KETOPROFEN GEL
Disusun Oleh :
DIO KARUMA FAZA
40120007
FAKULTAS FARMASI
KEDIRI
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui Oleh :
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Dosen Pembimbing, Fakultas Farmasi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
apt. Dyah Aryantini, M.Sc. apt. Yogi Bhakti Marhenta, S.Farm., M.Farm.
NIK.2013.0570 NIK.2015.0730
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi
Apoteker dan Proposal Pengembangan Obat Baru di PT. PIM Pharmaceuticals
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker merupakan salah satu syarat
yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker di Fakultas
Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
Kami mengucapkan terimaksih kepada pihak yang membantu dalam
proses pengerjaan hingga laporan ini selesai. Laporan PKPA ini dapat disusun
berkat bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Bersama laporan ini kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dra. Ec. Lianawati, MBA, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti Wiyata
Kediri.
2. Prof. Dr. apt. Muhamad Zainuddin, selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri.
3. apt. Dewy Resty Basuki, S.Farm., M.Farm. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
4. apt. Yogi Bhakti Marhenta, S.Farm., M.Farm.selaku Ketua Program Studi
Profesi Apoteker Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
5. apt. Dyah Aryantini, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, masukan serta saran dalam penyusunan Proposal Pengembangan
Obat Baru.
6. Apt. Fenita Shoviantari, S.Farm., selaku Sekretais Program Studi Profesi
Apoteker Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
7. Keluarga saya yang sangat saya cintai dan selalu memberikan dukungan dan
do’a.
8. Rekan-rekan Program Studi Profesi Apoteker Institut Ilmu Kesehatan Bhakti
Wiyata Kediri angkatan II atas dukungan selama menempuh pendidikan.
Demikian proposal PKPA ini disusun, dengan harapan proposal ini dapat
bermanfaat bagi teman sejawat khususnya dan pembaca pada umumnya.Penulis
mengharapkan masukan, kritik dan saran guna perbaikan dan penyempurnaan
laporan ini.Semoga laporan ini memberikan manfaat bagi berbagai pihak.
Terimakasih
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................1
B. Tujuan ...................................................................................2
BAB V PEMBAHASAN……………………………………………….16
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………………………………..17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................18
LAMPIRAN ...............................................................................................20
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kemasan Primer.................................................................20
Lampiran 2 Brosur.................................................................................21
Lampiran 3 Kemasan Sekunder.............................................................22
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
The International Association for the Study of Pain (IASP)
mendefinisikan nyeri sebagai berikut nyeri merupakan pengalaman sensorik
dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan atau
ancaman kerusakan jaringan. Berdasarkan definisi tersebut nyeri merupakan
suatu gabungan dari komponen objektif (aspek fisiologi sensorik nyeri) dan
komponen subjektif (aspek emosional dan psikologis). Sedangkan nyeri akut
disebabkan oleh stimulasi noxious akibat trauma, proses suatu penyakit atau
akibat fungsi otot atau viseral yang terganggu. Nyeri tipe ini berkaitan dengan
stress neuroendokrin yang sebanding dengan intensitasnya. Nyeri akut akan
disertai hiperaktifitas saraf otonom dan umumnya mereda dan hilang sesuai
dengan laju proses penyembuhan.
Ketoprofen merupakan obat OAINS dari turunan asam propionat yang
memiliki khasiat sebagai antipiretik, antiinflamasi dan analgesik pada terapi
rheumatoid arthritis akut dan kronis serta untuk pengobatan pada
ostheoarthritis (Mc Evoy, 2002).
Gel adalah sistem semipadat di mana fase cairnya dibentuk dalam suatu
matriks polimer tiga dimensi (terdiri dari gom alam atau gom sintetis) yang
tingkat ikatan silang fisinya (atau kadang-kadang kimia)tinggi. Polimer-
polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel farmasetikmeliputi
gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, serta bahan-bahan
sintetis dan semisintetis seperti metilselulosa, hidroksietilselulosa, natrium
karboksimetil selulosa (CMC-Na), dan Carbopol (Lachman, 1994).
Sediaan gel mempunyai kelebihan diantaranya adalah memiliki
viskositas dan daya lekat tinggi sehingga tidak mudah mengalir pada
permukaan kulit, memiliki sifat tiksotropi sehingga mudah merata bila dioles,
tidak meninggalkan bekas, hanya berupa lapisan tipis seperti film saat
pemakaian, mudah tercucikan dengan air, dan memberikan sensasi dingin
1
2
setelah digunakan, mampu berpenetrasi lebih jauh dari krim, sangat baik
dipakai untuk area berambut dan lebih disukai secara kosmetika, gel segera
mencair jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan dan
absorpsinya pada kulit lebih baik daripada krim, memiliki daya lekat yang
tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga pernapasan pori tidak terganggu.
Karena beberapa kelebihan tersebut, pembuatan formulasi ketorprofen
dipilih dalam sediaan gel, karena masih jarang produk dalam sediaan gel
ketoprofen di pasar sehingga diharapkan dapat diterima dan bersaing ketika
dipasarkan. Kelebihan sediaan gel ketoprofen yang dibuat yaitu tidak lengket,
dingin di kulit, bermanfaat untuk mengatasi trauma ringan disebabkan cedera
saat olahraga, terkilir, pembengkakan dan nyeri pasca trauma serta harganya
terjangkau.
B. Tujuan
Mengembangkan produk sediaan farmasi yang mengandung bahan aktif
ketoprofen dalam bentuk sediaan gel sebagai terapi penyembuhan nyeri yang
dapat bersaing di pasaran
BAB II
STUDI FORMULASI
B. Tujuan Preformulasi
Tujuan utama dari desain bentuk sediaan adalah untuk mencapai
sebuah respon terapi yang diramalkan dari suatu formulasi yang mana bisa
dibuat dalam skala besar dengan menghasilkan produk yang berkualitas,
untuk memastikan kualitas produk, banyak ciri khas yang diperlukan.
Stabilitas kimia dan fisika, dengan pengawetan yang sesuai untuk melawan
kontaminasi mikroba jika diperlukan, keseragaman dosis obat, penerimaan
termasuk pembuat resep dan pasien, kemasan yang cocok dan pelabelan
idealnya, bentuk sediaan harus juga mandiri dari pasien untuk pasien.
Membuat formula yang tepat sehingga menghasilkan produk akhir berupa
sediaan farmasi yang stabil, berkhasiat, aman dan nyaman ketika digunakan.
3
4
Kadar
Penggunaan
E. Tinjauan Gel
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus
cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai
kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase
terdispersi (Ansel, 1989). Zat-zat pembentuk gel digunakan sebagai pengikat
dalam granulasi, koloid pelindung dalam suspensi, pengental untuk sediaan
oral dan sebagai basis supositoria. Secara luas sediaan gel banyak digunakan
pada produk obat-obatan, kosmetik dan makanan juga pada beberapa proses
industri. Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,
sediaan pewangi dan pasta gigi (Herdiana, 2007). Makromolekul pada
sediaan gel disebarkan keseluruh cairan sampai tidak terlihat ada batas
10
diantaranya, disebut dengan gel satu fase. Jika masa gel terdiri dari
kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda, maka gel ini
dikelompokkan dalam sistem dua fase (Ansel, 1989).
Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel
farmasetik meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat,
serta bahan-bahan sintetis dan semisintetis seperti metil selulosa,
hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, dan karbopol yang merupakan
polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang terionisasi. Gel dibuat
dengan proses peleburan, atau diperlukan suatu prosedur khusus berkenaan
dengan sifat mengembang dari gel (Lachman., dkk, 1994).
Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel
hidrofilik.
1. Dasar gel hidrofobik Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-
partikel anorganik, bila ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya
sedikit sekali interaksi antara kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik,
bahan hidrofobik tidak secara spontan menyebar, tetapi harus dirangsang
dengan prosedur yang khusus (Ansel, 1989).
2. Dasar gel hidrofilik Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-
molekul organik yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan
molekul dari fase pendispersi. Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut.
Umumnya daya tarik menarik pada pelarut dari bahan-bahan hidrofilik
kebalikan dari tidak adanya daya tarik menarik dari bahan hidrofobik.
Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki
stabilitas yang lebih besar (Ansel, 1989). Gel hidrofilik umummnya
mengandung ko mponen bahan pengembang, air, humektan dan bahan
pengawet (Voigt, 1994).
Keuntungan sediaan gel : Beberapa keuntungan sediaan gel (Voigt,
1994) adalah sebagai berikut:
1. kemampuan penyebarannya baik pada kulit - efek dingin, yang dijelaskan
melalui penguapan lambat dari kulit
2. tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis
11
BAB III
TARGET PROFIL PRODUK
Spesifikasi obat :
7. Pemerian Serbuk Kristal berwarna putih
Bahan aktif Ketoprofen
Kadar Ketoprofen 2,5%
(Martindale, p.74)
BAB IV
RENCANA PRODUKSI
A. Formulasi
Keterangan :
Dalam 1 betch : 1000 tube
B. Proses Pembuatan
Campur Campur
Aduk ad Homogen
14
Ketoprofen Gel
C. Kontrol Kualitas
1. Pemeriksaan Organoleptis
Organoleptis merupakan pengujian kualitas suatu bahan atau produk
menggunakan panca indra manusia. Organoleptis biasa dilakukan secara
makroskopis dengan mendeskripsikan warna, kejernihan, transparansi,
kekeruhan, dan bentuk sediaan (Lachman, 1994).
2. Pemeriksaan pH
Pemeriksaan pH menggunakan pH meter dengan cara:
a. Ditimbang sampel (basis gel atau produk ruahan) sebanyak 2,0
gram, dilarutkan dalam aqua bebas CO2 hingga 20 ml.
b. Elektrode pada pH meter dibilas terlebih dahulu dengan aqua bebas
CO2 lalu dikeringkan dengan tisu.
c. Dilakukan kalibrasi pH meter dengan menggunakan larutan dapar
standar, kemudian diukur pH sediaan. pH diukur berdasarkan
angka yang ditunjukkan oleh pH meter.
15
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Apoteker bertanggung jawab dalam menjaga kualitas, efikasi dan
keamanan dari produk yang dibuat (gel). Sebelum produk diedarkan, perlu
dilakukan pengujian organoleptis, pH, viskositas, homogenitas dan daya sebar
serta melalui proses registrasi sesuai peraturan yang berlaku.
B. Saran
Perlu dilakukan evaluasi terhadap hasil pengembangan produk dengan
melakukan pengujian atau analisis di laboratorium lebih lanjut, sehingga
produk dapat diedarkan di pasaran.
19
DAFTAR PUSTAKA
Sweetman, Sean C., (2009). Martindale, the Complete Drug Reference. 36th
edition, London: Pharmaceutical Press.
LAMPIRAN
KIMPROFEN GEL
Ketoprofen 2,5%
Netto : 25 gram
Diproduksi oleh :
DKL98282011829B1
HET : Rp 35.000,-
PT. KIM Pharmaceutical
Batch No : A01112021 Kediri Indonesia
Exp : November 2023
22
Indikasi : untuk trauma ringan, terutama yang disebabkan oleh cidera sewaktu
berolahraga, terkilir, pembengkakan, dan nyeri pasca trauma.
Aturan Pemakaian : oleskan 2-3 kali sehari pada bagian yang sakit. Lama pengobatan hingga 7 hari
Penyimpanan : Simpan pada suhu tidak lebih dari 25°C dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.
23
Lampiran 2. Brosur
KIMPROFEN Gel
Ketoprofen Gel
INDIKASI
untuk trauma ringan, terutama yang disebabkan oleh cidera sewaktu berolahraga,
terkilir, pembengkakan, dan nyeri pasca trauma.
EFEK SAMPING
Pruritus, Eritema local, Hipersensitivitas
KONTRAINDIKASI
Lesi kulit yang terinfeksi, eksim atau kulit yang rusak, dermatosis & luka eksudatif
PENYIMPANAN
Simpan pada suhu dibawah dari 25°C.
KEMASAN
Tube dengan berat bersih 25 g.
Di Produksi oleh :
PT. Kim Pharmaceutical
Kediri Indonesia
Lampiran 3. Kemasan Sekunder
KIMPROFEN
(Ketoprofen 2,5 %)
KIM
Netto: 10 g
Netto : 25 gram
KIMPROFEN
(Ketoprofen 2,5 %)
KIM
Netto: 10 g
Netto : 25 gram
Indikasi : untuk trauma ringan, terutama yang disebabkan oleh cidera sewaktu
berolahraga, terkilir, pembengkakan, dan nyeri pasca trauma.
Aturan Pemakaian : oleskan 2-3 kali sehari pada bagian yang sakit. Lama pengobatan hingga 7 hari
Penyimpanan : Simpan pada suhu tidak lebih dari 25°C dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.
24