Anda di halaman 1dari 23

I.

Nama Sediaan/Nama Dagang


Carbamatri
II. Kekuatan Sediaan
Carbamazepin 200 mg/tablet

III. Formula Sediaan


R/ Carbamazepin 200 mg
Acdisol 2%
Mg Stearat 1%
Talk 2%
Avicel PH 102` qs

IV. Preformulasi Zat Aktif


Carbamazepine

5H-Dibenz[b,f]azepine-5-carboxamide [298-46-4]
Rumus molekul : C15H12N2O
Berat molekul : 236,3
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dalam eter, sedikit larut
dalam etanol dan aseton; larut 1 dalam 10
kloroform, larut dalam propylene glycol
Titik Leleh : 189 °C - 193 °C
Stabilitas : Carbamazepin relatif stabil pada suhu kamar.
Carbamazepin terdegradasi secara kimia menjadi
iminostilbena melalui hidrolisis; sekitar 10% dari
carbamazepin mengalami penurunan pada tekanan
tertinggi (72°) setelah 200 hari. carbamazepine
dapat kehilangan satu pertiga dari kemanjurannya
jika disimpan dalam kondisi lembab (Codex : 774)
Indikasi : Epilepsi, trigeminal neuralgia, manic depressive
ilness yang berulang kali kambuh yang tak ada
respon neuropati
Dosis dan aturan pakai: Epilepsi mulai dari dosis rendah. Dewasa : sehari
1-2x 100-200 mg, berangsur-angsur ditingkatkan
hingga sehari 2-3x 400 mg. Anak : 10-20
mg/kgBB/hari. Trigeminal nneuralgia k:
permulaan, sehari 200-400 mg, ditingkatkan
hingga sehari 3-4 200 mg. Manic depressiv illnes
yang berulang kali kambuh yang tak ada respon
europati: 2-4x 200 mg
Mekanisme kerja : menghambat arus voltage-dependent ion Natrium.
Kontraindikasi : hipersensi, atrioventrikular block, riwayat depresi
sumsum tulang atau profilia akut atau berkala,
penggunaan kombinasi dengan penghambat MAO.
Efek samping : pusing, vertigo, ataksia, diplopia dan penglihatan
kabur. Efek samping lainnya berupa mual, muntah,
anemia aplastik, agranulositosis, dan reaksi alergi
berupa dermatitis, eosinofilia, limfadenopati, dan
splenomegali. Gejala intoksikasi akut dapat berupa
stupor/koma, iritabel, kejang dan depresi napas
Interaksi obat : obat antiepilepsi lain, antibiotik makrolida,
isoniazid, verapamil, diltiazem, simetidin, obat
kontrasepsi dan alkohol
Kategori obat : Obat keras ( ISO vol 51)
Aturan simpan : Dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya dari kaca
Cantumkan “Simpan ditempat kering, hindarkan
dari kelembapan” (Dirjen POM, 2014: 614)
Persyaratan kadar : Karbamazepin mengandung tidak kurang dari
98% dan tidak lebih dari 102%
C15H12N2O,dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan.
(Dirjen POM, 2014: 614 ; Ph Eur monograph 0543 ; Iso vol 51:89)

V. Preformulasi Zat Tambahan


5.1.Acdisol (Sodium Croscarmellose)

Pemerian :Bubuk putih yang tidak berbau, putih atau keabu-abuan.


Kelarutan :Tidak larut dalam air,Praktis tidak larut dalam aseton,
etanol dan toluena.
Luas permukaan : 0,81-0,83m2 /g.
Stabilitas :Sodium croskarmelosa adalah bahan higroskopis yang
stabil. Dapat digunakan dalam formula tablet penghancur tidak
menunjukan perbedaan yang signifikan pada disolusi obat setelah
penyimpan 300C selama 14 bulan penyimpanan dalam wadah tertutup
rapt, sejuk kering.
Inkompatibilitas :Kemanjuran disintegrants, seperti sodium
croscarmelosa, dapat sedikit direduksi dalam formulasi tablet yang
dibuat dengan proses granulasi basah atau proses kompresi langsung
yang mengandung eksipien higroskopis seperti sorbitol. Natrium
kroskarmelosa tidak kompatibel dengan asam kuat atau dengan garam
larut besi dan beberapa logam lain seperti aluminium, merkuri, dan
seng.

Kegunaan : penghancur kapsul 10-25%; penghancur tablet 0,5-5%

(Rowe. 2009. Hal : 207)


5.2.Avicel PH 102 ( Microcrystaline Celulose)

Pemerian : Serbuk kristalin dengan partikel berpori ; berwarna


putih ; tidak berbau ; dan tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larutan asam dan
sebagian besar pelarut organik
Luas permukaan : 1,21 – 1,30 m2/g (avicel PH 102)
Bobot jenis : 0,337 g/cm3 (baik), 0,478 g/cm3 (tapped), 1,512 –
1,668 g/cm3 (true)
Stabilitas : Material higroskopis yang stabil. Disimpan di
wadah tertutup rapat pada tempat yang sejuk dan
kering
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan agen pengoksidasi yang kuat
Kegunaan : pengisi atau pengikat pada sediaan tablet dan
kapsul, mempunyai kegunaan sebagai lubrikan dan
disentegrant
Konsentrasi : 20-50% (pengisi) ; 5-15% ( pengahncur) ; 5-20%
(anti lengket)
(Rowe. 2009. Hal : 129)
5.3.Magnesium Stearat

Struktur kimia : [CH3(CH2)16COO]2Mg


Rumus molekul : C36H70MgO4
Pemerian : Serbuk ringan ; berwarna agak putih ; bau samar
asam siporat ; rasa khas
Bentuk kristal : Trihidrat, dihidrat, monohidrat
Sifat alir : Buruk ; serbuk kohesif
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, etanol 95%, eter
dan air
Bobot jenis : 0,159 g/cm3 (baik), 0,286 g/cm3 (tapped), 1,092
g/cm3 (true)
Titik Leleh : 126-1300C
Stabilitas : Merupakan materil yang stabil, penyimpanan pada
wadah baik, pada tempat yang sejuk dan kering
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan asam kuat, alkali dan garam
besi Mg stearat tidak bisa digunakan pada produk yang menjadi
aspirin, beberapa vitamin tertentu dan garan alkoloidal.
Kegunaan : Lubrikan pada formulasi kapsul dan tablet
Konsentrasi : 0,25 – 5% (lubrikan)
(Rowe. 2009. Hal : 433)
5.4.Talk
Rumus kimia : Mg3Si4O10(OH)2
Pemerian : serbuk, putih, kelabu, tidak berbau.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air basa dan dalam pelarut basa
dan asam, pelarut organik dan air.
Stabilitas : Talk adalah material stabil dan memungkinkan
disterilisasi dengan melakukan pemanasan pada suhu
160oC pada waktu kurang dari 1 jam. Itu juga disterilisasi
dan menekspos dengan menggunakan Etilen Oksida atau
radiasi sinar gamma.
Inkompatibilitas : surfaktan
Fungsi : glidan 1-10%, lubrikan 1-10%< diluent 5-30%
. (Rowe et al , 2009:724-729)

VI. Analisis/Pendekatan Formula


Pada pembuatan tablet carbamazepine digunakan metode kempa
langsung. Dalam pembuatan tablet dengan metode kempa langsung,
bahan-bahan yang akan dikempa harus mempunyai sifat yang baik
sehingga dapat menghasilkan tablet yang memenuhi persyaratan. Sifat
bahan tersebut antara lain: mudah mengalir (free flowing), mudah kompak
bila dikempa (compactible) serta tablet harus mudah lepas dari cetakan
dan tidak ada bagian yang melekat pada cetakan sehingga permukaan
tablet halus dan licin (Sheth,1980). Menurut British Pharmacopeeia
Commision (2009), sifat fisiko-kimia dari carbamazepine yaitu memiliki
bentuk serbuk kristalin, berwarna putih sampai hamper putih. Menurut
Aaltonenet al (2009), serbuk kristalin akan menghasilkan karakteristik
kekompakan yang baik saat diberikan tekanan (kompresi), karena serbuk
kristalin memiliki kisi-kisi/ kerangka dalam menyusun struktur molekul
dan morfologi fisiknya. Dengan demikian, dalam pembuatan tablet
carbamazepine ini tidak melalui proses granulasi, tetapi proses
pembentukan tabletnya dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada
serbuk atau granul menggunakan cetakan tablet.
Carbamazepine merupakan obat pilihan pertama yang banyak
digunakan untuk pengobatan epilepsy dengan bangkitan umum tonik-
klonik dan bangkitan parsial sederhana maupun kompleks (Kwan and
Brodie, 2000; Chadwick, 1999). Selain itu, carbamazepine memiliki efek
sedative, antikolinergik, antidepresan, relaksasi otot, antiaritmia,
antidiuretic, aksi penghambatan transmisi neuromuscular. Menurut ISO
Vol.51, menunjukkan bahwa tablet tegretol mengandung carbamazepine
200 mg/tab.
Bahan pengisi ditambahkan dengan tujuan untuk memperbesar
volume dan berat tablet. Bahan pengisi yang umum digunakan adalah
laktosa, pati, dekstrosa, dikalsium fosfat dan mikrokristal selulosa
(Avicel). Bahan pengisi dipilih yang dapat meningkatkan fluiditas dan
kompresibilitas yang baik (Shethdkk, 1980). Bahan pengisi yang
digunakan pada pembuatan tablet carbamazepine yaitu Avicel PH 102,
yang dimana Avicel PH 102 atau microcrystalline cellulose termasuk
golongan selulosa. Kemampuan Avicel sebagai zat pengisi cukup tinggi
karena partikel mikrokristalnya yang berasal dari alam disatukan oleh
ikatan hydrogen. Ikatan hydrogen antara hydrogen pada molekul selulosa
yang berdekatan membuat padatan partikelnya lebih kuat dan lebih
kohesif. Pemilihan avicel 102 mampu memberikan daya adhesi pada
massa serbuk pada tablet kempa serta menambah daya kohesi pada bahan
pengisi. Penggunaan Avicel PH 102 lebih baik dari Avicel PH 101 pada
pembuatan dengan metode cetak langsung karena memiliki ukuran partikel
yang lebih besar, sehingga sifat alir Avicel PH 102 lebih baik
dibandingkan Avicel PH 101. Selain itu, Avicel PH 102 memiliki
kompaktibilitas yang sangat baik dan mengalami deformasi plastic saat
dikompresi yang dapat menyebabkan terjadinya interlocking, yang
merupakan kekuatan ikatan antar partikel (Banker and Anderson, 1994).
Superdisintegrant ditambahkan untuk memudahkan pecahnya
atau hancurnya tablet ketika kontak dengan cairan saluran pencernaan.
Superdisintegrant dapat berfungsi menarik air kedalam tablet mengembang
dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagian (Banker and
Anderson, 1994).

Penggunaan superdisintegran dalam formulasi sediaan farmasetik


harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut: superdisintegran harus
memiliki kelarutan yang buruk, tidak memiliki kemampuan untuk
membentuk gel, memiliki kapasitas hidrasi yang baik, memiliki sifat alir
yang baik dan dapat dicetak dengan baik, tidak memiliki kecenderungan
untuk membentuk kompleks dengan zat aktif obat, dan juga harus sesuai
eksipien satu dengan lainnya (Pahwa and Nisha, 2011).
Bahan pengahancur dalam pembuatan sediaan tablet
carbamazepine ini yaitu sodium crosscarmellose. Sodium croscarmellose
merupakan super disintegrant yang berasal dari polimer
carboxymethylcellulose sodium. Sodium croscarmellose digunakan dalam
formulasi farmasetikal oral sebagai disintegran kapsul, tablet dan granul.
Croscarmellose sodium atau yang biasa disebut Acdisol adalah bahan
penghancur yang digunakan dalam formulasi sediaan oral seperti kapsul,
tablet dan granul dengan metode kempa langsung atau granulasi basah.
Acdisol mempunyai 2 mekanisme yang menyebabkan obat dapat
terdisintegrasi secara cepat, yaitu penyerapan air (water wicking) dan
pembengkakan secara cepat (rapid swelling). Swelling adalah salah satu
mekanisme bahan penghancur yang berasal dari pati. Saat kontak dengan
air, bahan penghancur yang ada di dalam tablet akan mengembang dan
mendesak bahan-bahan lainnya yang ada di dalam tablet menyebabkan
tablet terpecah. Sedangkan pada mekanisme wicking, tablet yang
dihasilkan akan sangat berpori sehingga air akan sangat cepat masuk ke
dalam tablet. Hal tersebut mengakibatkan ikatan antar partikel di dalam
tablet terputus sehingga tablet cepat terdisintegrasi (Mangal dkk., 2012).
Konsentrasi sodium croscarmellose yang digunakan 0,5%-5% w/w sebagai
disintegran tablet, meskipun normalnya adalah 2% w/w dalam kompresi
langsung dan 3% w/w dalam proses granulasi basah (Kibbe, 2000).
Glidan berfungsi memperbaiki daya luncur dan daya alir bahan
yang akan dicetak, karena itu menjamin terjadinya keteraturan aliran dari
corong pengisi kedalam lubang cetakan. Glidan juga berfungsi mengurangi
penyimpangan asa, memperkecil gesekan sesama partikel (Voight, 1994).
Glidan yang digunakan pada tablet carbamazepine ini yaitu talk.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Syofyan (2015), konsentrasi talk
yang digunakan yaitu 2%.
Lubrikan merupakan salah satu bahan tambahan pada tablet
yang berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan
juga untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Lubrikan yang
baik harus mempunyai sifat pelumas, pelincir dan antilekat (Siregar &
Wikarsa, 2010). Lubricant dalam formulasi tablet digunakan untuk
mencegah terjadi penempelan serbuk campuran pada punch dan die di
mesin tablet saat proses pengempaan tablet. Lubricant yang digunakan
adalah magnesium stearat yang sering digunakan sebagai bahan pelicin
dalam formulasi tablet. Lubricant memudahkan pengeluaran tablet keluar
dari ruang cetak dengan mencegah dan mengurangi gesekan antara logam
punch atas dengan logam punch bawah dan pengurangan gesekan antara
dinding dalam lubang ruang cetak dengan permukaan sisi tablet. Pada
umumnya lubrikan bersifat hidrofobik sehingga cenderung menurunkan
kecepatan desintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu, kadar lubrikan
yang berlebihan harus dihindarkan (Voigt, 1994). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Syofyan (2015), konsentrasi mg. stearat yang digunakan
yaitu 1%.
Dalam farmakope Indonesia Edisi V halaman 618, tablet
Carbamazepin harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, dan sebaiknya
dari kaca. Dimana wadah tertutup rapat harus melindungi isinya terhadap
masuknya bahan padat dari luar dan mencegah kehilangan, pelapukan,
pencairan dan penguapan pada waktu persiapan, pengangkutan,
penyimpanan dan penjualan dalam keadaan dan dengan cara biasa. Selain
itu carbamazapine harus disimpan di tempat kering serta hindarkan dari
kelembapan. Sehingga wadah yang digunakan yaitu botol kaca. Kaca adalah
salah satu bahan kemasan tertua yang telah digunakan sejak beberapa tahun.
Kaca tidak mudah keropos dan kimia inert. Kemasan kaca dimaksudkan
untuk menjaga isinya dari oksigen dan kelembaban, sehingga produk selalu
dalam kondisi yang baik. Ini adalah salah satu alasan utama mengapa kaca
banyak digunakan sebagai kemasan dari produk (Shivsharan, 2014).
Kemasan sekunder yang digunakan yaitu folding box yang terbuat
dari kertas dus dari bahan karton, dimana fungsi kemasan sekunder ini
berfungsi untuk melindungi kemasan primer agar tidak rusak selama
penyimpanan atau saat proses transportasi. (Marlen, 2008).

VII. Perhitungan dan Penimbangan

Komponen Fungsi Komposisi Perhitungan Jumlah/tab Jumlah/1000 tab


Carbamazepine Zat Aktif 200 mg 200 mg x 1 tab 200 mg 200 gram
Croscarmellose Na Penghancur 2% 2/100 x 500 mg 10 mg 10 gram
Mg stearat Lubrikan 1% 1/100 x 500 mg 5 mg 5 gram
Talk Glidan 2% 2/100 x 500 mg 10 mg 10 gram
Avicel pH 102 Pengisi q.s. 500 - (200 + 10 + 5 + 10) mg 275 mg 275 gram

VIII. Prosedur Pembuatan


Bahan ditimbang sesuai kebutuhan yaitu carbamazepin 200 g,
corscarmellose Sodium 10 g, Mg Stearat 5 g, Talk 10 g dan Avicel PH 102
275 gram. Bahan-bahan dicampur sesuai dengan aturan pencampuran
(kecuali Mg Stearat dan Talk) dicampur selama 15 menit hingga homogen.
Kemudian, ditambahkan Mg Stearat dan Talk dicampur selama 2 menit.
Dilakukan uji evaluasi terhadap masa kempa, sebagaimana evaluasi yang
dilakukan pada granul.yaitu uji kelembaban dan uji sifat alir. Setelah
dilakukan uji massa kempa, selanjutnya masa kempa ditabletasi dengan
menggunakan punch diameter 6-8 mm sesuai dengan bobot tablet yang
telah ditentukan. Kemudian dilakukan evaluasi tablet.
IX. Prosedur Evaluasi IPC
9.1. Uji Kelembaban
 Prinsip: Granul minimal 500 mg dimasukkan ke loyang dalam alat moisture
balance kemudian ditunggu sampai lampu mati yang menunjukkan proses
telah selesai (Van Veen et al., 2000).
 Alat: Moisture Analyzer
 Prosedur: Granul/ massa kempa ditimbang sebanyak 500 mg, kemudian
dimasukkan kedalam alat moisture balance, dan kemudian alat ditara.
Granul dipanaskan pada suhu 60-70o sampai skala pada alat tidak berubah
(stabil). Dibaca kadar air yang tertera pada skala (%).
 Penafsiran Hasil: Kelembaban granul yang ideal masuk dalam rentang 1-2%
(Lannie dan Achmad, 2016).
9.2. Uji Sifat Alir
a. Metode Corong
 Pengujian ini sangat bergantung pada alat yang kita gunakan, sebaiknya kita
menggunakan peralatan yang standar. Besar kecilnya lubang corong akan
sangat mempengaruhi waktu alir (Lannie dan Achmad, 2016).
Prinsip: Menetapkan jumlah granul yang mengalir melalui alat selama
waktu tertentu.
 Alat: Flowmeter
 Prosedur: Pengukuran laju alir dan sudut diam dilakukan dengan alat
flowmeter. Untuk mengukur laju alir, sejumlah sampel (±100 gram)
dimasukkan ke dalam corong flowmeter dan diratakan. Alat dijalankan dan
waktu yang diperlukan oleh seluruh sampel untuk mengalir melalui corong
dicatat. Laju alir dinyatakan dalam gram/detik (Lachman, et al, 1994).
Sejumlah 50 gram granul dimasukkan kedalam corong dengan ukuran
tertentu. Kemudian corong digetarkan sampai seluruh granul mengalir
keluar dari lubang corong. Dibaca waktu yang diperlukan untuk
mengalirkan seluruh granul keluar dari corong. Kecepatan aliran dihitung
dengan membagi bobot granul (50 gram) dengan waktu yang diperlukan
granul untuk melewati corong (g/detik). Sehingga 100 gram harus ≤ 10 detik
maka bila dilakukan dengan 50 gram berarti ≤ 5 detik.
 Penafsiran Hasil: Serbuk dikatakan memiliki sifat alir yang baik jika 100
gram serbuk yang diuji mempunyai waktu alir ≤ 10 detik (Lannie dan
Achmad, 2016).
b. Metode Sudut Baring (Istirahat)
 Sudut diam adalah sudut maksimum yang terbentuk antara permukaan
timbunan serbuk dengan bidang horizontal apabila hanya gaya gravitasi
yang bekerja pada permukaan bebas timbunan serbuk tersebut (Lannie dan
Achmad, 2016).
 Prinsip: Pengukuran sudut yang terbetuk dari lereng timbunan granul yang
mengalir bebas dari corong terhadap sudut bidang datar.
 Alat: Flowmeter
 Prosedur: Sejumlah sampel ditimbang (±50 gram), dimasukkan ke dalam
corong alir, lalu permukaanya diratakan. Sampel dibiarkan mengalir dan
sudut reposa ditentukan dengan mengukur sudut kecuraman bukit (Suihko et
al., 2001). Sejumlah granul ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam
corong Granul dibiarkan mengalir bebas dari lubang corong/ silinder dan
ditampung pada suatu bidang datar hingga timbunan granul tersebut
membentuk kerucut. Dari timbunan ini diukur sudut istirahat (sudut antara
lereng granul dengan bidang datar).
 Penafsiran Hasil: Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara
timbunan partikel bentuk kerucut dengan bidang horizontal. Jika sejumlah
granul atau serbuk dituang ke dalam alat pengukur, besar kecilnya sudut
diam dipengaruhi oleh bentuk ukuran dan kelembaban serbuk. Bila sudut
diam lebih kecil atau sama dengan 30° menunjukkan bahwa serbuk dapat
mengalir bebas, bila sudut lebih besar atau sama dengan 40° biasanya daya
mengalirnya kurang baik (Lachman et al, 1994).
X. Prosedur Evaluasi Obat Jadi/EPC
10.1. Organoleptis (Visual)
 Prinsip: Mengamati keadaan tablet secara visual, bau, ataupun rasa.
 Alat: Pancaindra
 Prosedur: 20 tablet yang telah dicetak disiapkan. Kemudian tablet-tablet
tersebut diperiksa keadaannya satu per satu mulai dari bentuk, warna, serta
bau nya.
10.2. Keseragaman Ukuran
Keseragaman ukuran meliputi diameter dan ketebalan tablet. Menurut FI ed.
III, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal
tablet (Dirjen POM, 1979).
 Alat: Jangka Sorong
 Prosedur: 20 tablet yang telah dicetak disiapkan. Tiap-tiap tablet tersebut
diukur diameter dan tebalnya satu per satu menggunakan jangka sorong.
 Penafsiran Hasil: Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang
dari 1 1/3 tebal tablet (Dirjen POM, 1979).
10.3. Uji Kekerasan
Kekerasan tablet adalah suatu parameter yang menggambarkan ketahanan
tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, tekanan dan
kemungkinan terjadinya keretakan tablet pada saat pembungkusan/
pengepakan, pengangkutan dan penyimpanan. Faktor yang dapat
memengaruhi kekerasan tablet antara lain metoda granulasi, tekanan
kompresi, kekerasan granul serta macam dan jumlah bahan pengikat yang
akan digunakan. Tablet yang baik mempunyai kekerasan antara 4-8 kg
(Parrott, 1971). Sedangkan menurut Fonner at al. (1981) kekerasan
minimum untuk tablet yang tidak bersalut adalah 4 kg. Tablet yang
pembuatannya melalui tahap granulasi kekarasan dipengaruhi oleh ikatan
yang terjadi antara partikel setelah tablet mengalami pengempaan (Rawlins,
1977).
 Alat: Hardness Tester
 Prosedur: 20 tablet yang telah dicetak disiapkan. Lalu tablet dimasukkan ke
hardness tester untuk diuji kekerasannya satu per satu. Nilai kekerasan
tablet akan muncul pada alat saat tablet mencapai titik hancurnya.
 Penafsiran Hasil: Tablet besar 7-10 kg/cm2 dan tablet kecil 4 kg/cm2. Tablet
yang baik mempunyai kekerasan antara 4-8 kg (Parrott, 1971).
10.4. Keseragaman Bobot
Keseragaman bobot, yaitu ukuran penyimpangan bobot tablet terhadap
bobot rata-rata dari sejumlah tablet yang masih diperbolehkan menurut
persyaratan yang ditentukan F.I memberikan batasan penyimpangan dengan
variasi berdasarkan bobot tablet yang dikehendaki. Kontrol terhadap bobot
tablet secara teratur dalam selang waktu tertentu, pada proses penabletan,
distribusi ukuran granul yang tidak normal akan mengakibatkan granul
mengalir kurang bebas, menimbulkan adanya kecenderungan partikel-
partikel granul memisah menjadi lapisan-lapisan dengan ukuran berbeda
selama mengalir melalui hopper pada saat penabletan, sehingga variasi
bobot tablet yang dihasilkan semakin bertambah. Variasi bobot minimum
dengan granul mempunyai ukuran diameter 400 mm sampai dengan 800
mm (Rawlins, 1977).
 Alat: Analytical Balance
 Prosedur: 20 tablet yang telah dicetak disiapkan. Lalu tablet ditimbang satu
per satu dengan analytical balance. Bobot rata-rata dan penyimpangan
terhadap bobot rata-rata dihitung
 Penafsiran Hasil:
Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang dari bobot rata-
rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A.
Tidak boleh ada satupun tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih
dari harga pada kolom B.

Tabel 12.1. Penyimpangan Keseragaman Bobot


Penyimpangan Bobot Rata-rata (%)
Bobot Rata-rata
A B
< 25 mg 15 30
26 mg – 150 mg 10 20
151 mg – 300 mg 7,5 15
> 300 mg 5 10

10.5. Uji Friabilitas dan Friksibilitas


Kerapuhan, yaitu parameter lain dari ketahanan tablet terhadap goncangan
dan pengikisan. Nilai kerapuhan yang baik menurut Parrot (1971) dan
Fonner et al (1981) yaitu tidak boleh dari 1%. Sedangkan menurut Gunsel
dan Kanig (1976) nilai kerapuhan tidak boleh lebih dari 0,8%.
 Alat: Friability Tester/ Abrasive Tester
 Prosedur: Sebanyak 12 tablet yang telah dicetak disiapkan dan dipisahkan
ke dalam 2 wadah yang berbeda (1 wadah 6 tablet). Kemudian tablet-tablet
tersebut ditimbang. Sebanyak 6 tablet dimasukkan ke dalam friability tester
dan 6 tablet yang lainnya dimasukkan ke dalam abrasive tester. Alat-alat
tersebut kemudian dinyalakan dengan putaran dan durasi tertentu. Setelah
alat tersebut berhenti, tablet-tablet tersebut dibersihkan dari debu-debu yang
menempel dan ditimbang kembali. Perubahan bobot dibandingkan dengan
bobot awal sebelum dilakukan pengujian.
 Penafsiran Hasil: Pengikisan ≤ 1%. Nilai kerapuhan yang baik yaitu tidak
boleh dari 1% (Parrot, 1971; Fonner et al, 1981).

10.6. Uji Waktu Hancur


Waktu hancur, yaitu waktu yang diperlukan untuk hancurnya tablet didalam
media yang sesuai. Sehingga tidak ada lagi tablet yang tertinggal diatas
kasa. Faktor yang memengaruhi antara lain sifat fisik granul, porositas dan
kekerasan tablet. Semakin besar kekerasan tablet waktu hancurnya semakin
lama (Parrot, 1971).
 Alat: Disintegration Tester
 Prosedur: 6 tablet yang telah dicetak disiapkan. Lalu tablet-tablet tersebut
dimasukkan ke dalam alat penampung tablet. Beaker glass diisi dengan air
sebanyak 600 mL. Kemudian alat dinyalakan sehingga tablet-tablet tersebut
tercelup ke dalam beaker glass dan ditunggu sampai semua tablet tersebut
habis (terlarut/hancur). Waktu saat tablet hancur seluruhnya dicatat.
 Penafsiran Hasil: Waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang
dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30
menit. Sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu
60 menit dalam medium asam dan harus segera hancur dalam medium basa
(Sulaiman, 2007).
10.7. Uji Disolusi
Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk
sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting
artinya karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan
zat tersebut melarut ke dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat
penting artinya karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari
kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke
dalam tubuh. Sediaan obat yang harus diuji disolusinya adalah bentuk padat
atau semi padat yaitu bentuk tablet, kapsul dan salep (Martin, 1993).
 Media Disolusi : 900 ml air yang mengandung Na lauril sulfat P 1%
 Alat : tipe 2
 Kecepatan : 75 rpm
 Waktu : 60 menit
 Prosedur: 2 labu disolusi disiapkan yang masing-masing berisi aquadest 900
ml, tunggu sampai suhu 37°C. Satu labu digunakan untuk pengujian (labu
uji), satu lagi untuk penambahan larutan aquadest. 6 tablet Carbamazepin
ditimbang dan dimasukan ke dalam labu uji disolusi. Larutan uji disolusi
diambil dengan aquadest sebanyak 5 mL suhu 37°C. Sampel diambil
setiapwaktu 10, 20, 30, dan 45 menit. Pada labu ukur sampel uji
ditambahkan HCl 2 N sebanyak 1ml. Aquadest ditambahkan sampai 10 mL.
Sampel disaring dan dimasukan ke dalam vial. Sampel diukur menggunakan
spektrofotometri dengan panjang gelombang yang telah ditentukan. Blangko
HCl 0,2 N digunakan ad. 10 ml aquadest.Absorbansi yang didapat dikali 2
(faktor pengenceran).

XI. Informasi Obat

Komposisi :Tiap 1 Tablet mengandung 200 mg Carbamazepin

Indikasi :Epilepsi, trigeminal neuralgia, manic depressive illness


yang berulang kali kambuh tak respon neuropati.

Kontra Indikasi :Hipersensi, atrioventrikular block, riwayat depresi


sumsum tulang atau profilia akut atau berkala, penggunaan
kombinasi dengan penghambat MAO.

Efek Samping :Pusing, vertigo, ataksia, diplopia dan pengliahatan kabur.

Aturan Pakai :Epilepsi, ½-1 tablet sehari

Trigeminal neuralgia, 1-2 tablet sehari

Manic depressive illness 2-4 x 200 mg

Penyimpanan :Disimpan di tempat kering, hindarkan dari kelembapan

Golongan obat :Obat keras


XII. Wadah dan Kemasan Obat Jadi
12.1. Kemasan
12.2. Brosur

Carbamatri Tablet

Komposisi:
Tiap 1 Tablet mengandung 200 mg
Carbamazepin

Indikasi:
Epilepsi, trigeminal neuralgia, manic
depressive illness yang berulang kali
kambuh tak respon neuropati.

Kontra Indikasi:
Hipersensi, atrioventrikular block, riwayat
depresi sumsum tulang atau profilia akut
atau berkala, penggunaan kombinasi
dengan penghambat MAO.

Efek Samping:
Pusing, vertigo, ataksia, diplopia dan
pengliahatan kabur.

Aturan Pakai:
Epilepsi, ½-1 tablet sehari

Trigeminal neuralgia, 1-2 tablet sehari

Manic depressive illness 2-4 x 200 mg

Disimpan di tempat kering, hindarkan dari


kelembapan

No. Reg : DKL1900300110A1


No. Batch : 901001

Diproduksi oleh :
PT. Farmathree
Bandung-Indonesia
XIII. Daftar Pustaka
Banker, G.S. dan Anderson, N.R. (1994). Tablet In the Theory and
Practice of Industrial Pharmacy Edisi III. Jakarta: UI Press.
British Pharmacopoiea Commision. (2009). British Pharmacopoeia.
London: The Pharmaceutical Press.
Chadwick, D., 1990. Diagnosis of Epilepsy: Lancet (336):291-5
Codex Standart. (1994). Codex Standart for Fermented Milk. Roma: FAO
United Nations.
Dirjen POM. (2014). Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonsesia.
Fonner, D. E, Banker, G. S., Anderson, N. R. (1981). Granulation &
Tablet Characteristics in Lieberman, H.A., and Lachman, L., 1986,
Pharmaceutical Dosage Form: Tablet, Vol. 2. NewYork.: Marcel
Deker Inc.

Ikatan Apoteker Indonesia. 2017. Informasi spesialite obat Vol.51. Jakarta:


PT.ISFI.
Jones, David. (2008). Fast Track: Pharmaceutics Dosage Form and
Design. London: Pharmaceutical Press.
Kibbe, Arthur H. (2000). Handbook of Pharmaceutical Excipients.
Washington: American Pharmaceutical Association.
Lachman, L., & Lieberman, H. A.(1994).Teori dan Praktek Farmasi
Industri Edisi Kedua.Jakarta: UI Press.
Lannie, Hadisoewignyo, dan Achmad Fudholi. (2016). Sediaan Solida.
Edisi revisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mangal, M., Thakral, S., Goswami, M., and Ghai, P. (2012).
Superdisintegrant: An update review. Akal College of Pharmacy
and Technical Education Mastuana Sahib, (Pb), 26-35.
Marlen, Herudiyanto. 2008. Teknologi pengolahan pangan 2. Bandung:
Widya Padjajaran.
Pahwa, Rakesh., and Nisha, Gupta. (2011). Superdisintegrant in the
Development of Orally Disintegrating Tablets: A Review.
International Journal of Pharmaceutical Science and Research
2(11): 2767-2780.
Parrot E, L. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental
Pharmaceutics, Ed III. Burgers Publishing Company:
Minneapolis.

Rowe, Raymond C., dkk. (2009). Handbook Handbook ooff


Pharmaceutical Pharmaceutical Excipients Excipients Sixth
Edition. Great Britain: . Great Britain: RPS Publishing.
Sheth, B.B., Bandelin, F.J., and Shangraw, R.F. (1980). Compressed
Tablets, in Lieberman, H.A, and Lachman L.(Eds), Pharmaceutical
Dosage Forms: Tablets, Vol. I. New York: Marcell Dekker Inc.
Shivsharan. 2014. Packaging Of Cosmetics. Journal of Pharmaceutical and
Scientific Innovation
Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan
Tablet: Dasar-Dasar Praktis. Jakarta: EGC.
Syofyan., Yanuarto, Tri., dan Octavia, Dona Maria. (2015). Pengaruh
Kombinasi Magnesium Stearat dan Talkum sebagai Lubrikan
terhadap Profil Disolusi Tablet Ibuprofen. Jurnal Sains Farmasi
Klinis Vol. 01 No. 02: 195-206.
Van Veen, B., van der Voort Maarschalk, K., Bolhuis, G.K., Zuurman, K.,
Frijlink, H.W. (2000). Tensile
Strength of Tablets Containing Two Materials with a
Different Compaction
Behavior. Int. J. Pharm. 203 (1–2), 71–79.
Voight, R. (1994). Buku Pengantar Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada Press.

Kibbe, Arthur H. (2000). Handbook of Pharmaceutical Excipients. Washington:


American Pharmaceutical Association.
Aaltonen, J., & Rades, T. (2009). Towards Physico-Relevant Dissolution Testing:
The Importance of SolidState Analysis in Dissolution. Dissolution
Technologies, Volume 16, pp. 47-54.

Anda mungkin juga menyukai