Anda di halaman 1dari 19

KIMIA MEDISINAL

HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR DENGAN AKTIVITAS OBAT OBAT


KEMOTERAPIKA

Disusun Oleh: Kelompok III


Nama : 1. Icha Zelva Melinda (1504055)
2. Widia Seprina (1504121)
3. Ariska Gustin (1604049)
4. Lilla Yuza (1604100)
5. Rifqi kasyur Rahman (1604128)
6. Jujur Krisnawati Gea (1704021)
7. Laura Reski Triananda (1704033)
8. Chelvin (1704057)
9. Satya Balisfa (1704071)
10. Hidayatun Najah Putri (1704093)
11. Inggit Evizard Putri (1704103)
12. Ilhamdi Sofnel (1704129)
Dosen Pembimbing: Diza Sartika, M.Farm,Apt

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA PERINTIS PADANG


YAYASAN PERINTIS
PADANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan pertolongannya kami dapat menyelesaikan rangkaian makalah yang
berjudul “HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR DENGAN AKTIVITAS
OBAT OBAT KEMOTERAPIKA”. Meskipun banyak rintangan dan
hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaanya , tapi kami berhasil
menyelesaikannya dengan baik .
Tentukan ada hal hal yang ingin kami berikan kepada semuanya dari
hasil makalah ini karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi
sesuatu yang berguna bagi kita bersama dan manyadari betapa pentingnya
kesehatan terutama bagian telinga dalam tubuh kita.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat membuat kita mencapai
kehidupan yang lebih baik dan kami berharap makalah ini akan bermanfaat
bagi pembaca.

Padang , 06 April 2020

Penulis

Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................
1.1. Latar Belakang …………………………………………............................
1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………..............
1.3. Tujuan Makalah …………………………………………...........................
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................
2.1.Definisi ...................................................................................................
2.2.Golongan Obat......................................................................................
2.3. Efek samping .....................................................................................
BAB III PENUTUP........................................................................................................
3.1. Simpulan ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan suatu sel yang tumbuh secara abnormal melalui proses
pembelahan yang terjadi sangat cepat dan tidak terkendali. Dari hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001 diketahui bahwa kanker
merupakan penyebab kematian nomor 5 di Indonesia setelah penyakit
kardiovaskular, infeksi, pernafasan, dan pencernaan. Selanjutnya, pada tahun
2007 menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) diketahui terdapat 4,3 per
1000 penduduk menderita kanker dan menurut WHO, pada tahun 2015
diperkirakan ada 9 juta orang dan akan meningkat menjadi 11,4 juta orang pada
tahun 2030 meninggal karena kanker. Jumlah penderita penyakit ini meningkat
hingga 6,25 juta orang setiap tahunnya dan dua pertiganya berasal dari negara
berkembang seperti Indonesia Dari banyaknya orang meninggal karena penyakit
kanker, maka munculah metode pengobatan kanker yang lazim digunakan seperti
kemoterapi, radiasi, dan operasi. Pengobatan tersebut bertujuan untuk
menghancurkan sel kanker, akan tetapi, metodemetode tersebut belum maksimal,
bahkan memberikan efek samping. Operasi tidak sepenuhnya efektif untuk
menghilangkan sel kanker yang telah tersebar (metastasis), radiasi dapat
membunuh sel normal lainnya, dan kemoterapi juga dapat menimbulkan
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dariantikanker?
2. Apa saja golongan obat dari antikanker?
3. Bagaimana efek samping dilihat dari struktur kimia?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui hubungan struktur aktivitas obat antikanker
2. Untuk mengetahui golongan obat antikanker
3. Untuk mengetahui efek samping yang akan timbul dari penggunaan obat
antikanker
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Obat antikanker adalah senyawa kemoterapik yang digunakan untuk
pengobatan tumor yang membahayakan kehidupan (kanker). Obat antikanker
sering dinamakan pula sebagai obat sitotoksik, sitostatik atau antineoplasma.
Tumor adalah istilah umum untuk menunjukan adanya pertumbuhan tidak
normal dari masa atau jaringan yang tidak embahayakan kehidupan. Tumor
terbentuk karena adanya mutasi pada biosintesis sel, yaitu kekeliruan urutan
ADN karena terpotong, tersubstitusi atau ada penngaturan kembali, adanya adisi
dan integrasi bahan genetik virus ke dalam gen dan adanya perubahan ekspresi
genetik. Tumor yang membahayakan (maligant tumor) disebut kanker, sedang
penyebab kanker disebut karsinogen.
Contoh senyawa karsinogenik antara lain adalah virus virus tertentu: senyawa
kimia hidrokarbon polisiklik aromatik: seperti benzo(a)piren, amin aromatik (2-
naftilamin, zat warna azo, aflatoksin, dialkilnitrosamin); beberapa produk kimia
alami, seperti safrol, sikasin, alkaloida pirolisidin dan b-asaron; serta radiasi
senyawa radioaktif, sinar UV atau sinar X.
Tujuan utama kemoterapi kanker adalah merusak secara seleltif sel tumor
yang berbahaya tanpa mengganggu sel normal. Tujuan ini sering mengalami
kegagalan dan sampai sekarang masih sedikit sekali obat anti kanker yang
bekerja secara selektif untuk pengobatan jenis kanker tertentu.
Kegagalan tersebut disebabkan antara lai:
1. Perbedaan morfologi dan biokimia sel normal dengan sel kanker kecil sekali
sehingga obat antikanker tidak ada yang selektif terhadap tumor tertentu
2. Banyak sel kanker bukan sesuatu yang asing bagi tuan rumah (host),
sehingga tidak menimbulkan respon imunologi. Hal ini berbeda pada infeksi
mikroba dimana pertahanan imunologis host berperan penting dalam
membantu kerja obat kemoterapi.
3. Sel kanker cepat menjadi kebal terhadap obat antikanker
4. Belum ada cara ideal untuk memperkirakan kegunaan terapetik obat
antikanker
5. Banyak obat antikanker bersifat sangat toksik misalnya dapat enekan respon
kekebalan
6. Banyak obat antikanker bersifat karsinogenik, teratogenik, dan mutagenik
Pengobatan kanker dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1. Pembedahan, terutama untuk tumor pada yang terlokalisasi, seperti
karsinoma pada payudara dan kolorektal
2. Radiasi, untuk pengobatan penunjang sesudah pembedahan dan juga utuk
pengibatan tumor yang sesuai seperti seminoma testikular dan karsinoma
nasofaring
3. Kemoterapi, untuk pengobatan tumor yang tidak terlokalisasi seperti
leukimia, koriokarsinoma, multipel mieloma, penyakit Hodgkin, limfoma
burkitt, dan juga digunakan untuk pengobatan penunjang setelah pembedahan
4. Endokrinoterapi, merupakan bagian dari kemoterapi, yaitu penggunaan
hormon tertentu untuk pengobatan tumor pada organ yang poliferasinya
tergantung pada hormon, seperti karsinoma payudara dan prostat
5. Imunoterapi, cara ini masih dalam penelitian dan pada masa mendatang
kemungkinan berperan penting dalam pencegahan mikrometastasis
Mekanisme kerja obat antikanker:
Proses kehidupan sel merupakan suatu siklus yang terdiri dari beberapa fase
sebagai berikut:
1. Fase mitotik (M), dimana terjadi pembelahan sel aktif
Setelah melalui fase ini, ada dua alternatif;
a. Menuju fase G1, dan memulai proses poliferasi
b. Masuk ke fase istrahat (G 0). Pada fase ini kemampuan sel untuk
berpoliferasi hilang dan sel meninggalkan siklus secara tak terpulihkan
2. Fase post mitotik (G1), tidak terjadi sintesis ADN, tetapi terjadi sintesis ARN
dan protein. Pada akhir fase G1 terjadi sintesis ARN optimal
3. Fase sintetik (S), terjadi replikasi ADN sel
4. Fase post sintetik G2, dimulai bila sel sudah menjadi tetraploid dan
emngandung 2 Adn, kemudian sintesisi ARN dan protein dilanjutkan.
Selanjutnya kembali ke fase mitotik, demikian seterusnya sehinggac
merupakan suatu siklus
2.2 Golongan Obat Antikanker
Obat antikanker dibagi menjadi lima kelompok yaitu Obat anti kanker dibagi
menjadi : senyawa pengalkilasi, antimetabolit, anti kanker produk alam, hormon,
golongan lain-lain.
A. Senyawa pengalkilasi
Merupakan senyawa reaktif yang dapat mengalkilasi DNA, RNA dan enzim-
enzim tertentu. Senyawa pengalkilasi dapat membentuk senyawa kationik
antara yang tidak stabil, diikuti pemecahan cincin membentuk ion karbonium
reaktif yang kemudian mengadakan ikatan kovalen dengan DNA, RNA atau
enzim sehingga menghambat mitosis sehingga menghambat pertumbuhan sel
kanker. Contoh senyawa pengalkilasi : mekloretamin, klorambusil, melfalen,
siklofosfamid, ifosfamid, busulfan, karmustin, tiotepa, prokarbazin, dan
mitomisin C
Mekanisme kerja:
Senyawa pengalkilasi dapat mebentuk senyawa kationik antara yang tidak
stabil, diikuti pemecahan cincin membentuk ion karbonium reaktif, Ion ini
bereaksi, melalui reaksi alkilasi, membentuk ikatan kovalen dengan gugus
gugus donor elektron, seperti gugus gugus karboksilat, amin, fosfat dan tiol,
yang terdapat pada struktur asam amino, asam nukleat dan protein, yang
sangat dibutuhkan untuk proses biosintesis sel. Reaksi ini membentuk
hubungan melintang (cross-linking) antara dua rangkaian ADN dan
mencegah mitosis. Akibatnya proses pembentukan sel terganggu dan terjadi
hambatan pertumbuhan sel kanker.
Mekanisme reaksi alkilasi senyawa nitrogen mustar dengan protein sel
kanker dijelaskan sebagai berikut:

Struktur dan dosis senyawa pengalkilasi:


Pembentukan senyawa antara reaktif beberapa senyawa pengalkilasi

CONTOH :
1. Klorambusil (Leukeran)
Merupakan obat yang bekerja lebih lambat dengan efek samping yang
lebih rendah dibanding turunan nitrogen mustar. Obat ini digunakan
untuk pengobatan leukemia limfositik kronik, limfosarkoma, karsinoma
ovarium dan testikular. Absorpsi obat dalam saluran cerna cukup baik,
dengan waktu paro plasma ± 1,5 jam. Dosis oral : 0,1-0,3 mg/kg bb/hari,
selama 3-6 minggu
2. Melfalan (Alkeran)
Digunakan untuk pengobatan mieloma, adenokarsinoma ovarium dan
kanker payudara. Dosis Oral : 0,15-0,3 mg/kg bb/hari, untuk 4-6 hari
3. Siklofosfamid (Cytoxan, Endoxan, Neosar)
Suatu pra-obat dihati diubah menjadi 4-hidroksisiklofosfamid dan
kemudian menjadi bentuk rantai terbuka. Bentuk ini mengalami
dekomposisi non-enzimatik menjadi fosforamid mustar dan akrolein.
Fosforamid mustar kemudian membentuk siklik menjadi ion aziridinium
dan ion inilah yang aktif berfungsi sebagai pengalkilasi.

Absorbsi siklofosfamid dalam saluran cerna tidak sempurna, kadar


plasma tertinggi dicapai dalam 1 jam setelah pemberian secara oral,
dengan waktu paro plasma 4-6 jam.
Dosis IV : 40-50 mg/kg bb dalam dosis terbagi untuk 2-5hari, dosis
pemeliharaan IV : 10-15 mg/kg bb setiap 7-10 hari atau secara oral 1-5
mg/kg bb/hari.
4. Ifosfamid (Holoxan)
Digunakan untuk pengobatan karsinoma bronki, pangkreas, payudara,
endometrial, serviks dan ovarium, tumor testis, sarkoma jaringan lunak
dan limfoma. Dosis I.V : 50-60 mg/kg bb/hari, selama 5 hari berturut-
turut.
5. Tiotepa (Thio-tepa)
Mengandung tiga gugus etilenaamin aktif yang dapat mengalkilasi guanin
pada posisi N-7. Tiotepa digunakan untuk pengobatan karsinoma bronki,
payudara,endometrial dan ovarium, sarkoma jaringan lunak dan limfoma.
6. Busulfan (Myleran)
Merupakan senyawa turunan ester metansulfonat, dapat berinteraksi
dengan senyawa tiol, seperti glutation dan sistein, membentuk senyawa
siklik sulfonium antara, yang pada in vivo segera diubah menjadi metabolit
3-hidroksi- tiolan-1,1- dioksida.

7. Prokarbazin
senyawa turunan hidrazin yang dengan adanya metaloprotein akan
teroksidasi menjadi azaprokarbazin,diikuti dengan terbentuknya isomer
hidrazon. Isomer ini akan terhidrolisis menjadi p-formil-N-
isopropilbenzamid dan metilhidrazin. Metilhidrazin kemudian teroksidasi
menjadi metildiazin, yang segera mengalami peruraian menjadi nitrogen ,
radikal metil dan radikal hidrogen. Radikal bebas metil inilah yang
berinteraksi dengan ARN pada sitoplasma sel. Reaksi pembentukan
radikal di atas adalah sebagai berikut:
B. Antimetabolit
Antimetabolit adalah senyawa yang dapat menghambat jalur metabolit
yang penting untuk kehidupan dan reproduksi sel kanker, melalui
penghambatan asam folat, purin, pirimidin dan asam amino, serta jalur
nukleosida pirimidin, yang diperlukan pada sintesis DNA.
Hambatan replikais ADN dapat secara langsung maupun tidak langsung
sehigga menyebabkan sel tidak berkembangbiak dan mengalami kematian.
Spektrumnya lebih sempit dibanding golongan antikanker lain. Struktur
antimetabolit berhubungan erat dengan struktur metabolit normal dan bersifat
sebagai antagonis. Beberapa antimetabolit merupakan pra-obat, didalam
tubuh mengalami metabolisme menjadi bentuk aktifnya. Antimetabolit
menimbulkan efek samping cukup besar, seperti leukopenia,
trombositonemia, anemia dan perdarahan saluran cerna.
Berdasarkan sifat antagonismenya antimetabolit dibagi menjadi empat
kelompok, yaitu antagonis pirimidin, antagonis purin, antagonis asam folat
dan antagonis asam amino.
1. Antagonis Pirimidin
Antagonis pirimidin pada umumnya berupa pra-obat, secara invivo
mengalami anabolisme menjadi senyawa aktif, yang dapat mempengaruhi
sintesis DNA pada fase awal dengan menyebabkan kekosongan asam
timidilat sehingga sel mengalami kematian. Contoh: 5-fluorourasil,
sitarabin, tegafur dan floksuridin.
Mekanisme Kerja :
Floksuridin dan 5-fluorourasil menjadi aktif setelah mengalami
anabolisme menjadi 5-fluoro-2deoksiuridin 5-monofosfat. Hasil
anabolisme merupakan senyawa penghambat timidilat sintetase,suatu
enzim yang mengkatalisis metilasi asam deoksiuridilat menjadi asam
timidilat. Hal ini brhubungan dengan aktivitas antikankernya karena
hambatan enzim menyebabkan kekosongan asam timidilat sehingga
mencegah sintesis DNA dan menyebabkan kematian sel kanker.
a. 5-Fluorourasil (Adrucil)
Untuk pengobatan tumor padat, seperti kanker usus besar, rektal,
lambung, pankreas dan karsinoma payudara. Absorbsi obat dalam
saluran cerna rendah sehingga biasanya diberikan secara Iv. Waktu
paruh ± 10 menit dan akan hilang dalam waktu ± 3 jam. Dosis Iv: 7-
12 mg/kg bb 1 dd, selama 4 hari berturut-turut.

b. Tegafur (futraful-E)
Tegafur (futraful-E) adalah pra-obat pada invivo dimetabolisis secara
perlahan-lahan menjadi 5-fluorourasil aktiv sehingga masa kerja obat
lebih panjang. Kadar plasma tertinggi obat dicapai ±6 jam setelah
pemberian oral. Dosis oral : 800-1200 mg/hari dalam dosis terbagi 2-4
kali.
c. Sitarabin (Sitosin arabinosida, alexan, cytosar-U, Erbabin)
Digunakan untuk pengobatan leukemia mielositik, dikombinasi
dengan 6-tioguanin, untuk pengobatan leukemia limpositik dan
meningeal. Waktu paruh distribusi obat ± 10 menit. Waktu paroh
eliminasi ± 1-3 jam. Dosos Iv infus : 0,5-2mg/ kg bb/hari.
2. Antagonis Purin
Pada umumnya adalah pra-obatdan menjadi aktif setelah mengalami
anabolisme menjadi nukleotida dan kadang-kadang menjadi turunan
diofosfat dan trifosfat.
Contoh antagonis purin :
a. 6-Merkaptopurin (Puri-Nethol)
Digunakan terutama untuk pengobatan kariokarsinoma dan leukemia
mielositik kronik. Absorpsi obat didalam saluran cerna cepat tetapi
tidak sempurna, kadar plasma tertinggi dicapai dalam ± 2jam. Dosis
oral atau Iv : 2,5 mg/kg bb/hari, dalam dosis tunggal atau terbagi .
b. Azatioprin (Imuran)
Azatioprin adalah pra-obat 6-merkaptopurin yang pada invivo secara
perlahan-lahan diubah menjadi senyawa induk aktif dan 1-metil-4-
nitro-tioimidazol. Waktu paroh eliminasi urin ± 24 jam dan efeknya
ditunjukkan 2-4 hari setelah pemberian. Dosis oral atau Iv : 3-5
mg/kg bb 1 dd.

c. 6-tioguamin
Tioguanin digunakan untuk pengobatan leukemia akut dan pada
umumnya dikombinasi dengan sitarabin. Dosis oral : 2-3 mg/kg bb 1
dd.
3. Antagonis Asam Folat
Antagonis asam folat bekerja secara tidak khas, dengan menghambat
secara bersaing dihidrofolat reduktase, suatu enzim yang mengkatalisis
reduksi asam dihidrofolat menjadi asam tetrahidrofolat. Antagonis asam
folat menghambat enzim timidilat sintesa dan menyebabkan kematian sel
karena kekurangan timidin. contoh : Aminopterin, metotreksat dan
ketotreksat.
Aminopterin dan metotreksat mempunyai struktur mirip dengan asan
folat.

Metotreksat digunakan untuk pengobatan leukemia limpositik,


leukemia limpoblastik akut dan leukemia meningeal. Pada pemberian
secara oral, Pada dosisi rendah absorpsi obat lebih cepat dibanding dosis
tinggi. Kadar plasma tertinggi dicapai dalam 1-2jam dan ± 50% obat
terikat oleh protein plasma. Dosis pral atau I.M. : 15-30 mg/hari, dan
dapat ditingkatkan 3-5kali bila diperlukan.
4. Antagonis Asam Amino
Glutamin dan asam glutamat bukan merupakan nutrien penting pada sel
normal, tetapi banyak sel tumor memerlukan kedua senyawa diatas untuk
proses kehidupannya. Glutamin dan asam glutamat merupakan donor
atom nitrogen dan gugus amino pada purin, guanin dan sitosin.
Antagonis gutamin dapat menghambat beberapa proses metabolik yang
memerlukan glutamin sebagai kofaktor. Aktivitas antikanker disebabkan
oleh kemampuan untuk menghambat fosforibosil formilglisinamidin
sintetase, suatu enzim yang mengubah formilglisinamida ribunukleotida
menjadi formilglisinamidin ribonukleotida.
Contoh antagonis asam amino: azaserindan 6-diazo-5-okso-L-norleusin
(DON).
a. Azaserin, didapatkan sebagai hasil isolasi dari Sterptomyces sp.
Azaserin dapat mengikat gugus sulfhidril (SH) sistein enzim sel
melalui ikatan kovalen.
Reaksi pengikat gugus SH sistein enzim oleh azaserin dijelaskan
sebagai berikut:

b. DON, mempunyai aktivitas penghambatan enzim yang lebih besar


dibanding azaserin dan dapat mengubah uridin nukleosida menjadi
sitidin nukleosida.
2.3 Efek Samping yang Mungkin Terjadi Dilihat dari Struktur
A. Golongan Pengalkilasi
1. Klorombusil
Derivat Aromatik : Khasiat dan penggunaannya sama, tetapi dapat
digunakan per oral. Efeknya lebih lambat, dan efek samping lebih ringan.
2. Melfalan
Derivat venil alamin : Efek kerjanya jauh lebih panjang, lebih kurang 6
jam. Efek samping bersifat hematologik, antara lain leukimia akut dan
depresi sum-sum tulang.
3. Siklofosfamid
Cincin posfat :Efek samping supresi sumsum, menimbulkan rontoknya
rambut
4. Busulfan
Alkil sulfonat : Berkhasiat myelo selektif. Efek sampingnya berupa supresi
sumsum tulang yang hebat dan berlangsung lama.
B. Golongan Antimetabolit
1. Merkaptopurin
Derivat Thiol : Berkhasiat sitostatik berdasarkan penghambatan sintesis
purin dan DNA disel-sel yang tumbuh pesat. Efek sampingnya merusak
hati.
2. Azatioprin
Derivat imidazoil purin : Memperkecil resiko penolakan oleh sistem imun
penerima
3. Fluorurasil
Derivat pirimidin : Merintangi sintesis DNA melalui proses saingan
dengan pirimidin. Efek samping myleo supresi, anoreksia, mual, diare
4. Sitarabin
Derivat idoksuridin : Berkhasiat virustatik dan sitostatik. Efek samping
depresi kuat sumsum tulang yang berakibat leukopenia, trombositopenia,
dan anemia serius akut.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Obat antikanker adalah senyawa kemoterapik yang digunakan untuk
pengobatan tumor yang membahayakan kehidupan (kanker). Obat antikanker
sering dinamakan pula sebagai obat sitotoksik, sitostatik atau antineoplasma.
Golongan obat antikanker yaitu :
1. Senyawa pengalkilasi
2. Antimetabolit
Tujuan utama kemoterapi kanker adalah merusak secara seleltif sel tumor
yang berbahaya tanpa mengganggu sel normal. Tujuan ini sering mengalami
kegagalan dan sampai sekarang masih sedikit sekali obat anti kanker yang
bekerja secara selektif untuk pengobatan jenis kanker tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Siswandono, dan soekardjo, bambang. (2000). Kimia medisinal. Edisi II.
Surabaya: Airlangga University Presss. Halaman: 305.
Https://Books. Google.co.id

Anda mungkin juga menyukai