Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM PEMASTIAN MUTU SEDIAAN


FARMASI (PMSF)
PERTEMUAN KE-2
“ EFEKTIVITAS PENGAWET ”

Kelompok 1 / Teori F

Anggota :
1. Leticia Fatima Senanes (26206148A)
2. Ngaisah Hartati (26206151A)
3. Indra Juniyanti Nur Aliffah (26206176A)
4. Avia Tatiana Setya Nugraha (26206181A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2022/2023
I. Prinsip Kerja
1. Menghitung angka awal mikroba yang akan dimasukkan kedalam sediaan
yang diuji.
2. Menambahkan volume suspensi inokula yang digunakan antara 0,5 % dan 1,0
% dari volume sediaan untuk meminimalkan efek potensial pada sediaan.
3. Inkubasi sediaan yang sudah ditambahkan suspensi mikroba dengan suhu 22,5
kurang lebih 2,5 derajat celcius.
4. Amati pada hari ke 7, 14, 21, 28 sesudah inokulasi
5. Catat tiap perubahan yang terlihat dan tetapkan jumlah mikroba viable pada
tiap waktu pengamatan.
6. Sesuaikan hasil pengamatan dengan nilai pada table kriteria jumlah mikroba
viable pada masing-masing kategori sediaan.
II. Tujuan
Pada praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui cara menentukan efektifitas
pengawet pada sediaan.
III. Dasar Teori
Pengawet adalah zat antimikroba yang ditambahkan pada sediaan non steril untuk
melindungi sediaan terhadap pertumbuhan mikroba yang ada atau mikroba yang
masuk secara tidak sengaja selama ataupun setelah proses produksi. Sediaan steril
dosis ganda juga membutuhkan tambahan pengawet, untuk menghambat pertumbuhan
mikroba yang mungkin masuk pada saat pengambilan yang berulang. Pengawet
digunakan dosis serendah mungkin, dan sampel yang digunakan harus masih berada
dalam wadah aslinya.
Macam-macam kategori sediaan yang harus diuji efektifitas pengawet

Kategori Uraian Sediaan

1 Injeksi, sediaan parenteral termasuk emulsi,


sediaan tetes telinga, sediaan tetes hidung dan
sediaan optalmk yang dibuat dengan dasar atau
pembawa air

2 Sediaan topikal yang dibuat dengan dasar atau


pembawa air, sediaan tetes hidung non steril dan
emulsi termasuk sediaan yang dioleskan ke
membran mukosa
3 Sediaan oral selain antasid, dibuat dengan dasar
atau pembawa air

4 Antasida yang dibuat dengan pembawa air

Untuk menghindari dan mengurangi kemungkinan pencemaran suatu produk


oleh mikroorganisme, dilakukan proses pengawetan produk. Secara garis besar teknik
pengawetan dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu pengawetan secara alami,
pengawetan secara biologis dan pengawetan secara kimia. Syarat zat pengawet adalah
mampu membunuh kontaminan mikroorganisme, tidak toksik atau menyebabkan
iritasi pada pengguna, stabil dan aktif, serta selektif dan tidak bereaksi dengan bahan
(Sylvia. 2008).
Setiap zat antimikroba dapat bersifat pengawet, meskipun demikian semua zat
antimikroba adalah zat yang beracun. Untuk melindungi konsumen secara maksimum,
pada penggunaan harus diusahakan agar pada kemasan akhir kadar pengawet yang
masih efektif lebih rendah dari kadar yang dapat menimbulkan keracunan pada
manusia (Ditjen POM. 1995). Pengujian berikut dimaksudkan untuk menunjukkan
efektivitas pengawet antimikroba yang ditambahkan pada sediaan dosis ganda yang
dibuat dengan dasar atau bahan pembawa berair seperti produk-produk parenteral,
telinga, hidung dan mata, yang dicantumkan pada etiket produk
bersangkutan.Pengujian dan persyaratan hanya berlaku pada produk di dalam wadah
asli belum dibuka yang didistribusikan oleh produsen (Ditjen POM. 1995)

Bakteri uji
1. Pseudomonas aeruginosa (Yulistrianti, 2006)
a. Klasifikasi
- Kingdom : Prokariotik
- Divisio : Protophyta
- Ordo : Pseumonadales
- Sub Ordo : Pseumonnadineae
- Family : Psedomonadaceae
- Genus : Psedoumonas
- Species : Psedoumonas aeroginosa
b. Morfologi (wikipedia.org)
Bentuk batang bulat 0,5 – 1,5 milimikron, ciri pertumbuhan
pada agar sel putih, dan sel tampak sendiri dan berpasangan, divisi
lebih dari satu dan berkelompok mengemnbang sampai tak beraturan.
2. Staphylococcus aureus (Garity, 2004)
a. Klasifikasi
- Domain : Bacteria
- Phylum : Firmicutes
- Class : Bacilli
- Ordo : Eubacteriales
- Familia : Micrococcaceae
- Genus : Staphylococcus
- Spesies : Staphylococcus aureus
b. Morfologi
Termasuk bakteri gram negatif, tidak berspora banyaknya
besarnya bervariasi, bergerak dengan flagel peritlin tumbuh dengan
cepat pada pembenihan biasa tetapi tidak merugikan laktosa /sukrosa.
Merupakan asam dan beberapa gas dari glukosa dan maltosa.
Cenderung menghasilkan hidrogen sulfida, dapat hidup dalam air yang
dibekukan. Untuk masa yang lama, resisten terhadap zat kimia tertentu
seperti hijau brilliant Na - tetrationat, NaDioksikholat, menghambat
kuman koliform dan bermanfaat untuk mengisolasi

3. Escherichia coli (Jawetz, 2008)


a. Klasifikasi
- Kingdom : Prokaryotae
- Divisi : Gracilicutes
- Kelas : Schizomycetes
- Ordo : Eubacteriales
- Famili : Enterobacteriaceae
- Genus : Escherichia
- Spesies : Escherichia coli
b. Morfologi
Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif berbentuk
batang pendek, dengan koloni berbentuk bulat cembung, dan dapat
memfermentasikan laktosa serta menjadi kuman oportunis yang
banyak ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal.
Escherichia coli termasuk dalam bakteri fakultatif anaerob yang
berukuran 0,4-0,7 x 1,0-3,0 µm, memiliki rangkaian yang pendek
secara sendiri-sendiri maupun berpasangan, tidak membentuk spora,
bergerak menggunakan flagela dan umumnya motil (Azawi et al.,
2008).

4. Candida albicansa
a. Klasifikasi (Garrity, 2004)
- Kingdom : Protista
- Phylum : Bryophyta
- Class : Deuteromycetes
- Ordo : Saccharomycetales
- Famili : Cryptococcaceae
- Genus : Candida
- Spesies : Candida albicans
b. Morfologi (Chairuddin Lakare, 1999)
Pada sediaan mikroskopik eksudat, Candida tampak sebagai
ragi lonjong bertunas,gram positif, ukurannya 2-3 x 4-6 m dan sel-sel
bertunas,gram positif yang memanjang menyerupai lifa (pseudehifa).
Pada agar Sabouraud yang dieramkan pada suhu kamar, terbentuk
koloni-koloni lunak yang berwarna krim yang mempunyai bau seperti
ragi.Pertumbuhan permukaan terdiri dari sel-sel yang bertunas yang
lonjong.Pertumbuhan yang tertutup terdiri dari pseudomiselium.Ini
terdiri dari pseudohifa yang membentuk blastospora pada nodus-nodus
dan kadang-kadang klamidospora dan ujung-ujungnya.Dapat
meragikan glukosa dan maltosa,menghasilkan asam dan
gas.Menghasilkan asam dari sukrosa dan tidak bereaksi dengan laktosa

5. Aspergillus nigera
a. Klasifikasi (Garrity,2004)
- Domain : Eukaryota
- Kerajaan : Fungi
- Filum : Ascomycota
- Upafilum : Pezizomycotoina
- Class : Eurotiomycetes
- Ordo : Eurotiales
- Familia : Trichomaceae
- Genus : Aspergillus
- Species : Aspergillus niger
b. Morfologi (wikipedia.org)
Aspergillus niger merupakan fungi dari filum ascomycetes
yang berfilamen,mempunyai hifa bersekat, dan dapat ditemukan
melimpah di alam. Fungi ini biasanya diisolasi dari tanah, sisa
tumbuhan dan udara di dalam ruangan.Koloninya berwarna putih pada
PDA25oC dan berubah menjadi hitam ketika konidia dibentuk. Kepala
konidia dari A. niger berwarna hitam, bulat cenderung memisah
menjadi bagian-bagian yang lebih longgar seiring dengan
bertambahnya umur.

IV. Alat & Bahan


● Alat
- Spuit 1 ml ( 1 buah)
- Spuit 5 ml (1 buah)
- Spiritus (secukupnya)
- Alkohol (secukupnya)
- Tissue (secukupnya)
- Pipet ( 1 buah)
- Tabung reaksi (6 buah)
- Cawan petri (3 buah)
● Bahan
- Candida albicansa
- Sediaan tetes mata
- SDA

V. Cara Kerja Detail


Pengujian dapat dilakukan dalam tiap lima wadah asli bila volume sediaan tiap
wadahnya mencukupi dan wadah sediaan dapat ditusuk secara aseptic (dengan jarum
dan alat suntik melalui tutup karet elastomerik), atau dalam lima wadah bakteriologi
bertutup steril, berukuran mencukupi untuk volume sediaan yang dipindahkan.
Inokulasi tiap wadah dengan satu inokula baku yang telah disiapkan dan diaduk.
Volume suspensi inokula yang digunakan antara 0,5% dan 1,0% dari volume sediaan
untuk meminimalkan efek potensial pada sediaan. Kadar mikroba uji yang
ditambahkan pada sediaan (Kategori 1, 2, atau 3) seperti halnya kadar akhir sediaan
uji setelah diinokulasi antara 1 x 105 dan 1 x 106 koloni per mL sediaan. Untuk
sediaan Kategori 4 (antasida) kadar akhir sediaan uji setelah inokulasi antara 1 x 103
dan 1 x 104 koloni per mL sediaan.
Kadar awal mikroba viabel dalam setiap sediaan uji diperkirakan berdasarkan
kadar mikroba dalam inokula baku yang ditetapkan dengan metode ALT. Inkubasi
wadah yang sudah diinokulasi pada suhu 22,5º±2,5º. Ambil sampel dari setiap wadah
pada interval yang sesuai seperti tertera pada Tabel 3. Amati dan catat setiap
perubahan yang terjadi pada interval tersebut. Tetapkan dengan prosedur ALT jumlah
koloni yang ada dari setiap sediaan uji untuk interval yang digunakan seperti tertera
pada lampiran Uji Batas Mikroba <51>. Angka Lempeng Total menggunakan replika
lempeng minimal, dengan enghitung rata-rata jumlah koloni sebelum penetapan
kesimpulan koloni per mL. Jika digunakan penyaring membran, lakukan duplikasi
membrane penyaring untuk setiap perkiraan.
Dengan menggunakan penghitungan kadar koloni per mL pada pengujian awal,
hitung perubahan nilai kadar koloni per mL dalam log10 untuk tiap mikroba pada
interval pengujian dan nyatakan perubahan kadar sebagai log reduksi. Log reduksi
adalah perbedaan antara nilai log10 koloni per mL kadar awal dalam suspensi dan
log10 koloni per mL yang bertahan hidup pada saat itu.
VI. Cara Kerja Sistematis

Tiap tabung reaksi diisi dengan 9 ml aquades dan diisi dengan



Pada tabung reaksi 1 diisi dengan 1 ml reagen sampel

Kemudian ditambahkan 1 ml bakteri

Diambil 1 ml dari tabung reaksi ke-1 dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Lakukan hal yang sama sampai pada pengenceran ke 6

Pengenceran ke-4, 5, dan 6 dimasukkan ke dalam media SDA

Amati selama 28 hari

VII. Hasil dan Pembahasan


A. Hasil
Pseudomonas
H0 3,3 x 10-6 = 6,51
H7 2,2x10-5 = 5,34
H0 - H7 = 1,17
H14 4,5 x 10-2 = 2,65
H14 = H0 - H14
= 6,51 - 2,65
= 3,86
H28 8,6 x 10-1 = 1,93
Staphylococcus aureus
H0 7,6 x 10-6 = 6,89
H7 1,8 x 105 = 5,25
H0 - H7 = 1,64
H14 1,3 x 103 = 3,11
H14 = Ho - H14
= 6,89 - 3,11
= 3,78
H28 1,7 x 102 = 2,23
H28 = H0 - H28
= 6,89 - 2,23
= 4,66 (tidak efektif)
Escherichia coli -
H0 8,9 x 106 = 6,94
H7 3,7 x 105 = 5,57
H0 - H7 = 1,37
H14 2,7 x 102 = 2,43
H14 = H0 - H14
= 6,94 - 2,43
= 4,51
H28 = 8,8 x 101 = 1,94
H28 = H0 - H28
= 6,94 - 1,94
= 5 (tidak efektif)
Candida albicans
H0 9,1 x 105 = 5,95
H7 7,5 x 104 = 4,88
H0 - H7 = 1,07
H14 3,2 x 103 = 3,50
H14 = H0 - H14
= 5,95 - 3,50
= 2,45
H28 = 1,3 x 102 = 1,94
= 5,95 - 1,94
= 4,01 (tidak efektif)
Aspergillas
H0 5,6 x 105 = 5,74
H7 2,5 x 104 = 4,40
H0 - H7 = 1,34
H14 8,3 x 102 = 2,91
H14 = H0 - H14
= 5,74 - 2,91
= 2,83
H28 = 1,5 x 102 = 2,18
= 5,74 - 2,18
= 3,56 (tidak efektif)
B. Pembahasan
Pemastian mutu produk farmasi perlu dilakukan untuk memastikan bahwa
produk farmasi memiliki mutu yang sesuai, pada praktikum dilakukan uji
efektivitas antimikroba atau uji pengawet, dimana pada praktikum kali ini, sampel
yang digunakan adalah tetes mata dan jenis mikroba yang digunakan yaitu bakteri
dan kapang.
Adapun hasil pengamatan dan nilai log reduksi pada hari ke-28 yang
diperoleh dalam praktikum kali ini yaitu Pseudomonas ( 3,86 ), S.aureus ( 4,66 ),
E.coli ( 5 ), Candida albicans ( 4,01 ), Aspergillus ( 3,66 ). Berdasarkan hasil yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa sampel tetes mata tersebut tidak memenuhi
kriteria jumlah mikroba viabel untuk sediaan yang tergolong dalam kategori I
sebagaimana tertera pada Farmakope Indonesia Edisi VI Tahun 2017.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi VI Tahun 2017 tertulis bahwa kriteria
jumlah mikroba untuk sediaan yang termasuk dalam kategori I jika dilakukan
pengujian menggunakan bakteri maka koloni yang terdeteksi harus tidak kurang
dari 1,0 log reduksi dari jumlah hitungan awal pada hari ke-7, tidak kurang dari
3,0 log reduksi dari hitungan awal pada hari ke-14 dan tidak meningkat sampai
dengan hari ke-28. Sedangkan jika yang digunakan dalam pengujian adalah
kapang dan kamir maka koloni yang terdeteksi tidak meningkat dari jumlah
hitungan awal sampai hari ke-7, 14 dan 28.
VIII. Simpulan
1. Pengujian ini dimaksudkan untuk menunjukkan efektivitas pengawet
antimikroba yang ditambahkan pada sediaan dosis ganda yang dibuat dengan
dasar atau bahan pembawa berair seperti produk-produk parenteral, telinga,
hidung dan mata, yang dicantumkan pada etiket produk bersangkutan.
2. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sampel tetes mata
tersebut tidak memenuhi kriteria jumlah mikroba viabel untuk sediaan yang
tergolong dalam kategori I sebagaimana tertera pada Farmakope Indonesia
Edisi VI Tahun 2017
IX. Daftar Pustaka
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI; Jakarta.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Depkes RI; Jakarta.
Irianto, Koes. 2006. “Mikrobiologi, Jilid I”. Yrama Widya. Bandung.
Pratiwi, Sylvia T. 2008. “Mikrobiologi Farmasi”. Erlangga. Jakarta.
Radji, Maksum. 2002.Buku Ajar Mikrobiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
X. Lampiran

Hasil Inkubasi Candida Albicans Selama 24 jam

Anda mungkin juga menyukai