Anda di halaman 1dari 87

Umar mansur

Pengertian
Dispensing adalah proses yang meliputi serangkaian
kegiatan:
 menerima dan memvalidasi resep obat
 membahas dan solusi masalah dalam resep bila ada,
kalau perlu bersama dokter penulis resep
 Menyiapkan obat dan / atau racikan
 Memberi wadah dan etiket
 Menyerahkan obat dan memberikan informasi
kepada pasien/ perawat
 Mendokumentasikan semua tindakan
 Compounding atau meracik adalah suatu kegiatan
membuat sediaan obat dengan mencampur bahan
aktif farmakologis dan bahan tambahan farmasi
 Sediaan racikan a.l : pulveres , salep/ krim, larutan dan
suspensi
 Racikan dibuat berdasar resep dan tidak dibenarkan
membuat persediaan/ banyak
 Dispensing obat : resep
non resep ??

Obat : Obat bebas


Obat bebas terbatas
Obat keras
Obat psikotropik
Obat Narkotika
Bentuk pemberian obat:
Extra vaskuler : - peroral
- sub lingual
- per rectal
- per vaginal
- subkutan
- intramuskuler
- Transdermal
- inhalasi
Topikal : kulit, mata
 Intra vaskuler : intra vena (bolus)
intra vena infus
Resep lengkap
Resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai berikut:
 Nama, alamat dan nomor izin praktik dokter, dokter
gigi atau dokter hewan.
 Tanggal penulisan resep (inscription).
 Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocation).
 Nama setiap obat dan komposisinya (praescriptio/ordonatio).
Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura).
Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (sub-scriptio).
Nama dan umur pasien (serta alamatnya)
 Jenis hewan dan nama (serta alamat) pemiliknya untuk resep
dokter hewan.
 Tanda seru dan/atau paraf dokter untuk resep yang melebihi
dosis maksimalnya
Dasar dispensing obat
 Berdasarkan resep lengkap
 Untuk narkotika harus dengan resep asli atau copy
resep dari apotik yang mengeluarkan copy resep tsb
 Resep dari kota yang sama dengan kota apotik
khususnya obat narkotika dan psikotropika
 Pemberian ulangan berdasarkan tanda iter yang ditulis
dokter
 Bagaimana untuk obat bebas / bebas terbatas?
Penerimaan resep

 Cek kelengkapan resep


 Cek ketersediaan obat atau kalau tidak ada cek substitusinya
 Cek apakah ada masalah/ ketidak rasionalan :
rejimen dosis
interaksi farmasetika,
interaksi farmakokinetika/ farmakologi dll
 Perhitungkan dari segi keekonomisan pasien
 Komunikasi dengan pasien tentang obat dalam resep
 Catat alamat dan no tilpon pasien
Penyiapan obat
Resep yang sudah dibayar oleh pasiendisiapkan
obatnya :
 sediaan jadi
 sediaan racikan
 dalam bentuk padat , cair, semi solid atau injeksi
 Perhatikan proses
 Perhatikan ED
 Perhatikan wadah
 Etiket yang sesuai dan komunikatif
Penyerahan resep
 Pastikan yang menerima obat sesuai dan alamat/ no
tilponnya tercatat
 Pastikan etiket tertulis nama dan cara pakai sesuai
dengan resep
 Pastikan informasi cara penggunaan dipahami pasien
 Pastikan copy resep sesuai dengan resep asli dengan
jumlah obat yang belum diambil atau berapa ulangan
Upaya menghindarkan terjadi kesalahan
pada dispensing
 Kerja tim : H T K P  cek recek
 Hindari “ medication error”
 Hindari pencemaran
 Hindari penggunaan wadah yang tidak tepat
“Medication errors’
Kesalahan Pengobatan :
 Prescribing : Kesalahan penulisan oleh dokter , dosis,
keliru nama, interaksi obat. Cara makan dll
 Transcribing : salah membaca resep. Tidak
dikerjakan instruksi yang diminta dalam resep
 Compounding : Kesalahan dalam peracikan atau
mengambil obat, salah label/ atau obat kadaluarsa.
 Dispensing : Kesalahan penyerahan obat bukan kpd
pasien yang benar , salah informasi
Beberapa pertanyaan yang diajukan oleh
pasien kepada farmasis
 Apakah obat dengan bahan berkhasiat sama namun
berbeda pabrik, sama khasiatnya?
 Mengapa obat bahkan sesama golongan berbeda
dosis dan aturan makannya
 Apakah obat yang kelihatan bagus,utuh, mengkilap
berarti bermutu bagus
 Apakah obat dengan kandungan dan jumlah
kadar yang sama akan sama kualitas /efeknya.
 Mengapa ada obat yang tersedia hanya dalam
bentuk suntikan, tidak tersedia oralnya
 Apakah kalau puasa atau lupa minum obat,
obatnya boleh didobel pada waktu puasa/ ingat
 Apakah orang gagal ginjal harus selalu dosisnya
dikurangi
 Apakah kalau minum obat gunakan air putih, teh ,
susu ?
 Apakah obat yang diberikan harus diminum sampai
habis?
 dll
Pelaksanaan Pekerjaan
Kefarmasian (PP 51/2009)
 Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan
Farmasi;
 Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan
Farmasi;
 Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau
Penyaluran Sediaan Farmasi;
 Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan
Farmasi.
Peran farmasis di Apotik
 Apotek adalah suatu tempat dilakukannya pekerjaan
kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi, dan perbekalan
kesehatan lainnya kepada masyarakat. (Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/ SK/X /2002

 Pekerjaan kefarmasian di apotek meliputi :


- pelayanan obat atas resep dokter
- pelayanan informasi obat, dan obat tradisional
- pengadaan, penyimpanan dan pengamanan
sediaan obat dan bahan obat
- memberi solusi pada masalah yang terjadi terkait
pemberian obat pada pasien
Peran Farmasis di Rumah Sakit
- Memberikan rekomendasi obat untuk pasien
- Merancang rejimen dosis bila diperlukan
- Turut mengevaluasi respons pasien terhadap obat
- Bila diperlukan melakukan analisa kadar obat dalam
darah dan analisa farmakokinetika
- Merekomendasikan penyesuaian dosis bila diperlukan
- Rekomendasi hal –hal lain yang diperlukan
Bekal farmasis dalam menjalankan peran
1. Kemampuan mengakses informasi
2. Kemampuan tehnik berkomunikasi
3. Pengetahuan yang cukup tentang pasien dan
obat yang akan dikonsumsi  menjamin
keamanan khasiat, kemanfaatan dan mutu
sediaan farmasi (efektif dan aman)
4. Pengetahuan tentang sifat fisika kimia obat/
bahan tambahan obat, fisiologi manusia, nasib
obat dalam tubuh, efek farmakologi, interaksi
obat dll
5. Pengetahuan dalam teknologi farmasi
1. Mengakses informasi
 Gunakan internet untuk mengakses informasi obat a.l.
dengan menggunakan google. Tersedia beberapa pusat
informasi obat (PIO) yang dikelola berbagai lembaga,
informasi obat dari pabrik pembuat dan juga dapat
ditemui berbagai jurnal yang memberi informasi.

 Informasi meliputi :
- Bahan berkhasiat
- Khasiat obat
- Rejimen dosis dan cara pakai obat
- Interaksi obat
- Efek samping obat
- Parameter farmakokinetika
- dll
2. Tehnik berkomunikasi
 Kiat dalam berkomunikasi :
1. Berlaku ramah, empati dan penuh perhatian
2. Sapa pasien apakah ada yang perlu dibantu atau
ditanyakan
3. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti
disesuaikan dengan tingkat pemahaman ( usia,
latar belakang, budaya dll )
4. Usahakan tidak gunakan istilah kedokteran/
farmasi untuk pasien (karena ingin terlihat ahli ?),
gunakan padanannya
5. Beri informasi yang akurat, tidak berlebihan , tidak
memvonis, menakutkan dan mengancam serta
jelas
Bekal sebelum menjawab pertanyaan pasien
1. Pahami semua obat yang diperoleh pasien efek terapi,
efek samping, sifat khas sediaan.
2. Pahami keluhan dan harapan pasien
3. Pahami data pasien ( kondisi , umur, pendidikan,
ekonomi dll)
4. Ajukan pertanyaan standar pada pasien ( 3 prime
questions) :
- Bagaimana dokter menjelaskan tentang obat yang
diberikan
- Bagaimana cara menggunakannya
- Harapan setelah menggunakan obat
3.Menjamin keamanan khasiat, kemanfaatan
dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan
Diperlukan pengetahuan ttg :

1. Sifat kimia fisika obat dan bahan tambahan :


- Stabilitas obat tergantung pada temperatur,
kelembaban, cahaya  simpan sesuai
karakternya.
- Pengaruh sifat fisika kimia obat pada
penggunaan  rusak oleh asam lambung ,
efek pada absorbsi , reaksi dengan makanan dll
- Halal atau tidak (mgd. unsur babi, alkohol ?)
2. Pengaruh bentuk sediaan terhadap mutu.
- Tablet salut, sirup, suspensi, cream dll 
ketahanan mutu

3. Pengaruh racikan terhadap kualitas obat :


- kualitas proses  higinis, pencemaran,
homogenitas, dosis tidak terbagi rata ?.
- Apakah campuran/ racikan menimbulkan
masalah pada khasiat maupun bentuk
sediaan  khasiat tidak tercapai, ada
interaksi obat, sediaan rusak ,lembab dll
4. SOP dalam proses penyiapan obat (HTKP)
- Satu resep harus ditangani oleh 2-4 orang
- Bagaimana mekanisme untuk menghindari salah
ambil, salah beri dan menghindari pencemaran

5. Pengetahuan tentang cara dan waktu penggunaan obat 


untuk menjamin efektifitas obat  ac,dc,pc atau malam
/pagi, sublingual, perrectal, harus tegak berdiri 0,5 jam
setelah minum obat (bifosfonat) dll

6. Pengetahuan tentang khasiat dan efek samping obat :


- Cocok dengan keluhan pasien ?
- Apakah ada efek samping obat serius ?
- Efek samping obat justru sebagai
pengobatan ?
7 . Pengetahuan tentang farmakokinetika terapan
meliputi a.l :
- Pengetahuan tentang dosis obat  baik
dosis maupun frekwensi pemberian untuk
menjamin khasiat yang tepat
- Pengaruh individu/ patofisiologis/
gangguan fungsi organ dari pasien 
dosis yang berbeda kemungkinan besar
diberikan pada pasien dengan kerusakan
fungsi ginjal atau hati

8 . Pengetahuan tentang interaksi obat (farmasetik,


farmakokinetik dll)
Jenis sediaan
 Solid :Pulveres, tablet, Capsul
 Semi solid : Cream , salep
 Liquid : Solutio, i.v, Emulsi, Suspensi, i.m

  Berpotensi medication error


Dosis obat
 Dosis tergantung pada :
Umur
ras, gender
Gangguan faal ( ginjal, hati, hipo albumin)
Jenis penyakit
Adanya pemberian obat lain
Cara pemberian
Interaksi obat
 Interaksi Farmasetika/biofarmasetika
 Interaksi Farmakokinetika
 Interaksi Farmakodinamika
 Interaksi Farmasetika / Biofarmasetika:
Interaksi farmasetika adalah interaksi antar obat yang
mempengaruhi sifat fisika kimia obat sehingga dapat
mempengaruhi efektifitas obat spt perubahan fisik,
kelarutan, absorpsi obat.
contoh : interaksi karbenisilin dengan gentamisin 
inaktivasi; fenitoin dengan larutan dextrosa 5% 
presipitasi; amfoterisin B dengan lar. NaCl fisiologik, 
presipitasi.
Interaksi biofarmasetika adalah interaksi antar obat dalam
saluran cerna yang mempengaruhi absorpsi obat.
contoh, pemberian sukralfat bersama obat obat yang bekerja
sistemik. Obat yang bekerja sistemik akan terganggu
absorpsi oleh sukralfat,
Interaksi biofarmasetika sering digolongkan sbg interaksi
farmakokinetika
 Interaksi Farmakokinetik

Interaksi antar obat yang terjadi yang dapat mengubah


absorpsi, distribusi, metabolisme, atau ekskresi obat
lain. Interaksi ini meningkatkan atau mengurangi
jumlah obat yang tersedia (dalam tubuh) untuk dapat
menimbulkan efek farmakologinya.
Mekanisme yang terjadi dapat berupa kompetisi pada ikatan
protein, perubahan metabolisme obat atau perubahan
eliminasi obat di ginjal
Solusi untuk interaksi ini dengan mengganti obat atau
mengubah dosis  TIDAK dengan memberi jeda pemberian
antar obat yang berinteraksi
- Menyebabkan perubahan pada ikatan protein
potensiasi warfarin oleh sulfonamid dan fenilbutazon.
- Mempengaruhi metabolisme
Dapat menginduksi atau menghambat metabolisme :
Barbiturat, griseofulvin, beberapa antiepilepsi dan
rifampisin adalah penginduksi enzim. Ketokonazol,
eritromisin dan simetidine adalah penghambat kerja enzim
- Mempengaruhi ekskresi ginjal
Kompetisi terjadi antara obat-obat yang menggunakan
mekanisme transport aktif yang sama di tubulus
proksimal. Contohnya salisilat dan beberapa AINS
menghambat ekskresi metotreksat; toksisitas metotreksat
yang serius dapat terjadi.
 Interaksi Farmakodinamik

 Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara


obat-obat yang mempunyai efek farmakologi atau
efek samping yang serupa atau yang berlawanan.
 Interaksi ini dapat disebabkan karena kompetisi pada
reseptor yang sama, atau terjadi antara obat-obat yang
bekerja pada sistem fisiologik yang sama.
 Interaksi ini biasanya dapat diperkirakan
berdasarkan sifat farmakologi obat-obat yang
berinteraksi.
 Pada umumnya, interaksi yang terjadi dengan suatu
obat akan terjadi juga dengan obat sejenisnya.
Interaksi ini terjadi dengan intensitas yang berbeda
pada kebanyakan pasien yang mendapat obat-obat
yang saling berinteraksi.
Cara penggunaan obat
 Per oral : p.c, a.c, d.c dan minuman yang digunakan
sub lingual, buccal
 Inhalasi : tehnik menggunakan
 Topikal : Salep/ cream, Bedak tabur, lotion, Transdermal
 Per vaginal
 Per rectal
 I.v. Bolus dan infus
 sc, im
 Cara Penggunaan Inhaler:
1. Sebelum menarik nafas, buanglah nafas seluruhnya,
sebanyak mungkin
2. Ambillah inhaler, kemudian kocok
3. Peganglah inhaler, sedemikian hingga mulut inhaler
terletak dibagian bawah
4. Tempatkanlah inhaler dengan jarak kurang lebih dua jari
di depan mulut (jangan meletakkan mulut terlalu dekat
dengan bagian mulut inhaler)
5. Bukalah mulut dan tariklah nafas perlahan-lahan dan
dalam, bersamaan dengan menekan inhaler (waktu saat
menarik nafas dan menekan inhaler adalah waktu yang
penting bagi obat untuk bekerja secara efektif)
6. Segera setelah obat masuk, tahan nafas selama 10
detik (jika tidak membawa jam, sebaiknya hitung
dalam hati dari satu hingga sepuluh)
7. Setelah itu, jika masih dibutuhkan dapat mengulangi
menghirup lagi seperti cara diatas, sesuai aturan pakai
yang diresepkan oleh dokter
8. Setelah selesai, bilas atau kumur dengan air putih
untuk mencegah efek samping yang mungkin terjadi.
Sediaan cair
 Sediaan cair : Larutan
Emulsi
Suspensi
 Perhatikan : - Tidak terjadi reaksi antar komponen
(Pastikan) yang tidak diinginkan
- Tidak ada endapan / endapan dapat
mudah tersuspensi dengan mudah
dengan cara pengocokan sederhana
- Obat tidak terhidrolisa
- Obat stabil pada penyimpanan / masa
penggunaan, tidak tumbuh mikroba
- Tidak ada interaksi farmasetika
- Informasikan dengan jelas dosisnya ( cth,
Cp, C)
Stabilitas
 Obat dalam cairan harus terjamin stabilitasnya 
potensinya tidak turun
 Beberapa obat potensi/ efektifitasnya turun. Misal
Amoxicillin
 Penyimpanan pada suhu 4 der akan menghambat
penurunan potensi  bisa bertahan 1 minggu utk
amoxicillin syrup
 Syrup mengandung senyawa penicillin di buat dry
sirup dan ditambah air ketika mau digunakan
 INFORMASIKAN pada pasien
Sediaan semi solid
 Salep  lengket terasa pada kulit
 Krim  tidak lengket, mudah dibasuh dengan air
 Gel  tidak lengket, mudah dibasuh dengan air
 Salep lebih stabil
 Krim dapat pecah karena : pemanasan
pH
Pastikan : cream tidak pecah pada penyerahan dan pada
massa penggunaan
Pasien tahu cara menggunakan
Obat per rectal
 Obat Wasir
 Antipiretik  Terutama untuk balita
 Bentuk Suppositoria
Salep
Enema
Kerja sistemik dan lokal
Informasikan cara penggunaannya secara jelas pada
pasien
Standar Kompetensi apoteker :
 01. Praktik kefarmasian secara professional dan etik
 02.Optimalisasi penggunaan sediaan farmasi
 03.Dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan
 04.Pemberian informasi sediaan farmasi dan alat
kesehatan
 05. Formulasi dan produksi sediaan farmasi
 06.Upaya preventif dan promotif kesehatan masya rakat
 07.Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
 08.Komunikasi efektif
 09.Ketrampilan organisasi dan hubungan interpersonal
 10.Peningkatan kompetensi diri
Dispensing sediaan farmasi (standar kompetensi 3)
1.Penyiapan Sediaan Farmasi
 Kompetensi Inti:
Mampu melakukan penyiapan sediaan farmasi sesuai
standar :
Memutuskan legalitas dan kelengkapan administratif
resep.
Melakukan analisis kesesuaian farmasetik.
Melakukan analisis kompatibilitas dan stabilitas obat.
Melakukan kalkulasi dosis, serta konversi kekuatan
dan bentuk sediaan obat dengan tepat.
Menetapkan formulasi sediaan farmasi yang
membutuhkan penanganan khusus, a.l.sediaan steril dan
sitostatika.
Melakukan penyiapan sediaan non-steril, pencampuran
sediaan steril (i.v. ad mixture),sterilisasi sediaan farmasi &
alkes & penyiapan sitostatika sesuai standar dan pedoman.
Menyiapkan etiket dan label sesuai kebutuhan, termasuk
penyimpanan, ED atau BUD .
Mengemas sediaan farmasi dalam wadah yang tepat untuk
menjaga mutu dan menghindari kesalahan penggunaan.
Memvalidasi salinan resep.
Merancang, membuat & memutakhirkan dokumen
pengobatan pasien (PMR) beserta semua perubahan dan
tindakan atas resep
2.Penyerahan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan
 Kompetensi Inti:
Mampu menyerahkan sediaan farmasi dan alat kesehatan, serta
memberikan informasi terkait
sediaan farmasi dan alat kesehatan kepada pasien:
Memastikan kesesuaian identitas pasien serta kewenangan
penerima sediaan farmasi dan/atau alkesyang diresepkan.
Memastikan kesesuaian antara sediaan farmasi dan/atau
alkes yang disiapkan dengan yang diminta dalam resep.
Melakukan penyerahan sediaa farmasi dan alkes dengan
sikap ramah,terbuka, komunikatif, dengan memperhatikan
etika profesi.
Memberikan penjelasan tentang fungsi atau kegunaan,
frekuensi, waktu dan cara penggunaan, batasan
penggunaan, efek samping potensial, serta cara
penyimpanan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan.
Menjelaskan identitas obat dan karakteristik bentuk
sediaan yang digunakan pasien.
Memastikan pasien memahami informasi yang diberikan.
Mendokumentasikan kegiatan penyerahan sediaan farmasi
dan informasi yang disampaikan kepada pasien.
Mengidentifikasi & melakukan tindakan untuk mencegah
dan/atau mengatasi dispensing error dan near misses.
Menerapkan dan mengelola sistem pelaporan adanya
kejadian dispensing error dan near misses.
Melaporkan adanya sediaan yang cacat dan/atau
substandar ke pihak yangberwenang.
PEMBERIAN INFORMASI SEDIAAN FARMASI DAN
ALAT KESEHATAN ( Standar kompetensi 4)
1. Pencarian Informasi Sediaan Farmasi dan alkes
 Kompetensi Inti:
Mampu melakukan penelusuran informasi serta
menyediakan informasi yang tepat, akurat,
relevan dan terkini terkait sediaan farmasi dan alat
kesehatan

2. Pemberian Informasi Sediaan Farmasi Dan Alkes


 Kompetensi Inti:
Mampu mendiseminasikan informasi terkait sediaan
farmasi dan alat kesehatan yang tepat,akurat, terkini
dan relevan dengan kebutuhan penerima informasi.
Penggunaan obat yang rasional
 Penggunaan obat yang rasional dapat dijabarkan sebagai
penggunaan obat yang tepat dengan memperhitungkan
aspek manfaat dan kerugiannya.
 Penggunaan obat yang rasional akan memberikan manfaat
yang lebih besar dibanding kerugian yang diakibatkannya.
 Penggunaan obat yang rasional menghindarkan
semaksimal mungkin DRP yang dapat menimbulkan
medication error.
Medication error (ME) lebih berupa suatu kejadian
yang merugikan pasien, selama pasien tersebut berada
dalam penanganan tenaga kesehatan/ menggunakan
obat
DRP umumnya berhubungan dengan dosis,
seperti kurang/ lebih dosis atau mungkin salah
dosis, adanya indikasi yag tak terobati, atau
bahkan obat diberikan tanpa indikasi. DRP yang
lain mungkin disebabkan oleh adanya interaksi
obat, dengan obat lain, maupun dengan makanan
yang dapat menyebabkan tidak tercapainya
tujuan terapi.
Resiko efek samping dan kemungkinan terjadinya
reaksi obat merugikan (ROM) juga merupakan
faktor penyumbang terjadinya DRP.
Penggunaan obat (resep) yang rasional (menurut WHO,
1995) harus memenuhi persyaratan 4 T + 1 W yaitu :

Tepat Pasien
Tepat Indikasi
Tepat Obat
Tepat Dosis
Waspada Efek Samping
A. TEPAT PASIEN
- Diagnosis yang tepat menentukan pengobatan yang tepat
- Setiap pasien bisa mempunyai respon yang berbeda
terhadap obat

Tepat pasien adalah ketepatan dalam menilai kondisi


pasien dengan mempertimbangkan :
i. Adanya penyakit yang menyertai misalnya :
Kelainan ginjal. Obat yang mempengaruhi ginjal (
Nefrotoksik ) yang mencakup obat-obatan sebagai
berikut : Kaptopril, Aminoglikosida, Lithium,
fenilbutazon
ii. Kelainan hati. Obat yang mempengaruhi hati (
Hepatotoksik ) yang mencakup obat-obatan sebagai
berikut: parasetamol, halotan, isoniazid
iii. Kondisi khusus : hamil, laktasi, lansia, balita
iv. Pasien dengan riwayat alergi misalnya : Alergi
Antibiotika tertentu
v. Pasien dengan riwayat gangguan psikologis (
misalnya : bila diinjeksi pasien akan pingsan)
 B. TEPAT INDIKASI
" Tidak semua pasien memerlukan Intervensi Obat "
Ketepatan Indikasi Penggunaan Obat apabila ada
indikasi yang benar ( sesuai dengan diagnosa Dokter )
untuk penggunaan obat tersebut dan telah terbukti
manfaat terapetiknya. Contoh :
Pasien dengan diagnosa TB Paru diberikan Obat
dengan komposisi Rifampisin, Ethambutol dan INH.
 Pasien dengan Diagnosa DM Type 2 diberikan :
Glibenclamid, Humulin Injeksi dan lain-lain.
 C. TEPAT OBAT
" Efek klinik apa yang diharapkan ? "
Tepat Obat adalah ketepatan pemilihan obat yang
dilakukan dalam proses pemilihan obat dengan
mempertimbangkan beberapa faktor yaitu :
i. Ketepatan kelas terapi & Jenis Obat (Efek terapi yang
diperlukan) Misalnya : kemanfaatan dan keamanan sudah
terbukti( Risiko efek samping maupun adanya kondisi
kontra indikasi )
Contoh :
a. Jenis obat paling mudah didapat
b. Diusahakan sesedikit mungkin jumlah dan jenis obat
 D. TEPAT PEMBERIAN, DOSIS DAN LAMA
PEMBERIAN
" Efek Obat yang maksimal diperlukan penentuan dosis, cara
dan lama pemberian yang tepat "
i. Tepat pemberian
Besar dosis, cara dan frekuensi pemberian umumnya
didasarkan pada sifat Farmakokinetika dan farmakodinami
obat serta kondisi pasien. Sedang lama pemberian
berdasarkan pada sifat penyakit: ( akut atau kronis,
kambuh berulang dan sebagainya ). Tepat dosis adalah
jumlah obat yang diberikan berada dalam range terapi
ii. Tepat cara pemberian
Adalah pemilihan yang tepat pemberian obat sesuai
dengan kondisi pasien. Misalnya : per oral, per rektal,
intravena, intratekal, subcutan dan lain-lain.
iii.Tepat frekuensi / interval
Adalah pemilihan yang tepat frekuensi / interval
pemberian obat. Misalnya : per 4 jam, per 6 jam, per 8 jam,
per 12 jam dan per 24 jam dan lain-lain
iv. Tepat lama pemberian
Adalah penetapan lama pemberian obat selama 3 hari, 5
hari, 10 hari, 3 bulan dan lain-lain. v. Tepat saat pemberian
Adalah pemilihan saat yang tepat pemberian obat
disesuaikan dengan kondisi pasien. Misalnya : sebelum
makan ( antecoenum, postcoenum, pre operasi atau post
operasi )
 E. WASPADA EFEK SAMPING
Waspada efek samping dilakukan dengan memperhatikan
informasi yang ada atau diberikan dari obat yang diberikan:
i. Tepat informasi
Tepat informasi akan dipenuhi apabila informasi yang
diberikan jelas ( tidak bias ) tentang obat yang digunakan oleh
pasien dan informasi lain yang menunjang atau mendukung
perbaikan dari pengobatan yang dilakukan. Misalnya :
Cara pemakaian, efek samping, kegagalan terapi akan terjadi
bila tidak taat, maka upaya yang dilakukan akan gagal dan
atau kondisi pasien makin memburuk, hal ini juga untuk
mencegah faktor risiko terjadinya penyakit dan lain-lain.
ii. Tepat biaya
Apabila biaya ( harga obat dan biaya pengobatan hendaknya
dipilih yang paling terjangkau oleh kondisi keuangan pasien )
Contoh :
Mengutamakan meresepkan obat –obat generik untuk pasien
yang kurang mampu dibandingkan dengan obat –obat paten
yang biaya / harganya lebih mahal
Contoh resep
R/Furosemid XV
S 1-0-0
R/Aspilet XV
S 1 dd 1
R/ISDN 5 XV
S 1 dd 1
R/Diazepam 2 XV
S 0-0-1
R/Ranitidin XXX
S 2 dd 1
R/ Antasida Fl. I
S 4 dd C1 ac
R/ Bicnat XLV
S 3 dd 1
R/Ketocid XLV
S 3 dd 1
R/ FA XLV
S 3 dd 1

Pro : Tn. T (54 Th)


a. Anamnesa
Pasien mengeluh sering merasakan sesak nafas, nyeri
dada, dan nyeri lambung.
Pasien menyatakan tidak menderita hipertensi

b. Analisa Resep
Efek farmakologi masing-masing obat dalam resep :
1) Furosemide adalah salah satu loop diuretik.
2) Aspilet adalah sediaan branded dari asam asetil salisilat
80 mg/ tablet. Asam asetil salisilat pada dasarnya adalah
jenis dari antiinflamasi nonsteroid yang juga sering
digunakan sebagai antiplatelet.
3) ISDN 5 atau isosorbid dinitrat 5 mg/tablet, merupakan senyawa
nitrat kerja panjang yang sering digunakan pada penanganan
kasus angina.
4) Diazepam 2 mg/tablet. Diazepam merupakan hipnotikum
golongan benzodiazepine.
5) Ranitidine, antihistamin H-2
6) Antasida, antasida merupakan sediaan obat basa yang
bekerja menetralkan asam lambung. Umumnya
natasida adalah sediaan tablet atau suspense yang
mengandung Al(OH)3 atau Mg(OH)2.
7)Bicnat merupakan garam, yang membawa sifat basa,
dapat digunakan pula sebagai antasida, alkalinisasi
urin, dan untuk mengatasi ketidaknyamanan saluran
urin pada penderita infeksi saluran urin.
8)Ketocid/ ketoprofen 200 mg/kapsul merupakan obat
antiinflamasi nonsteroid.
9)FA/ folic acide atau asam folat merupakan suplemen
makanan yang berperan penting dalam pembentukan
sel darah merah
 Lakukan Analisa kerasionalan obat . Adakah DRP?
 Apa saran yang diberikan?
 ( Pasien menyatakan tidak menderita hipertensi)
Batas waktu penggunaan obat
 ED (Expired Date) atau tanggal kadaluwarsa adalah batas
waktu penggunaan produk obat setelah diproduksi dan
sebelum kemasannya dibuka. Tanggal atau bulan ED
selalu tercantum pada kemasan.
 BUD (Beyond Use Data) adalah batas waktu
penggunaan produk obat setelah diracik/disiapkan atau
setelah kemasan primernya dibuka
Tanggal atau bulan BUD tidak selalu tercantum pada
kemasan.
 Pastikan bahwa warna, bau, dan tekstur dari obat yang
telah dibuka tersebut masih dalam kondisi yang sama
seperti saat dibuka pertama kal
 Informasi BUD dapat ditentukan berdasarkan
informasi dari pabrik obat, ataupun dari pedoman
umum dalam USP.
Penetapan BUD pada wadah sebagian besar obat
diatur oleh regulasi masing-masing negara
 The U.S Pharmacopeia (USP)  BUD sebaiknya
dicantumkan pada etiket wadah obat  memberikan
batasan waktu kepada pasien kapan obat tersebut
masih layak untuk digunakan.
BUD Produk obat Steril
 Pada saat produk steril dibuka terjadi paparan dengan
lingkungan di sekitarnya. Udara, uap air dan
mikroorganisme dapat masuk  dapat menyebabkan
perubahan fisika dan kimia, serta kontaminasi
mikroorganisme. Perubahan fisika dan kimia
dipercepat oleh meningkatnya suhu, sedangkan
kontaminasi mikroorganisme dapat menimbulkan
infeksi
 Produk steril biasanya tidak mengandung pengawet,
oleh karena itu dapat terkontaminasi oleh bakteri
 Contoh :
 expiration date serbuk injeksi seftriakson 1g dalam vial
yang belum dibuka adalah 3 (tiga) tahun; sedangkan
setelah direkonstitusi (beyond use date) sifat fisika
dan kimia stabil selama 24 jam pada suhu 25°C dan
selama 4 hari pada suhu 2-8°C.
Single use vial seftriakson yang telah direkonstitusi
harus segera digunakan.
Pengelompokan BUD produk steril (USP chapter 797)
1. Immediate use /Penggunaan Segera :Pemberian
injeksi dilakukan dalam waktu 1 jam sesudah
penyiapan/ pencampuran sediaan injeksi.
2. Low –Segregated Compounding Area,Penyiapan
sediaan injeksi dilakukan di Laminar Air Flow
Workbench (LAFW) atau Biological Safety Cabinet
(BSC) yang memenuhi persyaratan partikel dan
mikroba ISO Class 5 dan tahapan pencampurannya
sedikit, misalnya: rekonstitusi sediaan injeksi
antibiotik vial satu dosis. Dapat digunakan maksimum
12 jam
3. Low/Rendah , Penyiapan sediaan injeksi dilakukan di
Ruang ISO Class 5, tahapan pencampurannya sedikit
dan digunakan dalam waktu 48 jam BUD.
4. Medium/Sedang,Penyiapan sediaan injeksi dilakukan
di Ruang ISO Class 5 dan tahapan pencampurannya
banyak atau produk steril digunakan untuk lebih dari
satu pasien; atau produk steril digunakan untuk satu
pasien namun beberapa kali penggunaan. Dapat
digunakan dalam waktu 30 jam
5.High/ Tinggi,Penyiapan sediaan injeksi dengan bahan
obat yang tidak steril; atau penyiapan sediaan steril
dengan bahan obat steril namun tidak dilakukan di
Ruang ISO Class 5; Dapat digunakan dalam waktu 24
jam
Pedoman pemberian injeksi yang aman
 Vial dengan label single dose atau single use hanya
digunakan untuk satu pasien dan satu prosedur.
 Jarum dan syringe steril hanya digunakan satu kali (satu
kali pakai buang, disposable).
 Penyiapan dan pemberian sediaan injeksi secara aseptis
dan mencegah kontaminasi.
 Pemberian sediaan injeksi sebelum batas waktu
kedaluwarsa (expiration date atau beyond use date).
 Penyimpanan, pencampuran dan pemberian sediaan
injeksi sesuai dengan standar prosedur operasional yang
telah ditetapkan dan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
terlatih.
 Dokumentasi dan evaluasi keefektifan dan keamanan
penggunaan sediaan injeksi secara berkala.
BUD produk obat Non Steril
Produk Obat-obat Pabrik
Kelembaban  stabilitas obat ?  khususnya obat-
obat yang dikemas dalam jumlah banyak (satu wadah)
perlu dipertimbangkan secara khusus.
Pasien akan membuka–tutup wadah setiap kali akan
menggunakan obat untuk setiap dosis pemakaian.
obat dapat terpapar oleh udara dan dengan demikian
akan mengurangi shelf-life atau mempercepat ED.
Bentuk sediaan padat
 Produk obat pabrik bentuk sediaan padat yang
membutuhkan BUD misalnya produk repacking
(contoh: CTM kemasan 1000 tablet dikemas ulang
dalam wadah yang lebih kecil dengan jumlah yang
lebih sedikit dalam masing-masing wadah barunya) .

Langkah-langkah penetapan BUD:


 a.Mencari informasi BUD dari pabrik obatnya
 b.Jika informasi tidak tersedia, gunakan pedoman
umum dari USP: -Cek ED dari pabrik yang tertera pada
kemasan asli -Jika ED<1 tahun, BUD maksimal = ED
pabrik; Jika ED>1 tahun, BUD maksimal = 1 tahun.
Bentuk sediaan semi padat
 Contoh sediaan semipadat ; salep, krim, lotion, gel
dan pasta.
 Langkah-langkah penetapan BUD:
a.Mencari informasi BUD dari pabrik obatnya
b.Jika informasi dari pabrik tidak tersedia, gunakan
pedoman umum dari USP
Cek ED dari pabrik yang tertera pada kemasan asli
-Jika ED<1 tahun, BUD maksimal = ED pabrik;
-Jika ED>1 tahun, BUD maksimal = 1 tahun
Bentuk Sediaan cair
 Untuk produk obat yang harus direkonstitusi sebelum
digunakan, informasi BUD ditetapkan berdasarkan
informasi yang tertera pada kemasan asli obat.
 Untuk produk obat nonrekonstitusi (termasuk produk
repacking) langkahlangkah penetapan BUD-nya yaitu:
a.Mencari informasi BUD dari pabrik obatnya
b.Jika informasi dari pabrik tidak tersedia, gunakan
pedoman umum dari USP:
Cek ED dari pabrik yang tertera pada kemasan asli
-Jika ED<1 tahun, BUD = ED pabrik;
-Jika ED>1 tahun, BUD = 1 tahun
Contoh:
1.Obat merek X pertama kali digunakan pada bulan
November 2011. ED obat yaitu Juni 2012, berarti sisa
masa penggunaan = 8 bulan (<1 tahun), maka BUD
maksimal = 8 bulan sejak digunakan, yaitu Agustus
2012.
2.Obat merek Y pertama kali digunakan November 2011.
ED obat yaitu Mei 2013, berarti sisa masa penggunaan
= 1,5 tahun (>1 tahun), maka BUD maksimal = 1 tahun
sejak digunakan, yaitu Desember 2012.
Obat racikan
 Penetapan BUD obat racikan harus dilakukan
secermat mungkin, karena obat racikan memiliki
karakteristik fisika kimia dan stabilitas tertentu yang
dipengaruhi oleh masingmasing bahan obat yang ada
di dalamnya.
 Beyond use date obat racikan terhitung sejak tanggal
peracikan. Ketika akan menetapkan BUD, harus
dipertimbangkan ED semua obat yang dicampurkan
dalam formulasi. Obat racikan ini tentunya akan
memiliki BUD yang lebih singkat daripada ED
masingmasing bahan dalam formulasi. Jika dalam satu
racikan terdapat lebih dari satu macam obat, gunakan
BUD yang paling singkat.
Langkah langkah penetapan BUD obat racikan
1.Gunakan informasi BUD berdasarkan penelitian
spesifik pada obat racikan yang bersangkutan.
2.Jika tidak tersedia penelitian spesifik, maka carilah
informasi penetapan BUD dari pabrik masing-masing
obat yang digunakan dalam racikan (pilih BUD yang
paling singkat).
3.Jika tidak tersedia informasi dari pabrik, maka carilah
informasi stabilitas dari buku referensi atau literatur
primer
4.Sering ditemukan bahwa referensi yang dipublikasikan
tidak mengevaluasi formulasi yang sama dengan
formulasi obat racikan yang dimaksud, atau penelitian
yang dilakukan tidak menguji stabilitas sediaan untuk
periode waktu yang cukup panjang. Dengan kata lain,
informasi stabilitas dari buku referensi maupun
literatur primer tidak cukup memadai.

Untuk mengatasi hal ini, USP memberikan petunjuk


umum penetapan BUD untuk obat racikan non steril
seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut.
 Penetapan BUD berdasarkan bentuk sediaan obat racikan
 Puyer/Kapsul:Cek ED masing-masing obat: ED<6 bulan
maka BUD maksimal = ED ED>6 bulan maka hitunglah
25% dari sisa waktu penggunaan obat sebelum ED, jika
hasilnya <6 bulan maka BUD maksimal = hasil
perhitungan tersebut. Jika >6 bulan, maka BUD maksimal
= 6 bulan.

 Contoh perhitungan: Obat merek X diracik pada bulan


Desember 2012. ED obat yaitu Desember 2013.
 Perhitungan BUD: = 25% x 12 bulan = 3 bulan (<6 bulan)
BUD maksimal = 3 bulan
LCairan Oral (Solution, Suspensi , Emulsi )
1.Larutan yang mengandung air, BUD maksimal = 14 hari.
2.Larutan yang tidak mengandung air: Cek ED masing-
masing obat: ED <6 bulan maka BUD maksimal = ED ED
>6 bulan maka hitunglah 25% dari sisa waktu penggunaan
obat sebelum ED, jika hasilnya <6 bulan maka BUD
maksimal = hasil perhitungan tersebut. Jika >6 bulan,
maka BUD maksimal = 6 bulan.

 Sediaan Semipadat (Salep, Krim, Gel, Pasta):BUD


maksimal untuk obat racikan sediaan semipadat adalah 30
hari
Swamedikasi
 Merupakan upaya masyarakat untuk mengobati
sendiri penyakitnya
 Untuk mengatasi keluhan ringan spt : panas, flu,
batuk diare, pusing , maag, cacingan ,penyakit kulit
 Peran apoteker penting untuk membantu memilihkan
obat yang tepat dan memberi informasi yang cukup
Perlu diperhatikan

 Gejala atau keluhan pasien


 Kondisi khusus pasien, misal umur, ( lansia, bayi) ,
hamil, diabetes, hipertensi
 Berapa lama gejalanya timbul
 Tindakan apa yang sudah dilakukan
 Apakah sudah menggunakan obat untuk
menghilangkan gejala ini
 Apakah ada pengalaman alergi dengan obat tertentu
 Keadaan ekonomi pasien
Informasi kepada pasien
 Rekomendasikan obat yang sesuai
 Jelaskan nama obat yang direkomendasikan , zat
berkhasiat, kegunaan, cara pakai, efek samping,
interaksi (bila ada), dan hal- hal yang perlu
diperhatikan
 Jelaskan bahwa ada brosur dalam packing obat yang
memuat informasi tsb. Harap dibaca baik baik
 Tanyakan apakah semuanya sudah jelas dan
dipersilahkan untuk pasien mengulanginya.
 Beri pesan kepada pasien sbb :
Pesan
 Obat tidak untuk digunakan terus menerus. Biasanya
untuk 3 hari. Kecuali vitamin / suplemen
 Bila dalam waktu 2- 3 hari penyakitnya/ gejala tidak
berkurang atau sembuh, segera ke dokter
 Bila timbul gejala gatal, sesak nafas, kulit kemerahan,
bengkak pada bagian tetentu, mual dan muntah ,
kemungkinanan terjadi efek samping obat. hentikan
pemberian obat  hubungi dokter
 Simpan obat pada temperatur yang sesuai dan jauhi
dari jangkauan anak anak
Obat yang diberikan pada swamedikasi
 OTC : obat bebas dan bebas terbatas, Vitamin/
suplemen
 OWA : Obat keras daftar OWA yang harus diserahkan
oleh apoteker dan dengan informasi yang lengkap
Daftar OWA dikeluarkan oleh Kemenkes dan ditanda
tangni oleh menkes
Tugas
Buat daftar obat untuk swamedikasi disertai dengan gejala
keluhan, efek terapi, bentuk sediaan dan kadar , dosis dan
cara pemakaian , efek samping, interaksi obat untuk :
- sakit panas
- sakit batuk
- diare
- maag
- Flu
Penyerahan obat
Enam benar penyerahan obat :
 Benar pasien
 Benar obat
 Benar dosis
 Benar kemasan
 Benar informasi cara dan waktu penggunaan obat
 Benar dokumen

Anda mungkin juga menyukai