BIDANG APOTEK
90721001 Ridha Khoerunnisa Kosim 90721010 Kavin Romal
90721003 Yasmin Nur Aqila 90721012 Andi Mutiara Cahyani
90721005 Cynthia Angelina Lam 90721060 Hayunda I’zaaz Fajrin
90721008 Winny Marshelly 90721066 Elena Giaputri Giovanlie
01 05
Definisi dan Fungsi Pembinaan dan
Apotek Pengawasan
02 06
Persyaratan Pengalihan
Pendirian Apotek Tanggung Jawab
03 07
Perizinan Apotek
Perencanaan
dan Perubahan Izin
04 08
Penyelenggaraan Pengadaan
09 12
Penerimaan Pengendalian
10 13
Penyimpanan Pencatatan dan
Pelaporan
11 14
Pemusnahan dan Evaluasi Mutu
Penarikan Pelayanan
01
Definisi dan Fungsi
Apotek
Apotek
Sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.
Apoteker dibantu
Aman, nyaman, dan
Memiliki ruangan, apoteker pembantu,
Diatur Pemda memberi kemudahan
sarpras, dan alat tenaga teknis
Kab/Kota
yang diatur kefarmasian (TTK)
Bangunan permanen
dengan surat izin
Syarat Pendirian Apotek
Sarpras & Alat
Berlaku 5 tahun
Alur Permohonan SIA
1
Apoteker mengajukan
permohonan tertulis kepada
Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota
Alur Permohonan SIA
2
Permohonan tertulis ditandatangani oleh apoteker dan disertai dengan
kelengkapan dokumen administratif
3
Pemda Kab/Kota menugaskan tim pemeriksa
untuk melakukan pemeriksaan setempat, paling
lambat dalam 6 hari sejak menerima permohonan
dan dinyatakan telah memenuhi kelengkapan
dokumen administratif.
4
Tim pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaaan
setempat kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dilengkapi dengan Berita Acara
Pemeriksaan (BAP), paling lambat dalam 6 hari
sejak tim pemeriksa ditugaskan.
Alur Permohonan SIA 5
Pemda Kab/Kota menerbitkan SIA dengan tembusan
kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi, Kepala BPOM, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dan Organisasi Profesi, paling lambat
dalam 12 hari sejak laporan hasil pemeriksaaan
diterima dan dinyatakan memenuhi persyaratan.
6
Jika hasil pemeriksaan masih belum
memenuhi persyaratan, Pemda Kab/Kota
harus mengeluarkan surat penundaan
paling lambat dalam 12 hari kerja
Alur Permohonan SIA
7
Pemohon dapat melengkapi persyaratan
paling lambat dalam waktu 1 bulan sejak
surat penundaan diterima. Jika tidak, Pemda
Kab/Kota dapat mengeluarkan surat
penolakan.
Perubahan Izin Apotek
Perubahan izin apotek dilakukan dengan mengajukan permohonan perubahan izin
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Penyerahan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP dapat dilakukan untuk memenuhi
kekurangan jumlah produk ketika:
Penghentian sementara kegiatan Ketentuan mengenai tata cara pengambilan tindakan administratif
merujuk pada Peraturan Menteri
Pencabutan SIA (Surat Izin - Dilakukan oleh pemerintah daerah kab/kota berdasarkan:
Apotek) hasil pengawasan dan/atau rekomendasi Kepala Balai POM.
- Dilakukan setelah 3 kali teguran tertulis berturut-turut
dengan tenggang waktu masing-masing 1 bulan
- SIA dicabut tanpa peringatan: jika pelanggaran berat yang
membahayakan jiwa
- Keputusan pencabutan SIA disampaikan langsung kepada
Apoteker dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, Ka
Dinkes Prov, Ka DinKes Kab/Kota dan Kepala Badan
Pemerintah Daerah
Pengalihan tanggung jawab
kabupaten/kota menunjuk
disertai penyerahan dokumen
Apoteker lain untuk jangka
Resep Apotek, narkotika,
waktu paling lama 3 (tiga)
psikotropika, obat keras, dan
bulan
kunci penyimpanan narkotika
dan psikotropika
Data Apoteker pengganti
Dokumen
Dokumen
portal-dpmptsp.bandung.go.id/
portal-dpmptsp.bandung.go.id/
07
Perencanaan
Tujuan Perencanaan :
1. Memperkirakan jenis dan jumlah sediaan
farmasi, alkes dan BMHP yang mendekati
kebutuhan
2. Meningkatkan penggunaan sediaan farmasi,
alkes dan BMHP secara rasional
3. Menjamin ketersediaan sediaan farmasi,
alkes dan BMHP
4. Menjamin stok sediaan farmasi, alkes dan
BMHP tidak berlebih
5. Efisiensi biaya
6. Memberikan dukungan data bagi estimasi
pengadaan, penyimpanan dan biaya
distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan
dan BMHP
PROSES PERENCANAAN
1 Persiapan
2
Pengumpulan data.
Berdasarkan penggunaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP pasien periode sebelumnya (data konsumsi), sisa
stok dan data morbiditas
PROSES PERENCANAAN
3 Penetapan jenis dan jumlah sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang direncanakan menggunakan
metode perhitungan kebutuhan.
4
Evaluasi perencanaan
5
Revisi RKO jika dibutuhkan
6
Apotek yang bekerjasama dengan BPJS diwajibkan untuk mengirimkan RKO yang sudah disetujui oleh
pimpinan Apotek melalui aplikasi E-Monev.
Metode Perhitungan Kebutuhan
Metode Konsumsi
Didasarkan pada data konsumsi sediaan farmasi. Metode ini sering dijadikan perkiraan yang paling tepat
dalam perencanaan sediaan farmasi.
Rumus
A = (B + C + D) - E
A = Rencana Pengadaan D = Lead time stock
B = Pemakaian rata-rata per bulan E = Sisa stok
C = Buffer stock (tergantung dengan kelompok Pareto)
Metode Morbiditas
Adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit. Metode morbiditas memperkirakan
keperluan obat s/d obat tertentu berdasarkan dari jumlah, kejadian penyakit dan mempertimbangkan
pola standar pengobatan untuk penyakit tertentu.
Metode Perhitungan Kebutuhan
Metode Morbiditas
2) Menghitung kebutuhan jumlah sediaan farmasi, dengan cara jumlah kasus dikali jumlah obat
sesuai pedoman pengobatan dasar
Metode Perhitungan Kebutuhan
Contoh perhitungan dengan metode morbiditas :
Penggunaan oralit pada penyakit diare akut
Anak-anak
Satu siklus pengobatan diare diperlukan 15 bungkus oralit @ 200 ml.
Jumlah kasus 180
Jumlah oralit yang diperlukan = 180 kasus x 15 bungkus = 1.620 bungkus @ 200ml
Dewasa
Satu siklus pengobatan diare diperlukan 6 bungkus oralit @ 1 liter.
Jumlah kasus 108 kasus.
Jumlah oralit yang diperlukan = 108 kasus x 6 bungkus = 648 bungkus.
Metode Perhitungan Kebutuhan
Metode Proxy Consumption
Adalah metode perhitungan kebutuhan obat menggunakan data kejadian penyakit, konsumsi obat,
permintaan, atau penggunaan, dan/atau pengeluaran obat dari Apotek yang telah memiliki sistem
pengelolaan obat dan mengekstrapolasikan konsumsi atau tingkat kebutuhan berdasarkan cakupan
populasi atau tingkat layanan yang diberikan.
Dapat digunakan untuk perencanaan Apotek baru yang tidak memiliki data konsumsi di tahun
sebelumnya
Metode ini dapat menghasilkan gambaran ketika digunakan pada suatu Apotek dengan Apotek lain
yang memiliki kemiripan profil masyarakat dan jenis pelayanan. Metode ini juga bermanfaat untuk
gambaran pengecekan silang dengan metode yang lain.
Metode Perhitungan Kebutuhan
Metode Proxy Consumption
Metode ini dapat digunakan apabila data konsumsi dan morbiditas tidak fisibel, sehingga dapat
dilakukan ekstrapolasi data konsumsi dari daerah lain atau fasilitas kesehatan lain.. Perhitungan
kebutuhan dengan metode ini dilakukan berdasarkan jumlah penduduk, per 1000 penduduk, per service
(layanan) dan per fasilitas kesehatan (Hartayu TS, dkk. 2018).
Sumber: Peraturan BPOM No. 4 Tahun 2018 tentang Pengawasan Pengelolaan Obat,
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
SURAT PESANAN
Perpetual
Annual purchasing
purchasing
1 2 3 4
Scheduled planning
Kombinasi
09
Penerimaan
PENERIMAAN
Penerimaan adalah kegiatan untuk
menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan, dan
harga yang tertera dalam surat pesanan
(SP) dengan kondisi fisik yang diterima.
1 2 3 4
1 2 3 4 5
Kemasan tidak Dilakukan dengan
bersinggungan memperhatikan
langsung dengan bentuk sediaan dan
lantai. kelas terapi obat
serta disusun secara
alfabetis.
SPESIFIKASI TEMPAT PENYIMPANAN
Tersedia lemari
Tersedia rak/lemari pendingin untuk
serta pallet dalam penyimpanan obat
jumlah yang cukup tertentu (contoh:
suppositoria).
1 2 3 4
Tempat penyimpanan tidak
Jarak antara barang
diperbolehkan untuk
yang diletakkan di
menyimpan barang lain
posisi tertinggi dengan
yang dapat menyebabkan
langit-langit minimal 50
kontaminasi dan terlindung
cm
dari dampak yang tidak
diinginkan
SPESIFIKASI RUANGAN PENYIMPANAN
Ruangan harus Tersedia sistem
Langit tidak berpori dan bebas pendingin (AC, kipas
tidak bocor serangga dan angin, ventilasi) yang
binatang dapat menjaga suhu
pengganggu ruangan dibawah 25ºC.
1 2 3 4 5
Tersedia alat pemantau Memperhatikan
suhu pada ruangan dan kebersihan dan
alat pendingin yang kerapihan ruangan
sudah terkalibrasi. penyimpanan serta
lokasi harus bebas
banjir
PENYIMPANAN
PENANGANAN JIKA
STOCK OPNAME
LISTRIK PADAM
Sedapat mungkin tempat penyimpanan Stock opname adalah suatu kegiatan
termasuk dalam prioritas yang untuk memeriksa kesesuaian data antara
mendapatkan pasokan listrik cadangan stok obat yang ada di kartu stok (manual
(terdapat genset). Jika tidak, maka harus maupun elektronik) dengan stok fisik yang
dilakukan tindakan pengamanan dengan ada.
memindahkan obat dan/atau bahan obat
ke tempat yang sesuai. -> Narkotika & psikotropika: sebulan sekali
-> Selain narkotika & psikotropika: enam
bulan sekali
PENYIMPANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI
Lemari 2 Pintu
Sumber: alkesmandiri.com
11
Pemusnahan dan
Penarikan
Pemusnahan
Pemusnahan A ) Pemusnahan Obat
dilakukan pada
sediaan farmasi : Obat narkotika, Dilakukan oleh Perwakilan saksi dari
psikotropika, dan Apoteker Dinas Kesehatan
1. Kadaluarsa prekursor farmasi penanggung jawab Kabupaten/Kota
2. Tidak
Obat non narkotika, Dilakukan oleh disaksikan oleh tenaga
memenuhi psikotropika, dan Apoteker teknis kefarmasian lain
standar prekursor farmasi penanggung jawab yang sudah memiliki izin
mutu/rusak kerja atau izin praktek
3. Izin edar
dicabut Proses pemusnahan obat disertakan bukti laporan BAP
Berita Acara Pemusnahan Obat Kadaluarsa atau Rusak
Dinkes Kab/Kota dan/atau Balai Besar/Balai POM setempat menetapkan petugasnya untuk menjadi saksi
pemusnahan. Jika pemusnahan oleh pihak III, maka wajib disaksikan oleh pemilik narkotika, psikotropika,
dan prekursor farmasi dan saksi.
Sebelum pemusnahan, untuk bahan baku, produk antara, dan produk ruahan harus dilakukan sampling
untuk diuji terlebih dahulu oleh petugas berwenang.
Sebelum dilakukan pemusnahan dalam bentuk obat jadi, perlu dipastikan dahulu kebenarannya secara
organoleptik oleh saksi
Surat Berita Acara Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi
Dalam pengendalian penggunaan dilakukan, pencatatan untuk memonitor keluar dan masuknya
(mutasi) sediaan farmasi di Apotek. Pencatatan dapat dilakukan secara digital atau manual.
- Pencatatan manual dilakukan menggunakan kartu stok (berisi nama sediaan farmasi, tanggal
kadaluarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
- Kartu stok i untuk mendokumentasikan jumlah penerimaan dan pengeluaran produk termasuk
kondisi fisik, nomor batch dan tanggal kadaluarsa.
- Satu kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi satu jenis sediaan farmasi; data pada kartu
stok berfungsi dalam penyusunan laporan & rencana kebutuhan sediaan farmasi periode
berikutnya.
- Kartu stok obat diletakan dekat dengan sediaan farmasi ybs, pencatatan dilakukan setiap kali
ada mutasi (keluar-masuk, hilang, rusak, kadaluarsa).
Pencatatan Penyimpanan
Penyerahan
Pelaporan
Internal Eksternal
Untuk keperluan Untuk memenuhi kewajiban
manajemen apotek sesuai peraturan
perundang-undangan
Pencatatan & Pelaporan Obat Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor
Perlu untuk dilakukan
Seluruh dokumen pencatatan
pencatatan yang mencakupi:
disimpan setidaknya 3 tahun
Nama dan kekuatan
Dilakukan pelaporan rutin
Jumlah obat
kepada kepala dinkes setempat
Tanggal masuk/keluar
Parameter Penilaian:
● Kesesuaian dengan standar
● Efektifitas dan efisiensi
TERIMA KASIH
Daftar Pustaka
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2018. Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika,
dan Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian. BPOM RI, Jakarta.
Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 1949, Undang-Undang Obat Keras, Dirjen Pelayanan Kefarmasian
dan Alat Kesehatan, Jakarta.
Hartayu TS, dkk. 2018. Manajemen dan Pelayanan Kefarmasian di Apotek dengan Metode Problem-based Learning dalam Kerangka
Paradigma Pedagogi Reflektif. Yogyakarta : Sanata Dharma University Press. Halaman 44
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan,
dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi, Kementerian RI,
Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,
Kementerian RI, Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2017 tentang Apotek.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Petunjuk teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2013. Contoh Contoh Standar Prosedur Operasional (SPO) Praktik Apoteker Indonesia, IAI, Jakarta.
Islamic Republic of Afghanistan Ministry of Public Health General Directorate of Pharmaceutical Affairs. Quantification Guidelines for
Essential Medicines. 2014