Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

“Ankoagulan”

Disusun Oleh:

Kelompok 4

1. Hasna Dzakiyah Martha 11171020000059


2. Annisa Fadhilah 11171020000061
3. Wulan Sari 11171020000069
4. Flowerenza Ambaroh 11171020000071
5. Ade Nanda Alrisky 11171020000073

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018/2019
BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan cara


mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan thrombin yang diperlukan
untuk merubah fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan. Pendarahan adalah
keluarnya darah dari pembuluh darah akibat rusaknya pembuluhdarah. Perdarahan
dapat terjadi di dalam tubuh (perdarahan internal), seperti ruptur organataupun
pembuluh darah besar, ataupun di luar tubuh (perdarahan eksternal) seperti perdarahan
melalui vagina, mulut, rectum, atau melalui luka dari kulit. Perdarahan terjadi saat
pembuluh darah rusak yang menyebabkan darah keluar dari pembuluh darah. Ruptur
organ dan pembuluh darah besar adalah contoh perdarahan internal. Sedangkan yang
dimaksud perdarahan eksternal terjadi seperti luka pada kulit (Lammers, 2009). Namun
obat-obat ini sangat penting untuk meningkatkan harapan hidup penderita stroke, infark
miokard, dan kematian sebanyak 22% (Furie et al., 2011).

Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah. Antikoagulan


digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat fungsi
beberapa faktor pembekuan darah. Atas dasar ini antikoagulan diperlukan untuk
mencegah terbentuk dan meluasnya thrombus dan emboli, maupun untuk mencegah
bekunya darah di luar tubuh pada pemeriksaan laboratorium atau transfuse. Oleh
karena itu, sebagai mahasiswa farmasi harus mengetahui obat-obat yang dapat memicu
pendarahan sehingga efek samping pendarahan tidak terjadi melalui pemantauan terapi
obat maupun edukasi terhadap pasien.
1.2. Tujuan

1.2.1 Mampu melaksanakan pengujian antikoagulan

1.2.2 Mengetahui dan memahami mekanisme kerja yang mendasari

manifestasi efek antikoagulan


BAB II

Landasan Teori

2.1 Landasan Teori

Antikoagulan adalah zat atau bahan yang digunakan untuk mencegah


pembekuan darah antikoagulan bertujuan agar darah tidak membeku, sehingga kondisi
darah dapat dipertahankan dalam lama waktu tertentu. Antikoagulan digunakan untuk
mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan atau
menghambat beberapa fungsi faktor pembekuan darah. Antikoagulan digunakan pada
keadaan dimana terdapat peningkatan kecenderungan darah untuk membeku. Misalnya
pada thrombosis. Karena pada thrombosis coroner (infark miokard). Sebagian otot
jantung mati akibat penyaluran darah ke bagian tersebut terhalang oleh trombus di salah
satu cabangnya. (Nurcahyo, 1998)

Antikoagulan juga digunakan untuk profilaksis atau pengobatan gangguan


tromboemboli. Tromboembolisme adalah formasi gumapalan (trombus) dalam
pembuluh darah yang lepas dan dibawa oleh aliran darah yang kemudian akan
menyumbat pembuluh darah lain. Gumpalan ini dapat di paru-paru (embolisme paru),
otak (stroke), saluran pencernaan atau kaki. Thromboelisme merupakan penyebab
utama (morbiditas) penyakit dan mortalitas (kematian), terutama pada orang dewasa.
Pengobatannya mungkin melibatkan antikoagulan (pengecer darah misalnya warfarin)
aspirin, atau vasodilator (obat yang mengundurkan dan memperlebar pembuluh darah).
(Soewolo, 1999)

2.2 Macam-macam Obat

Obat antikoagulan adalah obat yang digunakan untuk mencegah pembekuan


darah. Tindakan tersebut diperlukan dalam transfusi darah, untuk pemeriksaan
laboratorium, mencegah kecenderungan pembekuan darah dalam pembulu darah.
Secara umum obat antikoagulan dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
2.2.1 Heparin

Heparin merupakan suatu mukopolisakarida yang mengandung sulfat.


Zat ini di sintesis dalam sel mast dan terutama banyak terdapat di paru. Peranan
fisiologik heparin belum diketahui seluruhnya, akan tetapi pelepasannya ke
darah yan gitba-tiba pada syok anfilaksis menunjukkan bahwa heparin mungkin
berperan dalam reaksi imunologik. Di laboratorium heparin jarang digunakan
dalam pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium karena harganya mahal. Jenis
heparinyang paling banyak digunakan adalah lithium heparin antikoagulan
karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion dalam darah.

2.2.2 Antikoagulan Oral (Clopidogrel)

Clopidogrel, agen platelet yang secara stuktural dan farmakologis mirip


dengan ticlopidine, digunakan untuk menghambat pembekuan darah dalan
berbagai kondisi seperti penyakit pembuluh darah perifer, penyakit arteri
koroner, dan penyakit serebrovaskular. Clopidogrel dijual dengan nama plavix
oleh sanofu dan Bristol-Myers Squibb. Obat ini merupakan inhibitor ireversibel
P2Y12 reseptor adenosin difosfat yang ditemukan pada membran sel platelet.
Pegunaan clopidogrel dikaitkan dengsn beberapa reaksi oba yang merugikan
serius seperti neutropenia parah, berbagai bentuk pendarahan, dan edema
kardiovaskular.

a. Mekanisme Kerja

Metabolit aktif clopidogrel mencegah pengkatan adenosin


difosfat (ADP) dengan reseptor trombositnya, mengganggu aktivasi
ADP yang dimedilasi oleh glikoprotein GPllb/ IIIa yang dimediasi oleh
ADP. Diusulkan bahwa penghambatan tersebut melibatkan cacat dalam
mobilisasi dari tempat penyimpanan garnula trombosit ke membran
luar. Obat ini secara spesifik dan ireversbel menghambat subtipe
reseptor ADP P2Y12, yang penting dalam agregasi trombosit dan ikatan
silang oleh protein fibrin. Tidak ada gangguan langsung terjadi dengan
reseptor GPIIb/IIIa. Karena kompleks GPIIb/IIIa adalah reseptor utama
untuk fibrinogen, aktivasi yang terganggu mencegah ikatan fibrinogen
terhadap trombosit atau menghambat agreasi trombosit. Dengan
memblokir amlifikasi aktivitas trombositdengan melepas ADP,
agregasi trombosit yang diinduksi oleh agonis selain ADP juga
dihambat oleh matabolit aktif clopidogrel.

b. Farmakodinamik

Karena clopidogrel adalah prodrug, maka harus dimetabolisme


oleh enzim CYP450 untuk menghasilkan matabolit aktif yang
menghambat agregasi trombosit. Metabolit aktif secara selektif
menghambat adenosin difosfat (ADP) yang berikatan dengan reseptor
P2Y12 plateletnya dan kemudian aktivasi yang dimediasi ADP dari
glikoprotein GPIIb/IIIa kompleks, sehingga menghambat agregasi
platelet.

c. Indikasi

Untuk pengurangan kejadian aterosklerotik (infark


miokard,stroke, dan kematian pembuluh darah) pada pasien dengan
aterosklerosis yang didokumentasikan oleh stroke baru-baru ini, infark
miokard baru-baru ini, atau penyakit arterial perifer yang terjadi.

d. Absorpsi

Penyerapan stidaknya 50% berdasarkan eksreksi metabolit


terkait clopidogrel. Ketersediaan hayati belum ditemukan dipengaruhi
oleh makanan.

e. Metabolisme

Hati, luas dan cepat, melalui hodrolisis ke matabolit utama yang


bersirkulasi, turunan asam karboksilat, yang menyumbang sekitar 85%
dari senyawa terkait obat yang beredar. Turunan asam glukuronat dari
asam karboksilat juga telah ditemukandalam plasma dan urin. Baik
senyawa induk maupun turunan asam karboksilat tidak memiliki efek
penghambatan trombosit.

f. Toksik

Dosis tunggal clopidogrel pada 1500 atau 2000 mg/kg


mematikan bagi tikus dan mencit dengan 3000 mg/kg mematikan bagi
babun. Gejalanya meliputi muntah, kesulitan bernafas, pendarahan.

g. Waktu Kerja

Turunan asam karboksilat: 8 jam (setelah dosis tunggal dan


multipel). Ikatan kovalen terhadap trombosit telah menyumbang 2%
clopidogrel yang diberi label radiol dengan waktu paruh 11 hari.

2.2.3 Anti Koagulan Pengikat Ion Kalsium

Natrium sitrat dalam darah akan mengikat kalsium menjadi kompleks


kalsium sitrat. Bahan ini banyak digunakan dalam darah untuk transfusi, karena
tidak toksik. Tetapi dosis yang terlalu tinggi, umpama nya pada transfusi darah
sampai ± 1.400 ml dapat menyebakan depresi jantung. Asam oksalat dan
senyawa oksalat lainnya digunakan untuk antikoagulan invitro, sebab terlalu
toksik untuk pengunaan in vivo. Natrium ededat mengikat kalsium menjadi
uraian kalsium menjadi suatu kompleks dan bersifat sebagai antikoagulan.
BAB III

Metodologi Praktikum

3.1. Alat dan Bahan:

a. Alat suntik l. Sudip


b. Jarum oral (kanula) m. Jarum
c. Jarum iv n. Stopwatch
d. Timbangan hewan o. Beaker glass
e. Gunting p. Tube plastic
f. Timbangan analitik q. Thermometer
g. Kapas r. Clopidogrel
h. Gelas ukur s. Aqua destilata
i. Lumping t. Na CMC
j. Stamper u. NaCl fisiologis
k. Spatel

3.2. Prosedur Kerja:

a. Mencit ditimbang terlebih dahulu


b. Dosis pemberian obat antikoagulan dan VAO dihitung sebelum diberikan
c. Mencit diberikan obat antikoagulan secara oral
d. 30 menit setelah pemberian oral, ekor mencit dipotong dengan alat pemotong
yang tajam kira-kira 4 mm dari ujung paling distal
e. Setelah ekor dipotong, cepat-cepat ekor mencit dicelupkan ke dalam NaCl
fisiologis
f. Waktu pendarahan dicatat mulai pada saat memotong ekor sampai darah
berhenti mengalir
BAB IV

Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil

EFEK TIAP OBAT PADA MENCIT


(Oral) Na CMC (Oral) Warfarin (Oral) Aspirin (Oral) Clopidogrel

3 3 3 3
SKALA PENDARAHAN
3 3 3 3
3 3 3 3

2 1 1 2
1 1 1 1
1 1 1 1 1
5' 1
10' 15' 1
20'
25'
30'
5' 10' 15' 20' 25' 30'
(Oral) Na CMC 3 1 1 1 1 1
(Oral) Warfarin 3 3 3 3 2 1
(Oral) Aspirin 1 1 1 1 1 1
(Oral) Clopidogrel 3 3 3 3 3 3

Keterangan:

Skala Pendarahan:

1→Stop Pendarahan

2→Pendarahan Berkurang dari Waktu Awal

3→Start Pendarahan

Data Tiap Kelompok:

Kelompok 1: ♂Mencit diberikan Na CMC (kontrol negatif), VAO sebesar 0,05 ml

Kelompok 2: ♂Mencit diberikan Warfarin, Dosis sebesar 1,028 mg/KgBB dan VAO
sebesar 0,074 ml
Kelompok 3: ♂Mencit diberikan Aspirin, Dosis sebesar 66,625 mg/KgBB dan VAO
sebesar 0,1 ml

Kelompok 4: ♂Mencit diberikan Clopidogrel, Dosis sebesar 61,73 mg/KgBB dan


VAO sebesar 0,13 ml

4.2 Pembahasan

4.2.1 Koagulasi

Mekanisme koagulasi atau proses koagulasi (penggumpalan darah)


terjadi lewat mekanisme kompleks yang diakhiri dengan pembentukan fibrin
(protein dalam plasma darah yang diubah oleh trombin/enzim pembeku darah
dalam proses pembekuan darah). Mekanisme ini terjadi jika ada cedera di
dalam maupun di permukaan tubuh. Kondisi darah mudah menggumpal bisa
terjadi karena faktor keturunan maupun didapat misalnya akibat infeksi maupun
tingginya antibodi antikardiolipid (ACA) akibat gangguan autonium
(Ganiswarna, 1995)
Pembuluh darah yang terpotong atau rusak, maka akan terjadi
penyempitan bagian yang terluka. Hal ini terjadi karena kontraksi miogenik otot
polos sebagai suatu plasma lokal dan karena refleks simpatik yang merangsang
serabut adrogenik yang menginversi otot polos dinding pembuluh
lokal. Kontraksi ini membuat darah yang keluar dari pembuluh darah akan
berkurang (Frandson, 1992).
Pendarahan dapat berhenti sendiri misalnya dengan kontraksi vasa
ditempat pendarahan yang terjadi beberapa menit sampai beberapa jam.
Apabila pembuluh darah mengalami dilatasi, darah tidak keluar lagi karena
sudah dicegah oleh mekanisme trombosit. Vasa kontraksi timbul melalui
beberapa jalan kontraksi langsung otot pembuluh darah kemudian anoksia dan
reflek lalu adanya serotonis yang keluar dari trombosit yang menyebabkan vasa
kontraksi (Schmid, 1997). Kisaran waktu pendarahan yang normal untuk
manusia adalah 15 hingga 120 detik (Guyton, 1983). Trombosit melekat pada
endotel pada tepi-tepi pembuluh yang rusak. Hal ini terjadi sampai elemen-
elemen pembuluh darah yang putus menyempit. Penjedalan darah sangat
penting dalam mekanisme penghentian darah (Guyton,1997).

4.2.2 Antikoagulan

Antikoagulan adalah obat yang digunakan untuk mencegah pembekuan


darah dengan jalan menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah.
Antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk serta meluasnya trombus
dan emboli, obat golongan ini juga diperlukan untuk mencegah bekunya darah
in vitro pada pemeriksaan laboratorium dan transfusi. Antikoagulan oral dan
heparin menghambat pembentukan fibrin dan digunakan secara profilaktik
untuk mengurangi insiden tromboemboli terutama pada vena. Kedua macam
antikoagulan ini juga bermanfaat untuk pengobatan trombosis arteri karena
mempengaruhi pembentukan fibrin yang diperlukan untuk mempertahankan
gumpalan trombosit. Pada trombus yang sudah terbentuk, antikoagulan hanya
mencegah membesarnya trombus dan mengurangi kemungkinan terjadinya
emboli, tetapi tidak memperkecil trombus.
Menurut cara kerjanya antikoagulan dapat dibagi menjadi 2 golongan
yaitu: (1) yang langsung (direk) pada pembekuan darah dan antitrombin III baik
in vivo maupun in vitro, contohnya adalah heparin; (2) yang tak langsung
(indirek) mempunyai khasiat menghambat pembekuan darah dengan
memutuskan hubungan antara faktor pembekuan (II, VII, IX dan X) yang
dibentuk di hati yang memerlukan adanya vitamin K, bekerja secara in vivo,
contohnya adalah antikoagulan oral.
Clotting In Vivo

Clotting In The Lab

Salah satu jenis antikoagulan adalah obat-obat anti platelet ,Platelet


menjadi sumbat hemostasis awal di tempat per-pembukaan pembuluh darah.
Platelet juga terlibat dalam pembentukan trombus patologis yang menyebabkan
infark miokard, stroke, dan trombosis pembuluh perifer. Inhibitor fungsi
platelet yang kuat telah dikembangkan pada beberapa tahun terakhir. Obat-obat
ini bekerja dengan mekanisme yang berlainan, karena jika dikombinasikan
efeknya bersifat aditif atau bahkan sinergis. Ketersediaan antiplatelet telah
melakukan revolusi dalam pengobatan kardiovaskular. Dengan obat-obat ini,
angioplasti dan pemasangan stent pada lesi vaskular kini memungkinkan
dengan laju kejadian restenosis dan trombosis yang rendah, jika inhibisi platelet
yang efektif dilakukan. (goodman & gillman,2007)

4.2.3 Clopidogrel

Klopidogrel merupakan salah satu obat anti platelet, Tienopridin ini


berkaitan dengan tiklopidin dan tampaknya memiliki profil toksisitas yang
cukup menguntungkan dengan frekuensi trombositopenia dan leukopenia yang
lebih sedikit, meskipun purpura trombositopenia trombotik pernah dilaporkan
baru-baru ini (Bennett et al., 2000). Penggunaan obat tidak seluas tiklopidin
sehingga frekuensi munculnya toksisitas yang jarang masih belum dapat
dipastikan. Obat ini hampir sama dengan tiklopidin dalam hal juga merupakan
prodrug dengan onset kerja lambat. Dosis lazim 7 mg per hari dengan atau tanpa
dosis muatan 300 mg. Oba ini ekuivalen dengan aspirin dalam pencegahan
stroke kunder, dan pada kombinasi dengan aspirin, obat ini tampak nya
seefektif tiklopidin dan aspirin. (Quinn dan Fitzgeral 1999)

Clopidogrel, agen antiplatelet yang secara struktural dan farmakologis


mirip dengan ticlopidine, digunakan untuk menghambat pembekuan darah
dalam berbagai kondisi seperti penyakit pembuluh darah perifer, penyakit arteri
koroner, dan penyakit serebrovaskular. Clopidogrel dijual dengan nama Plavix
oleh Sanofi dan Bristol-Myers Squibb. Obat ini merupakan inhibitor ireversibel
P2Y12 reseptor adenosin difosfat yang ditemukan pada membran sel platelet.
Penggunaan clopidogrel dikaitkan dengan beberapa reaksi obat yang
merugikan serius seperti neutropenia parah, berbagai bentuk perdarahan, dan
edema kardiovaskular.

4.2.4 Mekanisme kerja dan farmakokinetik clopidogrel


Metabolit aktif clopidogrel mencegah pengikatan adenosin difosfat
(ADP) dengan reseptor trombositnya, mengganggu aktivasi ADP yang
dimediasi oleh glikoprotein GPIIb / IIIa yang dimediasi oleh ADP. Diusulkan
bahwa penghambatan melibatkan cacat dalam mobilisasi dari tempat
penyimpanan granula trombosit ke membran luar. Obat ini secara spesifik dan
ireversibel menghambat subtipe reseptor ADP P2Y12, yang penting dalam
agregasi trombosit dan ikatan silang oleh protein fibrin. Tidak ada gangguan
langsung terjadi dengan reseptor GPIIb / IIIa. Karena kompleks glikoprotein
GPIIb / IIIa adalah reseptor utama untuk fibrinogen, aktivasi yang terganggu
mencegah ikatan fibrinogen terhadap trombosit dan menghambat agregasi
trombosit. Dengan memblokir amplifikasi aktivasi trombosit dengan
melepaskan ADP, agregasi trombosit yang diinduksi oleh agonis selain ADP
juga dihambat oleh metabolit aktif clopidogrel.

4.2.5 Farmakokinetik Clopidogrel

 Absorbs : Penyerapan setidaknya 50% berdasarkan ekskresi metabolit


terkait clopidogrel. Ketersediaan hayati belum ditemukan dipengaruhi oleh
makanan.
 Metabolism : Hati, luas dan cepat, melalui hidrolisis ke metabolit utama
yang bersirkulasi, turunan asam karboksilat, yang menyumbang sekitar
85% dari senyawa terkait obat yang beredar. Turunan asam glukuronat dari
turunan asam karboksilat juga telah ditemukan dalam plasma dan urin. Baik
senyawa induk maupun turunan asam karboksilat tidak memiliki efek
penghambatan trombosit.
 Rute eliminasi : Mengikuti dosis oral clopidogrel berlabel 14C pada
manusia, sekitar 50% dari total radioaktivitas diekskresikan dalam urin dan
sekitar 46% dalam tinja selama 5 hari setelah pemberian dosis. (drug bank,
2005)
Dalam praktikum ini diamati efek dari obat dalam berbagai dosis
terhadap waktu pendarahan dan waktu pembekuan darah hewan percobaan.
Dengan penyuntikkan clopidogrel menunjukkan waktu pendarahan dan waktu
pembekuan darah hewan percobaan adalah 30 menit 12 detik. Maka terbukti
clopidogrel terbukti efektif pada percobaan hewan coba.

4.2.6 Pengamatan Hasil

Pada praktikum kali ini dilakukan 4 perlakuan yang berbeda pada


masing-masing kelompok, mencit kontrol disuntikkan hanya Na CMC, mencit
pada kelompok 2 disuntikkan warfarin, mencit pada kelompok 3 disuntikkan
aspirin dan mencit pada kelompok disuntikkan clopidogrel. Pemberian obat
digunakan untuk mempersingkat waktu pendarahan.
Pada kelompok kami yang mana menyuntikkan obat clopidogrel, waktu
yang didapatkan dari pendarahan sampai pendarahan berhenti (bleeding time)
adalah >30 menit. Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol dan kelompok
3 yang mempunyai bleeding time berturut-turut 11 menit dan 3 detik, kelompok
4 sangat lama waktu bleeding time yang dimiliki. Menurut literature
mekanisme kerja obat clopidogrel adalah inhibitor adenosine difosfat (ADP)
diinduksi jalur untuk agregasi platelet (Medscape). Clopidogrel mempunyai
fungsi sebagai antiplatelet, yang mana menurut teori lebih efektif dan
mempunyai bleeding time lebih lama dibandingkan obat lain, pada praktikum
waktu bleeding time pada obat clopidogrel memiliki waktu yang lebih lama
dibandingkan obat warfarin dan aspirin yaitu >30 menitBleeding Time
merupakan suatu parameter yang dapat memonitor status fungsi trombosit,
kemampuan adhesi pada jaringan subendotel dan secara lebih spesifik
menunjukkan keefektifan membentuk agregasi. Bleeding Time berperan dalam
fase hemostatik primer sedangkan APTT (Activated Parsial
TromboplastinTime) berperan dalam fase hemostatik sekunder.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.2005. Clopidogrel. https://www.drugbank.ca/drugs/DB00758. pada


6/4/2019) Michael, Ramadhania, Zelika. 2017. Obat Penginduksi
Perdarahan. 15(4): 33-34
Frandson, R.D. 1992. Anatomi Dan Fisiologi Ternak. Edisi Ke-4. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan Oleh B. Srigandono Dan


Praseno).

Furie, K.L., Kasner, S.E., Adams, R.J., Albers, G.W., Bush, R.L., Fagan, S.C., et al.,
2011. Guidelines for the Prevention of Stroke in Patients With Stroke or
Transient Ischemic Attack A Guideline for Healthcare Professionals From the
American Heart Association/American Stroke Association. Stroke, 42: 227–
276.
Ganiswarna, S. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta: BagianFarmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Gilman, A. & Goodman, L. 2007.Goodman & Gilman: Manual Farmakologi dan
Terapi. Edisi XI. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC

Lammers, R., 2009. Principle of Wound Management. Dalam: J. Roberts & J. Hedges.
Clinical Procedures in Emergency Medicine. 5th ed. Philadelphia: Saunders
Elsevier.
Nurcahyo, Heru. 1998. Anatomi dan Fisiologi Hewan. Yohyakartra: UNY.
Soewolo. 1999. Fisiologi Hewan: Otot dan Gerak. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Quinn, M.J.,and Fitzgerald, D.J.Ticlopidine and Clopidogrel.

Sirculation,1999,100:1667-1672

Anda mungkin juga menyukai