Anda di halaman 1dari 2

Tugas Farmasi Komunitas 18 sept 2021

1. Jelaskan perbedaan metode perencanaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP:


a. Consumption
Metode konsumsi didasarkan pada data konsumsi sediaan farmasi, sering dijadikan
perkiraan yang paling tepat dalam perencanaan sediaan farmasi, karena metode
konsumsi menggunakan data dari konsumsi periode sebelumnya dengan penyesuaian
yang dibutuhkan.
Perhitungan dengan metode konsumsi didasarkan atas analisa data konsumsi sediaan
farmasi periode sebelumnya ditambah stok penyangga (buffer stock), stok waktu tunggu
(lead time) dan memperhatikan sisa stok. Buffer stock dapat mempertimbangkan
kemungkinan perubahan pola penyakit dan kenaikan jumlah kunjungan (misal: adanya
Kejadian Luar Biasa). Jumlah buffer stock bervariasi antara 10% sampai 20% dari
kebutuhan atau tergantung kebijakan Rumah Sakit. Sedangkan stok lead time adalah
stok obat yang dibutuhkan selama waktu tunggu sejak obat dipesan sampai obat diterim
b. Morbidity
perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit dengan memperkirakan
keperluan obat–obat tertentu berdasarkan dari jumlah obat, dan kejadian penyakit
umum, dan mempertimbangkan pola standar pengobatan untuk penyakit tertentu.
Metode ini umumnya dilakukan pada program yang dinaikkan skalanya (scaling up).
Metode ini merupakan metode yang paling rumit dan memakan waktu yang lama,
disebabkan karena sulitnya pengumpulan data morbiditas yang valid terhadap
rangkaian penyakit tertentu. Tetapi metode ini tetap merupakan metode terbaik untuk
perencanaan pengadaan atau untuk perkiraan anggaran untuk sistem suplai fasilitas
kesehatan khusus, atau untuk program baru yang belum ada riwayat penggunaan obat
sebelumnya. Faktor yang perlu diperhatikan adalah perkembangan pola penyakit dan
lead time.
c. Proxy consumption
Proxy Consumption yang merupakan perhitungan kebutuhan berdasarkan epidemiologi
penyakit dan konsumsi masyarakat, sehingga dapat meminimalisir adanya barang atau
produk yang expired date. proxy consumption adalah metode perhitungan kebutuhan
obat menggunakan data kejadian penyakit, konsumsi obat, permintaan, atau
penggunaan, dan/atau pengeluaran obat dari Rumah Sakit yang telah memiliki sistem
pengelolaan obat dan mengekstrapolasikan konsumsi atau tingkat kebutuhan
berdasarkan cakupan populasi atau tingkat layanan yang diberikan.
d. Service-level projection of budget requirement

2. Jelaskan Kriteria dalam pemilihan dan pengadaan sed farmasi, alkes dan BMHP
 Bahan baku obat harus disertai Sertifikat Analisa. Setifikat Analisa yang dimiliki oleh
bahan baku merupakan salah satu pedoman atau keterangan mengenai berbagai
macam informasi tentang bahan baku, seperti kada, tingkat keamanan, kontaminan,
hingga sumber bahan
 Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS). Digunakan
sebgai pertimbangan efek samping yang terjadi dan juga efek toksisitas
 Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai harus mempunyai Nomor
Izin Edar. Dikarenakan itu nomor izin edar adalah identitas kelegalitasan produk yang
akan beredar di Indonesia dengan terdapat data-data mulai dari kegunaan, kontra
indikasi, stabilitas, serta tingkat keamanan produk.
 Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain),
atau pada kondisi tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan.
3. Mengapa supply chain mempengaruhi pharmacy inventory management ?
Supply chain merupakan perjalanan panjang proses obat mulai dari supplier, manifacutering
(pembuatan), Distibutor (PBF), Retailer (Apotek, Rumah sakit, Klinik dll), dan Coustomer (Pasien)
sehingga dapat mempengaruhi inventory atau penyimpanan, dimana penyimpanan merupakan
bagian paling besar dari asset dari tempat usaha sekitar 30-40%, tetapi biaya penyimpanan juga
sangat besar yaitu 20-40% dari nilai barang yang disimpan, sehingga diusahakan seminimal
mungkin terjadi penumpukan pada penyimpanan.
Dalam pekerjaan kefarmasian ketersediaan obat sangat sesuai untuk dilakukan oleh instalasi
farmasi karena dapat memberikan penghematan untuk biaya obat dan dapat merencanakan
jenis obat yang tepat dan dibutuhkan, karena karena pengelolaan yang tidak efektif dan efisien
akan memberikan dampak negative terhadap rumah sakit, baik secara medis maupun ekonomis.

Dapus
Ni Made Irma Febby Prasasti Dewi1 *, I Made Agus Gelgel Wirasuta1.2021. STUDI
PERENCANAAN PENGADAAN SEDIAAN FARMASI DI APOTEK X BERDASARKAN PERATURAN
MENTERI KESEHATAN NOMOR 73 TAHUN 2016, Indonesian Journal of Legal and Forensic
Sciences 2021; 11 (1) : 1 – 9 e-ISSN 2657-0815, p-ISSN 1979-1763

Lailatul Murtafi’ah1 , Fitriana Yuliastuti2 , Imron Wahyu Hidayat3. 2016. ANALISIS


PERENCANAAN OBAT BPJS DENGAN METODE KONSUMSI DI INSTALASI FARMASI RSUD TIDAR
KOTA MAGELANG PERIODE JUNI-AGUSTUS 2014. Jurnal Farmasi Sains dan Praktis, Vol. I, No. 2,
Februari 2016

Nina Puspitawati1*, Liza Pristianty2 , Abdul Rahem2 , Widawaty Hartono3. 2021. EFEKTIVITAS
PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT DENGAN METODE MORBIDITAS TERHADAP KETERSEDIAAN
OBAT KEMOTERAPI. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 6(1), Maret 2021, 133-142 p-ISSN: 2502-647X; e-
ISSN: 2503-1902

Anda mungkin juga menyukai