Anda di halaman 1dari 2

1.

Regulasi proses perizinan apotek mengalami sedikit perubahan dari yang sebelumnya
tertera pada Permenkes No 9 tahun 2017 tentang apotek menjadi permenkes no 26 tahun
2018 tentang pelayanan izin berusaha terintegritas secara elektronik sektor kesehatan.
Dimana terdapat beberapa perbedaaan yang dapat diperhatikan mulai dari persyaratan
untuk memperoleh izin apotek yaitu terdapat penambahan syarat berita acara
pemeriksaan pada permenkes no.26.
Syarat yang lain masih sama seperti lokasi yang diatur pemerintah daerah
kabupaten atau kota dalam persebaran apotek diwilayahnya dengan memperhatikan akses
masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian dengan mengatur jarak antara
satu apotek dengan apotek lain, walaupun tidak tertulis dalam permenkes berapa
jaraknya, bangunan harus bersifat permanen sehingga bangunan memiliki keamananan ,
kenyamanan dan kemudahan untuk memberikan pelayanan, perlindungan dan
keselamatan pada semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang lanjut
usia
Sarana yang harus dimiliki oleh apotek berupa ruang yang memiliki fungsi
pelayanan penerimaaan resep, pelayanan dan peracikan, penyerahan sediaan farmasi dan
alat kesehatan, konseling, penyimpanan sediaan farmasi dan alat ,kesehatan, prasarana
instalasi air bersih, instalasi listrik, sistem tata udara, dan sistem proteksi kebakaran dan
peralatan semua peralatan yang dibutuhkan pelayanan kefarmasian seperti rak obat, alat
peracikan, bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi, komputer, dan sistem
pencatatan mutasi obat, formulir catatan pengobatan pasien serta ketenagaan yang wajib
dimiliki adalah apoteker sebagai apoteker penanggung jawab yang dibantu dengan
apoteker pendamping atau tenaga teknis kefarmasian.
2. Surat Izin Apotek berlaku 5 tahun, dimana syarat-syarat yang harus disertakan dalam
pengajuan berupa :
 Pengajuan permohonan tertulis dari Apoteker ke pemerintah daerah dengan
melengkapi administrasi seperti fotokopi STRA dengan menunjukan STRA asli,
fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak
Apoteker, fotokopi peta lokasi dan denah bangunan, daftar sarana - prasarana, dan
peralatan
 Terdapat juga izin kerja yang dimiliki oleh TTK yang berupa SIPTTK
 NPWP PSA ( Jika bukan apoteker yang menjadi PSA nya)
 Akte notaris berupa perjanjian antar apotek dengan PSA
 Surat persetujuan bangunan digunakan jika bangunan yang dipakai bukan miliki
pribadi PSA
 Denah lokasi apotek dan Tata ruang apotek
 Daftar kepustakaan wajib apotek
3. Perbedaan cara memperoleh SIA dengan apoteker sebagai APJ dan apoteker sebagai APJ
+ pemilik sarana apotek, terdapat pada syarat administrasi tambahan yang harus
dilengkapi berupa akte notaris yang berisi perjanjian kerja antara apoteker sebagai APJ
dengan pemilik sarana apotek, jika apoteker hanya sebagai APJ sedangkan jika apoteker
menjadi APJ dan pemilik sarana apoteker maka tidak perlu adanya akte notaris.
4. Pelanggaran terhadap ketentuan yang tertuang dalam permenkes dapat dikenakan sanksi
administratif berupa peringatan tertulis, penghentian sementara kegiatan, dan pencabutan
SIA.
Untuk Pencabutan SIA dilakukan oleh pemerintah daerah, berdasarkan atas hasil
pengawasan dan rekomendasi Kepala Balai POM, dilakukan setelah terdapat teguran
tertulis sebanyak 3 kali bertutrut-turut dengan tenggang waktu satu bulan, SIA juga dapat
langsung dicabut tanpa perlunya surat teguran karena melakukan pelanggaran berat yang
membahayakan nyawa.
5. Sarana yang harus dimiliki oleh apotek berupa ruang yang memiliki fungsi pelayanan
penerimaan resep, pelayanan dan peracikan, penyerahan sediaan farmasi dan alat
kesehatan, konseling, penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, prasarana
instalasi air bersih, instalasi listrik, sistem tata udara, dan sistem proteksi kebakaran dan
semua peralatan yang dibutuhkan pelayanan kefarmasian seperti rak obat, alat peracikan,
bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi, komputer, dan sistem pencatatan
mutasi obat, formulir catatan pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai