Anda di halaman 1dari 19

Tujuan Percobaan

1. Mengetahui prinsip pembuatan tablet CTM metode kempa langsung.


2. Membuat tablet CTM dengan metode kempa langsung.
3. Melakukan evaluasi serbuk dan tablet.

Preformulasi Zat Aktif


1. Klorfeniramin maleat (CTM)

BM : 390,87
Rumus Molekul : C16H19ClN2.C4H404
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau.
Suhu Lebur : Antara 130º dan 135º
pH : Antara 4 dan 5
Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan
dalam kloroform, sukar larut dalam eter dan
dalam benzene.
Stabilitas : Tidak terurai di dalam larutan aqueous yang
mengandung CTM 15 mg/mL buffer pH 2,4;
6,8 dalam ampul kaca, disimpan di bawah
cahaya atau dalam gelap selama 3 bulan pada
25ºC.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Indikasi : Pengobatan simpatomatik penyakit alergi
seperti urtikaria dan gigitan serangga.
Pemakaian : -dewasa : sekali 2-4 mg, sehari 6-16 mg
-anak : sehari 0,35 mg
Mekanisme : Memblok H1-reseptor dan mencegah aksi
farmakologi histamine pada sel.
Interaksi Obat : Alkohol, depresan SSP, antikolinergik,
penghambat MAO.
Kontraindikasi : Hipersensitiv terhadap CTM
Efek Samping : Mengantuk, pusing ringan, pandangan kabur,
mulut kering.
Kategori Obat : Obat bebas terbatas.

(Ditjen POM, 1995: 688-690)


Harkness, 1989)

Preformulasi Zat Tambahan


1. Starch 1500/ Amylum Pregelificatum (Rowe, 2009: 692-694)
Pemerian : Serbuk agak kasar sampai halus, serbuk
berwarna putih sampai agak putih, tidak
berbau, memiliki rasa lemah yang khas,
higroskopis.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut organik,
sedikit larut atau larut dalam air dingin,
tergantung derajat pregelatinisasi.
Fungsi : Pengisi tablet (5-75%), pengikat tablet untuk
kempa langsung 5-20% atau untuk granulasi
basah 5-10%; penghancur tablet (5-10%).
Stabilitas : Stabil tapi higroskopis, harus disimpan dalam
wadah tertutup baik pada tempat sejuk dan
kering.

2. Magnesium Stearat (Rowe, 2009: 203-210)


[CH3(CH2)16COO]2. Mg
Pemerian : Serbuk putih terang, berbau khas, memiliki rasa
lebih lemah dari asam stearat.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, etanol 95%,
eter dan air, sedikit larut dalam benzene hangat
dan etanol 95% hangat.
Titik Leleh : 126 - 130ºC
Bobot Jenis : 1,092 g/mL
Stabilitas : Stabil apabila disimpan pada tempat yang sejuk
dan kering.
Inkompatibilitas : Dengan basa, garam basa, dan asam kuat. Tidak
dapat digunakan pada produk yang
mengandung aspirin dan beberapa vitamin
tertentu dan garam alkaloid.
Kegunaan: : Lubrikan (0,25-5%).

3. Talk/Magnesium Kalsium Silikat (Rowe, 2009: 728-729)


Mg3Si4O10(OH)2
Pemerian : Serbuk sangat halus, putih hingga putih
keabuan, tidak berbau, serbuk kristal.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam alrutan asam dan basa,
pelarut organik dan air.
pH : Dalam pelarut air 7-10
Inkompatibilitas : Golongan ammonium kuartener.
Stabilitas : Stabil pada pemanasan 160ºC tidak kurang dari
1 jam. Dapat disterilkan dengan paparan etilen
oksida dan radiasi sinar gamma. Talkum harus
disimpan dalam wadah tertutup di tempat sejuk
dan kering.
Fungsi : Glidan (1-10%)

4. Primogel/Carboxymethyl Starch (Rowe, 2009: 663-666)


Pemerian : Serbuk hablur, putih, rasa khas atau agak asam,
bau lemah.
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol 95% P dan praktis
tidak larut dalam air dan metilen klorida.
Stabilitas : Tablet dengan primogel memiliki sifat
penyimpanan yang stabil terhadap kelembaban
suhu dan higroskopis.
Bobot Jenis : 1,49 g/cm3
Titik Lebur : Tidak melebur tetapi terbakar pada suhu
±200ºC
Inkompatibilitas : Dengan vitamin C (asam askorbat).
Kegunaan : Penghancur.

5. Lactose Spray Dried (Rowe, 2009: 359-362)


Pemerian : Serbuk kristal, putih, tidak berasa, tidak berbau.
Kelarutan : Larut dalam air, etanol 95% P dan eter.
Stabilitas : Akan berubah warna akibat pemanasan.
Bobot Jenis : 0,88 g/cm3
Titik Leleh : 283ºC
Inkompatibilitas : Pengoksida kuat.
Kegunaan : Sebagai bahan pengisi.

Preformulasi wadah kemasan


Wadah primer
Digunakan botol plastik putih atau tidak transparan. Karena CTM harus
disimpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindungi dari cahaya agar melindungi
obat dari pengaruh cahaya supaya tidak terurai. Botol plastic yang digunakan
adalah Polymer no.1 yaitu PET/PETE. Bahan ini jernih, kuat, tahan pelarut, kedap
gas dan air. Sehingga dapat menjamin stabilitas dan kandungan CTM (Rowe,
2009).
Wadah Sekunder
Digunakan dus yang terbuat dari kertas yang lebih kuat dari kertas biasa.

Prosedur
Ditimbang bahan sesuai kebutuhan, bahan aktif CTM dan bahan-bahan
eksipien kecuali Mg stearat dan Talk dicampurkan selama 15 menit. Kemudian
ditambahkan Mg stearat dan Talk dan dicampur selama 2 menit. Lalu dilakukan
evaluasi terhadap massa kempa sebagaimana dilakukan pada granul kemudian
masa kempa ditabletasi menggunakan punch diameter 6-8 mm sesuai dengan
bobot. Lalu dilakukan evaluasi terhadap tablet yang dihasilkan.

Keragaman bobot
Diambil 20 tablet secara acak, lalu ditimbang masing-masing tablet.
Dihitung bobot rata-rata dan penyimpangan terhadap bobot rata-rata. Tidak boleh
ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari
harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh ada satupun tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga pada kolom B.
Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata
A (%) B (%)
< 25 mg 15 30
26 mg – 150 mg 10 20
151 mg – 300 mg 7,5 15
> 300 mg 5 10

Uji Disolusi
 Kondisi Pengujian
1. Volume media : Aquadest 500 Ml
2. Kecepatan Alat : 50 rpm
3. Waktu uji : 45 menit
4. Alat tipe dayung
 Prosedur Pengujian
Disiapkan 2 labu disolusi masing-masing yang berisi aquadest 500 mL dan
ditunggu hingga suhu 37ºC. Lalu satu labu digunakan untuk pengujian (labu
uji), dan satu lagi untuk penambahan larutan aquadest. Ditimbang 6 tablet
CTM, dimasukkan ke dalam labu uji disolusi. Larutan uji disolusi diambil
sebanyak 5 mL menggunakan pipet ukur kemudian dimasukkan ke dalam labu
ukur 10 mL. setiap volume uji yang diambil diganti dengan aquadest sebanyak
5 mL suhu 37ºC. Sampel kemudian diambil setiap waktu 10, 20, 30 dan 45
menit. Pada labu ukur sampel uji, ditambahkan HCl 2N sebanyak 1 mL. lalu
ditambah aquadest sampai 10 mL. sampel disaring dan dimasukkan ke dalam
vial. Sampel kemudian diukur menggunakan spektrofotometri dengan panjang
gelombang yang telah ditentukan. Digunakan blangko HCl 0,2 N (1 mL HCl
0,2 N ad 10 mL aquadest) dan absorbansi yang didapatkan dikali 2 (faktor
pengenceran).

 Pembuatan Kurva Kalibrasi


CTM ditimbang 10 mg dan dilarutkan dalam 50 m L HCl 0,2 N. Kemudian
dipipet sebanyak 1 mL dan diencerkan ke dalam labu ukur 10 mL. Kemudian
dicari panjang gelombang CTM ±264 nm. Dibuat seri pengenceran dengan
dipipet 0,5; 0,75; 1; 1,25; 1,5; 1,75 dan 2 mL dan diencerkan ke dalam labu
ukur 10 mL dan digunakan blangko HCl 0,2 N.

Hasil pengamatan dan Evaluasi


- Keragaman Bobot
Formula A Formula B
Tablet Bobot (mg) Tablet Bobot (mg)
1 0,2793 1 0,2235
2 0,2354 2 0,2238
3 0,2302 3 0,2347
4 0,2348 4 0,2368
5 0,2314 5 0,2303
6 0,2351 6 0,2279
7 0,2349 7 0,2270
8 0,2372 8 0,2280
9 0,2273 9 0,2408
10 0,2347 10 0,2395
11 0,2339 11 0,2286
12 0,2278 12 0,2358
13 0,2401 13 0,2227
14 0,2324 14 0,2243
15 0,2350 15 0,2278
16 0,2393 16 0,2316
17 0,2347 17 0,2018
18 0,2249 18 0,2375
19 0,2317 19 0,2276
20 0,2331 20 0,2287
Formula A Formula B
X= 4,732 X= 4,5787
0,2366 rata-rata = 0,2289
Penafsiran hasil: tidak boleh ada 2 tablet > 7,5% (kolom A) dan tidak
boleh ada satu pun tablet > 15% (kolom B).
Formula A
Ketentuan kolom A Ketentuan kolom B

x 0,2366 = ±0,1752 gram x 0,23366 = ±0,350 gram

Batas atas = 0,2366 + 0,1752 Batas atas = 0,23366 + 0,350


= 0,40886 = 0,26866
Batas bawah = 0,2366 – 0,1752 Batas bawah = 0,23366 – 0,350
= 0,05846 = 0,19866

Formula B
Ketentuan kolom A Ketentuan kolom B

x 0,2289 = ±0,0172 gram x 0,2289 = ±0,0343 gram


Batas atas = 0,2289 + 0,0172 Batas atas = 0,2289 + 0,0343
= 0,2461 gram = 0,2632 gram
Batas bawah = 0,2289 – 0,0172 Batas bawah = 0,2289 – 0,0343
= 0,2117 gram = 0,1946 gram
Kesimpulan: formula A dan formula B memenuhi syarat karena tidak
ada 2 tablet yang melebihi kolom A dan tidak ada 1 tablet pun yang
penyimpangannya melebihi kolom B.

Uji Disolusi
- Kurva baku = CTM 40 mg ~ HCl 0,2 N
- Seri pengenceran = 0,5; 0,75; 1; 1,25; 1,5; 1,75 dan 2 mL
- Ad 10 mL
- Blanko = HCl 0,2 N

Konsentrasi:

x = x = 200 ppm

. = .
 . 200 ppm = 10 mL .

= 10 ppm

 . 200 ppm = 10 mL .

= 15 ppm

 . 200 ppm = 10 mL .

= 20 ppm

 . 200 ppm = 10 mL .

= 25 ppm
 . 200 ppm = 10 mL .

= 30 ppm

 . 200 ppm = 10 mL .

= 35 ppm

 . 200 ppm = 10 mL .

= 40 ppm

Formula A Formula B
(x) waktu Abs 2 x Abs(y) (x) waktu Abs 2 x Abs(y)
10 0,626 1,252 10 0,495 0,99
20 0,565 1,13 20 0,523 1,046
30 0,630 1,26 30 0,562 1,124
45 0,611 1,222 45 0,594 1,180

Konsentrasi Abs
10 0,180
15 0,277
20 0,397
25 0,494
30 0,604
35 0,702
40 0,813
a: -0,0325 y= bx + a
b: 0,0211 y= 0,0211x – 0,0325

Formula A Formula B
 = 0,0211x – 0,0325  = 0,0211x – 0,0325

= 0,0211x – 0,0325 = 0,0211x – 0,0325

= 0,0211x = 0,0211x

x = 60,877 ppm x = 48,459 ppm

 = 0,0211x – 0,0325  = 0,0211x – 0,0325


= 0,0211x – 0,0325 = 0,0211x – 0,0325

= 0,0211x = 0,0211x

x = 55,357 ppm x = 51,114 ppm

 = 0,0211x – 0,0325  = 0,0211x – 0,0325

= 0,0211x – 0,0325 = 0,0211x – 0,0325

= 0,0211x = 0,0211x

x = 61,256 ppm x = 54,810 ppm

 = 0,0211x – 0,0325  = 0,0211x – 0,0325

= 0,0211x – 0,0325 = 0,0211x – 0,0325

= 0,0211x = 0,0211x

x = 59,455 ppm x = 57,844 ppm

Kadar Terkoreksi
Formula A
C’10 = 60,877 ppm

C’20 = x +

= 55,357 +

= 55,966 ppm

C’30 = 61,256 +

= 62,424 ppm

C’45 = 59,455 +

= 61,247 ppm
Formula B
C’10 = 48,459 ppm

C’20 = x +

= 51,114 +

= 51,598 ppm

C’30 = 54,810 +

= 55,810 ppm

C’45 = 57,844 +

= 59,402 ppm

Kadar Terdisolusi
Formula A

Kadar awal = x kekuatan sediaan x 6

= x 24 mg = 28,224 mg

% kadar terdisolusi

= x 100%

= x 100% = 215,7%

= x 100% = 198,3%
= x 100% = 221,1%

= x 100% = 217,0%

Formula B

Kadar awal = x kekuatan sediaan x 6

= x 24 mg = 29,038 mg

% kadar terdisolusi

= x 100%

= x 100% = 166,8%

= x 100% = 177,7%

= x 100% = 192,2%

= x 100% = 204,5%

Penafsiran hasil:
Kadar terdisolusi CTM = 75% → + 5% = 80%
Kesimpulan: semua sediaan tablet formula A dan formula B memenuhi syarat
karena > 80%.
Pembahasan
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan
merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat
dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan
baja (Ditjen POM, 1995). Pada praktikum ini, dilakukan pembuatan tablet CTM
dengan setiap tablet mengandung CTM sebanyak 4 mg dengan menggunakan
metode kempa langsung. Klorfeniramin maleat kurang menguntungkan jika
dibuat secara granulasi basah karena pada granulasi basah diperlukan adanya air
serta pengeringan. Pembuatan tablet klorfeniramin maleat secara granulasi kering
juga kurang mendukung karena pada proses tersebut diperlukan tekanan yang
relatif besar yang akan mempengaruhi kestabilan klorfeniramin maleat. Oleh
sebab itu, metode kempa langsung merupakan metode pembuatan klorfeniramin
maleat yang menguntungkan (Lachman et al, 1994).
Metode kempa langsung adalah proses pembuatan tablet dengan
mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui proses
granulasi terlebih dahulu (Ansel, 1989). Prinsip dari pembuatan tablet CTM
dengan kempa langsung adalah pencampuran zat aktif dengan zat tambahan yang
sesuai menghasilkan aliran yang seragam sehingga dapat langsung dikempa
menjadi padatan yang kokoh. Metode ini dilakukan dengan cara mencampurkan
zat aktif, pengisi dan penghancur terlebih dahulu kemudian ditambahkan glidan
dan lubrikan. Setelah homogen, jadilah massa kempa yang siap untuk ditabletasi.
CTM atau Klorfeniramin maleat dibuat tablet dengan metode kempa langsung
karena mempunyai dosis yang kecil sehingga cocok untuk dibuat dengan metode
kempa langsung. Chlorpheniramin maleat atau lebih dikenal dengan CTM
merupakan salah satu antihistaminika yang memiliki efek sedative (menimbulkan
rasa kantuk). Namun, dalam penggunaannya di masyarakat lebih sering sebagai
obat tidur dibanding antihistamin sendiri. Keberadaanya sebagai obat tunggal
maupun campuran dalam obat sakit kepala maupun influenza lebih ditujukan
untuk rasa kantuk yang ditimbulkan sehingga pengguna dapat beristirahat. CTM
sebagai AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan
bermacam-macam otot polos. AH1 juga bermanfaat untuk mengobati reaksi
hipersensitivitas dan keadaan lain yang disertai pelepasan histamin endogen
berlebih (Ganiswarna, 1995). Selain CTM sebagai zat aktif, terdapat bahan
eksipien yang membantu dan melengkapi CTM agar menjadi massa kempa yang
dapat dikempa. CTM Pada percobaan ini, dibuat tablet CTM dengan 2 formula
dengan kedua formula memiliki zat aktif CTM. Pada formula A, terdapat bahan-
bahan berupa CTM, Starch 1500 sebagai penghancur tablet dimana ia bekerja
dengan cara pengembangan atau swelling apabila terkena air. Bahan penghancur
berfungsi untuk menghancurkan tablet bila tablet kontak dengan cairan.
Hancurnya tablet akan menaikkan luas permukaan dari fragmen-fragmen tablet
sehingga akan mempermudah terlepasnya obat dari tablet. Fragmen-fragmen
tablet itu mungkin sangat menentukan kelarutan selanjutnya dari obat dan
tercapainya bioavailabilitas yang diharapkan (Banker and Anderson, 1986). Lalu
ada lactose spray dried yang berfungsi sebagai pengisi dan lactose ini yang
membuat aliran serbuk baik. Bahan pengisi ini menjamin tablet memiliki ukuran
atau massa yang dibutuhkan (Voigt, 1984). Kemudian terdapat Magnesium stearat
sebagai lubrikan yang berfungsi untuk mengurangi gesekan antar sisi tablet
dengan dinding ruang cetakan (die) dan antara dinding die dengan punch,
sehingga tablet mudah dikeluarkan dari cetakan dan ada Talk sebagai glidan yang
berfungsi untuk mengurangi gesekan antar partikel yang mengalir dari hopper ke
ruang cetak (die), sehingga memperbaiki sifat alir serbuk atau granul yang akan
dikempa dan akan berpengaruh pada keseragaman bobot tablet (Ansel, 1989).
Pada formula B, semua bahan sama dengan formula A kecuali bahan
penghancurnya yaitu menggunakan Primogel dimana memiliki daya
pengembangan tinggi dan menghasilkan proses desintegrasi yang baik. Pada
metode kempa langsung ini, semua bahan pada formula A dan formula B masing-
masing kecuali Magnesium stearat dan Talk dicampurkan hingga homogen selama
15 menit dan pada saat akan diuji kadar airnya, dimasukkan Mg stearat dan Talk
lalu dicampur selama 2 menit dan diratakan hingga homogen di dalam loyang
agar semua bahan tercampur merata dan pada saat dikeringkan dalam oven untuk
mengurangi kadar airpun, yang terkena oven rata ke semua bagian. Setelah
dimasukkan ke dalam oven kurang lebih 25 menit hingga didapatkan massa
kempa yang kadar airnya memenuhi syarat dan setelah diuji evaluasi serbuk
memenuhi syarat, dilakukan proses tabletasi. Proses tabletasi ini menggunakan
mesin dengan ukuran punch 6-8 mm sesuai dengan bobotnya. Setelah ditabletasi,
tablet-tablet tersebut di evaluasi tablet yaitu diantaranya uji organoleptis,
keseragaman ukuran, keragaman bobot, friabilitas dan friksibilitas, uji waktu
hancur, uji kekerasan serta uji disolusi.

Keragaman bobot
Evaluasi tablet yang selanjutnya yaitu adalah keragaman bobot.
Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan banyaknya penyimpangan
bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari semua tablet sesuai syarat yang
ditentukan (Ditjen POM, 1979). Evaluasi ini bertujuan untuk menentukkan berat
tablet masing-masing dalam satu formulasi tablet tersebut sama. Prinsip dari
evaluasi ini adalah jumlah bahan yang diisikan dalam cetakan akan dimasukan
kemudian ditekan untuk menentukan berat tablet yang dihasilkan. Uji keragaman
bobot ini juga dilakukan untuk memastikan keseragaman kandungan dan
komponen tablet sehingga nantinya didapatkan kandungan yang seragam dan zat
aktif yang dikandung pun seragam dalam setiap tablet. Pada evaluasi ini, yang
dilihat adalah penyimpangannya dimana diambil 20 tablet secara acak dan
masing-masing tablet diitmbang. Bobot rata-rata dan penyimpangan terhadap
bobor rata-rata tablet dihitung agar dapat ditentukan tablet yang dihasilkan
memenuhi syarat tablet yang baik. Yaitu dimana tidak boleh ada 2 tablet yang
melebihi kolom A dan tidak ada 1 tablet pun yang penyimpangannya melebihi
kolom B (kolom terlampir di prosedur). Hasilnya pada formula A didapatkan rata-
rata bobot 20 tablet adalah 0,2366 terhadap kolom A ketentuannya 0,1752 gram
dimana batas atas berdasarkan kolom A pada formula A adalah 0,40886 dan batas
bawah 0,05846, pada ketentuan kolom B formula A yaitu 0,350 gram dengan
batas atas didapatkan 0,26866 dan batas bawah 0,19866.
Pada formula B, didapatkan bobot rata-rata 20 tablet adalah 0,2289
terhadap kolom A ketentuannya adalah ±0,0172 gram sehingga didapatkan batas
atas sebesar 0,2461 gram dan batas bawah 0,2117 gram. Pada ketentuan kolom B
yaitu ±0,0343 gram sehingga didapatkan batas atas 0,2632 gram dan batas bawah
0,1946 gram.
Hal ini menunjukkan bahwa pada formula A, tidak ada 2 tablet dari 20 tablet yang
melebihi kolom A yang ditandai dengan tidak ada tablet yang bobotnya lebih dari
batas atas 0,40886 gram dan tidak ada yang bobot tablet kurang dari batas bawah
0,05846 gram. Tablet pada formula A juga tidak ada 1 tablet pun yang
penyimpangannya melebihi pada kolom B yang ditandai dengan tidak ada tablet
yang bobotnya lebih dari batas atas 0,26866 gram dan tidak ada tablet yang
bobotnya kurang dari batas bawah 0,19866 gram. Begitupun dengan formula B,
tidak ada 2 tablet dari 20 tablet yang melebihi kolom A yang ditandai dengan tidak
ada tablet yang bobotnya lebih dari batas atas 0,2461 gram dan tidak ada yang
bobot tablet kurang dari batas bawah 0,2117 gram. Tablet pada formula A juga
tidak ada 1 tablet pun yang penyimpangannya melebihi pada kolom B yang
ditandai dengan tidak ada tablet yang bobotnya lebih dari batas atas 0,2632 gram
dan tidak ada tablet yang bobotnya kurang dari batas bawah 0,1946 gram.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua formula yaitu formula A dan B
memenuhi syarat bobot tablet yang baik.

Uji Disolusi
Evaluasi tablet yang selanjutnya yaitu uji disolusi. Evaluasi tablet uji
disolusi ini bertujuan untuk mengetahui atau memastikan banyaknya kadar zat
aktif CTM yang bisa larut di dalam cairan lambung. Prinsipnya yaitu dengan
memasukkan tablet formula A dan formula B masing-masing ke dalam labu uji

disolusi dimana dalam waktu 45 menit harus larut 75% dan 80% dari jumlah

yang tertera di etiket. Dalam uji disolusi ini, dibutuhkan kondisi pengujian dimana
volume media yaitu aquadest 500 mL dengan kecepatan alat 50 rpm dan waktu uji
selama 45 menit. Dalam pengujian ini, 2 labu disolusi masing-masing berisi
aquadest 500 mL dan ditunggu hingga suhu 37ºC. Suhu tersebut merupakan suhu
tubuh dan suhu di dalam lambung dan 1 tambahan labu disolusi untuk
penambahan larutan aquadest. Dalam uji ini, larutan dalam labu disolusi yang
berisi tablet formula A dan formula B diambil sebanyak 5 mL dan dimasukkan ke
dalam labu ukur 10 mL pada selang waktu 10, 20, 30 dan 45 menit. Masing-
masing larutan yang dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL kemudian
diencerkan dengan aquadest hingga tanda batas dan tidak lupa untuk
menambahkan HCl 2N sebanyak 1 mL dan lalu disaring ke dalam masing-masing
vial menggunakan alat filter yang disisipkan kertas saring yang bertujuan untuk
menyaring larutan agar pada saat diukur absorbansinya tidak terdapat partikel-
partikel yang menganggu. Larutan kemudian diukur absorbansinya dengan
panjang gelombang yang telah dilakukan dengan blangko HCl 0,2 N dan dibuat
kurva kalibrasi untuk menentukan kadar zat aktif yang terdisolusi. Setelah
didapatkan absorbansi tiap waktu 10, 20, 30 dan 45 menit dan dihitung 2 kali
absorbansi dengan kurva baku CTM 40 mg ̴ HCl 0,2 N dengan seri pengenceran
0,5; 0,75; 1; 1,25; 1,5; 1,75; dan 2 mL dan dihitung konsentrasi pada tiap larutan
yang diambil dalam selang waktu 10, 20, 30 dan 45 menit dan didapatkan kadar
terkoreksi formula A pada waktu 10 menit = 60,877 ppm, 20 menit= 55,966 ppm,
30 menit= 62,424 ppm dan 45 menit= 61,247 ppm. pada formula B pada waktu 10
menit= 48,459 ppm, 20 menit= 51,598 ppm, 30 menit= 55,810 ppm dan 45
menit= 59,402 ppm sehingga didapatkanlah kadar terdisolusi zat aktif pada
formula A dengan kadar awal 28,224 mg dengan %kadar terdisolusi pada
konsentrasi larutan di 10 menit yaitu 215,7%; di 20 menit yaitu 198,3%, di 30
menit yaitu 221,1% dan di 45 menit yaitu 217,0%. sedangkan pada formula B
dengan kadar awal 29,038 mg dengan %kadar terdisolusi pada konsentrasi larutan
di 10 menit yaitu 166,8%; di 20 menit yaitu 177,7%; di 30 menit 192,2% dan pada
45 menit yaitu 204,5%. Dimana penafsiran hasil kadar terdisolusi CTM adalah
75% dengan ditambah 5% menjadi 80%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
semua sediaan tablet CTM formula A dan formula B memenuhi syarat yang
ditandai dengan %kadar terdisolusi kedua formula di semua konsentrasi melebihi
atau > 80%. Sehingga dapat dipastikan zat aktif dapa terdisolusi di dalam cairan

lambung dalam waktu kurang dari atau sama dengan 45 menit ( 45 menit).
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Prinsip pembuatan tablet metode kempa langsung adalah pencampuran zat
aktif dengan zat tambahan yang sesuai menghasilkan aliran yang seragam
sehingga dapat langsung dikempa menjadi padatan yang kokoh.
2. Praktikan dapat membuat tablet CTM dengan metode kempa langsung
dengan 2 formula dan menghasilkan tablet yang baik pada kedua formula.
3. Dilakukan evaluasi serbuk yang berupa uji kelembaban dan uji sifat alir dan
dihasilkan massa kempa yang alirannya baik dan mudah mengalir serta
evaluasi tablet yang diantaranya uji organoleptis yang hasilnya pada formula
A … dan formula B…, uji keseragaman ukuran hasilnya formula A dan B
memenuhi syarat karena diameter < 3 kali tebal tablet dan diameter > 4/3
tebal tablet, uji kekerasan hasilnya formula A menghasilkan tablet yang
memenuhi syarat kekerasan tablet kecil karena masuk rentang 4-7 kg/cm2
dan tablet formula B tidak memenuhi syarat karena tidak masuk rentang, uji
friabilitas dan friksibilitas semua sediaan tablet pada formula A dan B
memenuhi syarat karena nilai friabilitas dan friksibilitas < 1%, uji keragaman
bobot kedua formula memenuhi syarat karena tidak ada 2 tablet yang
melebihi kolom A dan tidak ada satu tablet pun yang penyimpangannya
melebihi kolom B, uji waktu hancur hasilnya semua sediaan tablet pada
kedua formula memenuhi syarat waktu hancur dengan tiap tablet tidak lebih
dari 15 menit serta uji disolusi disimpulkan semua sediaan tablet pada
formula A dan B memenuhi syarat karena % kadar terdisolusi > 80%.

Ansel, Howard.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat.


Penerjemah: Farida Ibrahim. Penerbit Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Banker, S.G., and Anderson, R.N. (1986). Tablet In Lachman, L. Lieberman, The
Theory and Practice of Industrial Pharmacy, 3rd ed. Lea and Febiger,
Philadelphia.
Ditjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope
Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ganiswarna, S. (1995). Farmakologi dan Terapi, edisi IV. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta.
Harkness, R. (1989). Interaksi Obat, diterjemahkan oleh Goeswin Agoes dan
Mathilda S. Widianto. Institut Teknologi Bandung: Bandung.
Lachman, L., Lieberman, H. A., & Kanig, J. L. (1994). Teori dan Praktek
Farmasi Industri jilid 3. Jakarta: UI Press.
Rowe, R.C. et Al. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed.
London.
Voigt, R. (1984), Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan Oleh
Soewandhi, S.N., Edisi V. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
PENTAKLOR
KOMPOSISI :
Tiap tablet mengandung Chlorpheniramini maleas 4 mg.
INDIKASI :
Untuk meringankan gejala alergi seperti pada rhinitis, urticarial,
hayfever.
KONTRA INDIKASI :
Hipersensitif terhadap komponen obat ini
INTERAKSI OBAT :
Alkohol, depresan SSP, antikolinergik, penghambat MAO
ATURAN PAKAI :
Dewasa : 3 – 4 kali sehari 1 tablet
Anak-anak 6 – 12 tahun : 3 – 4 kali sehari ½ tablet
Anak-anak 2 – 6 tahun : 3 – 4 kali sehari ¼ tablet
EFEK SAMPING :
Mulut kering, mengantuk, pandangan kabur.
PERINGATAN DAN PERHATIAN :
- Penderitas yang minum obat ini sebaiknya jangan
mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin.
- Tidak dianjurkan penggunaan pada wanita hamil dan
menyusui karena beresiko efek samping pada bayi.
- Dapat menyebabkan kantuk.

SIMPAN DI TEMPAT KERING DAN SEJUK (15-25ºC)


TERLINDUNG DARI CAHAYA

Anda mungkin juga menyukai