i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan panduan Skrining Pasien
di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Sragen.
Panduan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan panduan ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan panduan ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki panduan Skring Pasien ini.
Akhir kata kami berharap semoga panduan Skrinng Pasien di Rumah Sakit Umum
PKU Muhammadiyah Sragen ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
RUMAH SAKIT UMUM
PKU MUHAMMADIYAH SRAGEN
Jl. Raya Sragen – Solo Km.8, Masaran, Sragen
Telp / Fax. (0271) 644370.www.rspkusragen.blogspot.co.id
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH SRAGEN
NOMOR : 211/PER/DIR/RSU-PKUM/1/2018
TENTANG
PANDUAN PELAYANAN SKRINING PASIEN
DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SRAGEN
Menimbang : a. bahwa Skrining adalah suatu cara atau metode yang dilakukan untuk
menyelaraskan kebutuhan pasien dibidang pelayanan kesehatan
dengan pelayanan yang tersedia di rumah sakit;
b. bahwa Informasi diperlukan untuk membuat keputusan yang benar
tentang kebutuhan pasien yang mana yang dapat dilayani rumah
sakit, supaya tercipta peningkatan mutu pelayanan yang sesuai
dengan misi dan tujuan rumah sakit;
c. bahwa untuk menyelaraskan kebutuhan pasien dibidang pelayanan
kesehatan dengan pelayanan yang dimiliki/ tersedia di rumah sakit,
mengkoordinasikan pelayanan supaya lebih efektif dan efisien,
merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya sesuai
kebutuhan pasien dan menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi
dan sumber daya di rumah sakit perlu ditetapkan Panduan Skrining
Pasien di Rumah Sakit.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008
tentang Rekam Medis;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 856
2009 tentang Pelayanan Emergency di IGD;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal;
iv
6. SK Pimpinan Daerah Muhammadiyah Nomor :
488/KEP/III.E/2015 tentang Pengangkatan Direktur RSU PKU
Muhammadiyah Sragen.
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
(1) Skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif untuk
menemukan adanya masalah atau faktor resiko.
(2) Test skrining dapat dilakukan berupa :
a. Pertanyaan / Quesioner / anamnesa
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan laboratorium
d. Diagnostik Imaging
Pasal 2
Tujuan skrining adalah untuk mengurangi morbiditas dari penyakit
dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditentukan.
pasal 3
Skrining membantu staf/karyawan untuk memutuskan apakah pasien
membutuhkan pelayanan preventif, paliatif, kuratif, dan rehabilitative
serta memilih pelayanan yang paling tepat sesuai dengan urgensinya.
v
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 4
Jenis skrinng di Instalasi Gawat Darurat meliputi :
a. Pasien dengan kasus True Emergency
b. Pasien dengan kasus False Emergency
BAB III
TATA LAKSANA
Pasal 5
(1) Penderita non-trauma atau trauma/multitrauma memerlukan penilaian
dan pengelolaan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa
penderita. Penilaian awal yang di lakukan meliputi :
1. Triase
2. Primary survey (ABCD)
3. Resusitasi
4. Secondary survey
5. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan
6. Transfer ke ruang rawat inap atau rujuk ke rumah sakit lain
BAB IV
DOKUMENTASI
Pasal 6
(1) Formulir Assesmen Medis IGD
(2) Formulir Assesmen Keperawatan IGD
vi
BAB IV
PENUTUP
Pasal 7
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini akan
dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan : di Sragen
Tepat tanggal : 20 Januari 2018
Direktur,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah Sragen
vii
Lampiran : KEPUTUSAN DIREKTUR RSU PKU
MUHAMMADIYAH SRAGEN
NOMOR : 211/PER/DIR/RSUPKUM/1/2018
TENTANG : PANDUAN SKRINING PASIEN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit seharusnya mempertimbangkan bahwa pelayanan di rumah sakit
merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional
dibidang pelayanan kesehatan dan tingkat pelayanan yang akan membangun suatu
kontinuitas pelayanan.
B. DEFINISI
Menurut Rochjati. P. (2008), skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif
untuk menemukan adanya masalah atau faktor resiko. Sehingga skrining bisa dikatakan
sebagai usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum
jelas, dengan menggunakan tes atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat
untuk membedakan orang yang terlihat sehat atau benar-benar sehat tapi sesungguhnya
menderita kelainan.
Rumah sakit seharusnya mempertimbangkan bahwa pelayanan di rumah sakit
merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional
dibidang pelayanan kesehatan dan tingkat pelayanan yang akan membangun suatu
kontinuitas pelayanan.
C. TUJUAN
Maksud dan tujuannya adalah menyelaraskan kebutuhan pasien dibidang pelayanan
kesehatan dengan pelayanan yang tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan,
kemudian merencanaka pemulangan dan tindakan selanjutnya. Hasilnya adalah
meningkatkan mutu pelayanan pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang
tersedia di rumah sakit.
1
Informasi diperlukan untuk membuat keputusan yang benar tentang kebutuhan
pasien yang mana yang dapat dilayani di rumah sakit, pemberian pelayanan yang efisien
kepada pasien, transfer dan pemulangan pasien yang tepat ke rumah atau ke pelayanan
lain.
Untuk menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit
tergantung pada keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya
melalui skrining pada kontak pertama. Skrining pada unit emergensi dilaksanakan
melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari
pemeriksaan fisik, psikologis, laboratorium klinik atau diagnostik imaging sebelumnya.
Sekrining dapat terjadi disumber rujukan pada saat pasien di transportasi emergensi
atau apabila pasien tiba di rumah sakit. Hal ini sangat penting bahwa keputusan untuk
mengobati, mengirim atau merujuk hanya dilakukan setelah ada hasil skrining dan
evaluasi. Hanya rumah sakit yang mempunyai kemampuan menyediakan pelayanan
yang dibutuhkan dan konsisten dengan misinya dapat dipertimbangkan untuk menerima
pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan rujukan kepelayanan kesehatan lainnya
yang memiliki fasilitas yang memadai sesuai kebutuhan pasien.
Tujuan skrining adalah untuk mengurangi morbiditas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditentukan. Test skrining dapat dilakukan
berupa :
1. Pertanyaan / Quesioner / anamnesa
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium
4. Diagnostik Imaging
Skrining membantu staf/karyawan untuk memutuskan apakah pasien membutuhkan
pelayanan preventif, paliatif, kuratif, dan rehabilitative serta memilih pelayanan yang
paling tepat sesuai dengan urgensinya.
RSU PKU Muhammadiyah Sragen berupaya memberikan :
a. Pelayanan Promotif dan preventif.
1) Poliklinik KIA
2) Poliklinik spesialis untuk ANC
b. Pelayanan kuratif dan paliatif
1) Pelayanan IGD dan Kamar Bersalin 24 jam
2) Pelayana 4 besar spesialistik
3) Pelayanan Rawat jalan
2
4) Pelayanan Bedah Sentral
5) Klinik rehabilitasi medic : fisioterapi
6) Pelayanan penunjang (Laboratorium dan radiologi) 24 jam
7) Pelayanan Farmasi 24 jam
c. Pelayanan rehabilitative
1) Pelayanan rehabilitasi medic ( Rawat jalan dan Rawat inap )
3
BAB II
RUANG LINGKUP
B. BATASAN OPERASIONAL
1. Instalasi gawat darurat
Adalah unit pelayanan dirumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada
pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan
berbagai multi disiplin.
4
2. Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya
trauma/penyakit serta kecepatan penanganan/pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul
4. Survey primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa
5. Survey sekunder
Adalah melengkapi survey primer dengan mencari perubahan-perubahan anatomi
yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi
fital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera di atasi.
6. Pasien gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya.
7. Pasien gawat tidak darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat,
misalnya kanker stadium lanjut.
8. Pasien darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien tidak gawat tidak darurat
Misalnya pasien dengan ulcus peptikum, TBC kulit.
10. Kecelakaan (accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datang secara mendadak,
tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental, dan sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
a. Tempat kejadian
1) Kecelakaan lalu lintas
2) Kecelakaan dilingkungan rumah tangga
3) Kecelakaan dilingkungan kerja
4) Kecelakaan di sekolah
5
5) Kecelakaan di tempa-tempat umum lain seperti halnya : tempat rekreasi,
perbelanjaan, diarea olah raga dan lain-lain.
b. Mekanisme kejadian
Tertabrak, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik
karena efek kimia, fisik maupun listrik dan radiasi.
11. Bencana
Rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan , kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan
pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari
salah satu atau organ dibawah ini :
a. Susunan saraf pusat.
b. Sistem pernafasan.
c. Kardiovaskuler.
d. Hati
e. Ginjal
f. Pancreas.
Kegagalan system / organ tersebut dapat disebabkan oleh :
a. Trauma / cedera
b. Infeksi.
c. Keracunan.
d. Degenerasi ( failure )
e. Asfiksia
Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of water and
electrolit )
Kegagalan system susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan hipoglikemi
dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat, sedangkan kegagalan system
organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lama.
Dengan demikian keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD)
dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
a. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat.
b. Kecepatan meminta pertolongan.
6
c. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan.
1) Ditempat kejadian
2) Dalam perjalanan ke rumah sakit
3) Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit
7
BAB III
TATA LAKSANA
9
fraktur pelvis yang mengancam jiwa.
3) Evaluasi
d. Disability
1) Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS (Glasgow coma Scale).
2) Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi tanda-tand
laterisasi.
3) Evaluasi dan re-evaluasi airway, oksigenasi, ventilasi dan circulaion.
4) Klasifikasi kesadaran pada trauma kepala :
GCS = 8 cedera kepala berat
GCS = 9 – 12 cedera kepala sedang
GCS = 13 – 15 cedera kepala ringan
e. Exposure/Environment
1) Buka pakaian penderita.
2) Cegah hipotermia : beri selimut dan tempatkan pada ruangan yang cukup hangat.
C. Resusitasi
a. Re-evaluasi ABCDE
Dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml pada dewasa dan
20ml/kg BB pada anak dengan tetesan cepat .
b. Evaluasi resusitasi cairan.
a) Nilai respon penderita terhadap pemberian cairan awal
b) Nilai perfusi organ ( nadi, warna kulit, kesadaran dan produksi urin) serta awasi
tanda-tanda syok.
c) Pemberian cairan selanjutnya berdasarkan respon terhadap pemberian cairan awal.
10
memanipulasi atau instrumentasi, segera konsultasikan pada bagian bedah.
3. Ambil sampel urin untuk pemeriksaan urin rutin.
4. Produksi urin merupakan indikator yang peka untuk menilai perfusi ginjal dan
hemodinamik penderita.
5. Out put urin normal sekitar 0,5 ml/kg Bbjam pada orang dewasa, 1 ml /kgBB/jam
pada anak-anak dan 2 ml?kgBB/jam pada bayi.
C. Pasang Kateter Lambung
1. Bila terdapat kecurigaan fraktur basis kranii atau trauma maksilofacial yang
merupakan kontraindikasi pemasangan nasogastrik tube, gunakan orogastrik tube.
2. Selalu tersedia alat suction selama pemasangan kateter lambung karena bahaya
aspirasi bila pasien muntah.
D. Monitoring hasil resusitasi dan laboratorium
Monitoring didasarkan atas penemuan klinis, nadi, laju nafas, tekanan darah, Analisis
Gas Darah (BGA), suhu tubuh dan out put urin dan pemeriksaan laboratorium.
E. Pemeriksaan foto rontgen atau USG abdomen
1. Segera lakukan foto thorakx, pelvis dan servikal lateral dan atau USG abdomen
bila terdapat kecurigaan trauma abdomen.
3. Pemeriksaan foto ronget harus selaktif dan jangan sampai menghambat proses
resusitasi. Bila belum memungkinkan, dapat dilakukan pada saat secondary
survey.
2. Pada wanita hamil, foto rongent yang mutlak diperlukan tetap harus dilakukan.
D. Secondary survey
Anamnesis dan pengkajian yang harus di dapatkan meliputi : pemeriksaan fisik head to
too .
1. khusus pasien trauma anamnesis yang harus diingat :
S : Syndrom
A : Alergi
M : Mekanisme dan sebab trauma
M : Medikasi (obat yang diminum saat ini)
P : Past illness
L : Last meal ( makan minum terakhir )
E : Event/Environment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan
11
1) Anamnesa secondary survey pada pasien non trauma sering dilakukan dengan
A : Alergi
M : Medikasi ( obat yang sedang diminum )
P : Past Illness
L : Last meal ( makan minum terakhir )
E : Event / Environment yang berhubungan dengan kejadian
1. Pemeriksaan fisik dengan head to too, kemungkinan penemuan gejala akan terlihat.
2. Sebelum dilakukan pemeriksaan tambahan, periksa keadaan penderita dengan teliti
dan pastikan hemodinamik stabil.
3. Selalu siapkan perlengkapan resusitasi di dekat penderita karena pemeriksaan
tambahan biasanya dilakukan diruangan.
Pemeriksaan tambahan yang biasanya diperlukan :
CT scan kepala, abdomen
USG abdomen, transoesofagus
Foto rongent ekstermitas
Foto rongent vertebra tambahan
Urografi dengan kontras
12
BAB IV
DOKUMENTASI
13
BAB VI
PENUTUP
Panduan Skrining Pasien ini kami susun agar dapat digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan kegiatan skrining di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Sragen.
Namun demikian upaya-upaya ini akan lebih berhasil jika didukung oleh pimpinan rumah
sakit dan kerja sama yang baik dari seluruh unit kerja di Rumah Sakit Umum PKU
Muhammadiyah. Semoga Allah selalu memberikan Rahmat semua upaya-upaya yang kita
kerjakan.
DIREKTUR
RSU PKU Muhammadiyah Sragen
14