Seduhan
Warna Putih Putih Teh Hitam Sifat
Fisikokimia dan
Rasa Pahit Pahit Organoleptik Permen
Jelly Teh Hitam
Bau Tajam Khas aromatik
Penulis: EM Gunawan
https://core.ac.uk/downlo
ad/pdf/84753880.pdf

2. Rendeman
Kandungan teoritis kafein dalam simplisia = 2-5% dari berat kering.
Bobot serbuk simplisia = 50 gram
Bobot ekstrak kasar = 0,3263 gram
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑟𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙
Rendemen ekstrak kasar = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
× 100%
0,3263
= 50
× 100%

= 0,6526 %

Bobot kristal = 0,3145 gram


𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑟𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙
Rendeman = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
× 100%
0,3145
= 50
× 100%

= 0,629 %
3. Identifikasi KLT
Fase diam : Silika gel GF 254
Fase gerak : 𝐶𝐻𝐶𝑙3 : metanol (1:1)

Pereaksi pendeteksi : iodin alkohol, HCl-alkohol

Kode Rf Warna Noda


Bercak
Visual UV 254 Pereaksi
nm Iodin alkohol
HCl-alkohol

B 0,92 Biru gelap Kuning

I 0,92 Biru gelap Kuning

Hasil KLT setelah diberikan pereaksi:


VI. PEMBAHASAN
A. Analisis Golongan Alkaloid
Pada praktikum kali ini percobaan yang dilakukan adalah tentang
ekstraksi kafein dari bahan alam yaitu daun teh yang sudah berbentuk serbuk
dan pemurnian dilakukan dengan menggunakan teknik kristalisasi. Dalam
ekstraksi kafein yang digunakan adalah teh, karena teh mengandung kafein
paling banyak dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya seperti tanaman
kopi dan coklat. Komponen utama daun teh ialah selulosa terutama dalam sel
tanaman, selulosa merupakan polimer dari glukosa, tidak larut dalam air, tapi
tidak mengganggu proses isolasi. Kafein terdapat 5% dalam daun teh. Kafein
larut dalam air, dan merupakan zat utama yang diekstraksi dalam larutan teh.
Kafein dapat diekstraksi dari larutan teh yang sifatnya basa dengan
pelarut kloroform. Warna coklat dari larutan teh disebabkan karena adanya
pigmen dari flavonoid dan klorofil sebagai hasil oksidasi. Fungsi dari
ditambahkannya NaOH adalah untuk menghilangkan warna asli dari ekstrak
dan menetralkan kelebihan asam sulfat serta memberikan suasana basa
sehingga kafein mudah larut dalam kloroform.
Pada uji menggunakan pereaksi Dragendorff, hasil positif alkaloid
ditunjukkan dengan pembentukan warna merah atau jingga pada kertas saring.
Pada uji menggunakan pereaksi Mayer, hasil positif alkaloid ditunjukkan
apabila terbentuk endapan berwarna putih. Pada uji Bouchardat LP, hasil
positif ditunjukkan jika terjadi endapan coklat sampai hitam. Hasil analisis
golongan alkaloid pada praktikum kali ini mendapatkan hasil (-) pada uji
Dragendorf dan uji Mayer yang artinya tidak terdapat adanya endapan, dan
mendapatkan hasil (+) pada uji Bouchardat yang artinya terdapat adanya
endapan.

B. Hasil Isolasi Kafein


1. Organoleptik
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada
proses pengindraan. Pengukuran atau penilaian dilakukan dengan
memberikan rangsangan pada organ tubuh (indera). Menurut SNI
01-1902-2016, teh hitam dipersyaratkan keadaan fisik dan
organoleptiknya. Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat
mutu teh melalui pengujian secara inderawi. Untuk menilai outer
quality, pengujian secara visual dilakukan terhadap kenampakan teh
kering dan kenampakan ampas seduhan. Sedangkan, inner quality
dinilai dari warna air seduhan, bau dan rasanya. Untuk melakukan
pengujian fisik dan organoleptik terhadap teh hitam diperlukan penguji
mutu yang terlatih dan secara teknis mampu melakukan deteksi,
pengenalan dan memberikan penilaian dengan rentang nilai tertentu
serta mampu mengurutkannya sesuai penilaian yang diperoleh.
Kafein atau 1,3,7-trimetilxantin merupakan senyawa golongan
alkaloid xantin dengan rumus molekul C8H10N4O2. Senyawa alkaloid
ini yang menjadikan teh sangat digemari karena bersifat menyegarkan,
berasal dari bahan tersebut menyusun 3-4 % berat kering. Alkaloid
utama dalam daun teh adalah kafein, teobromin dan teofilin. Kafein
merupakan basa lemah dalam larutan air atau alkohol, tidak terbentuk
garam yang stabil.
Organoleptik terdiri dari bentuk, warna, rasa dan bau. Dari
praktikum isolasi kafein organoleptik yang dilakukan, mendapatkan
hasil isolasi organoleptik bentuk yaitu berbentuk jarum, memiliki
warna putih, memiliki rasa yang pahit, dan berbau tajam. Dari hasil
teoritis yang didapat hasil organoleptik berbentuk jarum, memiliki
warna putih, memiliki rasa yang pahit dan berbau khas aromatik. Hal
ini disebabkan karena, sifat fisik kafein berupa serbuk putih atau
berbentuk jarum putih mengkilap, biasanya menggumpal, tidak berbau,
dan rasanya pahit.
Jumlah kafein yang terkandung di dalam teh selama proses
penyeduhan dipengaruhi beberapa faktor seperti suhu air penyeduhan
dan lama penyeduhan. Semakin tinggi suhu air penyeduhan, maka
kemampuan air dalam penyeduhan kandungan kimia yang terdapat
dalam teh akan semakin tinggi. Sedangkan bertambah lamanya
penyeduhan menyebabkan kesempatan kontak antara air penyeduh
dengan teh semakin lama sehingga mempengaruhi kadar bahan
terlarut, intensitas warna, serta aroma.

2. Rendeman
Isolasi kafein dilakukan untuk memisahkan atau mendapatkan
senyawa kafein yang terkandung dalam daun teh. Langkah awal dalam
mengisolasi kafein adalah dengan cara merefluks sebanyak 50 gram
daun teh dengan 25 gram MgO dan 250 mL aquades. Tujuan dari
refluks agar kafein larut kedalam air panas, karena kelarutan kafein
terhadap air panas tinggi dan penambahan MgO ini memberikan
suasana basa agar kafein semakin larut dalam air. Proses refluks daun
teh selama 30 menit bertujuan agar menghomogenkan daun teh yang
akan diisolasi. Setelah proses refluks selesai, dilakukan penyaringan
menggunakan kain saring lalu disaring lagi menggunakan kertas
saring, penyaringan ini dilakukan pada keadaan masih panas sehingga
kafein masih larut dalam air. Kemudian dilakukan penambahan 25 mL
larutan H2SO4 10%, Penambahan H2SO4 10% bertujuan untuk
mengendapkan MgO membentuk garam ( Suasana netral ) dan
menyiapkan filtrat ke tahapan selanjutnya. Ketika larutan telah dingin,
dilakukan penyaringan untuk memperoleh filtrat yang terbentuk.
Endapan yang terbentuk berupa garam-garam dari kotoran-kotoran
filtrat daun teh. Penyaringan menghasilkan filtrat berwarna coklat
pekat.

Proses selanjutnya adalah melakukan pemisahan senyawa kafein


yang terkandung di dalam larutan daun teh. Pemisahan ini dilakukan
dengan cara ekstraksi cair-cair. Filtrat yang diperoleh ditambah dengan
25 ml kloroform (CHCl3), menghasilkan dua fase yaitu fase atas
berwarna coklat pekat dan fase bawah berwarna cream kemudian
diambil fase bawah (fase kloroform), hal ini karena kafein berada
dalam fase kloroform yang bersuasana asam dan fase kloroform berada
di bawah karena BJ lebih berat. Di ulang dua kali kemudian digojog
dan didiamkan. Setelah didiamkan terbentuk tiga fase, yaitu fase atas
larutan berwarna coklat, fase tengah berwarna cream, dan fasa bawah
larutan jernih, kemudian diambil fasa bawah. Selanjutnya kumpulan
fase kloroform dicuci dengan NaOH 10% dan dipisahkan dengan
corong pisah, penambahan NaOH bertujuan untuk menetralkan ekstrak
dan menghilangkan kelebihan asam sulfat. Kloroform dipilih karena
kafein sangat larut dalam kloroform. Ekstrak yang didapat dimasukkan
kedalam tabung selai dan diuapkan sampai kering lalu ditimbang.
Diperoleh bobot ekstrak kasar sebesar 0,3263 gram, dari bobot ekstrak
kasar tersebut diperoleh rendemen ekstrak kafein sebesar 0,6526%.

Menurut Mc.Murry (2004) kafein lebih larut dalam air jika


dibandingkan dengan etanol. Namun, kelarutan kafein lebih besar di
dalam kloroform jika dibandingkan dengan air. Saat proses pemisahan
menggunakan corong pisah berlangsung, tutup corong pisah harus
sekali-sekali dibuka agar memperkecil terjadinya tekanan uap akibat
proses penggojogan yang dilakukan.Hasil ekstraksi tiga kali ini berupa
larutan bening yang mengandung kloroform. Menurut Firdaus (2011)
metode ekstraksi corong pisah didasarkan atas distribusi senyawa
antara dua fasa pada dua lapisan cair yang berkesinambungan.
Kloroform digunakan untuk mengekstraksi senyawa polar dan berada
pada lapisan bawah saat mengekstraksi menggunakan air.

Ekstrak kristal kafein diperoleh dari larutan hasil ekstraksi daun


teh yang di mikrosublimasi dengan cara ditutupi kertas saring, yang
sudah dilubangi di bagian tengahnya. Kemudian ditutup dengan posisi
corong terbalik yang diberi kertas saring, lapisi sisi luar corong dengan
kapas basah kemudian dinyalakan api hingga terbentuk kristal jarum.
Proses mikrosublimasi memerlukan suhu diatas 180°C, hal ini
dikarenakan harus melewati titik didih kafein (178°C) agar kafein yang
terdapat didalam larutan berubah menjadi gas kemudian mengkristal.
Menurut Firdaus (2011) dalam sublimasi, padatan diubah menjadi uap
tanpa melalui fase cair, yang kemudian terkondensasi ada menjadi
kristal. Kristal kafein yang diperoleh kemudian ditimbang untuk
mengetahui hasil isolasi kafein. Diperoleh kristal kafein berwarna
putih seberat 0,3145 gram. Dari bobot kristal kafein tersebut dapat
dihitung rendemen kristal kafein murni sebesar 0,629%.

3. Identifikasi KLT
Identifikasi hasil isolasi kristal kafein ini digunakan untuk
mengetahui apakah kristal hasil isolasi sama dengan kafein standar
berdasarkan uji kualitatif dengan kromatografi lapis tipis (KLT).
Keuntungan dari sistem KLT antara lain : dengan jumlah zat yang
sangat kecil dapat dipisahkan dengan jelas, hasil pemisahan lebih baik
dengan batas deteksi lebih rendah, butuh waktu singkat dengan sedikit
alat. Langkah untuk melakukan KLT cukup dengan melarutkan
masing-masing kristal kafein hasil isolasi dan kafein standar baku
dengan kloroform lalu menotolkan pada lempeng silika gel GF254 (Fase
diam), kemudian dielusi dengan fase gerak kloroform:metanol (1:1).
Hasil kromatogram jika dilihat dibawah sinar uv 254 nm maka
bercak kafein standar baku berpendar biru dengan nilai Rf 0,92 sejajar
dengan bercak kafein hasil isolasi dengan nilai Rf 0,92, sehingga dapat
disimpulkan kristal hasil isolasi mengandung kafein murni tidak
tercemar senyawa lain.
VII. KESIMPULAN
1. Kafein dapat diekstraksi dari larutan Teh yang sifatnya basa dengan pelarut
kloroform. Teh mengandung kafein paling banyak dibandingkan dengan jenis
tanaman lainnya seperti tanaman kopi dan coklat.
2. pengujian ini bertujuan untuk menentukan tingkat mutu teh melalui pengujian secara
inderawi.
3. Hasil dari Organoleptis berupa kristal berbentuk Jarum, warna putih, Rasanya pahit
dan baunya tajam. untuk rendemen 0,629 %, dengan hasil identifikasi dengan KLT
didapat nilai Range adalah 0,92.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Romario Abdullah, ISOLASI KAFEIN DARI TEH,
https://www.academia.edu/37729818/ISOLASI_KAFEIN_DARI_TEH ,diakses 25
November 2022.
P. D. Wilantari, N. R. A. Putri , D. G. P. Putra , I. G. A. A. K. Nugraha, Syawalistianah,
Prawitasari, D.N.D., P. O. Samirana. 2018. Isolasi Kafein Dengan Metode Sublimasi
dari Fraksi Etil Asetat Serbuk Daun Teh Hitam (Camellia sinensis). Jurnal Farmasi
Udayana, Vol 7, No 2,53-62.
Abi Aufa, Afina, Ajeng Purwaningsih, Alvin Muthoharoh, Ana Kartika, Anizatun Azizah.
ISOLASI KAFEIN DARI TEH HITAM (Camellia sinensis) SIAP SEDUH MERK X
DENGAN ANALISA KUALITATIF SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
(KLT) DAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS. Program Studi S1 Farmasi Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada Slawi
McMurray, J. (2004). Organik Chemistry. Brooks/Cole: USA
Firdaus. (2011). Teknik Dalam Laboratorium Kimia Organik. Hibah Penulisan Buku Ajar.
Makasar : Universitas Hasanuddin
Novia, N. (2022). Laporan Isolasi Kafein dari Teh. from
https://www.academia.edu/13697918/L. Diakses pada 26 November 2022.
BPMB-Balai Pengujian Mutu Barang – Pengujian Organoleptik Teh Hitam. (2022).
http://lab-bpmb.kemendag.go.id/2013/10/12/markup-html-tags-and-formatting-2/.
Diakses pada 26 November 2022.
IX. LAMPIRAN

Gambar Proses Penggerusan Serbuk Daun Teh

Gambar Hasil Uji Dragendorff, Uji Mayer, dan Uji Bouchardat

Gambar Proses Pemanasan Serbuk Teh


Gambar Proses Penyaringan

Gambar proses Sublimasi Kafein

Gambar Kristal kofein


Gambar hasil KLT setelah diberikan pereaksi Iodin alkohol

Anda mungkin juga menyukai