Anda di halaman 1dari 8

VISKOSITAS

1. TUJUAN
 Mengetahui dan memahami prinsip viskositas
 Membedakan cairan newton dan cairan non newton
 Menggunakan alat alat penentuan viskositas dan rheologi
 Menentukan viskositas dan rheologi cairan newton dan cairan non newton
2. DASAR TEORI
Viskositas adalah suatu pernyataan tentang tahanan dari suatu cairan untuk
mengalir. Semakin tinggi viskositas, semakin besar tahanannya. Cairan sederhana dapat
dijelaskan dalam istilah absolut. Akan tetapi sifat-sifat rheologi dispersi heterogen lebih
kompleks dan tidak dapat dinyatakan dalam suatu satuaan tunggal (Martin, 1993). Makin
kental suatu cairan, makin besar gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya mengalir pada
kecepatan tertentu. Viskositas dispersi koloid dipengaruhi oleh bentuk partikel dari fase
dispersi dengan viskositas rendah, sedangkan sistem dispersi yang mengandung koloid-
koloid linier viskositasnya lebih tinggi. Hubungan antara bentuk dan viskositas
merupakan refleksi derajat solvasi dari partikel (Respati, 1981).
Bila viskositas gas meningkat dengan naiknya temperatur, maka viskositas cairan
justru akan menurun jika temperatur dinaikkan. Fluiditas dari suatu cairan yang
merupakan kelebihan dari viskositas akan meningkat dengan makin tingginya temperatur
(Bird,1993).
Rheologi meliputi pencampuran dan aliran dari bahan, pemasukan ke dalam wadah,
pemindahan sebelum digunakan, apakah dicapai dengan penuangan dari botol,
pengeluaran dari tube atau pelewatan dari jarum suntik. Rheologi dari suatu produk
tertentu yang dapat berkisar dalam konsistensi dari bentuk cair ke semisolid, sampai ke
padatan, dapat mempengaruhi penerimaan bagi si pasien, stabilitas fisika, dan bahkan
availabilitas biologis jadi viskositas telah terbukti mempengaruhi laju absorpsi obat dari
saluran cerna (Martin, 1993).
Adapun alat untuk mengukur viskositas dan rheologi suatu zat yaitu viscometer,
dimana ada dua jenis viscometer yaitu

1. Viscometer satu titik


Viscometer ini bekerja pada satu titik kecepatan geser saja, sehingga hanya
dihasilkan satu titik pada rheogram. Alat ini hanya dapat digunakan untuk menentukan
viskositas cairan newton, yang termasuk kedalam jenis alat ini yaitu viscometer kapiler,
viscometer bola jatuh, dan penetrometer.
2. Viscometer banyak titik
Viscometer jenis ini pengukurannya dapat dilakukan pada beberapa harga
kecepatan geser sehingga dapat diperoleh rheogram yang sempurna. Viscometer jenis ini
dapat digunakan untuk menentukan viskositas cairan newton maupun cairan non newton,
yang termasuk kedalam jenis alat ini yaitu viscometer rotasi tipe Stromer, viscometer
Brookfield dan Rotovisco. Berdasarkan hukum Newton tentang sifat aliran cairan, maka
tipe aliran dibedakan menjadi 2, yaitu cairan newton dan cairan non newton (Wiroatmojo,
1988).
 Macam-macam Viskositas
a. Viskositas dinamik, yaitu rasio antara shear, stress, dan shear rate. Viskositas dinamik disebut
juga koefisien viskositas.
b. Viskositas kinematik, yaitu viskositas dinamik dibagi dengan densitasnya. Viskositas ini
dinyatakan dalam satuan stoke (St) pada cgs dan m²/s pada SI.
c. Viskositas relatif dan spesifik, pada pengukuran viskositas suatu emulsi atau suspensi biasanya
dilakukan dengan membandingkannya dengan larutan murni. Untuk mengukur besarnya
viskositas menggunakan alat viskometer. Berbagai tipe viskometer dikelompokkan menurut
prinsip kerjanya. (Dudgale. 1986)

3. ALAT DAN BAHAN


a. ALAT
 Pipet volume 10 ml
 Piknometer
 Stopwatch
 Viscometer Brookfield
 Viscometer strometer
 Anak timbang 10-100 gram
b. BAHAN
 Tween 80 ( konsentrasi 10%,20%,30%,40%,40% )
 Na laurel sulfat ( konsentrasi 10%,15%,20%,25%,30% )
 Minyak zaitun ( konsentrasi 10%,20%,30%,40%,50% )
4. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Menentukan massa zat cair

Timbang botol tombang dalam kondisi bersih dan kering

Pipet 10 ml aquadest kemudian dimasukan ke dalam botol timbang dan


timbang kembali bobotnya

Tentukan massa aquadest


Lakukan pengulangan sebanyak 3 x

Dengan cara yang sama seperti diatas lakukan terhadap cairan sampel tween 80 ,
Na laurel sulfat ,minyak zaitun yang telah di buat dalam beberapa variasi
konsentrasi

b. Menentukan tinggi kenaikan zat cair di dalam pipa kapiler


Ukurlah terlebih dahulu suhu percobaan atau suhu ruangan

Carilah terlebih dahulu nilai tegangan permukaan pembanding (aquadest)


pada suhu percobaan yang telah diukur

Aquadest hasil penimbangan pada prosedur a dimasukan kedalam beakr


glass bersih dan kering

Celuplah salah satu ujung pipa kapiler ke dalam aquadest hingga hampir
menyentuh dasar beaker glass

Biarkan aquadest naik di dalam pipa kapiler sampai konstan (tidak naik
lagi),dengan jangka sorong ukurlah berapa tinggi kenaikan aquadest
tersebut

Lakukan pengulangan sebanyak 3 x

Dengan cara yang sama lakukan untuk sampel tween 80, Na laurel sulfat dan
minyak zaitun yang telah dibuat dalam beberapa variasi konsentrasi

Hitung berapa tegangan permukaan untuk setiap sampel cairan (dyne.cm -1)
5. DATA DAN PERHITUNGAN
Tegangan permukaan
Konsentrasi Tween 80 Minyak zaitun
10% 62,277 dyne/cm 102,352 dyne/cm
20% 56,447 dyne/cm 84,834 dyne/cm
30% 80,480 dyne/cm 102,102 dyne/cm
40% 72,491 dyne/cm 172,875 dyne/cm
50% 73,653 dyne/cm 65,610 dyne/cm

Konsentrasi Na lauril sulfat


10% 98,886 dyne/cm
15% 71,748 dyne/cm
20% 59,112 dyne/cm
25% 101,148 dyne/cm
30% 99,181 dyne/cm

PERHITUNGAN :
γs = hs.ms / hp.mp. γp

Tween 80 (40%)
ms = 10 g
mp = 10,07 g
hs = 2,13 cm
hp = 2,1 cm
= 2,13x10/2,1x10,07 x 71,970
= 72,491 dyne / cm
Tween 80 (20%)
Ms= 10,60 g
Mp=10,30 g
hs =1,73 cm
hp = 2,27 cm
=10,60x1,73/10,30x2,27 x71,970 =56,447 dyne,cm-1

Minyak zaitun (30%)


Ms = 10,70 g
Mp= 10,30 g
hs = 3,1 cm
hp = 2,27 cm
=10,70 x 3,1 / 10,30 x 2,27
= 102,102 dyne/cm

6. PEMBAHASAN
Tujuan dari percobaan kali ini adalah mempelajari dan menentukan tegangan
permukaan berbagai cairan. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode
kenaikan kapiler . Pada praktikum ini dilakukan penentuan tegangan permukaan pada Na
Lauryl Sulfat 10%, Na Lauryl Sulfat 15%, dan Na Lauryl Sulfat 20%, Na Lauryl Sulfat
25%, Na Lauryl Sulfat 30% .tween 10%,tween 20%,tween 30 %, tween 40%, tween
50%.minyak zaitun 10%,minyak zaitun20%,minyak zaitun 30%,minyak zaitun
40%,minyak zaitun50% dengan metode pipa kapiler. Tegangan permukaan adalah gaya
atau tarikan kebawah yang menyebabkan permukaan cairan berkontraksi dengan benda
dalam keadaan tegang. Hal ini disebabkan oleh gaya-gaya tarik yang tidak seimbang pada
antar muka cairan. Gaya ini biasa segera diketahui pada kenaikan cairan biasa dalam pipa
kapiler dalam bentuk suatu tetesan kecil cairan. Tegangan permukaan merupakan
fenomena menarik yang terjadi pada zat cair (fluida) yang berada dalam keadaan diam
(statis). Pada praktikum ini didapatkan hasil :
Tween 80 Minyak zaitun Na lauril sulfat
10% =62,277 dyne/cm 10% =102,352 dyne/cm 10% = 98,886 dyne/cm
20% =56,447 dyne/cm 20% = 84,834 dyne/cm 15% =71,748 dyne/cm
30% = 80,480 dyne/cm 30% =102,102 dyne/cm 20 %=59,112 dyne/cm
40% = 72,491 dyne/cm 40%= 172,875 dyne/cm 25% =101,148 dyne/cm
50% =73,653 dyne/cm 50% = 65,610 dyne/cm 30% = 99,181 dyne/cm
Kerapatan / densitas (D), semakin besar densitas berarti semakin rapat muatan –
muatan atau partikel-partikel dari cairan tersebut. Kerapatan partikel ini menyebabkan
makin besarnya gaya yang diperlukan untuk memecahkan permukaan cairan tersebut. Hal
ini dikarenakan partikel yang rapat mempunyai gaya tarik menarik antar partikel yang
kuat. Sebaliknya cairan yang mempunyai densitas kecil akan mempunyai tegangan
permukaan yang kecil pula. Kerapatan zat cair akan berbanding lurus dengan tegangan
permukaan pada zat cair tersebut. Kerapatan suatu zat berbeda – beda tergantung pada
jenis zat serta konsentrasi dari solute pada cairan tersebut .

7. KESIMPULAN
- Prinsip tegangan permukaan: Gaya yang bekerja sejajar dengan dengan
permukaan zat cair yang mengimbangi besarnya gaya kohesi antar molekul
didalam zat cair terhadap molekul sejenisnya dipermukaan,akibatnya molekul
tetap berada dipermukaan.
- Faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan: suhu dan zat terlarut.
- Hasil :
Tween 80 Minyak zaitun Na lauril sulfat
10% =62,277 dyne/cm 10% =102,352 dyne/cm 10% = 98,886 dyne/cm
20% =56,447 dyne/cm 20% = 84,834 dyne/cm 15% =71,748 dyne/cm
30% = 80,480 dyne/cm 30% =102,102 dyne/cm 20 %=59,112 dyne/cm
40% = 72,491 dyne/cm 40%= 172,875 dyne/cm 25% =101,148 dyne/cm
50% =73,653 dyne/cm 50% = 65,610 dyne/cm 30% = 99,181 dyne/cm

8. DAFTAR PUSTAKA
- Dudgale. 1986. Mekanika Fluida Edisi 3. Jakarta : Erlangga.
- Respati, H. 1981. Kimia Dasar Terapan Modern. Jakarta : Erlangga
- Bird, T. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia.
- Martin, A., Cammarata, dan Swarbrick. 1993. Farmasi Fisik Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Universitas Indonesi
- Wiroatmojo. 1998. Farmasi Fisika: Bagian Larutan dan Sistem Dispersi.
Jogjakarta: Gajah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai