Anda di halaman 1dari 11

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI ANALITIK

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS SECARA KUANLITATIF BAHAN KIMIA DALAM


OBAT TRADISIONAL

OLEH:

NAMA : SURYANINGSIH SUPRIANI SAPUTRI

NIM : N111 16 303

KELAS : FARMAKOGNOSI ANALITIK A

MAKASSAR

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang
jenis dan sifat kandungannya sangat beragam sehingga untuk menjamiun
mutu obat tradisional diperlukan cara pembuatan yang baik dengan lebih
memperhatikan proses produksi dan penanganan bahan baku.
Bahan baku adalah simplisia, sediaan galenik, bahan tambahan atas
bahan lainnya, baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat, yang berubah
maupun tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat tradisional.

Kromatografi lapis tipis merupakan cara analisis cepat yang


memerlukan bahan sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. Kromatografi
Lapis Tipis dapat digunakan untuk memisahkan senyawa yang hidrofobik
seperti lemak dan karbohidrat. Kromatografi Lapis Tipis dapat digunakan
untuk menentukan eluen pada analisis kromatografi kolom dan isolasi
senyawa murni dalam skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk pengembang
pada Kromatografi Lapis Tipis disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa
yang dianalisis. Sebagai fase diam digunakan silika gel, karena tidak akan
bereaksi dengan senyawa atau pereaksi yang reakstif. (Wiryawan, 2011)

Dari pengertian diatas telah jelas bahwa sediaan obat tradisional yang
diproduksi harus memenuhi mutu yang baik guna memenuhi persyaratan
keamanan dan khasiat, oleh karena itu percobaan ini dilakukan guna
mengetahui bahan kimia obat yang terdapat dalam obat tradisional.
B. MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu mengidentifikasi senyawa kimia yang terdapat
dalam sediaan obat tradisional dengan menggunakan metode kromatografi
lapis tipis.

C. PRINSIP PERCOBAAN
Prinsip dari percobaan ini adalah megelusi bahan baku obat pada
kromatografi lapis tipis dan dibandingkan dengan sampel obat tradisional
yang memiliki nilai Rf tidak lebih dari 10%
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN OBAT
Menurut pengertian umum, obat dapat didefinisikan sebagai bahan
yang menyebabkan perubahan dalam fungsi biologis melalui proses kimia.
Sedangkan definisi yang lengkap, obat adalah bahan atau campuran bahan
yang digunakan pengobatan, peredaan, pencegahan atau diagnosa suatu
penyakit, kelainan fisik atau gejala-gejalanya pada manusia atau hewan; atau
dalam pemulihan, perbaikan atau pengubahan fungsi organik pada manusia
atau hewan. Obat dapat merupakan bahan yang disintesis di dalam tubuh
(misalnya : hormon, vitamin D) atau merupakan merupakan bahan-bahan
kimia yang tidak disintesis di dalam tubuh.

B. OBAT TRADISIONAL
Ramuan tradisional adalah ramuan yang terbuat dari bahan-bahan
tumbuhan yang berkhasiat dan sudah biasa digunakan masyarakat setempat.
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik, atau campuran dari bahan-
bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman (Maryani, 2003).
Kekayaan jenis tanaman yang tumbuh di Indonesia sangat berlimpah,
termasuk didalamnya adalah tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan
pengobatan. Namun informasi akurat tentang khasiatnya belum banyak
dipublikasikan, sehingga pemanfaatan tanaman untuk tujuan pengobatan
selama ini hanya didasarkan pada pengalaman turun temurun. Informasi
tersebut berbeda pada setiap daerah, sehingga diketahui satu jenis tanaman
memiliki fungsi beragam untuk tujuan pengobatan (Mursito, 2000).
Pemanfaatan obat tradisional dan atau obat bahan alam untuk
penanggulangan penyakit masih kurang atau belum digunakan dalam
pelayanan kesehatan normal, karena masih terbatasnya pembuktian keamanan
dan khasiatnya secara alamiah (Anonim, 2002).
Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang
jenis dan sifat kandungannya sangat beragam sehingga untuk menjamin mutu
obat tradisional diperlukan cara pembuatan yang baik dengan lebih
memperhatikan proses produksi dan penanganan bahan baku. Tablet yang
akan dibuat berasal dari simplisia. Simplisia adalah bahan alamiah yang
dipergunakan sebagai obat tradisional yang belum mengalami pengolahan
apapun juga dan kecuali dinyatakan lain merupakan bahan yang dikeringkan.
Dimana memerlukan bahan awal yang merupakan bahan baku dan bahan
pengemas yang digunakan dalam pembuatan suatu produk obat tradisional
dan bahan baku yaitu simplisia, sediaan galenik, bahan tambahan atau
bahanlainnya, baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat, yang
berubahmaupun yang tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat
tradisional, walaupun tidak semua bahan tersebut masih terdapat didalam
produk ruahan.

C. JAMU
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, yang
berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienis
(bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional. Jamu telah digunakan
secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan
tahun, Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep
peninggalan leluhur. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah
sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris turun temurun.
Penandaan pada produk Jamu Tulisan “JAMU” harus jelas dan mudah dibaca,
dicetak dengan warna hitam diatas dasar warna putih atau warna lain yang
menyolok kontras dengan tulisan “JAMU” catatan : pada produk jamu
dilarang mencampurkan atau terkandung bahan kimia obat apapun. jamu
adalah tingkat terendah dari strata obat herbal lainnya tingkatan selanjutnya
adalah Herbal Terstandar.

D. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)


Kromatografi lapis tipis, zat penyerap merupakan lapisan tipis serbuk
halus yang di lapiskan pada lempeng kaca, plastic, logam secara merata,
umunya di gunakan lempeng kaca. Lempeng yang di lapisi dapat di anggap
sebagai kolom kromatografi terbuka dan pemisahan yang tercapai dapat di
dasarkan pada absorbsi, partisi atau kombinasi kedua efek tergantung dari
jenis penyangga, cara pembuatan dan jenis pelarut yang di gunakan. Biasanya
fase padatnya berupa adsorben yang relatif kuat sehingga mekanisme
pemisahan yang dominan berdasarkan perbedaan absorbsi.
Kromatografi lapis tipis merupakan cara analisis cepat yang
memerlukan bahan sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. Kromatografi
Lapis Tipis dapat digunakan untuk memisahkan senyawa yang hidrofobik
seperti lemak dan karbohidrat. Kromatografi Lapis Tipis dapat digunakan
untuk menentukan eluen pada analisis kromatografi kolom dan isolasi
senyawa murni dalam skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk pengembang
pada Kromatografi Lapis Tipis disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa
yang dianalisis. Sebagai fase diam digunakan silika gel, karena tidak akan
bereaksi dengan senyawa atau pereaksi yang reakstif. (Wiryawan, 2011)
BAB III

METODE KERJA

A. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah chamber, pipet
volume, pipet kapiler, lampu UV, pinset
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah larutan baku
pembanding metil prednisone, dexamethasone, asam mafenamat,
fenilbutazol, sampel obat tradisional 7 dan 8, etil asetat, toluene,
methanol, dan lempeng KLT GF254

B. CARA KERJA
1. Buat batas atas dan batas bawah pada lempeng
2. Larutan uji dan larutan pembanding ditotolkan ditepi bawah lempeng KLT
berukuran 5 x 6,5 cm dengan jarak totolan 0,6 cm dan dari tepi bawah
lempeng 1 cm, biarkan mengering.
3. Dielusi dengan perbandingan fase gerak yang sesuai ( toluene : etil asetat :
methanol = 2 : 5 : 1 ) sampai batas atas.
4. Lempeng dikeluarkan dan dibiarkan mengering.
5. Amati bercak dibawah sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm dan
366 nm.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBAR HASIL PENGAMATAN

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI LABORATORIUM FARMAKOGNOSI


FAKULTAS FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN UNIVERSITAS HASANUDDIN

Ket : hasil pengamatan dibawah sinar UV Ket : hasil pengamatan dibawah sinar UV
dengan panjang gelombang 366 nm dengan panjang gelombang 254 nm

B. PERHITUNGAN
Dari hasil pengamatan diperoleh jarak spot adalah;
5 = 3,7 cm
6 = 3,9 cm
7 = 3,6 cm
8 = 3,5 cm
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑝𝑜𝑡 3,7
Nilai Rf ; 5= = = 0,711
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 5,2
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑝𝑜𝑡 3,9
6 = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 = 5,2 = 0,75
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑝𝑜𝑡 3,6
7 = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 = 5,2 = 0, 692
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑝𝑜𝑡 3,5
8 = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 = 5,2 = 0, 673
C. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini yang di lakukan ialah mengidentifikasi obat


tradisional apakah mengandung bahan kimia atau tidak. Pengujian ini di
lakukan menggunakan kromatografi lapis tipis dengan bahan pembanding
metil prednisone, dexamethasone, asam mafenamat, dan fenilbutazol.
Dari gambar hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pada sinar UV
dengan panjang gelombang 245 nm tidak dapat dilihat noda bercak atau spot,
namun pada panjang gelombang 366 nm terlihat jelas spot yang dihasilkan.
Pada panjang gelombang 366 nm sampel 7 memiliki nilai Rf 0,692
sedangkan pada baku pembanding asam mafenamat memiliki nilai Rf 0,71,
dimana selisih antara sampel 7 dan baku asam mafenamat 0,02. Dapat
diperkirakan bahwa sampel 7 memiliki senyawa yang sama dengan asam
mafenamat atau obat tradisional pada sampel 7 mengandung bahan kimia obat
asam mafenamat.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa sampel 7 mengandung
bahan kimia obat berupa asam mafenamat dengan selisih nilai Rf adalah
0,02cm.

B. SARAN
Saran dari praktikum ini adalah lebih teliti dalam proses pengerjaan
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002, Tanaman Obat Indonesia, Cakrawala Iptek, Jakarta,.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2005, Pedoman Cara Pembuatan Obat
Tradisional Yang Baik, Jakarta.

Maryani, H. 2003, Tanaman Obat Untuk Mengatasi Penyakit Pada Usila, Agro
Media, Jakarta,.

Muchtadi, D. 1992, Fisiologi Pasca Panen Sayuran dan Buah-buahan. PAU Pangan
dan Gizi, IPB. Bogor. halaman 565

Mursito, B. 2000. Ramuan Tradisional Untuk Kesehatan Anak. Penebar Swadaya,


Jakarta

Anda mungkin juga menyukai