Hal hal yang dilakukan pada percobaan pembuatan sediaan salep formula II yang
terdiri dari Vaselin album dan Propilenglikol 10% adalah pertama menentukan
metode cara pembuatan salep yang tepat yaitu menggunakan metode pelelehan.
dengan 2 bahan basis salep yang berbeda konsistensinya yaitu vaselin album yang
merupakan bahan inert yang tidak dapat bercampur dengan banyak bahan serta
tidak larut dalam air dengan massa berminyak transparan dalam lapisan tipis
(Rowe, 2009: 822) dan propilenglikol yang cair dan kental dan dapat bercampur
dengan air (Ditjen POM, 1995: 57) sehingga harus digunakan metode pelelehan
atau peleburan agar kedua bahan dapat dicampur dan homogen dengan
stabil terhadap panas. Pada kedua bahan yang terdapat pada salep formula II ini
adalah berperan sebagai basis. Artinya dalam sediaan tersebut tidak mengandung
zat aktif. Dasar salep berdasarkan penggunaannya sebagai pembawa, basis salep
propilenglikol termasuk ke dalam golongan dasar salep dapat dicuci dengan air dan
propilenglikol merupakan komposisi dasar salep dari emulsi tipe M/A yaitu
Menurut (Syamsuni,2006:65) dasar salep dapat dicuci dengan air adalah dasar salep
yang bersifat tidak berair, hidrofob, tidak larut dalam air dan tidak tercuci air
sedangkan salep serap adalah tidak larut dalam air dan kebanyakan tidak tercuci air.
Apabila dilihat dari salep yang digolongkan berdasarkan efek terapetiknya, salep
formula I ini tergolong ke dalam salep yang mempunya efek permukaan yaitu yang
akan membentuk lapisan film di permukaan kulit yang memiliki fungsi diantaranya
yaitu untuk menutup kulit dan sebagai proteksi. Dasar salep yang digunakan pada
Pada pembuatan sediaan salep formula II ini, dilakukan proses pencampuran kedua
bahan basis salep ke dalam mortar. Kemudian dilanjutkan dengan proses
pengadukan.
Pada pembuatan salep dengan menggunakan basis vaselin dan PPG ini, hal yang
pertama dilakukan adalah alat disiapkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk
membuat salep ditimbang diantaranya vaselin ditimbang sebanyak 19,8 gram dan
PPG sebanyak 2,2 gram dimana kedua bahan tersebut sudah ditambah sebanyak
10% dari perhitungan bahan awal. Hal ini dilakukan karena pada saat pencampuran
semua bahan di dalam mortir, pasti terdapat bahan yang masuk ke dalam pori-pori
mortir sehingga nantinya pada saat pengemasan, sediaan akan berkurang
jumlahnya. Jika ditambah 10% maka saat pengemasan, sediaan akan kurang lebih
pas atau sesuai jumlahnya dengan jumlah sediaan yang diinginkan yaitu 20 gram.
Setelah semua bahan ditimbang, vaselin dan PPG dimasukkan ke dalam masing-
masing cawan penguap dan diletakkan di penangas air. Hal ini bertujuan untuk
melebur vaselin dan PPG agar nantinya mudah dicampurkan dan homogen dalam
keadaan keduanya sudah meleleh atau melebur. Hal ini dilakukan juga karena
vaselin album dan PPG mempunyai konsistensi yang berbeda sehingga jika
keduanya tidak dilebur terlebih dahulu, sulit atau bahkan tidak bercampur. Setelah
vaselin dan PPG melebur kemudian dengan sangat cepat mereka dicampur dan
digerus atau proses pengadukan di dalam mortir dengan cepat. Tujuan dilakukannya
pengadukan ini adalah agar kedua basis yaitu vaselin album dan propilenglikol
tersebut homogen antar satu sama lain. Setelah homogen, sediaan ditimbang sesuai
kebutuhan serta dimasukkan ke dalam wadah pot salep dan dilakukan evaluasi.
Pada pengamatan evaluasi ini, bertujuan untuk menguji bahwa sediaan yang telah
dibuat sudah memenuhi persyaratan serta untuk mengetahui karakteristik dan sifat
dari sediaan salep tersebut. Hingga nantinya sediaan akan layak untuk
didistribusikan serta digunakan oleh pasien dengan melewati beberapa tahap
evaluasi seperti organoleptik yang meliputi warna, bau dan konsistensi,
homogenitas, serta stabilitas.
Evaluasi yang pertama yaitu organoleptik dimana evaluasi ini meliputi warna, bau
dan konsistensi. Prinsip dari pengamatan organoleptik ini yaitu menggunakan
pancaindera yaitu mata dimana untuk melihat perubahan warna sediaan yang dibuat
dan melihat konsistensi sediaan dan hidung untuk membaui sediaan agar diketahui
sediaan mempunyai bau khas atau tidak berbau. Hasilnya, pada sediaan yang
praktikan buat berwarna putih, tidak berbau dan konsistensi sediaan semisolid
sedang (+++) yang diperlihatkan dengan saat sediaan kemasannya dibalik, sediaan
tidak turun dan tidak bergerak mengikuti gravitasi atau tetap pada tempatnya
semula. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan salep yang praktikan buat sesuai
dengan ketentuan yang ada. Hasil evaluasi organoleptis sedapat mungkin
mendekati dengan spesifikasi sediaan yang telah ditentukan selama formulasi.
selama 5 hari berturut-turut. Hal ini dilakukan untuk melihat dan memeriksa
sediaan yang telah dibuat sudah memenuhi persyaratan kestabilan yaitu sediaan
tidak mengalami perubahan dan tidak terjadi pemisahan atau tidak dalam jangka
waktu 5 hari. Pada uji stabilitas yang diamati adalah pemisahan, perubahan warna
Hasilnya, pada hari ke-1 sediaan masih dalam keadaan stabil hingga hari ke-
5 yang ditandai dengan tidak terjadi pemisahan antar komponen campuran warna
masih tetaap berwarna putih seperti saat sediaan sesudah dibuat, bau sediaan masih
dalam keadaan tidak berbau serta homogenitas juga dalam keadaan masih
homogen. Artinya sediaan salep formula II yang dibuat oleh praktikan bisa
dikatakan stabil.
paraben dan propil paraben karena salep II merupakan salep tipe M/A sehingga
Propil paraben