Anda di halaman 1dari 36

GRANULASI BASAH

Kelompok A2/C

Anggota Kelompok:

1. Renova Rizka Putri (132210101057)


2. Intan Nur Saadah (132210101065)
3. Riza Fahmi Qoyyum Kurnia (132210101075)
4. Avidya Restu Ardhya Garini (132210101081)
5. Tiara Berlianti (132210101085)
6. Kirana Rifrianasari (132210101091)
7. Friska Wira Sabrina (132210101095)

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA

BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat melakukan metode granulasi dengan menggunakan
granulasi basah.

1.2. Tinjauan Pustaka


Paracetamol
Sifat Kimia Paracetamol
Formula:C8H9NO2

- Senyawa turunan benzena tersubstitusi oleh 2 gugus fungsi yaitu hidroksil


dan amida( acetamida/ ethenamida )
- Tersusun dari senyawa N-acetyl-para-aminophenol dan para-acetyl-amino-
phenol.

Indikasi dan Kontraindikasi


Parasetamol atau asetaminofen diindikasikan untuk mengurangi rasa
nyeri ringan sampai sedang, seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, dan
nyeri setelah pencabutan gigi serta menurunkan demam. Selain itu,
parasetamol juga mempunyai efek anti-radang yang lemah.
Parasetamol tidak boleh diberikan pada orang yang alergi terhadap
obat anti-inflamasi non-steroid (AINS), menderita hepatitis, gangguan hati
atau ginjal, dan alkoholisme. Pemberian parasetamol juga tidak boleh
diberikan berulang kali kepada penderita anemia dan gangguan jantung, paru,
dan ginjal.
Parasetamol terdapat dalam berbagai bentuk dan dalam berbagai
campuran obat sehingga perlu diteliti jumlahnya untuk menghindari overdosis.
Risiko kerusakan hati lebih tinggi pada peminum alkohol, pemakai
parasetamol dosis tinggi yang lama atau pemakai lebih dari satu produk yang
parasetamol.

Efek samping
Efek samping parasetamol jarang ditemukan. Efek samping dapat
berupa gejala ringan seperti pusing sampai efek samping berat seperti
gangguan ginjal, gangguan hati, reaksi alergi dan gangguan darah. Reaksi
alergi dapat berupa bintik bintik merah pada kulit, biduran, sampai reaksi
alergi berat yang mengancam nyawa. Gangguan darah dapat berupa
perdarahan saluran cerna, penurunan kadar trombosit dan leukosit, serta
gangguan sel darah putih. Penggunaan parasetamol jangka pendek aman pada
ibu hamil pada semua trimester dan ibu menyusui.

Dosis
Untuk meredakan nyeri dan menurunkan demam, dosis parasetamol
dewasa 325 650 mg setiap 4 jam atau 500 mg setiap 8 jam. Dosis anak
adalah 10 15 mg/kgBB , dapat diberikan setiap 4 jam (maksimal 5 dosis
dalam 24 jam). Dosis maksimal akumulatif parasetamol adalah 4 gram per
hari. Efek parasetamol mulai muncul 30 60 menit setelah konsumsi dan
bertahan selama 4 jam.

Tablet
Tablet yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan.
b. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil.
c. Fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik atau mekanik.
d. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan.
e. Waktu hancur dan lahu disolusi harus memenuhi persyaratan.
f. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan.
g. Terbebas dari kerusakan fisik.
h. Stabilitas fisik dan kimiawi cukup baik selama penyimpanan.
i. Zat aktif dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu.
j. Memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku.
Persyaratan yang harus dipenuhi tablet agar layak dikonsumsi adalah
sebagai berikut:
a. Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot jika zat aktif merupakan
bagian terbesar dari tablet dan cukup mewakili keseragaman kandungan.
Keseragaman bobot bukan merupakan indikasi yang cukup dari
keseragaman kandungan jika zat aktif merupakan bagian terkecil dari
tablet atau jika tablet bersalut gula. Oleh karena itu, umumnya farmakope
mensyaratkan tablet bersalut dan tablet mengandung zat aktif 50 mg atau
kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50 % bobot sediaan, harus
memenuhi syarat uji keseragaman kandungan yang pengujiannya
dilakukan pada tiap tablet (Syamsuni, 2007).
b. Uji kekerasan
Kekerasan tablet dan ketebalannya berhubungan dengan isi die dan gaya
kompresi yang diberikan. Bila tekanan ditambahkan, maka kekerasan
tablet meningkat sedangkan ketebalan tablet berkurang. Selain itu metode
granulasi juga menentukan kekerasan tablet. Umumnya kekuatan tablet
berkisar 4 - 8 kg, bobot tersebut dianggap sebagai batas minimum untuk
menghasilkan tablet yang memuaskan. Alat yang digunakan untuk uji ini
adalah hardness tester, alat ini diharapkan dapat mengukur berat yang
diperlukan untuk memecahkan tablet (Lachman, 1994).
c. Uji keregasan
Cara lain untuk menentukan kekuatan tablet ialah dengan mengukur
keregasannya. Gesekan dan goncangan merupakan penyebab tablet
menjadi hancur. Untuk menguji keregasan tablet digunakan alat Roche
friabilator. Sebelum tablet dimasukkan ke alat friabilator, tablet ditimbang
terlebih dahulu. Kemudian tablet dimasukkan ke dalam alat, lalu alat
dioperasikan selama empat menit atau 100 kali putaran. Tablet ditimbang
kembali dan dibandingkan dengan berat mula-mula. Selisih berat dihitung
sebagai keregasan tablet. Persyaratan keregasan harus lebih kecil dari
0,8% (Ansel, 1989).
d. Waktu hancur
Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberikan peroral, kecuali
tablet yang harus dikunyah sebelum ditelan. Uji ini dimaksudkan untuk
menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang ditetapkan pada masing-
masing monografi. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan
atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Pada pengujian waktu hancur,
tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas
kasa, kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan
lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan keenam tablet tidak
lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60
menit untuk tablet bersalut (Syamsuni, 2007).
e. Disolusi
Disolusi adalah suatu proses perpindahan molekul obat dari bentuk padat
ke dalam larutan suatu media. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui
banyaknya zat aktif yang terlarut dan memberikan efek terapi di dalam
tubuh. Kecepatan absorbsi obat tergantung pada pemberian yang
dikehendaki dan juga harus dipertimbangkan frekuensi pemberian obat
(Syamsuni, 2007).
f. Penetapan kadar zat aktif
Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakah kadar zat
aktif yang terkandung didalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera
pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing-masing
monografi. Bila zat aktif obat tidak memenuhi syarat maka obat tersebut
tidak akan memberikan efek terapi dan juga tidak layak untuk dikonsumsi
(Syamsuni, 2007).
Pada umumnya tablet mengandung zat aktif dan bahan pengisi, bahan
pengikat, disintegran dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna
yang diizinkan, dan bahan penolong lainnya. Eksipien Tablet biasa disebut
sebagai bahan tambahan tablet. Untuk membentuk tablet diperlukan bahan -
bahan tambahan. Akan tetapi beberapa tablet ada yang tidak membutuhkan
banyak bahan tambahan. Bahan tambahan yang biasa digunakan adalah :

1) Bahan Pengisi
Bahan pengisi ditambahkan jika jumlah zat aktif sedikit atau sulit
dikempa. Jika kandungan zat aktif kecil, sifat tablet secara keseluruhan
ditentukan oleh bahan pengisi yang besar jumlahnya. Selain itu, bahan pengisi
dapat juga ditambah karena alasan kedua yaitu memperbaiki daya kohesi
sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memacu aliran.
Bahan pengisi harus memenuhi beberapa kriteria yaitu :
a. Harus nontoksik dan dapat memenuhi praturan-peraturan dari Negara di
mana produk akan dipasarkan.
b. Harus tersedia dalam jumlah yang cukup di semua negara tempat produk
itu dibuat.
c. Harganya harus cukup murah.
d. Tidak boleh saling berkontraindikasi (misalnya, sukrosa), atau karena
komponen (misalnya, natrium) dalam tiap segmen/bagian dari populasi.
e. Secara fisiologi harus inert/netral.
f. Harus stabil secara fisik dan kimia, baik dalam kombinasi dengan berbagai
obat atau komponen tablet lain.
g. Harus bebas dari segala jenis mikroba.
h. Harus color compatible (tidak boleh mengganggu warna).
i. Bila obat itu termasuk sebagai makanan (produk-produk vitamin tertentu),
pengisi dan bahan pembantu lainnya harus mendapat persetujuan sebagai
bahan aditif pada makanan.
j. Tidak boleh mengganggu bioavailabilitas obat.
k. Bahan pengisi tablet yang umum adalah laktosa, mannitol, pati, dan
beberapa bahan pengisi yang digunakan berada dalam bentuk hidrat seperti
kalsium fosfat dan kalsium sulfat berbasa dua.
2) Bahan Pengikat
Bahan pengikat memberikan daya adhesi (perekatan) pada massa
serbuk sewaktu granulasi dan pada tablet kempa serta menambah daya
kohesi yang telah ada pada bahan pengisi. Zat pengikat dapat ditambahkan
dalam bentuk kering, tetapi lebih efektif jika ditambahkan dalam bentuk
larutan pada pembuatan granul. Bahan pengikat yang umum meliputi
amilum, metilselulosa gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, dan
karboksimetilselulosa.
3) Bahan Penghancur
Bahan penghancur atau disintegran ditambahkan untuk
memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet menjadi partikel-partikel
yang lebih kecil yang mudah terdispersi atau melarut, sehingga lebih
mudah diabsorpsi ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan.
Bahan penghancur berfungsi menarik air ke dalam tablet, mengembang dan
menyebabkan tablet pecah menjadi fragmen-fragmen yang mungkin sangat
menentukan kelarutan selanjutnya dari obat dan tercapainya bioavailabilitas
yang diharapkan. Disintegran tablet yang paling banyak digunakan adalah
Avicel, pati, dan explotab. Kandungan disintegran, cara penambahan dan
derajat kepadatan berperan dalam efektivitas daya hancur tablet.
4) Bahan Pelincir, Anti Lekat dan Pelicin
Ketiga jenis bahan ini memiliki fungsi yang saling tumpang-tindih,
hal ini disebabkan suatu bahan anti lekat juga memiliki sifat-sifat pelincir
dan pelican. Perbedaan ketiganya yaitu, suatu pelincir diharapkan dapat
mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan dinding die, pada saat
tablet ditekan ke luar. Anti lekat bertujuan untuk mengurangi melengketnya
granul pada permukaan punch atau dinding die. Sedangkan pelicin
digunakan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan
mengurangi gesekan di antara partikel-partikel. Bahan yang paling umum
digunakan adalah talk, magnesium stearat, asam stearat, dan kalsium
stearat.
5) Zat Warna, Pemberi Rasa dan Pemanis
Penggunaan zat warna dalam preparat farmasi untuk tujuan
estetika, sebagai pembantu sensori untuk pemberi rasa yang digunakan, dan
untuk tujuan kekhasan produk. Ada beberapa keuntungan penggunaan zat
warna dalam tablet yaitu :
a. Dapat menutupi warna obat yang kurang baik.
b. Membantu identifikasi hasil produksi.
c. Membuat suatu produk menjadi lebih menarik.
d. Zat pemberi rasa biasanya dibatasi pada tablet kunyah atau tablet
lainnya yang ditujukan untuk larut di dalam mulut. Sedangkan
penggunaan pemanis dibatasi terutama pada tablet yang dikunyah
untuk mengurangi penggunaan gula di dalam tablet.

Granulasi
Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan mekanisme
pengikatan tertentu. Dapat juga diartikan, granulasi adalah proses pembuatan ikatan partikel-
partikelkecil membentuk padatan yang lebih besar atau agregat permanen melalui
penggumpalan massa, sehingga dapat dibuat granul yang lebih homogen dari segi kadar,
massa jenis, ukuran serta bentuk partikel. Adapun fungsi granulasi adalah untuk
memperbaiki sifat aliran dan kompressibilitas dari massa cetak tablet,
memadatkan bahan-bahan, menyediakan campuran seragam yang tidak memisah,
mengendalikan kecepatan pelepasan zat aktif, mengurangi debu, dan memperbaiki
penampakan tablet. Untuk beberapa zat aktif tertentu, proses granulasi dapat dilewati jika zat
aktif memenuhi syarat untuk langsung dikempa. Metode ini disebut kempa langsung.
Metode ini mengurangi lamanya proses pembuatan tablet melalui proses granulasi,
tapi sering timbul beberapa kendala yang disebabkan sifat bahan aktif itu sendiri atau
eksipien. Pembuatan tablet dapat dilakukan dengan proses granulasi basah, granulasi kering
atau kempa langsung.
Granulasi Basah
Metode granulasi basah merupakan yang terluas digunakan orang
dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam
pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut: Menimbang
dan mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah, pengayakan adonan
lembab menjadi granul, pengeringan, pengayakan kering, pencampuran bahan
pelicin, pembuatan tablet dengan kompresi.
Penimbangan dan pencampuran: Bahan aktif, pengisi, dan bahan
penghancur yang diperlukan dalam formula tablet ditimbang sesuai
denganjumlah yang dibutuhkan untuk membuat sejumlah tablet yang akan
diproduksi dan dicampur, diaduk baik, biasanya dengan menggunakan mesin
pencampur serbuk atau mikser.
Pembuatan granulasi basah. Hal ini dapat dilakukan dengan
menambahkan cairan pengikat ke dalam campuran serbuk, melewatkan
adonan yang lembab melalui ayakan yang ukuran nya sesuai kebutuhan,
granul yang dihasilkan melalui pengayakan ini dikeringkan, lalu diayak
kembali dengan ayakan yang ukurannya lebih kecil supaya mengurangi
ukuran granul berikut nya. Unsur pengikat dalam tablet juga membantu
merekatkan granul satu dengan lainnya, menjaga kesatuan tablet setelah
dikompresi. Bahan pengikat yang digunakan adalah 10-20% cairan dari
tepung jagung, 25-50% larutan glukosa, molase, macam-macam gom alam
(seperti akasia) derivat selulosa (metilselulosa, karboksimetilselulosa dan
selulosa mikrokristal), gelatin, dan povidon. Bila diinginkan warna dan rasa
dapat ditambahkan ke dalam bahan pengikat sehingga terjadi granulasi dengan
warna dan rasa yang diinginkan.
Penyaringan adonan lembab menjadi granul.Pada umumnya
granulasibasah ditekan melalui ayakan nomor 6 atau 8. Dibuat granul dengan
menekankan pada alat yang dibuat berlubang-lubang.
Pengeringan granul.Kebanyakan granul dikeringkan dalam cabinet
pengering dengan sistem sirkulasi udara dan pengendalian temperatur.Untuk
metode terbaru untuk pengeringan sekarang ini yaitu fluidization disalurkan ke
dalam fluid bed dryers.Pada metode ini granul dikeringkan dalam keadaan
tertutup dan diputar-putar sambil dialirkan udara yang hangat.
Penyaringan kering. Setelah dikeringkan, granul dilewatkan
melaluiayakan dengan lubang lebih kecil daripada yang biasa dipakai untuk
pengayakan granulasi asli. Ukuran granul dihaluskan tergantung pada ukuran
punch yang akandipakai dan tablet yang akan diproduksi. Semakin kecil tablet
yang akandiproduksi semakin halus granul yang dipakai, biasa nya
menggunakan ayakanukuran 12-20.
Pelinciran atau lubrikasi. Jumlah pelincir yang dipakai pada
pembuatantablet mulai dari 0,1% berat granul sampai 5%. Manfaat pelincir
dalam pembuatan tablet kompresi; mempercepat aliran granul dalam corong
kedalam rongga cetakan, mencegah melekat nya granul pada punch dan
cetakan, mengurangi gesekan antara tablet dan dinding cetakan ketika tablet
dilemparkan dari mesin dan memberikan rupa yang bagus pada tablet yang
sudah jadi.
Pencetakan tablet. Mesin tablet berputar (rotary) dengan kecepatan
tinggimempunyai banyak punch dan die (cetakan) dapat menyisihkan mesin
tablettunggal, karena punch berputar secara terus menerus maka pencetakan
tablet berlangsung secara terus menerus pula. Mesin tablet tunggal biasanya
berkapasitas 100 tablet per menit sedangkan mesin tablet rotary dengan 16
tempat (16 set punch dan die) dapat memproduksi 1150 tablet per menit
(Ansel, 1989).
Keuntungan granulasi basah :
a. Dapat digunakan untuk tablet dengan sistem pelepasan zat aktif
terkendali.
b. Mencegah seregrasi komponen sehingga diperoleh sediaan dengan
keseragaman kandungan yang baik.
c. Dapat digunakan untuk zat aktif dosis besar yang sulit mengalir dan sulit dikompres
d. Meningkatkan atau memperbaiki distribusi keseragaman kandungan.
e. Distribusi dan keseragaman kandungan baik bagi zat aktif yang mudah larut dan
dosis kecil.
f. Dapat meningkatkan kompresibilitas dan kohesifitas serbuk dengan
penambahan bahan pengikat.
g. Untuk serbuk dengan BJ yang rendah (voluminous) sehingga dapat
mencegah kontaminasi silang.
h. Serbuk dapat ditangani tanpa menghasilkan kontaminasi udara (debu dari serbuk).
i. Memperoleh aliran yang lebih baik.
j. Mendapatkan berat jenis yang sesuai.
k. Mengontrol pelepasan.
l. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses.
m. Zat warna dapat lebih homogen karena terlebih dahulu dilarutkan dalam cairan
pengikat.

Kekurangan/kerugian granulasi basah :


a. Dalam granulasi basah ini, biaya yang dibutuhkan cukup tinggi.
b. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi.
c. Zat aktif yang tidak tahan lembab dan panas tidak dapat dikerjakan
dengan metode ini.
d. Membutuhkan tempat yang luas, biaya yang tinggi, alat dan waktu yang banyak.
e. Memungkinkan terjadinya kehilangan bahan selama pemindahan ke unit proses
lainnya.

Granulasi Kering
Tujuan metode granulasi kering adalah untuk memperoleh granul
yangdapat mengalir bebas untuk pembuatan tablet.Granulasi kering dilakukan
apabila zat aktif tidak mungkin digranulasi basah, karena tidak stabil atau peka
terhadap panas dan lembab atau tidak mungkin dikempa langsung menjadi
tablet karena zat aktif tidak dapat mengalir bebas dan dosis efektif zat aktif
terlalu besar untuk kempa langsung (Siregar, 2010).
Dalam metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus memiliki
sifat kohesif supaya masa yang jumlah nya besar dapat dibentuk.Metode ini
khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode
granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk
mengeringkannya diperlukan temperatur yang tinggi (Ansel, 1989).
Keuntungan granulasi kering :
a. peralatan lebih sedikit dibanding granulasi basah
b. cocok digunakan pada zat aktif tidak tahan panas dan lembab
c. tahap pengerjaan tidak terlalu lama
d. biaya lebih efisien dibanding granulasi basah
e. mempercepat waktu hancur obat dalam tubuh karna tidak menggunakan
pengikat
Kerugian/kekurangan granulasi kering :
a. Pada proses granulasi kering ini memerlukan mesin tablet khusus untuk
membuat slug (mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat).
b. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam.
c. Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang.
d. Keseragaman kandungan lebih sulit untuk dicapai.
e. Kemungkinan terjadinya kontaminasi silang lebih banyak.

Kompresi Langsung
Beberapa granul bahan kimia seperti kalium klorida, kalium
iodida,amonium klorida, dan metenamin, memiliki sifat mudah mengalir
sebagai mana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung
dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan metode granulasi basah atau
kering.
Pada waktu sekarang ini penggunaan pengencer yang dikeringkan
dengan penyemprotan, meluas kepada formula-formula tablet tertentu
daripada dengan serbuk pengisi biasa, kualitas yang diinginkan untuk tablet
kompresi langsung dan sejumlah produk-produk lainnya banyak diproduksi
dengan cara ini. Capping atau keretakan dari tablet disebabkan oleh beberapa
faktor dan tidak terbatas pada tablet yang dibuat dengan pengkompresian
langsung saja. Misalnya bila punch tidak bersih sekali dan tidak halus sekali
dapat menghasilkan tablet yang terlepas bagian atasnya sebagaimana juga
dengan cetakan (die) yang sudah tua dan tidak sempurna. Tekanan yang
terlalu besar pada pengempaan dapat menyebabkan keretakan seperti yang
terjadi bila granulat terlalu lunak. Pada umumnya ada bagian dari fines atau
serbuk halus yang merupakan hasil waktu granulasi kering dengan ukuran dan
jumlahnya biasanya 10-20% dari berat granul dan perlu supaya pengisian
rongga cetakan wajar. Tetapi kelebihan dari serbukhalus ini dapat juga
berperan menjadi capping bila sejumlah besar udaraterperangkap dalam tablet,
keadaan seperti ini disebut laminating (Ansel, 1989).
Keuntungan metode kempa langsung :
a. lebih ekonomis
b. lebih singkat prosesnya
c. dapat diterapkan pada zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab
d. waktu hancur dan disolusi lebih baik karna tidak memakai pengikat
Kerugian/kekurangan metode kempa langsung :
a. kurang seragamnya kandungan zat aktif karna kerapatan bulk antar zat
aktif dan pengisi berbeda.
b. zat aktif dengan dosis besar tidak mudah untuk dikempa langsung
c. sulit memilih eksipien, karna harus memiliki sifat mudah mengalir,
memiliki kompresibilitas, kohesifitas dan adhesifitas yang baik.
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam proses granulasi antara lain:
a. Penghalusan
Tujuan dari penghalusan adalah untuk memperkecil ukuran partikel zat aktif dan
eksipien. Semakin besar ukuran partikel maka sifat kohesifitas dan
adhesifitas antar partikel semakin besar yang dapat menyebabkan terjadinya
pemisahan pada granul. Tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan bowl
hammer, hammer mill, dan grinder.
b. Pencampuran
Tujuan pencampuran ini adalah untuk mendapatkan distribusi bahan aktif yang
merata dan homogen. Tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat
planetary mixer, twin-shell, dan blender.
c. Penambahan dan Pencampuran Larutan Pengikat
Penambahan larutan pengikat akan membentuk massa basah
sehingga membutuhkan alat yang dapat meremas dengan kuat seperti sigma blade
mixer dan planetary mixer.
d. Pengayakan
Massa basah dibuat menjadi granul dengan melewatkannya pada ayakan yang
disebut oscilating granulator/fitzmill.
e. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan pembasah yang digunakan. Granul
kemudian dikeringkan dalam oven atau fluid bed dryer.
f. Pengayakan
Ukuran granul diperkecil dengan cara melewatkan pada ayakan dengan porositas
yang lebih kecil dari yang sebelumnya

1.3. Alat dan Bahan


Alat Bahan
a. mortir dan stamper a. Parasetamol
b. beker glass 500ml , 1000 ml b. PVP k30
c. mixer c. Avicel ph 101
d. pencampur bergulir d. Pati jagung
e. ayakan granul mesh 12,16 e. Mg stearat
f. Loyang f. Alcohol 70 %
g. Lemari pengering
h. Timbangan
i. Mc balance

1.4. Prosedur Kerja

Dimasukkan paracetamol 250 gram,avicel ph 101 62 gram, dan amilum 60 gram


kedalam toples , toples disini sebagai alat pencampur

Dilakukan pencampuran dengan mengocok toples selama 15 menit yang


isinya
serbuk campuran

Serbuk dalam toples dikeluarkan lalu dipindahkan kedalam mortir


Jika larutan sudah homogen maka dituangkan dalam mortir yang isinya serbuk
campuran . Penambahan lartutan pengikat sedikit demi sedikit dan diaduk dengan
kuat supaya terbentuk granul

Kemudian diayak dengan ayakan ukuran mesh 12 dan Loyang yang berada
dibawahnya sebagai wadah granul dan jika sudah dibagi 2 bagian dan siap untuk
ditimbang

Dilanjutkan dengan proses pengeringan

Dilakukan pengeringan dengan Dilakukan pengeringan dengan Fluid bed


oven dryer

diratakan granul tetapi tidak boleh ditekan Granul basah dimasukan dan
dan oven dihidupkan dengan mengatur dihidupkan alatnya
suhu dengan mengatur suhu 70 C

Loyang
70 C dimasukkan dalam oven dan dilakukan pengecekan kadar
dilakukan pengecekan kadar granul granul pada menit ke 0,15,30,
pada menit ke0,15,30,45,60 menit 45,60 menit

pengecekan kadar granul pada menit Jika kadar sudah dibawah 2% b/b
Jika kadar sudah dibawah 2% b/b maka maka granul dikeluarkan dari fluid
granul dikeluarkan dari oven bed dryer

Diayak lagi dengan ukuiran mesh 16 dan wadah penampung

Ditimbang granul yang diperoleh dan dihitung % granul yang


dihasilkan hasiil praktikum dengan hasil teoritis
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Metode Granulasi Basah untuk Pembuatan Tablet Pracetamol


Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet ini ialah metode
granulasi basah karena parasetamol memiliki sifat tahan pemanasan dan stabil
terhadap lembab. Selain itu, dengan menggunakan metode granulasi basah,
akan dihasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lebih lama
dibanding dengan cara granulasi kering. Metode granulasi basah dilakukan
terlebih dahulu dengan penambahan zat pengisi avicel PH 101 dan
penambahan bahan pengikat PVP k30 serta penambahan bahan pengikat
sekaligus pengisi Avicel 102 sampai menjadi massa granul yang baik baru
kemudian diayak. Penambahan bahan pengisi avicel PH 101 ini dimaksudkan
untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak, sedangkan
penambahan avicel PH 101 sebagai bahan pengikat sekaligus pengisi karena
avicel PH 101 memiliki kadar lembab tinggi, yang membuat ikatan molekul
obat dan eksipien cukup kuat, dan penambahan PVP k30 berguna untuk
memberikan daya adhesi pada massa serbuk saat granulasi serta menambah
daya kohesi pada bahan pengisi. Pengayakan pada metode ini bertujuan untuk
mencegah rasa kasar dari sediaan yang disebabkan oleh bahan obat yang padat
dan kasar, selain itu untuk membentuk suatu campuran serbuk yang rata
sehingga memiliki distribusi normal dan diharapkan kandungan zat aktif
dalam sediaan menjadi seragam. Massa granul yang sudah diayak kemudian
dikeringkan dengan 2 cara yaitu meggunakan lemari pengering (oven) dan alat
FBD (Fluid Bed Dryer) untuk mencegah terjadinya binding dan sticking yang
disebabkan masih adanya kandungan air di dalam granul. Setelah kering
granul diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang sama rata.
2.2. Bahan Eksipien
Fillers/Diluents/Bahan Pengisi
Bahan pengisi dibutuhkan untuk membuat bulk (menambah bobot
sehingga memiliki bobot yang sesuai untuk dikempa), memperbaiki
kompresibilitas dan sifat alir bahan aktif yang sulit dikempa serta untuk
memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung. Bahan pengisi
dapat dibagi berdasarkan katagori: material organik (karbohidrat dan
modifikasi karbohidrat), material anorganik (kalsium fosfat dan lainnya), serta
co-processed diluents. Jumlah bahan pengisi yang dibutuhkan bervariasi,
berkisar 5-80% dari bobot tablet (tergantung jumlah zat aktif dan bobot tablet
yang diinginkan). Bila bahan aktif berdosis kecil, sifat tablet (campuran massa
yang akan ditablet) secara keseluruhan ditentukan oleh sifat bahan pengisi.

Tabel I. Macam-macam bahan pengisi tablet


Tidak larut Larut
Kalsium sulfat Laktosa
Kalsium fosfat, dibasic dan Sukrosa
tribasik Dektrosa
Mannitol
Kalsium karbonat
Sorbitol
Amilum
Modifikasi amilum
Mikrokritalin selulosa
Bahan pengisi yang dapat digunakan untuk kempa langsung disebut
dengan filler-binders. Filler-binders adalah bahan pengisi yang sekaligus
memiliki kemampuan meningkatkan daya alir dan kompaktibilitas massa
tablet. Filler binders digunakan dalam kempa langsung. Persyaratan suatu
material dapat berfungsi sebagai filler-binders adalah mempunyai fluiditas dan
kompaktibilitas yang baik. Material yang mempunyai sifat demikian biasanya
mempunyai ukuran partikel yang relatif besar (bukan fines) dengan bentuk
yang sferis. Bahan pengisi yang dapat berfungsi sebagai filler-binders
biasanya hasil modifikasi, termasuk co-processed diluents. Co-processed
diluents merupakan material hasil modifikasi dan kombinasi 2 atau lebih
material dengan proses yang sesuai. Material co-processed diluents lebih baik
untuk kempa langsung dibandingkan hasil modifikasi 1 macam diluents saja.

Tabel II. Macam-macam filler- binder hasil modifikasi tunggal dan co-
processed
Filler- binder Diskripsi
Modifikasi tunggal Modifikasi dari mikrokristalinselulosa/MCC

Avicel Hasil spray laktosa

Spray dried lactose Modifikasi dikalsium fosfat dihidrat

Ditab Hasil spray campuran -lactose kristalin


monohidrat dan laktosa amorp.
Co-processed
75% laktosa dan 25% MCC (Microkristalin
Fast Flo lactose selulosa).

Microcellac 93% -laktosa monohidra, 3,5% PVP dan 3,5%


crospovidone.
Ludipress
Sukrosa 95-97%, gula invert 3-4% dan

Nu-Tab magnesium stearat 0,5%.

Di-Pac Sukrosa 97% dan dextrin modifikasi 3%

Sugartab Sukrosa 90-93% dan gula invert 7-10%.

Emdex Dextrosa 93-99% dan maltosa 1-7%

Cal-Tab Kalsium sulfat 93% da gom alam 7%

Cal-Carb Kalsium karbonat 95% dan maltodektrin5%

Calcium 90 Kalsium karbonat (minimum) 90% da Amilum,


NF (maksimum) 9%
StarLac Laktosa 80% dan Amilum Jagung 20%

Pengikat
Binders atau bahan pengikat berfungsi memberi daya adhesi pada
massa serbuk pada granulasi dan kempa langsung serta untuk menambah daya
kohesi yang telah ada pada bahan pengisi. Bahan pengikat dapat ditambahkan
dalam bentuk kering dan bentuk larutan (lebih efektif). Bahan pengikat secara
umum dapat dibedakan menjadi: pengikat dari alam, polimer
sintetik/semisintetik dan gula.
Pada granulasi basah, bahan pengikat biasanya ditambahkan dalam
bentuk larutan (dibuat solution, musilago atau suspensi), namun dapat juga
ditambahkan dalam bentuk kering, setelah dicampur dengan massa yang akan
digranul baru ditambahkan pelarut.
Tabel III. Pengikat yang biasanya digunakan dalam granulasi basah
Konsentrasi (%dari
Nama Pelarut
formula)
Selulosa mikrokristalin 10-50 Air
Polimer (turunan selulosa) 1-5 Air
CMC Na 2-7 Alcohol
HPC 2-5 Alkohol,
HPMC 1-3 air
MC 1-5 Air
HEC 2-5 Air
EC 10-25 Air (pasta)
PVP 2-20 Air
Gelatin 5-10 Air
Gom Alam 5-10 Air

Pada proses granulasi, dengan adanya bahan pengikat dalam bentuk


cair maka bahan pengikat akan membasahi permukaan partikel, selanjutnya
terbentuk jembatan cair (liquid bridges) antar partikel. Selanjutnya partikel
yang berikatan akan semakin banyak sehingga terjadi pertumbuhan/
pembesaran granul. Setelah proses pengayakan dilakukan proses pengeringan
yang mengakibatkan terbentuknya jembatan padat antara partikel yang saling
mengikat membentuk granul. Banyaknya larutan pengikat yang dibutuhkan
dalam proses granulasi bervariasi tergantung pada: jumlah bahan, ukuran
partikel, kompresibilitas, luas permukaan, porositas, hidrofobisitas, kelarutan
dalam larutan pengikat, dan cara/metode penggranulan. Pada tabel IV terlihat
perkiraan volume larutan pengikat yang dibutuhkan untuk menggranul
berbagai bahan pengisi.
Tabel IV. Banyaknya larutan pengikat yang dibutuhkan untuk menggranul
3000 g pengisi
Pengisi
Larutan bahan pengikat
Sukrosa Lactosa Dektrosa Mannitol
Gelatin 10% 200 290 500 560
Glukosa 50% 300 325 500 585
Metilselulosa 2 % (400 cps) 290 400 835 570
Air 300 400 660 750
Akasia 10% 220 400 685 675
Musilagoamili 10% 285 460 660 810
Alkohol 50% 460 700 1000 1000
PVP dalam air 10% 260 340 470 525
PVP dalam alcohol 10% 780 650 825 900
Sorbitol dalam air 10% 280 440 750 655
Pada pembuatan tablet dengan metode granulasi kering dan kempa
langsung, bahan pengikat ditambahkan dalam bentuk kering.
Tabel V. Jenis-jenis bahan pengikat yang umum digunakan pada kempa
langsung
Bahan Pengikat Kelas
Avicel (PH 101) Mikrokristalinselulosa
SMCC (50) Silicified Mikrokristalinselulosa
UNI-PURE(DW) Amilum pregelatin partial
UNI-PURE (LD) Amilum densitas rendah
DC Lactose DC laktosa anhydrous
DI TAB DC-Calsium fosfat dihidrat dibasa

Tabel VI. Karakteristik bahan pengikat untuk kempa langsung (DC/Direct


compression)
Sifat alir DI TAB > SMCC(50) > DC Lactose,
UNI PURE(DW)>Avicel (PH 101)>UNI PURE(LD)
Compresibilitas UNI PURE(LD) > SMCC(50),
Avicel (PH 101) > UNI PURE(DW),
DC Lactose > DI TAB
Crushing Strength UNI PURE(LD) > SMCC(50) > UNI PURE(DW) >
Avicel
Disintegrants dan Super Disintegrants
Bioavailabilitas suatu tablet tergantung pada absorpsi obatnya.
Absorpsi obat tergantung pada kelarutan obat dalam cairan gastrointestinal
dan permeabilitas obat melintasi membran. Kecepatan kelarutan suatu obat
dalam tablet tergantung pada sifat fisika-kimia obat, dan juga kecepatan
disintegrasi dan disolusi dari tablet. Untuk mempercepat disintegrasi tablet,
maka ditambahkan disintegran/bahan penghancur. Bahan penghancur akan
membantu hancurnya tablet menjadi granul, selanjutnya menjadi partikel
partikel penyusun sehingga akan meningkatkan kecepatan disolusi tablet.
Bahan penghancur dapat ditambahkan langsung (pada kempa
langsung) atau dapat ditambahkan secara intragranular, ekstragranular serta
kombinasi intra-ekstra pada granulasi. Aksi bahan penghancur dalam
menghancurkan tablet, ada beberapa mekanisme, yaitu: aksi kapiler,
swelling/pengembangan, heat of wetting, particle repulsive forces,
deformation, release of gases, enzymatic action.
Tabel VII. Tipe dan jumlah disintegran/bahan penghancur yang umum
ditambahkan
Disintegrant Konsentrasi (%)
Amilum 5-20
Amilum 1500 5-15
Avicel (mikrokristalin selulosa) 5-10
Solka floc 5-15
Asam alginat 5-10
Explotab (sodium starch glycolate) 2-8
Gom guar 2-8
Policlar AT (Crosslinked PVP) 0,5-5
Amberlite IPR 88 0,5-5
Metilselulosa, CMC, HPMC. 5-10
Colors dan Pigments
Bahan pewarna tidak mempunyai aktifitas terapetik, dan tidak dapat
meningkatkan bioavailabilitas atau stabilitas produk, tetapi pewarna
ditambahkan kedalam sediaan tablet untuk fungsi menutupi warna obat yg
kurang baik, identifikasi produk, dan untuk membuat suatu produk lebih
menarik (aesthetic appearance and brand image in the market). Akan tetapi
penggunaan pewarna yang tidak tepat/salah akan mempengaruhi mutu produk.
Pewarna yang digunakan haruslah pewarna yang diperbolehkan oleh undang-
undang untuk digunakan sebagai pewarna untuk sediaan obat.
Bahan pewarna ada yang larut dalam air dan ada tidak larut. Pewarna
ditambahkan dalam bentuk larutan atau suspensi dalam granulasi basah,
tergantung apakah pewarna tersebut larut atau tidak. Penggunaan pewarna
yang larut kemungkinan dapat terjadi migrasi zat warna selama proses
pengeringan yang dapat mengakibatkan tidak meratanya warna. Penggunaan
pewarna yang tidak larut dapat mengurangi resiko interaksi yang
kemungkinan terjadi dengan zat aktif dan bahan tambahan yang lain. Terhadap
tablet yang telah diberi pewarna, sangat penting untuk dilakukan pengukuran
keseragaman warna pengkilapan, serta perubahan warna karena pengaruh
cahaya pada permukaan tablet. Pengukuran dapat dilakukan dengan
Reflectance Spectrophotometry, Tristimulus Colourimetric Measurements dan
Microreflectance Photometer

Tabel XI: Jenis pewarna (sintetik) yang biasa digunakan

Pewarna Nama umum


Red 3 Erythrosine
Red 40 Allura red AC
Yellow 5 Tartrazine
Yellow 6 Sunset Yellow
Blue 1 Brilliant Blue
Blue 2 Indigotine
Green 3 Fast Green
Sweeteners, Flavors
Penambahan Pemanis dan pemberi rasa biasanya hanya untuk tablet-
tablet kunyah, hisab, buccal, sublingual, effervescent dan tablet lain yg
dimaksudkan untuk hancur atau larut dimulut.
Tabel XII. Beberapa pemanis yang biasa digunakan dalam formulasi tablet
Pemanis alami Pemanis sintesis/buatan
Mannitol Sakarin
Lactosa Siklamat
Sukrosa Aspartame
Dektrosa
Sakarin 500 kali lebih manis dibandingkan sukrosa, kekurangannya
berasa pahit pada akhir dan bersifat karsinogenik, sama seperti siklamat yang
juga karsinogenik. Aspartame 180 kali lebih manis dibanding sukrosa, tetapi
kurang stabil pada kondisi lembab sehingga tidak dapat digunakan dengan
komponen yang higroskopis.
Flavors digunakan untuk memberi rasa atau meningkatkan rasa pada
tablet-tablet yang dikehendaki larut atau hancur dimulut sehingga lebih dapat
diterima oleh konsumen. Flavors dapat ditambahkan dalam bentuk padat
(spray dried flavors) atau dalam bentuk minyak atau larutan (water soluble)
flavors. Dalam bentuk padat lebih mudah penanganannya dan secara umum
lebih stabil dari pad bentuk minyak. Minyak biasanya ditambahkan pada tahap
lubrikasi sebab minyak sensitif terhadap moisture dan bertendensi menguap
ketika dipanaskan pada pengeringan. Jadi yang paling mungkin adalah
diadsorbsikan ke dalam eksipien dan ditambahkan pada proses lubrikasi.
Maksimum penambahan minyak yang ditambahkan pada granul tanpa
mempengaruhi karakter tablet atau proses penabletan adalah 0,5-0,75.
Aqueous flavors tidak banyak digunakan sebab tidak stabil because pada
penyimpanan.
Bahan Pelicin
Bahan pelicin berfungsi sebagai bahan pengatur aliran, dan bahan
pemisah hasil cetakan. Bahan pelicin mengurangi gesekan selama proses
pengempaan tablet. Pada umumnya bahan pelicin bersifat hidrofobik sehingga
cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet, oleh karena
itu kadarpelicinyang berlebihan harus dihindari. Bahan pelicin yang biasa
digunakan antara lain talk, magnesium stearat, aluminium stearat, asam
stearat, asam palmitat, dan pati (Siregar, 2010).
Zat-zat yangdigunakan seperti: talcum, magnesii stearat, asam stearat.
Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat dan bahan tambahan, kecuali bahan
pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi
cetakan dengan baik. Dengan dibuat granul akan terjadi free flowing, mengisi
cetakan secara tetap dan dapat dihindari tablet menjadi capping (retak)
(Anief,1987).. Jumlah pelincir yang dipakai pada pembuatan tablet mulai dari
0,1% berat granul sampai 5%
Bahan pelicin dalam formulasi sediaan tablet mempunyai 3 fungsi,
yaitu :
1) Lubricants
Fungsi utama dari lubrikan adalah untuk mengurangi gesekan atau
friksi yang terjadi antara permukaan tablet dengan dinding die selama proses
pengempaan dan penarikan tablet. (Lachman Tablets, 110) Setiap lubrikan
memiliki konsentrasi optimum (tidak lebih dari 1%) untuk menghasilkan
kecepatan aliran yang optimum. (Lachman Tablets, 112) Semakin kecil
ukuran partikel granul, maka tablet membutuhkan jumlah lubrikan yang lebih
banyak (%). Contoh: Mg stearat, asam stearat, talk, minyak nabati
terhidrogenasi.
2) Glidants
Glidants ditambahkan dalam formulasi untuk menaikkan/
meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga massa tersebut
dapat mengisi die dalam jumlah yang seragam. Amilum adalah glidant yang
paling popular karena disamping dapat berfungsi sebagai glidant juga sebagai
disintegran dengan konsentrasi sampai 10 %. Talk lebih baik sebagai glidant
dibandingkan amilum, tetapi dapat menurunkan disintegrasi dan disolusi
tablet. Contoh : silika pirogenik koloidal.
3) Antiadherents
Antiadherents adalah bahan yang dapat mencegah melekatnya
(sticking) permukaan tablet pada punch atas dan punch bawah. Talk,
magnesium stearat dan amilum jagung merupakan material yang memiliki
sifat antiadherent sangat baik.

2.3. Prosedur Granulasi Basah


Langkah langkah dalam metode granulasi basah :
Menimbang dan mencampur bahan-bahan. Bahan aktif, pengisi,
dan penghancur ditimbang sesuai yang dibutuhkan. Untuk pencampuran
biasanya menggunakan mixer atau blender, bahan pengisi biasanya laktosa,
kaolin, manitoll, amylum, dan gula bubuk. Waktu dan kecepatan pengadukan
diatur hingga menghasilkan campuran serbuk yang homogen. Campuran
homogen (materi homogen) adalah campuran yang seluruh bagiannya
mempunyai perbandingan komponen yang sama sehingga sangat sulit untuk
membeda-bedakan komponen zat penyusunnya dan partikel zatnya tersebar
merata. Agar campuran serbuk mengalir bebas dan merata dari hopper
kedalam cetakan mengisinya dengan tepat dan merata, biasanya perlu
mengubah campuran serbuk menjadi granula yang bebas mengalir kedalam
cetakan disebut granulasi.
Pengayakan adonan lembab menjadi pellet atau granul :
Umumnya granuasi basah ditekan melaui ayakan no 6 atau 8, lalu disalurkan
kedalam fluidbeddriers dibuat granul dengan menekankan pada alat yang
dibuat berlubang lubang.
Pengeringan: Kebanyakan granul dikeringkan dalam cabinet
pengering dengan system sirkulasi udara dan pengendalian temperatur, pada
metode ini granul dikeringkan pada keadaan tertutup dan diputar putar
sambi1 dialirkan udara yang hangat, pada proses ini campuran serbuk yang
akan dibuat granul diubah menjadi larutan atau suspensis dan disemprotkan,
dikeringkan dalam fluidized bed untuk menghasilkan granul yang seragam dan
mudah mengalir.
Pengayakan kering: Setelah dikeringkan granul dilewatkan melalui
ayakan dengan lubang lebih kecil dari yang biasa dipakai untuk pengayakan
granulasi asli.
Pencampuran bahan pelican: Setelah pengayakan kering, biasanya
bahan pelincir kering ditambahkan kedalam granul. Pembuatan tablet dengan
kompresi: Cara kerjanya memasukan granul kedalam ruang cetakan dan
dikempa oleh kedua gerakan punch atas dan bawah. (Ansel, 1982)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar: (a) Pelicin (PVP30) dilarutkan dalam metanol 70% (b) Pencampuran
serbuk dengan larutan pelicin (c)
2.4. Perbedaan Pengeringan dengan Tray Dryer dan Fluid-Bed Dryer
Fluidized bed dryer
Fluidized bed dryer adalah sistem pengeringan yang diperutukan bagi
bahan berbobot relatif ringan, misalnya serbuk dan ganular. Prinsipnya bahan
yang akan dikeringkan dialiri dengan udara panas yang terkontrol dengan
volume dan tekanan tertentu, selanjutnya bagi bahan yang telah kering karena
bobotnya sudah lebih ringan akan keluar dari ruang pengeringan menuju
siklon untuk ditangkap dan dipisahkan dari udara, namun bagi bahan/material
yang halus akan ditangkap oleh pulsejet bag filter. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam sistim fluidized bed dryer adalah pengaturan yang baik
antara tekanan udara, tingkat perpindahan panas dan waktu pengeringan,
sehingga tidak terjadi gesekan bahan saat proses pengeringan berlangsung.
Penentuan dimensi ruang bakar, suhu yang diaplikasikan serta volume dan
tekanan udara sangat menentukan keberhasilan proses pengeringan, sehingga
perlu diketahui data pendukung untuk merancang sistim ini diantaranya kadar
air input, kadar air output, kepadatan dan ukuran bahan, panas maksimum
yang diizinkan serta sifat fisikokimianya. Metode ini cocok digunakan untuk
serbuk, butiran, aglomerat, dan pelet dengan ukuran partikel rata-rata normal
antara 50 dan 5.000 mikron. Kelebihan metode ini ialah perpindahan panas
dan kontrol terhadap ukuran partikelnya lebih baik serta pencampuran yang
lebih efisien.

Gambar 4. Skema kerja Fluidized bed dryer


Tray Dryer
Untuk melakukan pengeringan dengan suhu yang tinggi digunakan
lemari pengering. Jenis bangunnya sangat bervariasi dan dapat dipanaskan
secara eliktri, memiliki alat pengatur suhu udara panas akan bergerak keruang
sebelah dalam diatas nampan yang berisi bahan yang akan dikeringkan.

Faktor-Faktor Pengeringan
a. Luas Permukaan
Makin luas permukaan bahkan makin cepat bahan menjadi kering
Air menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian
tengah akan merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap.
Untuk mempercepat pengeringan umumnya bahan pangan yang akan
dikeringkan dipotong-potong atau di iris-iris terlebih dulu. Hal ini terjadi
karena: (1) pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas
permukaan bahan dan permukaan yang luas dapat berhubungan dengan
medium pemanasan sehingga air mudah keluar, (2) potongan-potongan
kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana panas harus
bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan kecil juga akan
mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan yang harus keluar ke
permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan tersebut. Pada
fluidized bed dryer, pengeringan serbuk luas permukaannya lebih luas
karena serbuk dihambur-hamburkan. Sedangkan pada lemari pengering
serbuk hanya stagnan pada loyang atau wadah, sehingga luas
permukaannya kecil, atau tidak berubah seperti pada pengeringan
fluidized bed dryer.
b. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya
Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan
bahan pangan makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin
cepat pula penghilangan air dari bahan. Air yang keluar dari bahan yang
dikeringkan akan menjenuhkan udara sehingga kemampuannya untuk
menyingkirkan air berkurang. Jadi dengan semakin tinggi suhu
pengeringan maka proses pengeringan akan semakin cepat. Akan tetapi
bila tidak sesuai dengan bahan yang dikeringkan, akibatnya akan terjadi
suatu peristiwa yang disebut "Case Hardening", yaitu suatu keadaan
dimana bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya
masih basah.
Pada praktikum kali ini suhu disamakan antara fluidized bed dryer
dengan lemari pengering sehingga untuk pengaruh suhu pada proses ini tidak
ada perbedaan dimasing-masing perlakuan.
c. Kecepatan Aliran Udara
Makin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air
dari permukaan bahan sehinngga dapat mencegah terjadinya udara jenuh
di permukaan bahan. Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang
tinggi selain dapat mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air
tersebut dari permukaan bahan pangan, sehingga akan mencegah
terjadinya atmosfir jenuh yang akan memperlambat penghilangan air.
Apabila aliran udara disekitar tempat pengeringan berjalan dengan baik,
proses pengeringan akan semakin cepat, yaitu semakin mudah dan
semakin cepat uap air terbawa dan teruapkan.
Kecepatan aliran udara pada fluidized bed dryer jelas lebih tinggi
daripada lemari pengering hal ini dikarenakan pada fluidized bed dryer
terdapat pompa udara yang menyebabkan perlakuan aliran udara besar.
d. Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan
udara untuk mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin
kecilnya tekanan berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air
dapat lebih banyak tetampung dan disingkirkan dari bahan pangan.
Sebaliknya jika tekanan udara semakin besar maka udara disekitar
pengeringan akan lembab, sehingga kemampuan menampung uap air
terbatas dan menghambat proses atau laju pengeringan.
Tekanan udara pada fluidized bed dryer jelas lebih tinggi daripada
lemari pengering hal ini dikarenakan pada fluidized bed dryer terdapat
pompa udara yang menyebabkan tekanan udara besar.
e. Kelembapan Udara
Makin lembab udara maka Makin lama kering sedangkan Makin
kering udara maka makin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat
mengabsobsi dan menahan uap air Setiap bahan mempunyai
keseimbangan kelembaban nisbi masing-masing. kelembaban pada suhu
tertentu dimana bahan tidak akan kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau
tidak akan mengambil uap air dari atmosfir (Supriyono, 2003).
Kelembapan pada fluidized bed dryer lebih tinggi daripada lemari
pengering hal ini dikarenakan pada fluidized bed dryer terdapat pompa
udara yang bersifat panas yang menyebabkan perlakelembapankuan aliran
udara besar.
Sesuai dengan teori diatas, pada praktikum menunjukkan bahwa
Fluid bed dryer lebih memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pengurangan kelembapan air daripada lemari pengering. Data
menunjukkan bahwa prosentase rendemen granul pengeringan pada
fluidized bed dryer dan lemari pengering adalah :
Pengeringan dengan menggunakan fluid bed driyer
% = 187,49 / 218,03 x 100 % = 85,99 %
Pengeringan dengan menggunakan oven
% = 189,17 / 218,03 x 100 % = 86,76 %
Keterangan :
Waktu pengeringan :
Fludized bed dryer 15 menit dengan kelembapan 1,15%
Lemari pengering 1 jam dengan kelembapan 1,55%
2.5.Alat yang Digunakan dalam Pembuatan Tablet
Mesin Cetak Tablet
Secara umum komponen dasar mesin pencetak tablet adalah sebagai
berikut :
1) Hopper, tempat untuk menyimpan granul dan yang mengalirkan granul
untuk di kempa.
2) Die, tempat granul akan di cetak, menentukan ukuran dan bentuk tablet
3) Punch atas, alat untuk mengempa granul yang telah brada di die
4) Punch bawah, alat untuk mengeluarkan tablet yang tlah di cetak.
Tahapan-tahapan dalam proses pencetakan
Tahap 1. Pengisian die dengan granul
Serbuk atau granul-granul dialirkan dari hopper masuk kedalam DIE
(aliran sesuai grafitasi). Volume granul ditentukan oleh posisi punch bawah
dan lempeng die.

Tahap 2. Pencetakan Granul


Pada tahap ini, Hopper akan kembali pada tempatnya dan punch atas
akan turun mengempa granul menjadi tablet. Selama tahapan ini ada beberapa
tahapan yang terjadi sehingga granul menjadi tablet.
1) Penyusunan ulang dari struktur granul: Ketika Punch atas mengempa
granul maka distribusi granul akan tersusun ulang diantara punch atas dan
punch bawah.
2) Perubahan Bentuk granul dan pembentukan ikatan: Pada tahap ini akan
terjadi perubahan bentuk granul krena penekanan, pada awalnya terjadi
deformasi elastis kemudian plastik.
3) Pembentukan ikatan intergranul: Hasil dari penekanan, granul
termampatkan dan terjadi ikatan antar granul sehingga menjadi tablet.

Tahap 3. Pengeluaran Tablet


Setelah Tablet dikempa, punch atas akan kembali ketempat aslinya
kemudian punch bawah akan bergerak keatas membawa tablet sejajar dengan
die. Setelah itu hopper akan bergerak untuk mengisi granul kedalam die
sehingga tablet akan tergeser oleh hopper.

Ada dua tipe mesin pencetak tablet yaitu pencetak tunggal dan
pencetak ganda berputar. Proses mesin pencetak tunggal sama persis seperti
diatas. Pencetak ganda berputar, umumnya digunakan untuk produksi besar,
kapasitas produksi bisa sampai 10.000 tablet/menit. Seperti Mesin pencetak
tunggal tablet dimampatkan diantara punch atas dan bawah, akan tetapi
prosesnya sedikit berbeda. Pada Pencetak ganda berputar disusun dalam 1
rangkaian punch atas dan punch bawah (sampai 60 permesin) yang
ditempatkan dalam lingkaran die yang dapat berputar. Kedua Punch
digerakkan (baik diturunkan dan di naikkan) oleh gerakan Roller atas dan
Roller bawah.

(a) (b)
Gambar : (a) Single Rotary Tabletting Machine (b) Double Rotary Tabletting Machine
Mixer

(a) (b)

(c) (d)
Gambar: (a) Rotating drum mixer, (b) Planetary bowl mixer, (c) High-speed mixer, (d) Ribbon
mixer
BAB III
HASIL PRAKTIKUM

1. Penimbangan
- Loyang 1 = 140,54 gram
- Loyang 2 = 230,79 gram
- Loyang 1 + granul = 358,57 gram
- Loyang 2 + granul = 448,82 gram

2. Hasil Pengeringan dengan Menggunakan Fluid Bed Driyer


Berat granul sebelum dikeringakan = 218,03 gram
Berat granul setelah dikeringkan = 187,49 gram
Kadar lembab granul = 1,15 % b/b

3. Hasil Pengeringan Dengan Menggunakan Oven


Waktu (menit) Berat penimbangan (gram)
0 218,03
15 203,53
30 197,59
45 190,51
60 189,17
Kadar lembab granul = 1,55 % b/b

4. Prosentase Granul yang Dihasilkan terhadap Hasil Teoritis


- Pengeringan dengan menggunakan fluid bed driyer
% = 187,49 / 218,03 x 100 % = 85,99 %
- Pengeringan dengan menggunakan oven
% = 189,17 / 218,03 x 100 % = 86,76 %
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
a. Granulasi adalah proses pembuatan ikatan partikel-partikel kecil membentuk padatan
yang lebih besar atau agregat permanen melalui penggumpalan massa, sehingga dapat
dibuat granul yang lebih homogen dari segi kadar, massa jenis,ukuran serta bentuk
partikel.
b. Fungsi granulasi adalah untuk memperbaiki sifat aliran dan kompresibilitas dari
massa cetak tablet, memadatkan bahan, menyediakan campuran seragam
yang tidak memisah, mengendalikan kecepatan pelepasan zat aktif, mengurangi debu,
dan memperbaiki penampakan tablet.
c. Granulasi dibedakan menjadi dua yaitu granulasi basah dan granulasi kering.
d. Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk
atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan
pengadukan yang akan menghasilkan granul. Metode ini dapat digunakan
untuk zat aktif yang sukar larut dalam air atau pelarut yang digunakan tahan terhadap
pemanasan dan kelembaban. Umumnya digunakan untuk zat aktif yang sulit dicetak
karena mempunyai sifat aliran dan kompressibilitas yang jelek.
e. Granulasi kering adalah metode yang dilakukan dengan cara membuat granul secara
mekanis tanpa bantuan pengikat basah atau pelarut pengikat. Metode ini digunakan
untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab, serta tidak tahan air atau
pelarut yang digunakan.

2. Saran
Dari praktikum yang telah dilaksanakan hendaknya data yang di ambil
dalam penimbangan haruslah secara sempurna. Selain itu sebelum melakukan
praktikum para praktikan sebaiknya sudah menguasai bahan-bahan materi
yang akan dipraktikumkan sehingga memudahkan untuk pemahamannya.
Bimbingan dari laboran atau teknisi juga sangat diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

American Pharmaceutical Association. 1994. Handbook of Pharmaceutical

Anief M., 1987. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta : EGC Press.

Ansel, H.C., Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi keempat, Universitas


Indonesia Press, Jakarta

Departemen Kesehatan Republic Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, edisi


ketiga. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Departemen kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta : Badan
Pengawas Obat dan Makanan.

Syamsuni, Drs. H. A., Apt.2007. Ilmu Resep. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai