Anda di halaman 1dari 30

BUNDELAN PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID


TABLET PARASETAMOL DAN TABLET KUNYAH ANTASIDA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK : II
ANGGOTA : 1. AULIA ROLIKA (1704012)
2. NADYA RAHMI U (1704032)
3. AMILIA PUTRI (1704070)
4. ASSYA AMATUL F (1704074)
5. AMIRAH NAUFAL (1704082)
HARI/WAKTU PRAKTIKUM : KAMIS, 13.00 – 15.30 WIB
DOSEN PEMBIMBING : REVI YANTI, M.Farm., Apt
ASISTEN DOSEN : 1. ATHIYAH ERZA SASMI
2. YOSI YENDRIANA

LABORATORIUM FORMULASI SEDIAAN SOLID


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA PERINTIS PADANG
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan, karena
tablet memiliki beberapa keuntungan antara lain: ketepatan dosis, mudah cara
pemakaiannya, stabil dalam penyimpanan, mudah dalamt ransportasi dan dari
segi ekonomi relative murah dibanding dengan bentuk sediaan obat lainnya.
Parasetamol dipilih sebagai bahan dalam penelitian karena mempunyai
kompresibilitas yang kurang baik, sehingga untuk dapat dicetak menjadi tablet
yang baik, parasetamol memberikan banyak kesulitan dan membutuhkan bahan
pengikat yang baik.
Tablet parasetamol mengandung parasetamol (C8H9NO2), tidak kurang dari
90% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera dietiket. Parasetamol
berkhasiat sebagai analgetik-antipiretik (Depkes RI,1995).
Selain mengandung zat aktif, dalam pembuatan tablet diperlukan bahan-
bahan tambahan yaitu bahan pengisi, pengikat, penghancur, pelican dan pewarna.
Bahan tambahan memegang peranan penting dalam pembuatan tablet, di
antaranya bahan pengikat. Bahan pengikat dimaksudkan untuk menjamin
penyatuan bersama dari partikel serbuk dalam sebuah butir granulat.
Kompaktibilitas tablet dapat dipengaruhi oleh tekanan kompresi maupun bahan
pengikat. Bahan pengikat yang biasa digunakan adalah gula, amilum, gelatin,
tragakan, povidon (PVP), gom arab dan zat lain yang sesuai (Voigt, 1984).
Bahan pengikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polivinil
pirolidon (PVP) dan amilum manihot sebagai pembanding. PVP sebagai bahan
pengikat dengan keuntungan sebagai perekat yang baik dalam larutan air atau
alkohol, mempunyai kemampuan sebagai pengikat kering (Banker dan Anderson,
1986).
Selain itu juga dari data hasil penelitian-penelitian PVP bagus untuk proses
penggranulan, hasil granul cepat kering, memiliki sifat alir yang baik, sudut diam
minimum, menghasilkan fines lebih sedikit dan daya kompaktibilitasnya lebih
baik sehingga dapat menghasilkan tablet yang bagus. PVP dapat membentuk
ikatan kompleks dengan berbagai molekul obat sehingga banyak obat-obat yang
kelarutannya meningkat dengan adanya PVP, dimana ikatan PVP lebih lemah
sehingga lebih mudah melepaskan obatnya.
Pada proses granulasi basah penambahan bahan pengikat dimaksudkan untuk
mengikat partikel-partikel serbuk menjadi satu kesatuan sehingga membentuk
granul yang kuat dan menentukan sifat-sifat tablet yang dihasilkan. Pemilihan
bahan pengikat yang cocok dengan jumlah yang tepat maka serbuk-serbuk halus
dapat diubah menjadi granul yang baik dan akan mengalir dari hopper menuju
ruang cetak dengan baik dan teratur sehingga akan menghasilkan tablet yang
baik. Untuk itu terbuka peluang bagi pengembangan formulasi tablet.
Uji disolusi merupakan proses melarutnya suatu zat kimia atau senyawa obat
dari sediaan padat kedalam suatu medium tertentu. Uji disolusi berguna untuk
mengetahui seberapa banyak obat yang melarut dalam medium asam atau basa
(lambung dan usus halus). Oleh karena kecepatan melarut zat aktif seringkali
menjadi tahap penentu kecepatan untuk proses absorpsi, maka uji pelarutan
(dissolution test) memberikan informasi yang lebih akurat (Ansel,1989).
Beberapa penelitian sebelumnya diperoleh kadar PVP yang digunakan
sebagai bahan pengikat yang baik antara lain 2% pada tablet ekstrak kering daun
jambu biji, penggunaan PVP pada konsentrasi 0,5-2% pada pembuatan tablet
ekstrak tanaman dapat menghasilkan tablet yang mempunyai kekerasan yang
cukup, kerapuhan yang rendah dan waktu hancur yang lama. Berdasarkan hal
tersebut dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan PVP sebagai
bahan pengikat dengan konsentrasi yang berbeda-beda untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap sifat fisik tablet dan profil disolusi dari tablet parasetamol
sehingga diperoleh tablet yang baik dan memenuhi persyaratan Farmakope
Indonesia atau kepustakaan lainnya.

1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan bundelan ini adalah agar kita dapat mengetahui defenisi,
ciri-ciri, contoh penggunaan, cara pembuatan dan hal-hal yang perlu diperhatikan
pada saat produksi dan penggunaan tablet, serta menentukan evaluasi dari sediaan
tablet.
1.3 Alasan Pemilihan Bentuk Sediaan
Tablet dalah sediaan padat yang mengandung substansi obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa
keuntungan, yaitu :
1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih.
2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis.
3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil
sehingga memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan,
dan penyimpanan.
4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah atau
diperkecil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tablet Parasetamol


Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik
ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Efek analgetik Paracetamol dapat
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Efek samping
terjadi reaksi hipersensitivitas dan pada penggunaan kronis dapat terjadi
kerusakan hati.
Menurut  Farmakope Indonesia Edisi III Tablet adalah sediaan padat,
kompak, dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler,
kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa zat tambahan. Dimana zat tambahan yang digunakan dapat
berfungsi sebagai bahan pengisi, zat pengikat, zat pelincir, zat pengembang, zat
pembasah atau zat lain yang cocok.
Tablet adalah bentuk sediaan padat yang mengandung satu unit dosis lazim,
dengan satu macam bahan aktif atau lebih tergantung tujuan terapi yang dicapai.
Tablet berbentuk bulat datar atau bikonvek yang dibuat dengan pengompresan zat
aktif atau campuran zat aktif dengan atau tanpa bahan tambahan atau eksipien
(Sulaiman, 2007).
Tablet adalah bentuk sediaan farmasi yang paling banyak dibuat / diproduksi
karena memiliki banyak kelebihan dibandingkan dari bentuk sediaan lainnya
yaitu:
a) Takaran obat cukup teliti dan serba sama untuk setiap tablet.
b) Pelepasan obat dapat diatur sesuai dengan efek terapi yang diinginkan.
c) Rasa dan bau yang tidak menyenangkan dapat ditutupi dengan penyalutan.
d) Bahan obat yang dapat rusak oleh cairan atau enzim dalam saluran
pencernaan dapat diatasi dengan penyalutan.
e) Mudah dalam pengemasan, pengepakan, transportasi dan penggunaannya.
f) Biaya produksi relaatif mudah dibandingkan dengan bentuk sediaan lain.

Dan memiliki kerugian atau kelemahan, yaitu :


a) Sukar diberikan pada anak-anak dan penderita yang sukar menelan.
b) Biasanya efek terapi yang diinginkan lebih lambat.
c) Bentuk yang menarik dan rasa yang enak dapat menyebabkan anak-anak
semaunya saja.
Persyaratan khusus untuk sediaan tablet dalam Farmakope Indonesia edisi III,
yaitu:
a) Mengandung zat berkhasiat sesuai yang tertera pada etiket.
b) Mempunyai keseragam ukuran yaitu diameter tidak lebih dari 3x dan tidak
kurang dari 11/3 tablet tebalnya.
c) Mempunyai keseragam bobot.
d) Kecuali dinyatakan lain, waktu hancur dari tablet tidak lebih dari 15 menit
untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut
selaput.

 Pemeriksaan Sifat Fisik Campuran Granul


A. Waktu Alir
Merupakan waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah granul pada
alat yang dipakai.Apabila granul mempunyai sifat alir yang baik maka pengisian
pada ruang kempa menjadi konstan sehingga dihasilkan tablet yang mempunyai
bobot seragam (Parrott, 1971).
B. Sudut diam
Sudut diam adalah sudut yang terbentuk antara permukaan tumpukan granul
dengan bidang horizontal. Corong berada pada suatu ketinggian yang dikehendaki
diatas bidang horizontal. Bubuk atau granul dituang perlahan-lahan sampai
didapat tumpukan bubuk yang berbentuk kerucut. Bila sudut diam <30 o biasanya
menunjukkan bahwa granul dapat 9 mengalir bebas, dan bila sudutnya >40 o
biasanya sifat alirnya kurang baik (Banker dan Anderson, 1986).
C. Indeks pengetapan
Didefinisikan sebagai penurunan volume sejumlah granul karena
kemampuannya mengisi ruang antara granul dan memampat secara lebih rapat.
Alat yang digunakan volumeter, terdiri dari gelas ukur yang diletakkan pada suatu
alat yang dapat bergerak naik turun secara mekanik dengan bantuan alat
penggerak.
 Pemeriksaan Kualitas Tablet
A. Keseragaman bobot
Variasi bobot tablet dipengaruhi oleh ukuran dan distribusi granul yang
berbeda, sifat alir granul yang tidak baik akan menyebabkan jumlah serbuk yang
masuk dalam ruang kompresi tidak seragam, sehingga menghasilkan bobot tablet
yang berbeda (Fonner dkk, 1990). Keseragaman bobot tablet ditentukan
berdasarkan banyaknya penyimpangan bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-
rata dari semua tablet sesuai syarat yang ditentukan Farmakope Indonesia.
B. Kekerasan
Dinyatakan sebagai daya tahan terhadap tekanan, tegangan, patahan, guliran,
gosokan dan jatuhan (Voigt, 1984). Kekerasan tablet umumnya 4-8 kg (Parrott,
1971).
C. Waktu hancur
Didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk hancurnya tablet dalam
medium yang sesuai, kecuali dinyatakan lain untuk tablet tidak bersalut tidak lebih
dari 15 menit (Depkes RI, 1979).
D. Kerapuhan
Dinyatakan sebagai ketahanan suatu tablet terhadap goncangan selama proses
pengangkutan dan penyimpanan. Tablet yang mudah rapuh dan pecah akan
kehilangan keindahan dalam penampilannya serta menimbulkan variasi pada
bobot tablet tablet dan keseragaman dosis obat. Nilai kerapuhan yang dapat
diterima sebagai batas tertinggi adalah 1% (Banker dan Anderson, 1986).
E. Kandungan zat aktif
Tablet parasetamol mengandung zat aktif tidak kurang dari 90% dan tidak
lebih dari 110,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket (Depkes RI, 1995).
F. Disolusi
Didefinisikan sebagai proses melarutnya suatu zat kimia atau senyawa obat
dari sediaan padat ke dalam suatu medium tertentu. Uji disolusi berguna untuk
mengetahui seberapa banyak obat yang melarut dalam medium asam atau basa
(lambung dan usus halus) (Ansel, 1989).Uji disolusi merupakan parameter yang
menunjukkan kecepatan pelarutan obat dari tablet. Pada dasarnya laju disolusi
diukur dari jumlah zat aktif yang terlarut pada waktu tertentu ke dalam medium
cair yang diketahui volumenya pada suatu waktu tertentu pada suhu yang relatif
konstan. Menurut Khan (1975) evaluasi disolusi dilakukan dengan DE
(Dissolution Efficiency) yang didefinisikan sebagai luas di bawah kurva dalam
waktu tertentu yang mengekspresikan presentasi dari area dengan 100% disolusi
dalam waktu yang sama.

Metode pembuatan tablet (Ansel, 1989), yaitu :

1. Granulasi basah

Menggunakan cairan untuk penggumpalan granul dan dikeringkan digunakan


untuk tablet yang tahan kelembapan dan pemanasan.

2. Granulasi kering

Menggunakan penyaringan digunakan untuk tablet yang tahan panas.

3. Kompresi langsung.

Zat obatnya memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifat-sifat


kohesinya yang memungkinkan untuk langsung di kompresi.
2.2 Monografi Zat Dan Bahan Tambahan

2.2.1 Monografi Zat Aktif

ACETAMINOFEN

Rumus molekul = C8H9NO2


Berat molekul = 151,16
Pemerian = Serbuk halus, putih, tidak berbau, rasa
sedikit pahit
Kelarutan = Larut dalam air mendidih dan dalam
Natrium Hidroksida 1 N, mudah larut
dalam etanol
Jarak lebur = Antara 168 dan 172
Sisa pemijaran = Tidak lebih dari 0,1%
Wadah dan penyimpan = Dalam wadah tertutup rapat, tidak
tembus cahaya
Khasiat = Analgetik dan Antipiretik
2.2.2 Monografi Bahan Tambahan
 LACTOSA
Rumus molekul = C12H22011.H2O
Berat molekul = 342,30
Pemerian = Serbuk atau masa hablur, keras, putih atau
putih cream, tidak berbau dan rasa sedikit
manis, stabil di udara, tetapi mudah
menyerap bau
Kelarutan = Mudah larut dalam air dan lebih mudah
larut dalam air mendidih, sangat sukar
larut dalam etanol, tidak larut dalam
kloroform dan dalam eter
Wadah dan penyimpan = Dalam wadah tertutup baik
Khasiat = Zat tambahan
 TALKUM
Pemerian = Serbuk hablur sangat halus, putih dan
putih kelabu, berkilat, mudah melekat
pada kulit dan bebas dari butiran
Kelarutan = Tidak larut dalam hampir semua pelarut
Wadah dan penyimpan = Dalam wadah tertutup baik
Kadar = 1-5%
Khasiat = Zat tambahan
 AMYLUM
Pemerian = Serbuk sangat halus, putih
Kelarutan = Praktis tidak larut dalam air dingin dan
dalam etanol
Susut pengeringan = Tidak lenih dari 15%, pengeringan pada
suhu 100o-105o
Sisa pemijaran = Tidak lebih dari 0,6% (Metoda II)
Wadah dan penyimpan = Dalam wadah tertutup rapat
 MAGNESIUM STEARAT
Pemerian = Serbuk halus, putih, licin dan mudah
melekat pada kulit, bau lemah khas
Kelarutan = Praktis tidak larut dalam air, etanol (95%)
dan dalam eter P.
Wadah dan penyimpan= Dalam wadah tertutup baik
Khasiat = Zat tambahan

2.3 Aspek Farmakologi


2.3.1 Farmakokinetik
Pemberian Paracetamol secara oral sangat efektif, Paracetamol
memberikan efek analgetik yang mirip dengan salisilat, yang dapat
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Efek ini
disebabkan oleh aktifitas pada system saraf pusat dengan menghambat sintesa
prostaglandin disusunan saraf pusat. Secara perifer mencegah sensitasi
reseptor rasa sakit terhadap rangsangan mekanik dan kimiawi.
Paracetamol didalam tubuh akan mengalami proses ADME, dimana
diekresi sebagian besar melalui feses atau urin. Paracetamol yang diberikan
secara oral akan diabsorbsi dalam saluran cerna sangat cepat dan hamper
sempurna. Konsentrasi dalam plasma mencapai puncak maksimum dalam
waktu 30-60 menit, dan waktu paruh dalam plasma antara 1-3 jam.Obat ini
tersebar keeseluruh cairan tubuh dalam plasma sebagian terikat oleh protein
plasma (25%).
2.3.2 Farmakodinamik
Metabolisme terjadi di hati yang dilakukan enzyme-enzym mikrosom
hati. Umumnya dalam bentuk konjugasi dihati dengan asam glukoronat
(±60%), asam  sulfat (±3%) dengan sistein (±3%) dan sebagian Paracetamol
ditransformasikan menjadi derivat hidroksi dan diasetil. Diduga terjadinya
metabolit hidroksi merupakan indikasi hepatotoksik pada pemakaian dosis
sangat berlebihan.
Paracetamol dieliminasi melalui ginjal, pada penderita gagal ginjal
terjadi akumulasi metabolit terkonjugasi dalam darah. Efek toksik dari
Paracetamol pada pemberian  dosis terapetik dapat ditolerir, kadang-kadang
dapat terjadi ruam pada kulit dan alergi lain.

BAB III
PREFORMULASI

3.1 Kajian Sifat Fisika Kimia Zat Aktif


- Struktur Kimia

- Rumus molekul : C8H9NO2


- Nama : Paracetamol
- Nama lain : Acetaminopen
- Nama kimia : n-acitil-4-amin ofenol
- Berat molekul : 151,16
- Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit.
- Suhu hablur : 169˚C-172˚C
- Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, 7 bagian etanol, 13
bagian aceton, 40 bagian gliserol, 9 bagian
propilen glikol, larut dalam larutan alkali
hidroksida.
- Stabilitas : a. Terhidrolisis pada pH minimal 5-7
b. Stabil pada temperature 45˚C
c. Dapat terdegradasi oleh quiniminim dan
terbentuk warna pink, coklat, dan hitam.
d. Relatif stabil terhadap oksidasi
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

3.2 Alasan Pemilihan Bahan


1. Laktosa (Pengisi)
Selain untuk penngisi, laktosa juga digunakan sebagai pemanis dalam
sediaan tablet, aman saat dikonsumsi. Selain itu, juga memiliki sifat alir
baik dan harga yang relatif murah dibandingkan manitol.

2. Mucilago Amili (Pengikat)


Dapat meningkatkan gaya adhesi antar partikel obat sehingga dapat
membentuk massa yang kompak, selain itu higroskopik pada parasetamol.
3. Mg Stearat (Lubrikan )
Mg stearat memiliki sifat lubrikan yang sangat baik selama 2 jam setelah
pencampuran, bersifat hidrofobik sehingga dapat menunjukkan kecepatan
desintegrasi dan derajat adhesi tablet.
4. Talkum (Pelicin/glidan)
Sifat hidrofobiknya akan meningkatkan density sebelum dicetak sebagai
glidan.
5. Amilum (penghancur)
Bahan penghancur yang bagus dengan mekanisme mengembang ketika
larut dalam air, selain itu mudah didapat dengan harga murah.

3.3 Pemilihan Metoda dan Alasan


Metoda Granulasi Basah
Karena paracetamol memiliki sifat kompresibilitas fluiditas atau sifat
alir yang kurang baik sehingga menimbulkan kesulitan waktu pengempaan.
Untuk obat dengan sifat ini dan dosisnya besar, paling tepat digunakan
granulasi basah, karena dengan metoda tersebut tidak akan menggunakan
banyak bahan tambahan yang menyebabkan bobot terlalu besar dikarenakan
sifat higroskopis dari paracetamol. Dimana apabila paracetamol
diformulasikan dengan metoda granulasi basah dengan pengikat mucilago
amili dapat mengurangi sifat higroskopis dari parecetamol apabila
dibandingkan dengan menggunakan povidon sebagai pengikat.
BAB IV
RANCANGAN FORMULASI

4.1 Formula 1 Tablet


Berat 1 tablet : 700 mg
Fase dalam : 92%
Fase luar : 8%
R/ Paracetamol 500 mg
Amilum 10%
Mucilago Amili 10 % 1/3 fase dalam
Laktosa q.s
Talkum 2%
Mg stearat 1%
Amilum 5%
4.2 Formula 1 Batch
Berat 1 tablet : 700 mg
Fase dalam : 92%
Fase luar : 8%
Jumlah tablet yang dibuat 100 tablet
R/ Paracetamol 70 g
Amilum 10%
Mucilago Amili 10 % 1/3 fase dalam
Laktosa q.s
Talkum 2%
Mg stearat 1%
Amilum 5%

BAB V
PENIMBANGAN BAHAN

5.1 Penimbangan Bahan 1 Tablet

Fase dalam : 92/ 100 x 700 mg = 644 mg

Paracetaml : 500 mg

Amilum 10% : 10/100 x 700 mg =70 mg

Mucilago amili : 1/3 fase dalam

: 1/3 x 644 mg

: 214,67 mg

Amilum 10 % : 10/100 X 214,67 mg

: 21,467 mg

Air 90% : 90/100 x 214,67 mg

: 193,203 mg

Laktosa : 644 mg - (500 mg + 70 mg + 21,467 mg)

: 644 mg - 591,467 mg

: 52,533 mg

Fase luar : 8/100 x 700 mg = 56 mg


Mg stearat : 1/100 x 700 mg = 7 mg

Talkum : 2/100 x 700 mg = 14 mg

Amilum : 5/100 x 700 mg = 35 mg

5.2 Penimbangan Bahan 1 Batch (100 Tablet )


Berat massa tablet : 700 mg x 100 = 70.000 mg
= 70 g
Fase dalam : 92/ 100 x 70 g = 64,4 g
Paracetamol : 500 mg x 100 = 50.000 mg
= 50 g
Amilum 10% : 10/100 x 70 g = 7 g
Mucilago amili : 1/3 fase dalam
: 1/3 x 64,4 g
: 21,467 g
Amilum 10 % : 10/100 x 214,67 g
: 2,1467 g
Air 90% : 90/100 x 214,67 g
: 1,93203 g
Laktosa : 64,4 g – (50 g + 7 g + 2,1467 g)
: 5,2533 g
Fase luar : 8/100 x 70 g = 5,6 g
Mg stearat : 1/100 x 70 g = 0,7 g
Talkum : 2/100 x 70 g = 1,4 g
Amilum : 5/100 x 70 g = 3,5
BAB VI
PROSEDUR KERJA

1. Siapkan alat dan bahan.


2. Pembuatan mucilago amili (M1).
3. Laktosa dan amilum gerus homogen (M2).
4. Paracetamol gerus homogen + M2 +M1 sedikit demi sedikit hingga terbentuk
massa yang bisa dikepal.
5. Timbang berat mucilago yang dipakai.
6. Adonan diayak melalui mesh 14 (digiling dengan botol) hingga terbentuk
granul.
7. Setelah kering (24 jam) diayak dengan mesh 16.
BAB VII
EVALUSI GRANUL DAN TABLET

7.1 Evaluasi Granul


1. Pengujian Sifat Alir Granul

A. Waktu Alir ( g/detik )

Alat : Corong, kertas HVS polos, stopwatch, timbangan analitik

Cara kerja :
 Ditimbang 100g serbuk.
 Diletakkan dalam corong, dengan bagian bawah corong ditutup.
 Alirkan serbuk melalui corong dan catat waktunya untuk mengalir
dari corong sampai semuanya keluar, dengan menggunakan
stopwatch.
Persyaratan : 10 detik untuk 100 g granul (Voight, 1994).
Tabel I. Waktu Alir

Waktu untuk Kecepatan alir


Replikasi Berat massa tablet (g)
mengalir (detik) (g/detik)

1 56,605 78 0,725
2 56,412 83 0,679

3 56,400 71 0,794

Rata-rata ± SD 56,472± 0,1148 77,3 ± 6,026 0,732 ± 0,0578

B. Sudut diam (derajat)


Penetapan sudut diam dilakukan dengan menggunakan corong yang
bagian atas berdiameter 12 cm, diameter bawah 1 cm dan tinggi 10 cm.
Alat : Corong, kertas HVS polos, jangka sorong, timbangan
analitik
Cara kerja :
 Massa granul ditimbang 100 g.
 Granul dimasukkan ke dalam corong.
 Dialirkan melalui ujung corong, tinggi corong diatur sehingga jarak
corong dengan puncak gundukan massa granul ± ¼ inci.
 Ditentukan besar sudut diamnya dengan rumus : α = inv tg α.
Persyaratan : uji dikatakan memenuhi syarat apabila 25 > α < 40 (Voight,
1994).
Rumus :
Tg α = tinggi kerucut (h) (cm)
Jari-jari (r) (cm)
Sudut diam = inv tg α
Tabel II. Sudut Diam
Replikasi r (cm) h (cm) tg α α (º)
1 6 4,0 0,66 33,42
2 6,75 3,8 0,523 27,61

3 6,75 3,6 0,533 28,05

Rata-rata ± SD 6,5 ± 0,433 3,8 ± 0,2 0,572 ± 0,0763 29,69 ± 3,234

2. Index kompresibilitas
Uji indeks kompresibilitas dilakukan untuk mengetahui sifat alir dari granul
yang dihasilkan. Indeks kompresibilitas diukur dengan menggunakan alat
bulk-density tester.
Alat : Gelas ukur volume 100ml, timbangan analitis, tapped volumeter.
Cara kerja :
 Granul atau massa tablet ditimbang sebanyak 30 gram (W1).
 Dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml.
 Diukur volumenya (BJ bulk = W1/V1).
 Gelas ukur yang berisi granul diketukkan sebanyak 500 kali.
 Amati volume akhir serbuk (V2).
 Berat serbuk yang ada digelas ukur ditimbang (W2).
 Volume diukur (BJ tapped = W2/V2).
 Hitung nilai Indeks kompresibilitas dari granul.

Carr’s index = ρ tapped – ρ bulk x 100%


ρ tapped

Tabel III. Carr’s Index

Berat massa ρ tapped Carr’s index


Replikasi V1 (ml) V2 (ml) ρ bulk (g/ml)
tablet (g) (g/ml) (%)

1 100 82 33,5233 0,4088 0,3352 18,0039


2 100 81 33,7429 0,4165 0,3374 18,9100
3 100 80 34,3020 0,4280 0,3430 19,8500
Rata-rata ± 0,4177 ± 0,3355 ± 5,47
- - - 18,92 ± 0,423
SD 0,00966 x 10-5

3. Hausner ratio
Alat : Gelas ukur volume 100ml, timbangan analitis, tapped volumeter.
Cara kerja :
 Granul atau massa tablet ditimbang sebanyak 30 gram (W1).
 Dimasukkan ke dalam gelas ukur 100ml.
 Diukur volumenya (BJ bulk = W1/V1).
 Gelas ukur yang berisi granul diketukkan sebanyak 500 kali.
 Amati volume akhir serbuk (V2).
 Berat serbuk yang ada digelas ukur ditimbang (W2).
 Volume diukur.(BJ tapped = W2/V2).
 Hitung nilai Hausner ratio dari granul.
Hausner ratio = ρ tapped
ρ bulk
Tabel IV. Hausner Ratio

Replikasi ρ tapped (g/ml) ρ bulk (g/ml) Hausner Ratio


1 0,4088 0,3352 1,2196
2 0,4165 0,3374 1,2340
3 0,4280 0,3430 1,2430
-5
Rata-rata ±SD 0,4177 ± 0,00966 0,3355 ± 5,47 x 10 1,2335 ± 0,0137
7.2 Evaluasi Tablet
7.2.1 Keseragaman Bobot Tablet
Alat : Timbangan analitik
Cara kerja :
 Ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet.
 Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya
lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak 1
tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya
lebih dari harga yang ditetapkan kolom B, seperti tercantum
pada tabel 2.
Tabel V. Bobot Tablet Rata-rata dan Penyimpangannya
Penyimpangan (%) Dari Bobot Tablet
Bobot Tablet Rata-Rata Rata-Rata
A B
25 mg atau kurang 15 30
26 – 150 10 20
151 - 300 7,5 15
> 300 5 10

Tabel VI. Keseragaman Bobot Tablet dan Penyimpangannya


No Bobot Tablet (mg) Penyimpangan (%) No Bobot Tablet (mg) Penyimpangan (%)
1 599,1 0,347 11 593,4 -0,608
2 605,6 1,435 12 605,8 1,465
3 597,2 0,028 13 598,8 0,296
4 599,7 0,447 14 568,0 -4,862
5 599,7 0,447 15 597,4 0,062
6 597,8 0,129 16 604,1 1,184
7 598,8 0,296 17 597,7 0,112
8 601,5 0,749 18 593,8 -0,541
9 602,7 0,950 19 609,1 2,022
10 597,3 0,045 20 578,6 -3,087
Rata-rata bobot tablet Rata-rata penyimpangan
= 597,03 mg = 0,046 %
7.2.2 Keseragaman Ukuran Tablet
Alat : Jangka sorong dan micrometer sekrup.
Cara kerja :
 Persiapkan alat dan bahan.
 Ambil 20 buah tablet parasetamol.
 Ukur diameter dan tebal tablet menggunakan jangka sorong sebanyak 10
tablet .
 Lalu ukur pula diameter dan tebal 10 tablet lainnya menggunakan jangka
sorong.
 Catat dan hitung hasilnya.
Tabel VII. Keseragaman Ukuran Tablet
No Tebal (mm) Diameter (mm) No Tebal (mm) Diameter (mm)
1 0,3 1,3 11 0,3 1,3
2 0,3 1,2 12 0,3 1,2
3 0,3 1,2 13 0,3 1,2
4 0,3 1,3 14 0,3 1,2
5 0,3 1,2 15 0,3 1,3
6 0,3 1,2 16 0,3 1,3
7 0,3 1,2 17 0,3 1,2
8 0,3 1,2 18 0,3 1,2
9 0,3 1,3 19 0,3 1,2
10 0,3 1,3 20 0,3 1,3
Rata-rata Tebal = 0,3 mm Rata-rata Diameter = 1,24 mm

7.2.3 Kekerasan Tablet


Alat : Hardness tester ( Merk “PHARMEQ”)
Cara kerja :
 Siapkan alat dan bahan.
 Ambil 10 tablet parasetamol.
 Masukkan tablet satu persatu pada alat.
 Kemudian beri tekanan pada tablet hingga tablet tersebut pecah.
 Baca tekanan yang diberikan pada alat dan catat hasilnya.
Tabel VIII. Kekerasan Tablet
No. Kekerasan Tablet (Kp) No. Kekerasan Tablet (Kp)
1 12 Kp 6 13 Kp
2 12 Kp 7 13 Kp
3 12 Kp 8 12,5 Kp
4 12 Kp 9 13 Kp
5 13 Kp 10 13 Kp
Rata-rata Kekerasan = 12,55 Kp

7.2.4 Kerapuhan Tablet


Alat : Friability tester “ERWEKA”
Cara kerja :
 Hubungkan Friability tester dengan sumber arus.
 Masukkan sejumlah sampel tablet (20 tablet) bebas debu yang
telah ditimbang kedalam plastic chamber.
 Atur waktu pengukuran 4 menit sehingga Friability tester
beroperasi selama 100 putaran (kecepatan 25 rpm).
 Keluarkan sampel tablet dari plastic chamber.
 Bersihkan tablet dan timbang kembali.
 Bersihkan plastic chamber.
 Lakukan pengukuran sampel tablet berikutnya sesuai dengan
prosedur No. 2 dan seterusnya.
 Setelah pengukuran selesai, matikan Friability tester.
Kerapuhan (%) = Wo – W x 100%
Wo
Tabel IX. Kerapuhan Tablet
Replikasi Wo (g) W (g) Kerapuhan Tablet (%)
1 5,9856 5,9779 0,13
2 5,9779 5,9713 0,11
3 5,9715 5,9707 0,14
Rata-rata 5,9873 5,9707 0,13

7.2.5 Waktu Hancur Tablet


Alat : Tablet disintegration apparatus
Cara kerja :
 Hubungkan alat dengan sumber arus.
 Isi beker 1000ml dengan air sebagai immersion fluid.
 Atur suhu untuk memanaskan air 37 ± 2OC.
 Masukkan sebuah tablet pada setiap tube dari basket.
 Masukkan disk pada setiap tube.
 Letakkan basket pada beaker 1000ml (No. 2).
 Operasikan alat dengan menekan “Start”.
 Pada batas akhir waktu pengukuran, tekan “Stop”.
 Angkat basket dari air.
 Lakukan pengamatan terhadap tablet yang diuji.
 Tablet dinyatakan hancur bila tidak ada bagian tablet yang
tertinggal diatas kassa.
 Setelah selesai pengukuran, matikan alat.
Tabel X. Waktu Hancur Tablet
Replikasi Waktu Hancur Tablet (menit)
1 04:05
2 04:10
3 04:44
Rata-rata 04:20
7.2.6 Penetapan Kadar Tablet
Alat : Spektrofotometri UV
Cara kerja :
 Gerus 20 tablet.
 Ambil 25mg larutkan dengan etanol (2ml).
 Lalu cukupkan dengan aquadest hingga 100 (M1).
 Ambil 5 ml M1, cukupkan dengan 100 ml aquadest.
 Ukur serapan larutan sampel tersebut.
 Hasil yang didapat, masukkan ke persamaan garis kurva kalibrasi.
 Pembuatan Kurva Kalibrasi
 Buat larutan baku dengan konsentrasi 100 ppm, yaitu dengan
melarutkan 100 mg zat aktif dalam 1000 ml aquadest atau 25 mg
zat aktif dalam 250ml aquadest.
 Buat deret standart dengan konsentrasi 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm,
30 ppm dan 35 ppm yang diperoleh dengan mengencerkan larutan
induk diatas.
7.2.7 Uji Disolusi Tablet
Alat : Uji disolusi Tipe 2 ( Dayung )
Media disolusi : 900ml aquadest
Suhu disolusi : 37OC
Kecepatan : 50 rpm
Waktu disolusi : 45 menit
Waktu pengambilan cairan disolusi : 5, 10, 15, 30, 45 menit
Cara kerja :
 Isi alat dengan aqua dest sampai ½ nya.
 Isi cawan disolusi dengan aquadest sebanyak 900ml dan masukkan
kedalam alat.
 Nyalakan alat.
 Atur suhu sampai 37OC.
 Masukkan 1 tablet dalam cawan disolusi.
 Ambil 5ml zat hasil disolusi pada waktu 5,10,15,30,45 menit.
 Ganti pengambilan cairan disolusi tersebut dengan media disolusi
aquadest sebanyak 5ml.
 Dari 5ml larutan zat, diambil 1ml dan encerkan dengan aqua bidest ad
25 ml dalam labu ukur 25ml.
 Baca absorbannya dan hitung kadar disolusi dari obat tersebut.
BAB VIII
PEMBAHASAN

Pada pratikum ini kami melakukan pembuatan formula tablet dan evaluasi
granul. Evaluasi granul yang kami lakukan diantaranya adalah evaluasi bobot
jenis, bobot jenis nyata, bobot jenis mampat, waktu alir, dan sudut istirahat. Pada
pembuatan tablet paracetamol pembuatan kita membutuhkan bahan tambahan
seperti pengikat, pelicin, pengisi, lubrikan dan penghancur. Bahan pengikat yang
kami gunakan adalah mucilago amili, pelicin atau glidan yang digunakan adalah
talkum, penghancur kami gunakan amilum, lubrikan yang kami gunakan adalah
mg stearat, dan sebagai bahan pengisi kami menggunakan laktosa. Pembuatan
tablet paracetamol ini kami menggunakan metoda granulasi basah. Pemilihan
metoda ini karena sifat paracetamol yang kompresibilitas dan sifat alir yang
kurang baik.
Evaluasi terhadap granul yang telah jadi didapatkan hasil bahwa waktu alir
yang didapatkan sebanyak 6,026 dimana waktu alir tersebut menunjukan bahwa
kecepatan alir granul yang didapatkan baik. Selain waktu alir kita dapatkan
haustner ratio dengan hasil 1,2335 dimana angka tersebut menunjukan bahwa
granul yang dihasilkan tersebut baik.
Pada evaluasi tablet paracetamol kita lakukan keseragaman bobot dengan
menggunakan timbangan analitik dimana rata-rata yang didapatkan adalah 597,03
mg. Keseragaman ukuran menggunakan jangka sorong dimana rata rata tebal
ukuran tablet tersebut adalah 0,3 mm dan dengan rata-rata diameternya 1,24 mm.
kekerasan tablet menggunakan hardness tester dimana hasil yang didapatkan
adalah 12,55 Kp, kerapuhan tablet menggunakan friability tester, rata-rata hasil
yang didapatkan adalah 0,13 dan waktu hancur menggunakan dessintegration
tester dimana hasil yang didapatkan adalah 4 menit 20 detik.
Paracetamol digunakan sebagai obat antipiretik dimana paracetamol
tersebut dapat menurunkan demam, serta dapat sebagai obat analgesik yang
digunakan untuk sakit kepala ringan, sakit gigi, nyeri haid dan nyeri yang
dirasakan selama flu.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel. H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. diterjemahkan oleh


Farida Ibrahim., Asmanizar., Iis Aisyah., Edisi keempat. UI Press: Jakarta.

Ansel, H.C., Allen, L.V.Jr., and Popovich, N.G. 1999. Pharmaceutical Dosage
Form and Drug Delivery System, 7 th ed., Lippincot Williams and Wilkins,
USA. 244–268.

Banker, S.G., and Anderson, R.N. 1986. Tablet In Lachman, L. Lieberman, The
Theory and Practice of Industrial Pharmacy, 3rded., Lea and Febiger,
Philadelphia. 643-704.

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Khan, K.A. 1975. Concept of Dissolution Efficiency. J.Pharm Pharmacol. 48.


Parrott, E.L. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, 3th,
Burgess Publishing Company. Minneapolis. 76–82

Sulaiman, T.N.S. 2007. Teknologi & Formulasi Sediaan Tablet. Pustaka


Laboratorium Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah
Mada: Yogyakarta. 56 – 59, 198 – 215.

Voigt, R. 1984. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. diterjemahkan oleh


Soewandi, N. S., Mathilda, B. W. M., dan Samhuldi, Edisi V. Gadjah
Mada University Press: Yogyakarta. 165-168, 201-206.

BROSUR

Distamol TM
Tablet

KOMPOSISI
Tiap tablet mengandung :
Paracetamol 500 mg

FARMAKOLOGI
Cimol mengandung bahan aktif parasetamol.Paracetamol mempunyai efek mengurangi rasa
sakit/nyeri dan menurunkan demam.Parasetamol dimetabolisme oleh hati dan dikeluarkan
melalui ginjal.Parasetamol tidak merangsang selaput lendir lambung atau menimbulkan
perdarahan pada saluran cerna.Diduga mekanisme kerja parasetamol adalah menghambat
pembentukan prostaglandin.
Mekanisme kerja parace adalah sebagai analgesik antipiretik:
 Sebagai analgesik, bekerja dengan meningkatkan ambang rasa sakit, sehingga mengurangi
keluhan nyeri.
 Sebagai antipiretik, diduga bekerja langsung pada pusat pengatur panas dan hipotalamus,
sehingga menurunkan suhu tubuh

INDIKASI
Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi dan menurunkan demam

KONTRA INDIKASI
Gangguan fungsi hati

ATURAN PAKAI
Dewasa : 1 tablet 3-4 kali sehari
Anak-anak 6-12 tahun : ½ - 1 tablet, 3-4 kali sehari atau sesuai petunjuk dokter.

EFEK SAMPING
KOTAK

Duatamol TM
Tablet

Kemasan : kotak, 100 blister @10 tablet

Diproduksi oleh
PT. SOLIDA FARMA
PADANG-INDONESIA

KOMPOSISI
Tiap tablet mengandung
Paracetamol 500 mg

INDIKASI
Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi, dan menurunkan demam

ATURAN PAKAI
Dewasa : 1 tablet 3-4 kali sehari
Anak-anak 6-12 tahun : ½ - 1 tablet, 3-4 kali sehari atau sesuai petunjuk dokter

No. Reg : DBL2000102610A1


MD : JANUARI 2020
ED : Oktober 2021
Keterangan Lebih Lanjut Baca Brosur
ETIKET

KOMPOSISI INDIKASI
Tiap tablet mengandung :
Duatamol TM Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit

Paracetamol 500 mg kepala sakit gigi dan menurunkan demam


Tablet
ATURAN PAKAI
Dewasa : 1 tablet 3-4 kali sehari Simpan Ditempat Sejuk Dan Kering
Anak-anak 6-12 tahun : ½ -1 tablet, 3-4 Terlindung Dari Cahaya Matahari
kali sehari atau sesuai petunjuk dokter

No. Reg : DBL2000102610A1


Diproduksi oleh
MD : JANUARI 2020
Keterangan Lebih Lanjut Baca PT. SOLIDA FARMA ED : JANUARI 2024
Brosur PADANG-INDONESIA HET : Rp. 17.500

Anda mungkin juga menyukai