Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

“TEKNOLOGI PARTIKEL”

DOSEN PENGAMPU

Muhammad Dzakwan M.si., Apt

KELOMPOK : 04 / E
TGL PRAKTIKUM : 10 September 2018
ANGGOTA :1. Apriliana Putrilatipasari (23175184A)
2. Rizki Yulianita S (23175185A)
3. Yuningsih (23175186A)
4. Isna Farich Rosyada (23175187A)

LABORATORIUM FARMASI FISIKA


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2018
I. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
- Memahami konsep partikel
- Memahami dan menggunakan metode untuk menentukan ukuran partikel
- Menggunakan alat untuk menentukan ukuran partikel
- Memahami peran penting ukuran partikel dalam ilmu farmasi
II. Teori dasar
Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari umunya jumlah
bahan besar (ditandai dengan junlah dasar) suatu contoh yang representatif. Karenanya suatu
pemisahan bahan awal dihindari oleh karena dari suatu pemisahan, contoh yang diambil
berupa bahan halus atau bahan kasar. Untuk pembagian contoh pada jumlah awal dari 10-
1000 g digunakan apa yang disebut Pembagi Contoh piring berputar. Pada jumlah dasar yang
amat besar harus ditarik beberapa contoh dimana tempat pengambilan contoh sebaiknya
dipilih menurut program acak (Voigh, 1994).
Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Karenanya perlu untuk
mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu partikel tertentu, tapi juga berapa banyak partikel-
partikel dengan ukuran yang sama ada dalam sampel. Jadi kita perlu sutau perkiraan kisaran
ukuran tertentu yang ada dan banyaknya atau berat fraksi dari tiap-tiap ukuran partikel, dari
sini kita bisa menghitung ukuran partikel rata-rata untuk sampel tersebut (Martin, 1990).
Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah menggunakan
pengayak standar. Pengayak terbuta dari kawat dengan ukuran lubang tertentu. Istilah ini
(mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang tiap inchi linear (Parrot, 1970).
Suatu metode yang paling sederhana, tetap irelatif lama dari penentuan ukuran
partikel adalah metode analisis ayakan. Disini penentunya adalah pengukuran geometric
partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan menurut meningginya lebarnya jala ayakan
penguji yang disusunkeatas. Bahan yang akan diayak dibawa pada ayakan teratas dengan
lebar jala paling besar. Partikel, yang ukurannya lebih kecil dari pada lebar jala yang
dijumpai, berjatuhan melewatinya. Mereka membentuk bahan halus (lolos). Partikel yang
tinggalkembalipadaayakan, membentukbahankasar. Setelah suatu waktu ayakan tertentu
(pada penimbangan 40-150 g setelah kira-kira 9 menit) ditentukan melalui penimbangan,
persentase mana dari jumlah yang telah ditimbang ditahan kembali pada setiap ayakan
(Martin, 1990).
III. Alat dan Bahan
Alat : Mikroskop binokuler
Mikrometer
Obyek glass dan Deck glass
Neraca analitis digital
Bahan : Suspensi obat
Aquadest
Amylum
Serbuk parasetamol

IV. Prosedur Percobaan


A. Metode Mikroskopi
Kalibrasi skala okuler dengan cara sebagai berikut :
- Tempatkan mikrometer dibawah mikroskop
- Himpitkan garis awal skala okuler dengan garis awal skala
obyektif
- Tentukan garis skala yang tepat berimpit dan tentukan harga
skala okuler

Siapkan suspensi encer paartikel yang akan dianalisis dan buat sediaan yang cukup (3-
5 sediaan) diatas obyek glass

DiPastikan terlebih dahulu apakah sampel yang akan dianalisis merupakan system
monodispers atau polydispers,dengan cara

- Ditentukan ukuran partikel sebanyak 20-25 partikel dari seluruh sediaan


- Buat harga logaritma masing-masing ukuran partikel
- Hitung berapa harga logaritma ukuran partikel dan harga standard deviasi (SD)
purata
- Hitung berapa harga antilogaritma purata ukuran partikel (dgeometrik) dan antilog
SD purata partikel (SDgeometrik)
- System disebut polidispers jika harga antilog SD ≥ 1,2 dan sistem disebut
monodispers jika antilog < 1,2
- Jika sampel polidispers jumlah partikel yang diukur > 1000 partikel dan jika
monodispers antara 500-1000 partikel

Lakukan grouping dengan cara sebagai berikut :


- Ditentukan ukuran partikel yang terkecil dan yang terbesar untuk seluruh
sediaan
- Dibagi jarak ukur yang diperoleh menjadi beberapa bagian yang gasal
(paling sedikit 5 bagian)

B. Metode ayakan

Dibersihkan ayakan dengan menggunakan dust vaccum cleaner

clecelaner cleaner

Disusun bertingkat beberapa seri ayakan dengan urutan dari atas


kebawah semakin besar nomor ayakan

Ditimbang serbuk/granul sebanyak 100 gram, diletakkkan pada ayakan


yang paling atas kemudian ditutup

Jalankan alat pengayak digital dengan kecepatan 60 rpm selama 10 menit

Serbuk yang tertinggal disetiap ayakan ditimbang dan dihitung prosentase barat
kumulatifnya

Buat distribusi ukuran partikel dengan membuat grafik/ kurva dengan memplot
data antara berat kumulatifnya lolos ayakan dan ukuran lubang ayakan

Buat grafik Gaudin-Schuman dengan memplot antara persen berat kumulatif lolos
dan ukuran lubang ayakan dalam bilangan logaritmik
V. Data dan percobaan
A. Metode Mikroskop
No Ukuran Log
Partikel (μm)
1 7,14 0,854
2 14,28 1,155
3 17,85 1,252
4 21,42 1,331
5 28,56 1,56
6 35,7 1,553
7 35,7 1,553
8 42,84 1,632
9 49,98 1,699
10 53,55 1,729
11 57,12 1,757
12 60,69 1,783
13 64,26 1,808
14 67,83 1,831
15 71,4 1,854
16 74,97 1,875
17 10,71 1,030
18 32,13 1,507
19 28,56 1,456
20 78,54 1,895
Ʃ Log = 31

 Rata-rata = Ʃ Log : Ʃ Ukuran


= 31 : 20
= 1,55 μm
 Antilog rata-rata = 35,48
 SD = 0,2905
 Anti log SD = 1,952
Kesimpulan : jadi partikel tersebut termasuk polidispers karena memiliki antilog
SD ≥1,2 yaitu sebesar 1,952
 Ukuran partikel terkecil = 7,14μm
 Ukuran partikel terbesar 78,54 μm
 Selisih = (terbesar – terkecil) : 5
=(7,14 – 78,54) : 5
=14,28 μm

No Range Ukuran Rata-rata Jumlah n.d n.d² n.d³


(d) Partikel (n)
1 7,14-21,42 14,18 511 7245,98 102747,99 1456966,4
2 21,42-35,7 28,56 362 10338,72 295273,84 8433020,8
3 35,7-49,98 42,84 138 5911,92 253266,65 10849943
4 49,98-64,26 57,12 85 4855,2 277329,02 15841033
5 64,26-78,54 71,4 56 3998,4 285485,76 20383683
Ʃ = 1152 Ʃ = 27495,02 Ʃ=1214103,2 Ʃ = 56964646

n.d4 Persen n Dibawah persen frekuensi Persen Dibawah ukuran


(%) kumulatif (jml) n.d³ persen frekuensi
(berat) % kumulatif (berat)

20659783 44,358 44,358 2,56 2,56

2,408707 31,424 75,782 0,15 2,71

4,6481155 11,979 87,761 19,05 21,76

9,0483980 7,378 95,139 27,81 49,57

14,553949 4,861 100 35,78 85,35

Ʃ = 20659813

Kurva Jumlah - Ukuran Partikel


600
500
Jumlah Partikel

400
300
200
100
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Ukuran Partikel (μm)
Kurva distribusi antara ukuran partikel (μm) dengan
% frekuensi distribusi jumlah dan distribusi berat
120
100
persentase

80
60
40 Y-Values
20 Column1
0
0 1 2 3 4 5 6
Ukuran Partikel (μm)

Ʃ 𝑛.𝑑 27495,02
 Panjang (dIn) = = = 23, 867μm
Ʃ𝑛 1152

Ʃ 𝑛.𝑑² 1214103,2
 Permukaan (dsn) = √ =√ = 32,464μm
Ʃ𝑛 1152

3 Ʃ 𝑛.𝑑³ 3 56964646
 Volume (dvn) = √ =√ = 36,707μm
Ʃ𝑛 1152

Ʃ 𝑛.𝑑² 1214103,2
 Permukaan – panjang atau panjang – berat (dsl) = Ʃ 𝑛 𝑑 = = 44,157μm
27495,02

Ʃ 𝑛.𝑑3 56964646
 Volume - permukaan atau prmukaan – berat (dvs) = Ʃ 𝑛 𝑑² = 1214103,2 = 46,919μm
Ʃ 𝑛.𝑑4 20659813
 Volume – berat atau berat – momen (dvw) = = 56964646 = 0,362μm
Ʃ 𝑛 𝑑³

B. Metode Pengayakan

No Ayakan No Ayakan 60 No Ayakan 80 No Ayakan Penampung


40 100
61,3 gr 13,9 gr 8,7 gr 5,2 gr 10 gr

∑ hasil = 61,3 + 13,9 + 8,7 + 5,2 + 10


= 99,1 gr

%Prosentase

61,3
Mesh No 40 = X 100 % = 61,85 %
99,1
13,9
Mesh No 60 = X 100 % = 14,03 %
99,1

8,7
Mesh No 80 = 99,1 X 100 % = 8,78 %

5,2
Mesh No 100 = 99,1 X 100 % = 5,25 %

10
Penampung = 99,1 X 100 % = 10,09 %

Ukuran lubang Tertimbang (g) Tertampung % Lolos (g) Lolos (%)


ayakan
b/b
0,318 61,3 61,85 38,15 43,5
0,211 13,9 14,03 24,12 27,5
0,157 8,7 8,78 15,34 17,49
0,127 5,2 5,25 10,09 11,5
-0,127 10 10,09 0 0
∑=99,1 ∑=100 ∑=87,7 ∑=99,99

Logaritma Persen berat Logaritma Persen Logaritma


ukuran lubang komulatif lolos persen berat kumulatif persen
ayakan komulatif lolos tertimbang kumulatif
tertimbang
-0,5 43,5 1,6 61,3 1,78
-0,68 71 1,8 75,2 1,87
-0,8 88,49 1,9 83,9 1,92
-0,9 99,99 2 89,1 1,95
- 0 - 99,1 1,99
Metode Linier
70

jumlah serbuk yang tinggal di


60
50
40
ayakan 30
20
10
0
0 1 2 3 4 5
ukuran partikel (log)

Distribusi linier dengan sumbuh x-log Scale


2.5
% lolos ayakan (log)

2
1.5
1
0.5
0
0 1 2 3 4 5
ukuran partikel (log)

Gates-Gaudin-Schuhmann (GGS)
1.96
1.94
%kumulatif tertinggal (log)

1.92
1.9
1.88
1.86
1.84
1.82
1.8
1.78
1.76
0 1 2 3 4 5
ukuran partikel (log)
VI. Pembahasan
Pada percobaan penentuan ukuran partikel ini bertujuan untuk mengukur
partikel zat dengan metode mikroskopi dan pengayakan (shieving). Bahan yang
digunakan untuk metode pengayakan adalah granul, sedangkan bahan yang digunakan
untuk metode mikroskopi optik adalah amylum. Digunakan amylum karena ukuran
partikel amylum lebih kecil dari pada granul.
Pada metode mikroskopi yang dilakukan pertama kali adalah kalibrasi alat
yang bertujuan untuk menentukan ukuran skala okuler. Ukuran partikel sebenarnya
didapat dari ukuran partikel terbaca dikalikan dengan harga skala okuler/hasil
kalibrasi. Setelah itu dilakukan perhitungan, pada percobaan yang dilakukan termasuk
polydispers karena harga SD > 1,2 yaitu 1,952
Keuntungan dari metode mikroskopi dapat mendeteksi aglomerat dan partikel
– partikel yang terdiri lebih dari satu komponen. Sedangkan kelemahan –
kelemahannya adalah diameternya hanya dapat dilihat secara dua dimensi yaitu
panjang dan lebar. Selain itu metode ini agak lambat dan melelahkan karena harus
menghitung sekitar 1000 partikel (polydispers).
Metode pangayakan adalah alat yang digunakan untuk mengukur partikel
secara kasar. Sehingga dalam percobaan ini digunakan bahan yang partikelnya kasar
dibandingkan dengan bahan yang lain. Pada metode pengayakan ini, digunakan 4
nomor ayakan yang berbeda-beda. Dimulai dari nomor ayakan yang rendah sampai
yang tinggi. Diantaranya nomor ayakan 40, 60 ,80 dan 100.
Metode ayakan dilakukan dengan menyusun ayakan dari nomor mesh yang
terkecil (yang paling atas) sampai pada nomor mesh yang paling besar (yang paling
bawah) hal ini ditujukan agar partikel-partikel yang tidak terayak (residu) yang
ukurannya sesuai dengan nomor ayakan. Jika nomor ayakan besar maka residu yang
diperoleh memiliki ukuran partikel kecil. Dalam pengayakan dibantu dengan alat
vibrator (mesin penggerak), mesin ini digerakkan secara elektrik dan dapat diatur
kecepatannya dan waktunya. Dalam percobaan ini kecepatan mesin penggerak diatur
60 rpm.
Metode yang digunakan ini merupakan metode yang sangat sederhana karena
cukup singkat. Namun alat atau metode ini tingkat keakuratan yang diperoleh
tidaklah seakurat dengan metode secara mikroskopik.
Dari data yang diperoleh umumnya diperoleh zat sisa yang tertahan dengan
semakin tinggi nomor mesh semakin banyak zat yang tersisa. Hal ini karena ukuran
dalam tiap inci semakin kecil lubangnya. Metode ini merupakan metode untuk
mengetahui tingkat kehalusan dari suatu zat. Dengan melihat semakin banyak zat
yang tertinggal dalam ayakan maka semakin kasar zat tersebut.

VII. Kesimpulan
a) Untuk mengukur partikel dilakukan dengan metode mikroskopis dan metode
ayakan
b) Metode ayakan merupakan metode yang sangat sederhana karena cukup singkat.
Namun alat atau metode ini tingkat keakuratan yang diperoleh tidaklah seakurat
dengan metode secara mikroskopik.

c) Pada percobaan yang dilakukan kali ini termasuk polydispers karena harga SD >
1,2 yaitu 1,952
d) Mengetahui ukuran partikel sangat penting dalam kefarmasian karena menentukan
sifat fisika, kimia dan farmakologinya dalam pembuatan sediaan obat yang
mempertimbangkan ukuran partikel. Hal ini juga berpengaruh pada sifat kelarutan
obat sehingga mempengaruhi efek keja obat yang akan ditambahkan

VIII. Daftar Pustaka


Martin, A. 1990. Farmasi Fisika jilid II. Jakarta :Universitas Indonesia Press
Parrot, L,E. 197-. Pharmaceutical Technologi. Mineapholish : Burgess Publishing
Company
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran teknologi Farmasi edisi V Cetakan I. Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada Press
http://bintinuriyah.blogspot.com/2013/10/praktikum-farmasi-fisika.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai