a. Pelaku usaha wajib mengajukan permohonan izin usaha dan izin komersial melalui OSS (Online Single
Submission)
b. Pelaku usaha mengisi data secara lengkap termasuk NPWP. Setelah itu OSS akan menerbitkan NIB
c. Pelaku usaha wajib memenuhi dan menyampaikan pemenuhan persyaratan izin standar usaha ke OSS
d. Verivikasi; OSS akan meneruskan kepada DPMPTSP Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu setempat untuk dilakukan verivikasi. DPMPTSP akan meneruskan ke dinkes untuk dilakukan verivikasi.
Verivikasi dilakukan dengan melakukan crosscheck ke apotek untuk melihat kesesuaian apotek dengan data yang
sudah diinput
e. Sertifikasi; dinkes menerbitkan sertifikasi standar jika memenuhi syarat. Apabila tidak memenuhi maka pelaku
usaha diberikan waktu selama 1 bulan untuk memperbaiki
f. DPMPTSP akan melakukan notifikasi hasil dari verivikasi tersebut kepada sistem OSS berupa memenuhi
persyaratan/tidak
3. Memahami struktur organisasi di apotek
Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib mengurus SIPA di DINKES Kabupaten/Kota tempat pekerjaan
kefarmasian dilakukan. Permohonan SIPA harus melampirkan :
• Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN
• Surat pernyataan mempunyai praktek profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian
• Surat rekomendasi dari organisasi profesi
• Pas foto berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak dua lembar dan 3x4 cm sebanyak dua lembar
a) Apoteker mengajukan permohonan SIPA kepada kepala dinas kesehatan atau penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (PTSP) kabupaten/kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan.
b) Apoteker mengajukan permohonan SIPA sebagaimana dimaksud pada butir a menggunakan formulir sebagai berikut:
1) Formulir 1 untuk SIPA di fasilitas pelayanan kefarmasian (terlampir);
2) Formulir 2 untuk SIPA di fasilitas produksi (terlampir); atau
3) Formulir 3 untuk SIPA di fasilitas distribusi/penyaluran (terlampir).
c) Permohonan SIPA harus melampirkan:
1) fotokopi STRA dengan menunjukkan STRA asli;
2) surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum
dalam Formulir 4 terlampir atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari
pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum
dalam Formulir 5 terlampir;
3) surat persetujuan dari atasan langsung bagi apoteker yang akan melaksanakan pekerjaan kefarmasian di
fasilitas kefarmasian dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 6 terlampir;
4) surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan
5) pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 3 (tiga) lembar.
d) Dalam hal apoteker mengajukan permohonan SIPA di fasilitas pelayanan kefarmasian, untuk: 1) SIPA Kedua harus
melampirkan fotokopi SIPA Kesatu; atau 2) SIPA Ketiga harus melampirkan fotokopi SIPA Kesatu dan SIPA
Kedua.
e) Dalam mengajukan permohonan SIPA harus dinyatakan secara tegas permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan
kefarmasian.
f) Kepala dinas kesehatan atau penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) kabupaten/kota harus menerbitkan
SIPA paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap dengan
menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 7, Formulir 8, atau Formulir 9 terlampir.
6. PP 51 2009 tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten ApotekerMemahami peran
apoteker berdasarkan PP 51 tahun 2009
Industri (produksi obat) : 3 orang apoteker; QA,QC, Produksi IOT: 1 orang apoteker saja
PBF (pendistribusian obat) : 1 orang
Apotek (pelayanan kefarmasian) : APJ, APING
RS, Puskesmas Klinik, Apotek (pelayanan kefarmasian)
BPOM (pengawasan kegiatan kefarmasian dan pelayanan kefarmasian)
Dinkes (pengawasan kegiatan kefarmasian dan pelayanan kefarmasian)/ yg berhak menutup fasilitas kefarmasian
7. Mengetahui macam-macam SP
SP Reguler :
SP OOT :
SP narko : Hanya dapat dipesan di kimia farma
SP Psikotropika :
SP Prekursor : Di dalam isi SP prekursor harus terdapat nama obat beserta isi zat aktifnya.
NAMA OBAT. NAMA ZAT AKTIF. BENTUK DAN KEKUATAN SEDIAAN. SATUAN. JUMLAH
8. Mengetahui format buku pengelolaan obat (penerimaan barang, buku ED, buku defekta, buku incaso, kartu
stok, kartu stelling, buku gudang
Penerimaan barang: mencatat obat apa saja yang sudah dipesan dan diterima oleh apotek berdasarkan faktur
Buku ED: memuat ED dari setiap obat untuk menghindari adanya obat yang kadaluwarsa
Buku defekta: berisi daftar barang yang habis atau persediaan barang yang sudah menipis berdasarkan jumlah barang
yang tersedia sebelumnya sehingga akan dibuat surat pesanannya
Buku incaso: memuat rincian pembayaran terhadap barang-barang yang telah dipesan dan diterima oleh apotek dr
PBF
Kartu stok: mencatat jumlah obat yang masuk dan keluar
Kartu stelling: mencatat obat yang keluar masuk pada suatu etalase penjualan
Buku gudang: mencatat stok obat yang ada di apotek
9. Mengetahui format laporan OWA, psikotropika, dan narkotika
Psiko narko dilaporkan di SIPNAP setiap bulannya meskipun apotek tidak menjual psiko narko, diisi 0
Laporan OWA yang melaporkan PBF nya
10. Memahami definisi resep dan mampu melakukan skrining resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun
electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
Salinan resep adalah salinan tertulis dari suatu resep
11. Memahami tahap-tahap pelayanan resep
Resep yang datang dari pasien dilakukan skrining resep
Konfirmasi ulang nama, umur dan alamat pasien untuk memastikan identitas pasien di dalam resep.
Diperiksa obat yang tertulis di resep tersedia atau tidak. Jika ada, obat diberi harga, dilakukan penghitungan
total harga resep, Serta meminta persetujuan kepada pasien mengenai harga dan jumlah obat yang akan
diambil. Jika obat tidak ada, maka Apoteker dapat menawarkan kepada pasien penggantian obat dengan merk
yang berbeda namun kandungannya sama atau dengan obat generik. Jika pasien tidak bersedia maka dapat
ditawarkan pilihan lain yaitu untuk mencarikan obat ke apotek lain
Apabila pasien setuju dengan harga tersebut maka obat akan segera disiapkan, diracik (jika terdapat obat
racikan), diberi etiket, diperiksa, dikemas, dan dibuat copy resep jika obat belum diambil semua atau terdapat
tanda iter didalam resep.
Setelah obat selesai disiapkan, Apoteker akan memberikan informasi tentang pemakaian obat
12. Memahami tata cara dan ketentuan penyimpanan resep
Resep yang telah dilayani dikelompokkan sesuai dengan tanggal pelayanan dan jenis resep, kemudian diurutkan
sesuai dengan nomor resep. Resep dibedakan menjadi resep umum dan resep yang mengandung narkotika atau
psikotropika kemudian masing-masing dibendel. Pemisahan ini bertujuan untuk memudahkan membuat laporan.
Resep yang telah diterima disimpan dalam waktu minimal lima tahun, setelah melewati waktu ini resep dapat
dimusnahkan dengan membuat berita acara pemusnahan resep. Resep yang mengandung psikotropika diberi garis
bawah biru dan yang mengandung narkotika diberi garis merah. Resep yang telah dilayani dan dikelompokkan
selanjutnya direkap dalam buku penjualan resep. Pencatatan penerimaan resep dilakukan setiap hari.
13. Memahami tata cara dan ketentuan pemusnahan resep
Resep dimusnahakan max 5 tahun. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya
petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara
Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota.
14. Memahami prinsip-prinsip dasar Drug Manajemen Supply
15. Memahami hal-hal yang diperhatikan dalam seleksi dan perencanaan obat
Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan Apoteker di dalam melaksanakan perencanaan pengadaan barang, yaitu
memilih PBF yang memberikan keuntungan dari segala segi, misalnya harga yang ditawarkan murah, ketepatan
waktu pengiriman, diskon dan bonus yang diberikan besar, metode pembayaran yg sesuai.
Mempertimbangkan faktor: sisa barang, anggaran yang dimiliki, leading time
Metode perencanaan
a. Konsumsi: Data pemakaian tahun sebelumnya
b. Morbiditas: Pola penyakit pada wilayah tersebut
c. Proxy consumption: Metode proxy consumption adalah metode perhitungan kebutuhan obat menggunakan data
kejadian penyakit, konsumsi obat, permintaan, atau penggunaan, dan/atau pengeluaran obat dari Apotek yang
telah memiliki sistem pengelolaan obat dan mengekstrapolasikan konsumsi atau tingkat kebutuhan berdasarkan
cakupan populasi atau tingkat layanan yang diberikan. Metode proxy consumption dapat digunakan untuk
perencanaan pengadaan di Apotek baru yang tidak memiliki data konsumsi di tahun sebelumnya.
Apabila proses pengecekan telah selesai dan telah sesuai, faktur pembelian ditandatangani oleh penerima barang
yaitu apoteker atau asisten apoteker, kemudian diberi cap dan cap nama apoteker. Satu lembar copy faktur terakhir
diambil untuk arsip apotek, sedangkan faktur asli beserta copy faktur lainnya dikembalikan kepada petugas pengantar
barang. Barang yang diterima dihitung harganya untuk kemudian dijual
18. Memahami kaidah dalam display penyimpanan/penjualan barang
Barang yang telah diterima kemudian ditata ke dalam rak atau etalase pelayanan obat. Penyimpanan obat maupun
perbekalan farmasi disusun berdasarkan alfabetis, bentuk sediaan obat, farmakologi.
Barang yang datang diletakkan sesuai dengan tempatnya, apabila masih ada stok barang yang tersisa maka diletakkan
di depan agar dapat terjual terlebih dahulu dan barang baru diletakkan di bagian belakang, sistem ini yang
dinamakan First In First Out (FIFO). Sedangkan barang atau sediaan farmasi yang memiliki kadaluarsa lebih dekat
maka diletakkan di bagian depan agar dapat keluar terlebih dahulu, sistem ini yang dinamakan First Expired First
Out (FEFO)
Aspek khusus yang perlu diperhatikan:
A. Obat High Alert Obat High Alert adalah obat yang perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan terjadinya
kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), dan berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome)
Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas:
a. Obat risiko tinggi yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan
seperti, insulin, antidiabetik oral atau obat kemoterapeutik.
b. Penyimpanan obat LASA/NORUM tidak saling berdekatan dan diberi label khusus sehingga petugas dapat
lebih mewaspadai adanya obat LASA/NORUM.
c. Elektrolit konsentrat seperti natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnesium sulfat injeksi
B. Narko, Psiko
Lemari khusus penyimpanan Narkotika dan Psikotropika harus mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda, satu
kunci dipegang oleh Apoteker dan satu kunci lainnya dipegang oleh pegawai lain yang dikuasakan. Apabila Apoteker
berhalangan hadir dapat menguasakan kunci kepada pegawai lain.
C. Prekursor
21. Mampu melakukan penilaian kelayakan apotek baru melalui studi kelayakan (BEP, ROI, PBP)
22. Mengetahui format buku kas harian, buku besar, serta buku penjualan
Buku kas harian: mencatat atau mendokumentasikan seluruh kegiatan atau transaksi-transaksi yang telah dilakukan
meliputi penjualan, pembayaran, dan kebutuhan rumah tangga apotek yang ada di buku kas kecil.
Buku penjualan: memuat jumlah obat yang telah dijual dengan jumlah uang yang seharusnya diperoleh
Kartu Utang Piutang: Kartu ini digunakan untuk mengetahui hutang obat yang belum terbayarkan di PBF yang
selanjutnya digunakan untuk pembuatan neraca pada akhir tahun. Pembayaran utang dapat dilakukan secara tunai,
cek, atau giro. Kartu utang piutang terdiri dari tanggal, nomor faktur, jatuh tempo, jumlah, debet, kredit dan
keterangan
23. Mampu melakukan perhitungan indikator keuangan apotek (TOR, evaluasi rugi laba perbulan ataupun
pertahun)
24. Memahami macam-macam pajak serta memahami ketentuan dan tata cara perpajakan
Apoteker pemilik SIA
Apoteker yang bekerja di apotek orang lain
25. Mampu menghitung pajak penghasilan (pph 25, 21, 23, 29, 28)
Pph 25
Pph 21
Pph 23
Pph 29
Pph 28
26. Mampu menghitung pajak secara norma dan pembukuan serta mengetahui kelebihan dan kekurangannya
27. Memahami ketentuan tarif pajak
28. Mengetahui strategi pengembangan dalam pengembangan bisnis apotek (kelayakan tempat, kerjasama
dengan stakeholders, kebijakan harga, kebijakan pengelolaan obat, dan SDM
Tempat apotek didesain semenarik mungkin untuk meningkatkan minat pasien terhadap apotek
Melakukan kerjasama dengan praktik dokter/BPJS
Memberikan diskon terhadap pasien dengan SK berlaku
Mengelola SDM menjadi semakin berkualitas
Apabila apotek sudah berkembang maka tidak ada salahnya membuka cabang apotek yang baru
29. Mampu mengidentifikasi permasalahan-permasalahan dan menentukan assesment dalam pelayanan obat
berdasar resep ataupun swamedikasi
Swamedikasi merupakan pelayanan obat tanpa resep dimana pasien yang melakukan pengobatan sendiri. Pasien
datang ke apotek dengan langsung menyebutkan nama obat atau menunjukkan kemasan obat yang ingin dibelinya,
namun ada pula yang menjelaskan keluhan-keluhan yang dialaminya dan meminta saran pengobatan kepada
apoteker. Saran yang dapat diberikan apoteker dalam hal ini hanya untuk keluhan-keluhan yang ringan. Keluhan dan
kondisi yang berat dapat disarankan untuk berkonsultasi kepada dokter terlebih dahulu. Obat-obat yang bisa
diberikan yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, vitamin dan suplemen makanan, obat keras yang termasuk obat wajib
apotek (OWA), dan alat kesehatan.
Hal yg perlu diperhatikan: usia pasien, yg datang pasien sendiri atau keluarga pasien, ditanyakan keluhan sedetail
mungkin, sudah sakit berapa lama, alasan sakit, sebelumnya apakah sudah diberikan intervensi, adanya KI dengan
penyakit tertentu
30. Mengetahui penggolongan obat, baik obat bebas, obat bebas terbatas, OWA, obat keras non OWA, narkotika,
dan psikotropika
Obat bebas: obat yg dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa reseo dokter. Logo berwarna hijau. Contoh: PCT,
aspirin, zinc
Obat bebas terbatas: obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter namun disertai dengan
tanda peringatan pada labelnya.
P1 awas obat keras! baca aturan pakai (antimo, decolgen)
P2 awas obat keras! hanya untuk kumur jangan ditelan (gargarisme)
P3 awas obat keras! hanya untuk bagian luar badan (neo ultrasiline)
P4 awas obat keras! hanya untuk dibakar (asma sigaret)
P5 awas obat keras! tidak boleh ditelan (sulfanilamida steril)
P6 awas obat keras! obat wasir jangan ditelan (suppos)
Obat keras: obat-obatan yang hanya boleh diserahkan oleh apoteker dengan resep dokter
OWA: obat keras yang dapat diberikan oleh apoteker tanpa resep dokter dalam jumlah tertentu
Pil KB, metoklo, asetilsistein, bromhexin, salbutamol, terbutalin, nistatin, betametason. Kloram, gentamis, eritro
Clindamis, dexamet, diclofenak, ibuprof, ketokon, metilpred, omepraz, piroks, prednis, scopolam, sucral
Ranitidin, famotid, allo, cetirizine,
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku
Golongan I
Dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam proses produksi. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang
hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan, Contoh Cathinone, Etrytamine, DET (UU No 5/1997)
Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (UU No 5/1997) Contoh : Amphetamine,
Zipeprol
Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. (UU No 5/1997) Contoh
Cathine, Phenobarbital
Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi. (Permenkes 9-2015 Perubahan Penggolongan Psikotropika) Contoh
Diazepam, Ethinamate
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri dan menimbulkan ketergantungan. (PBPOM No 4 2018)
Gol 1: Heroin, kokain, Ganja
Gol 2: Morfin, Petidin, Fentanil, Metadon,
Gol 3: Codein, Polkodina, Propiram
OOT adalah obat-obat yang bekerja di sistem susunan syaraf pusat selain Narkotika dan Psikotropika, yang pada
penggunaan di atas dosis terapi dapat menyebabkan ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. contoh : Tramadol; Triheksifenidil; Klorpromazin; Amitriptilin; Haloperidol, dekstrometorfan (Perban
BPOM 2019 ttg pedoman pengelolaan oot)
Prekursor farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan
baku/penolong untuk keperluan proses produksi Industri Farmasi atau produk antara, produk ruahan dan produk jadi
yang mengandung efedrin, pseudoefedrin, norefedrin/fenilpropanolamin, ergotamin, ergometrin, atau potassium
permanganat.
31. Mampu membuat copy resep dan etiket dengan benar
Iter, det, dtd, dextr sin, oc, prn, da,
32. Mampu memberikan informasi dan konseling terkait dengan cara pakai, aturan pakai, penyimpanan, efek
samping, kontraindikasi, serta hal-hal yang perlu dihindari selama proses terapi
a. Dipastikan dahulu bahwa seseorang yang akan di KIE adalah seseorang yang menebus resep (konfirmasi kembali)
b. Perkenalan
c. Penjelasan tentang nama obat,
d. Jumlah, dan lama pengobatan
e. Indikasi/khasiat
f. Aturan pakai, diminum sebelum atau sesudah makan
g. Cara mengkonsumsi, Ex:
Oralit berbentuk serbuk, cara konsumsi dilarutkan dengan segelas air dan diminum sampai habis
Obat maag tabà kunyah
h. Cara memakai obat khusus, Ex: suppositoria, insulin pen dll
i. Hal-hal yang harus dihindari. Ex: ada inetraksi obat à jangan dikonsumsi bersamaan
j. Efek samping, ex: mengantuk jadi harus dihindari aktivitas yang memerlukan konsentrasi
k. Penyimpanan obat, ex: lacto, suppositoria di simpan dilemari es
l. Memberikan penjelasan tentang terapi nonfarmakologi à menjelaskan tentang kebiasaan baik dan hal yang harus
dihindari guna untuk menunjang kesembuhan dan keberhasilan terapi.
Konsultasi dengan Pasien Swamedikasi :
Beri informasi tentang :
- Jenis obat
- Bentuk sediaan
- Cara dan lama pemakaian
- Cara penyimpanan
- Kontraindikasi serta efek samping yang
mungkin ditimbulkan
TIPS MENYIMPAN OBAT:
ü Jangan menyimpan obat di tempat yang kotor, lembab, atau terkena sinar matahari langsung
ü Jangan menyimpan berbagai macam obat dalam
ü satu tempat
ü Simpan obat agar terhindar dari jangkauan anak
ü kecil
ü Simpan obat tetap dalam wadah/kemasan aslinya
ü Simpan supositoria di tempat dingin
ü Buang sisa obat yang sudah rusak dan sudah kadaluarsa
B. DISPENSING
Dispensing bertujuan untuk menyiapkan, menyerahkan dan memberikan informasi obat yang akan diserahkan kepada
pasien. Dispensing dilaksanakan setelah kajian administratif, farmasetik dan klinik memenuhi syarat. memastikan 5
tepat yakni, tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat rute, tepat waktu pemberian.
C. PIO
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker dalam penyediaan dan pemberian
informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
D. KONSELING
Konseling Obat merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime
questions
a) Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda? b) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat
anda? c) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah anda menerima terapi obat tersebut?
E. HOME PHARMACY CARE
F. PTO
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi Obat yang efektif dan terjangkau
dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping. Masalah terkait obat antara lain: 1) Adanya
Indikasi Tetapi Tidak Diterapi 2) Pemberian Obat Tanpa Indikasi 3) Pemilihan Obat Yang Tidak Tepat 4) Dosis
Terlalu Tinggi 5) Dosis Terlalu Rendah 6) Terjadinya Reaksi Obat Yang Tidak Diinginkan 7) Terjadinya Interaksi
Obat
G. MESO
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada
dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi
fisiologis. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional dengan menggunakan formulir