Anda di halaman 1dari 15

SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE

(Penentuan Kadar Besi)

I.

TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa :
1. Menggunakan alat spektrofotometer sinar tampak (Vis)
2. Menganalisis cuplikan secara spektrofotometri

II.

ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


Alat yang digunakan
- Spektrofotometer Agilent
- Kuvet (sel)
- Labu takar 500 ml, 100 ml, dan 50 ml
- Gelas kimia 250 ml
- Pipet ukur 10 ml, 25 ml
- Batang pengaduk dan spatula
- Corong plastic
- Pipet tetes
- Bola karet
- Botol aquadest
Bahan yang digunakan
- Ammonium Besi (III) Sulfat 100 ppm, 500 ml
- Larutan 1,10 Fenantrolin 100 mg dalam 100 ml labu takar
- Larutan Natrium Asetat 100 mg, 100 ml
- Larutan Hidroksil Amin 2 gram, 100 ml
- Aquadest
- Sampel

III.

DASAR TEORI
Definisi ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
benda atau materi di alam ragu dapat diubah dari bentuk yang ada dengan

sifat-sifat tertentu menjadi bentuk-bentuk lain dengan sifat-sifat benda.


Sebagai contoh, ilmu kimia memberikan pengetahuan yang
memungkinkan untuk perubahan bentuk minyak alami menjadi berbagai
bahan bakar dan sejumlah besar plastik, obat-obatan dan pestisida
(Petrucci, 1987). Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara
spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya
berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk
alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar
sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan
monokromator. Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak
tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah
dapat digunakan baik untuk sampel berwarna juga untuk sampel tak
berwarna (Keenan, 1992).
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri
dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari
spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika
energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai
fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan
fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih dapat terseleksi
dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun
celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang
diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang
mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu.
Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang
benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang
30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang
benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai
cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber
spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk
larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan
absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar, 1990).
Suatu grafik yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang
diserap dengan frekuensi (panjang gelombang) sinar merupakan spektrum
absorpsi. Transisi yang dibolehkan untuk suatu molekul dengan struktur
kimia yang berbeda adalah tidak sama sehingga spektra absorpsinya juga
berbeda. Dengan demikian, spektra dapat digunakan sebagai bahan
informasi yang bermanfaat untuk analisis kualitatif. Banyaknya sinar yang
diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya
molekul yang menyerap radiasi, sehingga spektra absorpsi juga dapat
digunakan untuk analisis kuantitatif (Rohman, 2007). Semua molekul

dapat mengabsorpsi radiasi daerah UV-Vis karena mereka mengandung


elektron, baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasikan ke
tingkat energi yang lebih tinggi (Day & Underwood, 1981). Panjang
gelombang maksimum dari toluen/benzen adalah dari 226 nm sampai 274
nm (Suwandari & Diastuti, 2006).
Dalam interaksi materi dengan cahaya atau radiasi
elektromagnetik, radiasi elektromagnetik kemungkinan dihamburkan,
diabsorbsi atau dihamburkan sehingga dikenal adanya spektroskopi
hamburan, spektroskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi. Faktorfaktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan
spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analitik :
1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis
termasuk zat pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau
kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi
sangat rendah atau sangat tinggi, halini dapat diatur dengan pengaturan
konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan
(melalui pengenceran atau pemekatan)
(Harjadi, 1998).
Spektroskopi UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopi yang
menggunakan sumber radiasi elektromegnetik ultraviolet dan sinar tampak
dengan
menggunakan
instrumen
spektrofotometer. Prinsip
dari
spektrofotometer UV-Vis adalah penyerapan sinar tampak untuk ultra violet
dengan suatu molekul dapat menyebabkan terjadinya eksitasi molekul dari
tingkat energi dasar (ground state) ketingkat energi yang paling tinggi (excited
stated). Pengabsorbsian sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu molekul
umumnya menghasilkan eksitasi elektron bonding, akibatnya panjang
absorbsi maksimum dapat dikolerasikan dengan jenis ikatan yang ada didalam
molekul. (Sumar hendayana. 1994 : 155)
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan
spektrofotometri UV-Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna
yang akan dianalisis dengan spektrofotometri visible karena senyawa tersebut
harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa yang berwarna. Berikut adalah
tahapan-tahapan yang harus diperhatikan:
a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak
menyerap pada daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan
merubah menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu.
b. Waktu operasional (operating time)

Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau


pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran
yang stabil.
c. Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif
adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk
memilih panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva
hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan
baku pada konsentrasi tertentu.
d. Pembuatan kurva baku
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan
berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai
konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan
antara absorbansi (y) dengan konsentrasi (X).
e. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara
0,2 sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitans.
Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T
adalah 0,005 atau 0,5% (kesalahan fotometrik).(Gandjar & Rohman,
2007).
Komponen komponen Spektrofotometer UV - Vis
Komponen-komponen peralatan spektrofotometer UV-Vis dijelaskan
secara garis besar sebagai berikut.
1. Sumber Cahaya
Sebagai sumber radiasi UV digunakan lampu Hidrogen (H) atau
lampu Deutirium (D). Sedangkan sumber radiasi tampak yang juga
menghasilkan sinar Infra Merah (IR) dekat menggunakan lampu filament
tungsten yang dapat menghasilkan tenaga radiasi 350-3500 nm.
2. Monokromator
Radiasi yang diperoleh dari berbagai sumber radiasi adalah sinar
polikromatis (banyak panjang gelombang). Monokromator berfungsi untuk
mengurai sinar tersebut menjadi monokromatis sesuai yang diinginkan.
Monokromator terbuat dari bahan optic yang berbentuk prisma.
3. Tempat Sampel
Dalam bahasa sehari-hari tempat sampel (sel penyerap) dikenal
dengan istilah kuvet. Kuvet ada yang berbentuk tabung (silinder) tapi ada
juga yang berbentuk kotak. Syarat bahan yang dapat dijadikan kuvet adalah
tidak menyerap sinar yang dilewatkan sebagai sumber radiasi dan tidak
bereaksi dengan sampel dan pelarut.
4. Detektor
Detektor berfungsi untuk mengubah tenaga radiasi menjadi arus listrik
atau peubah panas lainnya dan biasanya terintegrasi dengan pencatat (printer).

Tenaga cahaya yang diubah menjadi tenaga listrik akan mencatat secara
kuantitatif tenaga cahaya tersebut.(Sitorus, 2009)
Penentuan Kadar Besi
Penentuan kadar besi berdasarkan pada pembentukan senyawa
kompleks berwarna antara besi (II) dengan orto-fenantrolin yang dapat
menyerap sinar tampak secara maksimal pada panjang gelombang tertentu.
Banyak sinar yang diserap akan berkorelasi dengan kuantitas analit yang
terkandung di dalamnya sesuai dengan Hukum Lambert-Beer. (Wiji, dkk.
2010)
Besi memiliki dua tingkat oksidasi, yaitu Fe 2+ (ferro) dan Fe3+ (ferri).
Senyawa-senyawa yang dapat digunakan untuk mereduksi besi(III) menjadi
besi(II) diantaranya seng, ion timah(II), sulfit, senyawa NH 2OH, HCl,
hidrazin, hidrogen sulfida, natrium tiosulfat, vitamin C, dan hidrokuinon.
Pemilihan reduktor ini tergantung suasana asam yang digunakan dan
keberadaan senyawa lain dalam cuplikan yang akan dianalisis. Umumnya besi
cenderung untuk membentuk senyawa dalam bentuk ferri daripada dalam
bentuk ferro, dan membentuk kompleks yang stabil dengan senyawa-senyawa
tertentu. (Othmer, Kirk, 1978).
Penentuan kadar besi dapat dilakukan dengan menggunakan
metode spektrofotometri UV-Vis dengan reaksi pengompleksan terlebih
dahulu yang ditandai dengan pembentukan warna spesifik sesuai dengan
reagen yang digunakan. Senyawa pengompleks yang dapat digunakan
diantaranya molibdenum, selenit, difenilkarbazon, dan fenantrolin. Dasar
penentu pengompleks yang digunakan adalah 1,10-fenantrolin. Senyawa
ini memiliki warna sangat kuat dan kestabilan relative lama dapat
menyerap sinar tampak secara maksimal pada panjang gelombang
tertentu. Pada persiapan larutan, sebelum pengembangan warna perlu
ditambahkan didalamnya pereduksi seperti hidroksil amina, yang akn
mereduksi Fe 3+ menjadi Fe 2+, pH harus dijaga pada 6 -7 dengan cara
menambahkan natrium asetat. (Hendayana.S,dkk, 2001: 22).
Senyawa kompleks berwarna merah-orange yang dibentuk antara besi
(II) dan 1,10-phenantrolin (ortophenantrolin) dapat digunakan untuk penentuan
kadar besi dalam air yang digunakan sehari hari. Reagen yang bersifat basa
lemah dapat bereaksi membentuk ion phenanthrolinium, phen H + dalam
medium asam. Pembentukan kompleks besi phenantrolin dapat ditunjukkan
dengan reaksi:
Fe2+ + 3 phen H+ Fe(phen)32+ + 3H+
Dengan menggunakan penentuan kadar konsentrasi, suatu senyawa
dilakukan dengan membandingkan kekuatan serapan cahaya oleh larutan
contoh terhadap larutan standard yang diketahui konsentrasinya. Terdapat dua

cara standardisasi, pada cara pertama dibuat dahulu sederetan larutan standar,
diukur serapannya, kemudian tentukan konsentrasinya dengan menggunakan
cara kalirasi. Cara yang kedua dilakukan dengan menambahkan sejumlah
larutan contoh yang sama kedalam larutan standar. (Hendayana, S, dkk, 2001 :
12)
Reaksi reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ adalah:
2 Fe3+ + 4 NH2OH + 2 OH- 2 Fe2+ + N2 + 4 H2O
Prisip dasar yang digunakan adalah hokum Lambert - Beer
A = - Log T = a.b.c = .b.c
Dengan :
A = Absobansin (A)
T = Transmitan (%T)
= absortivitas molar (L/cm.mol)
b = panjang sel (cm)
c = konsentrasi zat penyerap sinar (mol/ L)
Syarat hukum Lmbert Beer dapat digunakan apabila :
1. Larutan yang hendak dianalisis encer
2. Sifat kimia, yaitu zat pengabsorbsi tidak terdisosiasi, berasosiasi
atau bereaksi dengan pelarut, sehingga menghasilkan spectra yang
berbeda dari zat yang dianalisis.
3. Sumber cahaya : monokromatis
4. Syarat kejernihan : kekeruhan larutan yang disebabkan oleh
partikel partikel dapat menyebabkan penyimpangan hukum
Lembert beer

IV.

PROSEDUR PERCOBAAN
A. Pembuatan Larutan Standard (larutan kalibrasi)
Membuat larutan feri ammonium sulfat (ammonium besi (III) sulfat)
pada 1000 ppm dalam 500 ml labu takar. Kemudian menambahkan
5 ml asam sulfat pekat, mengencerkannya hingga tanda batas.
Membuat larutan 1,1o fenantrolin monohidrat sebesar 100 mg
dalam 100 ml labu takar , mengencerkannya hingga tanda batas.

Membuat larutan natrium asetat 100 mg dalam 100 ml aquadest.


Membuat larutan hidroksil amin sulfat 2 gram dalam 100 ml
aquadest.
Memipet larutan diatas (larutan feri ammonium sulfat), sebanyak: 0;
0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 ml dimasukkan dalam masing masing labu
takar 100 ml. menambahkan pada masing masing larutan tersebut
dengan 1 ml hidroksil amin sulfat, 5 ml 1,10 fenantrolin dan 5 ml
natrium asetat untuk menjaga pH larutan agar 3 6 , kemudian
ditanda bataskan.

B. Menentukan Panjang Gelombang () Maksimum


Menekan tombol F2, memilih spektrofotometer , kemudian mengatur
rentang panjang gelombang. Memasukkan panjang gelombang 440
540 nm. Menekan tombol F6.
Memilih F1, memilih single wavelength, kemudian menekan tombol
enter.
Menekan tombol F2, memilih wavelength , menekan enter .
memasukkan panjang gelombang yaitu 440 nm. Kemudian menekan
tombol F6.
Mengisi kuvet dengan larutan blanko, kemudian meletakkannya
dialat spektrofotometer . lalu menekan tombol F8
Mengisi kuvet dengan larutan standar 8 ppm, kemudian
meletakkannya pada alat spektrufotometer. Lalu menekan tombol F7.
Mengulangi langkah 3 sampai dengan 5 untuk panjang gelombang
yang berbeda, hingga panlang glombang 540 nm.
C. Menentukan Absorbansi Larutan Standard
Menekan tombol F2, memilih wavelength, kemudian menekan enter.
Memasukkan panjang gelombang 510 nm, lalu menekan tombol F6.
Mengisi kuvet dengan larutan blanko, kemudian meletakkannya
pada alat spektrofotometer. Lalu menekan tombol F8.
Mengisi kuvet dengan larutan standard 4 ppm, meletakkannya pada
alat spektrofotometer dan menekan tombol F7
Mengulangi langkag 1 sampai dengan 3 dengan panjang gelombang
510 dan konsentrasi dari 0 ppm sampai dengan 10 ppm.
D. Mengukur Absorbansi Sampel
Menekan tombol F2, memilih wavelength, kemudian menekan enter.
Memasukkan panjang gelombang 510 nm. Kemudian menekan
tombol F6
Mengisi kuvet dengan larutan blanko, kemudian meletakkannya
pada alat spektrofotometer . Lalu menekan tombol F8.

Mengisi kuvet dengan larutan sampel A , meletakkannya pada alat


spektrofotometer dengan menekan tombol F7.
Mengulangi langkah 1 sampai dengan 3 untuk sampel yang berbeda,
yakni sampel B, C, dan D.

E. Cara Mematikan Alat


Menekan system (F5)
Menekan tombol m
Memilih restart, menekan enter
Memilih yes
Menunggu proses insialisasi selesai
Menekan tombol power ke off

V.

DATA PENGAMATAN
A. Penentuan Panjang Gelombang () Maksimum
No

1
2
3
4
5
6
7
8

(nm)

Absorbansi

440
460
480
500
505
510
515
520

0,0680
0,0878
0,1152
0,1284
0,1333
0.1364
0,1349
0,1270

9
10
11

525
530
540

0,1138
0,0952
0,0586

B. Penentuan Absorbansi Larutan Standar Pada = 510 nm


N
o
1
2
3
4
5

Konsentrasi
(ppm)
0
4
6
8
10

Absorbansi
- 0,0024
0,0017
0,0402
0,0952
0,1396

C. Penentuan Absorbansi Sampel Pada = 510 nm


No
1
2
3
4

VI.

Sampel

Absorbansi

Air tampungan AC (A)


Sari kacang ijo (B)
Susu Milo (C)
Tinta Print (D)

-0,0771
0,1796
1,0976
2,4315

Konsentrasi
(ppm)
-16,9048
70,4082
382,6531
836,3605

PERHITUNGAN
A. Pembutan Larutan Induk
Massa Fe2+ = 1000 ppm x 0,5 L
= 500 mg
Massa Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O = massa Fe2+ x BM Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O
BA Fe2+
= 500 mg x 1722,2980 gr/mol
56 gr/mol
= 15377,66071 mg
= 15,377660 g

B. Pengenceran Larutan Standar Induk


Konsentrasi 2 ppm
M1V1 = M2V2
1000 ppm . V1 = 2 ppm . 100ml
V1 = 2 ppm . 100ml
1000 ppm
= 0,2 ml
Konsentrasi 4 ppm
M1V1 = M2V2
1000 ppm . V1 = 4 ppm . 100ml
V1 = 4 ppm . 100ml
1000 ppm
= 0,4 ml
Konsentrasi 6 ppm
M1V1 = M2V2
1000 ppm . V1 = 6 ppm . 100ml
V1 = 6 ppm . 100ml
1000 ppm
= 0,6 ml
Konsentrasi 8 ppm
M1V1 = M2V2
1000 ppm . V1 = 8 ppm . 100ml
V1
= 8 ppm . 100ml
1000 ppm
= 0,8 ml
Konsentrasi 10 ppm
M1V1 = M2V2
1000 ppm . V1 = 10 ppm . 100ml
V1 = 10 ppm . 100ml
1000 ppm
= 1 ml
C. Konsentrasi Fe2+ Pada Sampel
N
0
1
2
3
4
5

X2

xy

0
4
6
8
10
28

-0,0024
0,0017
0,0402
0,0956
0,1396
0,2747

0
16
36
64
100
216

0
0,0068
0,2412
0,7648
1,3960
2,4088

1) Slope (m) = n. xy - x. y
n. x2 (x)2
= (5 . 2,4088) (28 . 0,2747)
(5 . 216) (28)2
= 0,0147
2) Intersept = y . x2 - x . xy
n. x2 (x)2
= (0,2747 . 216) (28 . 2,4088)
(5 . 216) (28)2
= -0,0274
y = mx + c
= 0,0147x + (-0,0274)
= 0,0147x 0,0274
Konsentrasi (x) = y + 0,0274
0,0147

VII.

ANALISA PERCOBAAN
Pada praktikumkali ini, yaitu praktikum tentang Spektrofotometri
UV Vis menganalisa Besi pada suatu sampel. Tujuan dari percobaan ini
adalah untuk memehami prinsip kerja alat sprktrofotometri UV Vis,
mengetahui cara mengkalibrasi alat spektrofotometer UV Vis, dan
mengetahui cara menentukan nilai panjang gelombang maksimum sebagai
parameter penting dalam analisa spektrofotometri UV Vis.
Pada percobaan kali ini digunakan alat spektrofotometer UV Vis,
karena logam besi mempunyai lebih dari 400 nm, sehingga jika
menggunakan spektrofotometri UV, logam besi dalam sampel tidak
terdeteksi. Syarat analisis menggunakan visible dalah cuplikan yang
dianalisis bersifat stabil membentuk kompleks dan larutan berwarna . Oleh
karena itu, dalam penentuan kadar besi dalam sampel, perlu ditambahkan
hidroksil amin untuk mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Besi dalam keadaan
Fe2+ akan lebih sebanding dibandingkan dengan besi Fe3+. Dalam keadaan
dasar, larutan besi tidak berwarna sehingga perlu ditambahkan larutan 1,1
fenantrolin agar membentuk kompleks larutan berwarna.

Reaksi antara besi dengan 1,1, - fenantrolin merupakan reaksi


kesetimbangan dan berlangsung pada pH 6 sampai 8. Karena alasan
tersebut, pH tersebut harus dijaga tetap dengan cara menambahkan garam
natrium asetat. Penambahan larutan natrium asetat seharusnya dilakukan
sebelum penambahan 1,1 fenantrolin . namun pada saat praktikum
penambahan natrium asetat setelah penambahan 1,1 fenantrolin sehingga
kemungkinan terdapat endapan Fe(OH)2 atau endapan fosfat. Endapan ini
membuat cahaya yang diterima dihamburkan oleh larutan sehingga
absorbansinya kecil. Kemungkinan lain yaitu kesalahan dalam
menandabataskan dan memipet larutan sampel.
Dalam penentuan kadar Fe dalam sampel menggunakan
spektrofotometer visible perlu dibuat larutan standar. Tujuannya adalah
untuk membuat kurva kalibrasi yang nantinya akan digunakan untuk
menghitung kadar (konsentrasi) besi dalam sampel.
Sebelumnya dilakukan pematchingan kuvet dengan larutan
standard blanko yang berupa campuran larutan hidroksil amin, larutan
natrium asetat , 1,1 fenantrolin dan aquadest. Langkah selanjutnya
adalah penentuan panjang gelombang maksimum. Rentang panjang
gelombang yang diuji, yaitu 440 540 nm. Dari pecobaan, pada panjang
gelombang yang berbeda zat sampel menyerap cahaya dengan absorbansi
yang berbeda pula. Semakin besar yang diberikan semakin besar pula
absorbansinya, namun pada keadaan tertentu nilai absorbansinya kembali
menurun dengan bertambahnya . Jika dilihat dari data percobaan, pada
= 440 nm molekul molekul dalam larutan standard hanya mampu
memperoleh nilai absorbansinya sebesar 0,0680. Nilai absorbansi ini terus
meningkat hingga = 510 nm dengan absorbansi 0,1364. Kemudian
absorbansi kembali menurun dengan meningkatnya . Hal ini terjadi pada
tersebut, kemampuan molekul molekul menyerap cahaya kembali
menurun. Dari percobaan ini dapat disimpulkan, bahwa larutan standar
tersebut menyarap cahaya secara maksimal pada = 510 nm.
Kemudian dilakukan pengukuran absorbansi pengukuran deret
standar pada maksimum 510 nm. Sesuai hukum Lambert beer dimana
absorbansi sebanding dengan konsentrasi larutan. Semakin besar
konsentrasi larutan, maka absorbansi yang diperoleh juga akan semakin
besar. Dari data absorbansi deret standar ini dibuan kurva kalibrasi dengan
persamaan garis Y = 0,0147x 0,027.
Selanjutnya dilakukan pengukuran absorbansi sampel. Dari
percobaan diperoleh absorbansi sampel A = -0,0771 dengan konsentrasi
-16,9048 ppm, sampel B = 0,1796 dengan konsentrasi 70,4082 ppm,
sampel C = 1,0976 dengan konsentrasi 382,6531 dan absorbansi sampel D
= 2,4315 dengan konsetrasi 836,3605. Berdasarkan surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.907/MENKES/SK/VII/2002, kadar besi yang
diperbolehkan didalam air sehingga dikatakan sebagai air bersih adalah

0.3 mg/L (0,3 ppm). Maka air tampungan AC hasil analisis tersebut
mempunyai kadar besi yang nilai konsentrasinya jauh diambang batas,
sehingga air tampungan AC tersebut layak dikonsumsi.

VIII.

KESIMPULAN
Bedasarkan pecobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
- Analisis besi menggunakan spektrofotometer UV Vis karena
logam besi memiliki lebih dari 400 nm
- Cuplikan yang dianalisis harus bersifat stabil membentuk
kompleks dan berwana
- Larutan hidroksil amin berfungsi untuk mereduksi Fe3+ menjadi
Fe2+
- Penambahan larutan 1,1 fenantrolin yaitu agar membentuk
larutan berwarna.
- Sedangkan panambahan larutan Natrium Asetat, yaitu untuk
menjaga pH agar stabil pada pH 3 sampai 6
- Sampel A, yaitu air tampungan AC memiliki konsentrasi
sebesar -16,9048 ppm, sampel B, yaitu Sari Kacang Ijo
memiliki konsentrasi sebesar 70,4082 ppm, sampel C yaitu
susu Milo memiliki konsentrasi sebesar 382,6531 ppm, dan
sampel D yaitu Tinta Print memiliki konsentrasi 836,3605 ppm.

DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrument .
POLSRI. Palembang.
Hendayana, Sumar (1994). Penuntun Praktikum Kimia Analitik
Instrument. Semarang: Semarang Press
Sitotus, M. 2009.Spektroskopi Eludisasi Struktur Molekul Organik. Edisi
Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai