Anda di halaman 1dari 9

Nama : Mega Porianingsih Panggabean

Kelas :Reguler Pagi A


NPM : A 171 030

1. Bandingkan cara penapisan fransworth dan MMI

Metabolit MMI Franswoth


sekunder
Alkaloid Sejumlah sampel dalam mortir, Serbuk simplisia dan ekstrak
dibasakan dengan amonia masing-masing dibasakan dengan
sebanyak 1 mL, kemudian ammonia, kemudianditambahkan
ditambahkan kloroform dan kloroform, digerus kuat-kuat.
digerus kuat. Cairan kloroform Lapisan kloroform dipipet sambil
disaring, filtrat ditempatkan disaring,kemudian kedalamnya
dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan asam klorida 2 N.
ditambahkan HCl 2 N, Campuran dikocok kuat-kuat
campuran dikocok, lalu hingga terdapat dua lapisan.
dibiarkan hingga terjadi Lapisan asam dipipet, kemudian
pemisahan. Dalam tabung dibagi atas tiga bagian.
reaksi terpisah: Bagian pertama ditambahkan perea
Filtrat 1 : ksi mayer. Terjadinya endapan atau
Filtrat 1 : Sebanyak 1 tetes kekeruhan
larutan pereaksi Dragendorff diamati. Bila terjadi kekeruhan atau
diteteskan ke dalam filtrat, endapan putih, berarti dalam simpli
adanya alkaloid ditunjukkan siakemungkinan terkandung alkaloi
dengan terbentuknya endapan d. Bagiankedua ditambahkan perea
atau kekeruhan berwarna hingga ksi (dragendorff.
coklat. Terjadinya endapan atau kekeruhan
Filtrat 2 : diamati. Bila terjadi kekeruhan ata
Sebanyak 1 tetes larutan u endapan bewarna jingga kuning,
pereaksi Mayer diteteskan ke berartidalam simplisia kemungkina
dalam filtrat, adanya alkaloid n terkandung alkaloid (Farnsworth,
ditunjukkan dengan 1966).
terbentuknya endapan atau
kekeruhan berwarna putih.
Filtrat 3:
Sebagai blangko atau kontrol
negatif

Flavonoid Sejumlah sampel digerus dalam Sebanyak 10 g serbuk simplisia


mortir dengan sedikit air, kemudian ditambahkan 100 ml air
pindahkan dalam tabung reaksi, panas,dididihkan selama 5 menit
tambahkan sedikit logam dan disaring dalam keadaan panas.
magnesium dan 5 tetes HCl 2 N, Filtrat yangdiperoleh kemudian
seluruh campuran dipanaskan diambil 5 ml lalu ditambahkan 0,1
selama 5–10 menit. Setelah g serbuk Mg dan 1 ml
disaring panas–panas dan filtrat HCl pekat da 2 ml
dibiarkan dingin, kepada filtrat amil alkohol, dikocok, dan
ditambahkan amil alkohol, lalu dibiarkan memisah. Flavonoida pos
dikocok kuat–kuat, reaksi itif jika terjadi warna merah,
positif dengan terbentuknya kuning, jingga pada lapisan amil
warna merah pada lapisan amil alkohol. (Farnsworth,1966).
alkohol (MMIV,1989).
Tanin dan Sebanyak 1 gram sampel Sebanyak 0,5 g sampel disari
Polifenol ditambahkan 100 mL air panas, dengan 10 ml air suling,
dididihkan selama 5 menit disaring lalufiltratnya diencerkan
kemudian saring. Filtrat dengan air suling sampai tidak
sebanyak 5 mL dimasukkan ke berwarna. Diambil 2 mllarutan lalu
dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 sampai 2 tetes
ditambahkan pereaksi besi (III) pereaksi besi (III) klorida.
klorida, timbul warna hijau biru Terjadiwarna biru atau hijau
kehitaman, dan ditambahkan kehitaman menunjukkan adanya
gelatin akan timbul endapan tannin (Farnsworth, 1966).
putih, bila ada tanin
(MMIV,1989).
Monoterpen Serbuk sampel digerus dengan
dan eter, kemudian fase eter
Seskuiterpen diuapkan dalam cawan penguap
hingga kering, pada residu
ditetesi pereaksi larutan vanilin
sulfat atau anisal dehid sulfat.
Terbentuknya warna-warni
menunjukkan adanya senyawa
monoterpen dan sesquiterpen
(MMIV,1989).
Steroid dan - Serbuk simplisia digerus dengan
Triterpenoid eter, kemudian fase eter diuapkan
dalam cawan penguap hingga
kering, pada residu ditetesi pereaksi
Lieberman-Burchard. Terbentuknya
warna ungu menunjukkan
kandungan triterpenoid sedangkan
bila terbentuk warna hijau biru
menunjukkan adanya senyawa
steroid (Farnsworth, 1966).
Kuinon Sampel ditambahkan dengan air,
dididihkan selama 5 menit
kemudian disaring dengan kapas.
Pada filtrat ditambahkan larutan
NaOH 1 N. Terjadinya warna
merah menunjukkan bahwa dalam
bahan uji mengandung senyawa
golongan kuinon (Farnsworth,
1966).
Saponin Sampel ditambahkan dengan Sejumlah lebih kurang 1 g serbuk
air, dididihkan selama 5 menit sampel ditambahkan 100 mL air,
kemudian dikocok. di didihkan selama 15 menit, di
Terbentuknya busa yang dinginkan dan di saring, kemudian
konsisten selama 5-10 menit ± filtrat dibagi menjadi dua bagian
1 cm, berarti menunjukan kedalam filtrat pertama
bahwa bahan uji mengandung ditambahkan larutan besi (III)
saponin klorida 1% terbentuk warna hijau
biru atau hujau ke hitam hitama
menunjukan adanya senyawa
golongan tanin. Ke dalam filtrat
yang kedua ditambahkan 15 mL
pereaksi Stiansy (Formaldehid
30%- HCL pekat dengan
perbandingan 2;1),kemudian
dipanaskan di atas penangas air,
terbentuknya endapan warnamerah
mudamenunjukan adanya tanin
katekat. Selanjutnya endapan
disaring, filtrat dijenuhkan dengan
natrium asetat, ditambahkan
beberapa tetes larutan besi (III)
klorida 1 % terbentuknya warna
birutinta menunjukan adanya tanin
galat (Farnsworth, 1966).

2. Cari metode pengeringan


a. Dikering anginkan (Manoi, 2006)
b. Terpapar sinar matahri langsung (Manoi, 2006)
c. Dengan menggunakan Oven, pengeringan ini berlangsung hingga diperoleh
jumlah air < 10 % (Manoi, 2006)
Menurut (Manoi, 2006) dalam Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2, 2014
(PENGARUH CARA PENGERINGAN DENGAN OVEN, KERING ANGIN DAN
CAHAYA MATAHARI LANGSUNG TERHADAP MUTU SIMPLISIA HERBA
SAMBILOTO)
3. Metode pembuatan serbuk
Serbuk adalah sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan deraiat
halus yang cocok; bahan bakunya berupa simplisia sediaan galenik atau campurannya
(DepKes RI, 1994).

1. Simplisia yang telah dibuat dipastikan kering, dipastikan dengan hasil rajangan
mudah diremah dan mudah patah.
2. Simplisia yang telah kering lalu didisortasi kering untuk menghilangkan kotoran
yang masih ada.
3. Simplisia ditimbang kemudian dibuat menjadi serbuk menggunakan alat
penyerbukan hingga halus.

4. Serbuk yang telah halus diayak kemudian ditimbang dan dimasukkan dalam wadah,
diberi label.

 Pembuatan serbuk simplisia merupakan proses awal pembentukan


ekstrak. Serbuk simplisia dibuat dari simplisia utuh atau potongan
potongan halus simplisia yang sudah dikeringkan melalui proses
pembuatan serbuk dengan suatu alat tanpa meneybabkan kerusakan
atau kehilangan kandungan kimia yang dibutuhkan dan diayak hingga
diperoleh serbuk dengan derajat kehalusan tertentu. Derajat kehalusan
serbuk simplisia terdiri dari serbuk sangat kasar, kasar, agak kasar,
halus dan sangat halus. (Farmakope Herbal Indonesia, 2008)

4. Prosedur penentuan karakterisasi simplisia


Identifikasi simplisia dilakukan dengan memeriksa pemerian dan melakukan
pengamatan simplisia baik secara makroskopik maupun secara mikroskopik penetapan
kadar air, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan kadar sari larut dalam etanol,
penetapan kadar abu, penetapan kadar abu tidak larut dalam asam, selanjutnya dilakukan
skriningfitokimia (Depkes RI, 1989).

a. Uji makroskopik

Bertujuan untuk menentukan ciri khas simplisia dengan pengamatan secara langsung
berdasarkan bentuk simplisia dan ciri-ciri daun dan kulit buah jeruk lemon (Citrus
limon(L.) Burm. f.) menurut literatur secara umum.Simplisia yang diperiksa berupa
serbuk daun dan kulit buah jeruk lemon dilakukan dengan cara meletakkan serbuk
simplisia daun dan kulit buah jeruk lemon di atas objek gelas yang ditetesi kloralhidrat.
Diamati di bawah mikroskop untuk melihat fragmen pengenal dalam bentuk sel, isi sel
atau jaringan. tanaman serbuk simplisia daun dan kulit buah jeruk lemon

b. Penetapan Susut Pengeringan

Satu g simplisia ditimbang seksama dan dimasukkan ke dalam krus porselen bertutup
yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105oC selama 30 menit dan telah ditara.
Simplisia diratakan dalam krus porselen dengan menggoyangkan krus hingga
merata.Masukkan ke dalam oven, buka tutup krus, panaskan pada temperatur 100oC
sampai dengan 105oC, timbang dan ulangi pemanasan sampai didapat berat yang kostan
(Depkes, 1989).

c. Penetapan Kadar Abu

Total Sebanyak 3 g serbuk simplisia yang telah digerus dan ditimbang seksama
dimasukkan dalam krus porselen yang telah dipijarkan dan ditara,diratakan. Krus
dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, pijaran dilakukan pada suhu 600ºC selama
3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu
dihitung terhadap bahan yang dikeringkan di udara. Jika cara ini arang tidak dapat
dihilangkan, ditambahkan air panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Dipijarkan
sisa kertas dan kertas saring dalam krus yang sama.Dimasukkan filtrat ke dalam krus,
diuapkan.Dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang dan dihitung (Depkes, 1989)

d. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam

Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam Abu yang diperoleh pada penetapan kadar
abu, didihkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, kumpulkan bagian yang
tidak larut dalam asam, saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu yang
telah diketahui beratnya, lalu sisa dipanaskan, kemudian didinginkan dan ditimbang
sampai bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang
telah dikeringkan di udara (Depkes, 1989).

e. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol

Lima g serbuk simplisa dimaserasi dengan 100 ml etanol selama 24 jam seperti tertera
pada monografi, menggunakan labu bersumbat sambil sekali-sekali dikocok selama 6 jam
pertama, kemudian didiamkan. Disaring cepat, 20 ml filtrat diuapkan dalam cawan
dangkal (Depkes, 1989).

f. Penetapan Kadar Sari Larut Air

Lima g serbuk simplisia dimaserasi dengan 100 ml kloroforom P (2,5 mL kloroforom


dalam 1000 mL aquadest) selama 24 jam menggunakan labu bersumbat sambil sekali-
sekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian didiamkan. Disaring cepat, 20 ml filtrat
diuapkan dalam cawan dangkal berdasar rata (yang telah ditara) di atas penangas air
hingga kering, sisa dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Kadar dihitung
dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes, 1989).
Referensi : KLOROFIL Vol. 2No. 1, 2018: 7-13 (KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN
SKRINING FITOKIMIA DAUN JERUK LEMON (Citrus limon(L.) Burm.f.) )

5. Cara pembuatan pereaksi dragen droff. Mayer, buchard, Steanly


a. Pereaksi Mayer

Sebanyak 1,36 g HgCl2 dilarutkan dalam 60 mL akuades. Pada bagian yang lain
larutkan pula 5 g KI dalam 10 mL akuades. Kedua larutan ini kemudian dicampur dan
diencerkan dengan akuades sampai 100 mL. Reagen ini harus disimpan dalam botol yang
berwarna coklat, agar tidak terjadi kontak langsung dengan cahaya. (JURNAL MIPA
UNSRAT ONLINE4(1) 81-87. Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Etanol Daun Patikan Emas (Euprorbia prunifolia Jacq.) dan Bawang Laut (Proiphys
amboinensis (L.) Herb))

b. Pereaksi Dragendorff

Campur 20 mL larutan bismuth subnitrat P 40% b/v dalam asam nitrat P 50 mLkalium
iodida P 54,4%, diamkan sampai memisah sempurna.Ambil larutan jernih dan encerkan
dengan air secukupnya hingga 100 mL (FHI, 2008 hal 182)

c. Pereaksi Liebermann-Burchard
Campur secara perlahan 5 ml asam asetat annhidrat dengan 5 mL asam
sulfatpekat, kemudian ditambahkan etanol hingga 50 mL (Merck, 1978).

d. Pereaksi Stiasny
(Formaldehid 30% : HCL pekat= 2:1)

6. Kenapa di alkaloid ditambahkan klofororm, amonia .? sedngkan diflavonoid diberi air


dan dipanaskan ?
 Karena amonia digunakan untuk melarutkan senyawa alkaloid agar
dapat terpisah dari simplisia. Alkaloid yang bersifat polar akan larut
dalam amonia, amonia digunakan sebagai pelarut karena amonia
mengandung gugus N dimana alkaloid juga memiliki gugus N
sehingga meningkatkan kelarutan yang lebih besar,selain ituaamonia
dapat memutuskan ikatan glikosida, sementara itu digunakan
kloroform adalah untuk memutus ikatan glikosida dari amonia yang
dilarutkan amonia sebelumnya, karena kloroform bersifat semi polar
maka dapat melarutkan senawa yang non polar seperti glikosida.
 Karena flavonoid bersifat polar, dan air pun bersifat polar sehingga air
digunakan untuk pelarut, untuk proses pemanasan biasanya untuk
mempercepat reaksi.
Daftar pustaka

Farnsworth, N. R., 1966, Biological and Phytochemical Screening of Plants,J.Pharm. Sci.

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2, 2014 (PENGARUH CARA PENGERINGAN


DENGAN OVEN, KERING ANGIN DAN CAHAYA MATAHARI LANGSUNG
TERHADAP MUTU SIMPLISIA HERBA SAMBILOTO)

KLOROFIL Vol. 2No. 1, 2018: 7-13 (KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN SKRINING


FITOKIMIA DAUN JERUK LEMON (Citrus limon(L.) Burm.f.) )
Depkes RI. 1995 Materia Medika Indonesia (Jilid 4). Departemen Keshatan Republik
Inonesia : jakarta

Depkes RI, 1994, Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:661/Menkes/Sk/


vii/ 1994 Tentang Persyaratan Obat Tradisional, Depkes : Jakarta
E. Merck, 1978. Dyeing Reagents for Thin Layer and Paper Chromatography. Darmstadt:
Merck

Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Patikan Emas
(Euprorbia prunifolia Jacq.) dan Bawang Laut (Proiphys amboinensis (L.) Herb))
(JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE4(1) 81-87
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Farmakope Herbal Indonesia,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai