Anda di halaman 1dari 34

Kisi-kisi Ujian komprehensif CBT

PSPA ANGKATAN XXXII

PERUNDANG-UNDANGAN DAN TATA CARA PENDIRIAN APOTEK

 PMK No. 9 Tahun 2017 tentang APOTEK

- Persyaratan teknis izin apotek:


1. Apotek diselenggarakan oleh pelaku usaha perseorangan yaitu apoteker
2. Persyaratan memperoleh izin apotek:
a. STRA
b. SIPA
c. Denah bangunan
d. Daftar sarana dan prasarana
e. Berita acara pemeriksaan
- Apoteker mendirikan apotek dengan modal sendiri dan atau modal dari pemilik modal
baik perorangan maupun perusahaan.
- Apabila bekerja sama dengan pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian harus
dilakukan sepenuhnya oleh apoteker bersangkutan.
- Syarat pendirian:
a. Lokasi, bangunan
b. Sarana, prasarana
c. Peralatan
d. Ketenagaan
- Lokasi: pemda kab/kota dapat mengatur persebaran apotek di wilayahnya dengan
memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian.
- Tatacara izin apotek:
1. Apotek wajib memiliki izin berupa SIA, berlaku 5 tahun dan diperpanjang selama
memenuhi persyaratan.
2. Apoteker mengajukan permohonan tertulis ke pemda kab/kota dengan formulir 1.
3. Permohonan harus ditandatangani apoteker disertai kelengkapan dokumen
administrasi meliputi:
a. Fotokopi STRA dengan menunjukan STRA asli.
b. Fotokopi kartu tanda penduduk
c. FC NPWP apoteker
d. FC peta lokasi dan denah bangunan
e. Daftar prasarana, sarana, dan peralatan.
4. Paling lama 6 hari kerja sejak menerima dan dinyatakan memenuhi kelengkapan
dokumen administratif, pemda menugaskan tim pemeriksa untuk melakukan
pemeriksaan kesiapan apotek menggunakan formulir 2.
5. Tim pemeriksa melibatkan unsur dinas kesehatan, tenaga kefarmasian an tenaga lain
yang menangani bidang sarana dan prasarana.
6. Paling lama 6 hari kerja sejak ditugaskan, tim pemeriksa harus melaporkan hasil
yang dilengkapi BAP ke Pemda kab/kota menggunakan formulir 3.
7. Paling lama 12 hari kerja sejak menerima laporan dan dinyatakan lengkap pemda
menerbitkan SIA dengan tembusan ke dirjen, kadinkes provinsi, kabalai POM,
kadinkes kab/kota, dan IAI dengan formulir 4.
8. Jika dinyatakan belum lengkap pemda mengeluarkan surat penundaan paling lama 12
hari kerja dengan formulir 5.
9. Apabila tidak lengkap, maka pemda kab/kota mengeluarkan surat penolakan dengan
formulir 6.
10. Apabila terbitnya SIA melebihi waktu, apoteker dapat menyelenggarakan apotek
menggunakan BAP sebagai pengganti SIA.
11. Penerbitan SIA harus bersamaan dengan terbitnya SIPA dan berlakuknya mengikuti
SIPA.
12. Apabila belum lengkap, apoteker melengkapi maksimal 1 bulan sejak surat
penundaan diterima.
- Perubahan:
1. Perubahan alamat lokasi yang sama, atau pindah lokasi, apoteker pemegang SIA,
nama apotek harus dilakukan perubahan izin.
2. Perubahan tersebut wajib mengajukan permohonan perubahan izin kepada pemda
kab/kota.
3. Apotek yang melakukan perubahan alamat dilokasi yang sama atau nama apotek
tidak perlu dilakukan pemeriksaan oleh tim pemeriksa.
4. Tata cara permohonan perubahan izin bagi apotek yang melakukan perubahan alamat
dan pindah lokasi atau perubahan apoteker pemegang SIA seperti mengajukan ijin
pendirian.
- Apotek hanya dapat menyerahkan SF, Alkes dan BMHP kepada:
a. Apotek lain
b. IFRS
c. Instalasi farmasi klinik
d. Dokter
e. Bidan praktik mandiri

 PMK No. 44 tahun 2019 tentang PERUBAHAN PENGGOLANGAN


NARKOTIKA

- Permenkes ini menambah Narkotika Golongan I menjadi 175 dimana sebelumnya adalah
161. Sedangkan Narkotika Golongan II dan III tetap.
- Daftar obat yang ditambahkan:
1. Fentanil
2. MDMB
3. Siano cumil butinica
4. 5 fluoro AB pinaca
5. Cumil 5F P7AICA
6. CBL 2201
7. Eutilon
8. Dibutilon
9. BMDP

 PP 51 tahun 2009 tentang PEKERJAAN KEFARMASIAN


Apoteker boleh mengganti obat dari nama dagang ke generik dan sebaliknya atas
persetujuan dokter dan atau pasien.
 PMK no. 3 tahun 2015 tentang PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN,
DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN PREKURSOR
FARMASI
- Penyaluran narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi dilakukan berdasarkan:
a. SP  1 SP hanya untuk 1 jenis narkotika.
b. Laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO) untuk pesanan dari
puskesmas.
- Penyerahan narkotika, psikotropika farmasi hanya dapat dilakukan oleh:
a. Apotek
b. Puskesmas
c. IFRS
d. Instalasi farmasi klinik
e. Dokter
- Penyerahan narkotika, psikotropika farmasi harus berdasarkan resep asli dari dokter
- Penyerahan prekursor farmasi hanya dilakukan oleh:
a. Apotek
b. Puskesmas
c. IFRS
d. Instalasi farmasi klinik
e. Dokter
f. Toko obat.
- Penyimpanan narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi
Syarat penyimpanan dilemari khusus:
a. terbuat dari bahan yang kuat
b. tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda
c. harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk Instalasi Farmasi
Pemerintah
d. diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk Apotek,
Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan Lembaga
Ilmu Pengetahuan
e. e.kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang
ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
- Pemusnahan narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dilakukan dalam hal:
a. diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak
dapat diolah kembali
b. telah kadaluarsa
c. tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatandan/atau untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk sisa penggunaan;
d. dibatalkan izin edarnya
e. berhubungan dengan tindak pidana
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a. penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas pelayanan
kefarmasian/pimpinan lembaga/dokter praktik perorangan menyampaikan surat
pemberitahuan dan permohonan saksi kepada:
1. Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan, bagi Instalasi
Farmasi Pemerintah Pusat
2. Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan
Makanan setempat, bagi Importir, Industri Farmasi, PBF,Lembaga Ilmu
Pengetahuan, atau Instalasi Farmasi Pemerintah Provinsi
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas Obat
dan Makanan setempat, bagi Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi
Farmasi Klinik, Instalasi Farmasi Pemerintah Kabupaten/Kota, Dokter, atau
Toko Obat.
b. Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Dinas Kesehatan
Provinsi, Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanansetempat, dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota menetapkan petugas di lingkungannya menjadi saksi
pemusnahansesuai dengan surat permohonan sebagai saksi.
c. Pemusnahan disaksikan oleh petugas yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud
pada huruf b.
d. Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku, produk
antara, dan produk ruahanharus dilakukan samplinguntuk kepentingan pengujian oleh
petugas yang berwenang sebelum dilakukan pemusnahan.
e. Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadiharus
dilakukan pemastian kebenaran secara organoleptis oleh saksi sebelum dilakukan
pemusnahan.
- Pencatatan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
Seluruh dokumen pencatatan, dokumen penerimaan, dokumen penyaluran, dan/atau
dokumen penyerahan termasuk surat pesanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasiwajib disimpan secara terpisah paling singkat 3 (tiga) tahun.
- Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
1. Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan
laporan pemasukan dan penyaluran Narkotika,Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
dalam bentuk obat jadi kepada Direktur Jenderal dengan tembusan Kepala Badan.
2. Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah wajib membuat, menyimpan, dan
menyampaikan laporan pemasukan dan penyaluran Narkotika,Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
atau Kabupaten/Kota setempatdengan tembusan kepada Kepala Balai setempat
Pelaporan di lakukan menggunakan sistem elektronik disampaikan paling lambat
setiap tanggal 10 bulan berikutnya.

 PMK No. 73 tahun 2016 tentang STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI


APOTEK
- Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi:
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan MedisHabis Pakai
b. Pelayanan farmasi klinik
- Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi:
a. Perencanaan
b. pengadaan
c. penerimaan
d. penyimpanan
e. pemusnahan
f. pengendalian
g. pencatatan dan pelaporan
- Pelayanan farmasi klinik meliputi:
a. pengkajian Resep
b. dispensing
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
d. Konseling
e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacycare)
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

 Perka BPOM No. 7 Tahun 2016 tentang pedoman pengelolaan OOT yang sering
disalahgunakan
OOT Terdiri dari : tramadol, triheksilpenidil, klorpromazinm amitriptilin, dan haloperidol

FARMAKOPTERAPI

HIPERTENSI

Klasifikasi tekanan darah JNC 8:


Normal : <120/80 mmHg
Prehipertensi : 120-139/80-90 mmHg
Hipertensi stage 1 : 140-159/90-99 mmHg
Hipertensi stage 2 : ≥160/100 mmHg

Tujuan terapi:
- Menurunkan kesakitan dan kematian akibat hipertensi
- Menurunkan kejadian CV event, gagal jantung dan penyakit jantung.
- Target tekanan darah terkontrol <140/90 mmHg atau 140/90 mmHg pada hipertensi
denga diabetes melitus atau CKD non diabetik (JNC-8)
Terapi
Non farmakologi:
- Penurunan BB
- Pembatasan konsumsi garam
- Aktivitas fisik aerobik
- Mengurangi konsumsi alkhohol
- Berhenti merokok

Terapi farmakologi:
1. Angiotensin-converting enzyme (ACE) Inhibitor  lini pertama
Mekanisme: mengeblok konversi angiotensin I menjadi angiotensin II, vasokonstriktor
(poten), menstimulasi sekresi aldosteron, menghambat degradasi bradikinin &
menstimulasi substansi vasodilator lain (prostaglandin E2 & prostasiklin).
ESO: hipotensi akut, hiperkalemia, batuk kering (20%)
Kontraindikasi: kehamilan
Contoh obat: Captopril, lisinopril, ramipril, enalapril,imidapril

2. Angiotensin II receptor blockers (ARBs)  lini pertama


- Pilihan untuk pasien yang mengalami ESO ACEi
- Mekanisme : mengeblok secara langsung reseptor angiotensin II subtipe 2 (AT 2)
- ESO: Gangguan fungsi ginjal, hiperkalemia, hipertensi ortostatik
- Kontraindikasi: ibu hamil
- Contoh obat: candesartan, valsartan, losartan, irbesartan, telmisartan.

3. Calcium Channel blockers (CCB)


Mekanisme kerja: blokade kanal kalsium sensitif voltase  menurunkan masuknya
kalcium ekstrasel kedalam sel  relaksasi otot polos & otot jantung  vasodilatasi 
penurunan tekanan darah.
Jenis:
Dihidropiridine : amlodipin, nifedipin, nicardipin.
Nondihidropiridine: diltiazem, verapamil.
ESO:
Non dihidropiridine: bradikardia, blok AV, & HF; Anorexia, mual, edema perifer, dan
hipotensi; Verapamil - Konstipasi (~7% pasien).
Dihidropiridine: peningkatan denyut jantung (baroreceptormediated reflex), pusing,
kemerahan, sakit kepala, hiperplasia gingiva, dan edema perifer.

4. Diuretika
Mekanisme: volume plasma & stroke volume  CO menurun  Tek.darah menurun
Jenis:
- Tiazid: HCT
- Loops diuretika: bumetanide, furosemide
- Hemat kalium: spironolakton

ESO:
hypokalemia, hypomagnesemia, hypercalcemia, hyperuricemia, hyperglycemia,
dyslipidemia, and sexual dysfunction.
5. Central alfa 2-agonist
Mekanisme: Melalui stimulasi reseptor α2-adrenergic di otak  menurunkan sympathetic
outflow dari pusat vasomotor dan meningkatkan tonus vagal.
Obat: clonidin, metildopa
ESO: retensi garam dan air pada penggunaan kronis, depresi, hipotensi ortostatik, pusing,
dan efek antikolinergik.

Hipertensi pada populasi khusus:


1. HT pada geriatri
Risiko hipotensi ortostatik & terjatuh karena pusing lebih besar  dihindari penggunaan
Central α2-Agonists & α1-Receptor Blockers.
Obat HT yang aman: diuretika, ACE i, ARB (dosis inisial harus lebih rendah dari dosis
inisial umumnya).
2. HT pada anak-anak
umumnya berupa hipertensi sekunder (kidney disease)
Terapi : ACEi, AR ARB, β-blocker, CCB, & thiazide are all acceptable choices in
children
3. Hipertensi untuk ibu hamil
First line: labetalol, nifedipin, metildopa
Alternatif: beta blocker (selain atenalol) dan CCB
4. Krisis hipertensi
TD > 180/120 mmHg
5. HT urgensi
Kenaikan TD tidak disertai kerusakan organ yang progresif. Penurunan TD harus
dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam.
Obat: captopril, clonidine, labetalol
6. HT emergensi
Kenaikan TD disertai kerussakan organ yang progresif. Perlu tindakan penurunan segera.
Gol TD: <140/90 mmHg.
- 5 menit s/d 120 menit pertama TD rata-rata (mean arterial blood pressure) diturunkan 20-
25%.
- 2 s/d 6 jam kemudian TD diturunkan sampai 160/100 mmHg.
- 6-24 jam berikutnya diturunkan sampai <140/90 mmHg bila tidak ada gejala iskemia
organ.
- Terapi: clonidine, diltiazem, nicardipine, labetalol, nitroprusside.
DISLIPIDEMIA

Penyebab sekunder ketidaknormalan lipoprotein:


- Hiperkolesterolemia.
- Hipertrigliserida.
- Hipokolesterolemia
- Low HDL
Faktor resiko mayor:
- Kebiasaan merokok.
- TD >140/90 mmHg atau dalam pengobatan hipertensi.
- HDL rendah (<40 mg/dl)
- Riwayat penyakit CHD

- Usia ( pria >= 45 th, wanita >= 55 tahun)

goal terapi:
kolesterol total: <200
LDL : <100 (normal), >130 (high)
HDL : ≥ 60 mg/dl (high), <40 (low)
Trigliserida :
- Normal : <150
- High : >200

Tipe dislipidemia:
- I : Hiperkilomikronemia
- IIa : LDL meningkat (statin, cholesterolamin, niacin).
- II b: LDL dan VLDL meningkat (statin, fibrat, niacin).
- III : Broad Beta VLDL (fibrat, niacin)
- IV : VLDL dan trigliserida (fibrat, niacin)
- V : kilomikron Sn VLDL meningkat (fibrat, niacin).

Penggolongan obat:
1. Bile acid resins (BARs)
Mekanisme: Berikatan dengan asam empedu di lumen usus  menurunkan jumlah
asam empedu  menstimulasi sintesis asam empedu dari kolesterol.
Efek terapi : menurunkan kolesterol, menurunkan LDL, meningkatkan VLDL
ESO: konstipasi, kembung, rasa penuh di daerah epigastrik, mual  diatasi dgn
memperbanyak minum, menggunakan enema/sejenisnya.
Contoh: kolestiramin
2. Niacin
Mekanisme: Menurukan sintesis VLDL hepatik  menurunkan sintesis LDL;
Menurunkan katabolisme HDL  meningkatkan jumlah HDL.
Efek terapi: menurukan kolesterol, trigliserida, LDL, VLDL; meningkatkan HDL.
ESO: kulit gatal dan kemerahan (diatasi dengan aspirin 325 mg sebelum minum
niacin), hiperurisemia, hiperglikemia
Contoh obat: niacin
3. HMG-CoA reductase inhibitor
Mekanisme: Menghambat enzim 3-hydroxy-3-methylglutaryl coenzyme A (HMG-
CoA) reductase  mengganggu konversi HMG-CoA menjadi mevalonate 
menurunkan sintesis LDL & meningkatkan katabolisme LDL.
Efek terapi: menurunkan kolesterol, menurunkan LDL,
ESO: rabdomiolisis
Contoh obat: statin (simvastatin, atorvastatin, lovastatin, pitavastatin,
rosuvastatin)
4. Fibrate
Mekanisme: Menurunkan sintesis VLDL, Meningkatkan kecepatan pembersihan
lipoprotein kaya trigliserida (VLDL)
Efek terapi: Menurunkan kolesterol, trigliserida, LDL, VLDL; meningkatkan HDL.
ESO: gangguan GI, rabdomiolisis
Contoh obat: gemfibrozil, fenofibrat
5. Inhibitor absorpsi kolesterol
Mekanisme: mengganggu absorbasi kolesterol di brush border di intestinal.
Efek terapi: menurunkan kolesterol dan LDL
ESO: gangguan GI
Contoh obat: ezetimibe
Dislipidemia khusus:
1. Low HDL kolesterol
Terapi: fibrat dan niacin.
2. Diabetik dislipidemia
Karakteristik: TG meningkat, HDL rendah, LDL meningkat
Target terapi: LDL<100 mg/dl
Terapi:
LDL > 130 mg/dl  TLC (terapetic lifestyle changes) diet dan statin.
LDL 100-129 mg/dl  Kontrol glukosa + fibrat dan niacin.
DIABETES MELLITUS

Klasifikasi:
1. DM tipe 1 (insulin dependent)
Penyebab: kerusakan sel beta pankreas
2. DM tipe 2 (non insulin depedent)
Penyebab: resistensi insulin, kegagalan atau ketidak mampuan sel-sel sasaran insulin
untuk merespon insulin scr normal
3. Diabetes melitus gestasional
Diabetes yang timbul selama masa kehamilan
4. Pradiabetes
Dua tipe:
- Impaired Fasting Glucose (IFG)  Kadar glukosa darah puasa: 100-125 mg/dl (normal
<100mg/dl)
- Impaired Glucose Tolerance (IGT) atau Toleransi Glukosa terganggu (TGT)  Kadar
glukosa darah pd uji toleransi berada di atas normal tp tdk cukup tinggi utk dikategorikan
pd DM

Gejala khas:
1. Poli fagi: banyak makan
2. Poli dipsi: banyak minum
3. Poli uria: banyak kencing

Kriteria diagnosis:
Diagnosis Kadar gula plasma puasa Kadar gula plasama 2 jam PP
(FPG)
Normal <100 mg/dl <140 mg/dl
Pra diabetes (IFG) 100-125 mg/dl -
Pra diabetes (IGT) - ≥140 mg/dl dan <200 mg/dl
Diabetes ≥ 126 mg/dl ≥200 mg/dl

Komplikasi:
1. Akut
Hipoglikemia  kadar glukosa plasma <50 mg/dl
pengatasan: air gula, berkalori, suntikan glukosa 40% IV , glucagon.
Hiperglikemia  kadar glukosa darah melonjak secara tiba-tiba.
2. Kronis
Makrovaskuler (px. DM tipe 2)  penyakit jantung koroner, peny. pembuluh darah
otak, peny. Pembuluh darah perifer.
Mikrovaskuler (px DM tipe 1)  retinopati, nefropati, neuropati

Goal terapi:
GDP : 80-129 mg/dl
GPP : 90-130 mg/dl
Glukosa darah (saat tidur) : 100-140 mg/dl
Glukosa plasma (saat tidur) : 110-150 mg/dl
Kadar insulin : <7%
HbAIC : 7 mg/dl
HDL : >45 (pria), >55 mg/dl (wanita)
TG : <200 mg/dl
TD : <130/80 mgHg

Terapi:
Obat hipoglikemik oral
1. Pemicu sekresi insulin  pilihan untuk pasien BB normal/kurang
Mekanisme: meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
ESO: hipoglikemia, peningkatan BB
Obat:
- Sulfonilurea  klopropamid, glibenklamid, glipizid, glikazid, glikuidon, glimepirid
- Glinid  repaglinid, nateglinid
2. Penambah sensitivitas insulin
Mekanisme: menurunkan resistensi insulin dg meningkatkan juml pentransport glukosa
shg meningkatkan ambilan glukosa di perifer.
ESO: meningkatkan BB, gangguan saluran cerna.
Obat:
Tiazolidindion  rosiglitazon, pioglitazon.
3. Penghambat glukoneogenesis  untuk pasien obesitas
Mekanisme: mengurangi produksi glukosa hati (glukoneogenesis) & memperbaiki
ambilan glukosa perifer
ESO: mual
Obat:
Biguanid  metformin
4. Penghambat glukosidase alfa
Mekanisme: mengurangi absorbsi glukosa di usus halus shg mempunyai efek
menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan
ESO: kembung, flatuen
Obat: acarbose
5. DPP IV-inhibitor
Mekanisme: Glucagon-like peptide-1 (GLP-1) merupakan suatu hormon peptida yg
dihasilkan oleh sel L di mukosa usus
ESO: Sebah, muntah
Obat: vildagliptin, sitagliptin, saxagliptin.

Insulin
Tipe insulin:
1. Basal insulin
- Intermediet insulin (insulatard)
- Long acting insulin (glargine= lantus, determire = levemir
2. Prandial insulin
- Short acting insulin (actrapid, humulin R)
- Rapid acting insulin (apidra, novorapid, humalog)
PEPTIC ULCER DISEASE

Terapi:
3 regimen : PPI + klaritromicin 500 mg + metronidazole 500 mg/ amoxicillin 1 g
4 regimen : PPI + bismuth subsalisilat 525 mg + metronidazole 250 mg + tetrasiklin 500
mg.

PPI : Omeprazole, lanzoprazole, esomeprazole, pantoprazole, dexlansoprazole.

ASMA

Faktor Pencetus Serangan Asma


• ISPA (rhinovirus,influenza, pneumonia dll)
• Alergen (debu, serbuk sari, kecoa dll)
• Lingkungan (udara dingin, asap rokok, polusi dll)
• Emosi: cemas, stres
• Olah Raga
• Obat: aspirin, ,Betabloker
• Makanan: susu, telur, ikan dll
• Spray: wangi-wangian, obat nyamuk
Gejala
Gejala awal  batuk (terutama malam hari), sesak nafas, nafas berbunyi (mengi), rasa berat
di dada, dahak sulit keluar
Gejala berat (mengancam jiwa)  serangan batuk yang hebat, sesak nafas yang berat dan
tersengal-sengal, sianosis, sulit tidur, kesadaran menurun
Terapi Farmakologi
 Obat Pelega (gejala akut: sesak, mengi, batuk)  dipakai saat serangan, fx u/
melebarkan sal. Nafas, pemakaian sering (asma tdk terkontrol)
 Obat Pengontrol (sebab: peradangan) dipakai rutin, fx u/ mengatasi peradangan,
mencegah/mengurangi frekuensi dan berat serangan
 Terapi Farmakologi:
1. Simpatomimetik (Selektif beta-2)
 Agonis beta-2 kerja diperlama : salmeterol, furmoterol
 Agonis beta-2 kerja singkat : albuterol, terbutalin
2. Xantin (aminofilin, teofilin, difilin)
3. Antikolinergik (ipatropium bromida, tiotropium bromida)
4. Kromolin sodium (antiinflamasi)
5. Kortikosteroid (deksametason, metil prednisolon, prednison, triamsinolon,
beklometason, budesonid, flutikason, flunisolid, mometason)
6. Antagonis Reseptor Leukotrien (Zafirlukast, Montelukast Sodium)
7. Obat penunjang (ketotifen fumarat, NAC)
 Terapi Serangan Akut
- Short acting β2 agonis (salbutamol, terbutalin)
- Antikolinergik (ipratropium bromida)
- Kortikosteroid (pengg jangka pendek pd saat serangan)
 Terapi Eksaserbasi (membebaskan obstruksi sal. Nafas & hipoksemia scr cepat;
mencegah kekambuhan)
- Penggunaan berulang beta 2-agonis kerja singkat (SABA) : salbutamol 2,5 mg
- Menggunakan kortikosteroid lebih awal (CS) : 0,5 mg Futicasone
- Oksigen

Terapi non Farmakologi


- Edukasi pasien
- Identifikasi & mengendalikan faktor pencetus
- Pemberian oksigen
- Banyak minum (utk menghindari dehidrasi)
- Pola hidup sehat (henti rokok, hindari kegemukan, senam asma)

INFEKSI BAKTERI DAN PARASIT

1. ISPA dan ISPB


Terapi Umum  penisiline, sefalosporin, makrolida, kuinolon
Hamil: hindari levofloxacin (ruptur tendon pd janin), cotrimozaxole (malformasi janin)

a. Otitis Media  1st line: Amoxicillin


2nd line: Co-amoxiclav, Cotrimoxazole, Sefalosporin 2, 3
Terapi Empiris : 5-10 hari
b. Sinusitis  1st line: Amoxicillin/co-amoxiclav, Cotrimoxazole, Eritromisin
2nd line: Sefalosporin 2, Makrolida, Kuinolon (Levofloxacin)
Terapi Empiris: 5-10 hari
c. Faringitis, Laringitis, Tonsilitis (dimulai 9 hari setelah muncul gejala)
 1st line: Co-amoxiclav
2nd line: Makrolida, Sefalosporin 2, 3, Kuinolon (Levofloxacin)
 Kasus gagal terapi : Klindamisin selama 10 hari
d. Bronkitis (5-14 hari)  1st line: Co-amoxiclav, Kuinolon
2nd line: Makrolida, sefalosporin
e. Bronkitis kronik dgn faktor resiko
 1st line: kuinolon
2nd line: beta laktam atau betalaktamase inhibitor
f. Bronkitis kronik tanpa faktor resiko (5-7 hari)
 1st line: makrolida
2nd line: sefalosporin 2, 3
3rd line; doksisiklin, amoxicilline, cotrimoxazole
g. Pneumonia
 Belum menggunakan AB
1st line: makrolida
2nd line; doksisiklin
 Sudah menggunkan AB
1st line: fluorokuinolon
2nd line; betalaktam + makrolida
 CAP : penisiline, klindamisin/aminoglikosida
 HAP : karbapenem, kuinolon, piperasilin

2. Tuberculosis
a. Kasus baru: 2HRZE + 4H3R3
b. Kambuhan: 2HRZE + 1HRZE + 5H3R3E3
- 1HRZE : regimen sisipan untuk menunggu hasil kultur resistensi
- Streptomicin dipakai jika resistensi etambutol.
- Kanamisin digunakan jika alergi streptomisin.
 Fase intensif: 2 bulan pertama
Fase lanjutan: 4 bulan selanjutnya.
 Efek samping obat:
1. Isoniazid : neuropati perifer/ kesemutan (diberi; piridoxin HCL)
2. Rifampisin : cairan tubuh berwarna merah, anemia hemolitik
3. Pirazinamid : gangguan GI, nyeri sendi (diberi aspirin)
4. Streptomisin : gangguan pendengaran, syok anafilaksis
5. Etambutol : gangguan penglihatan
 Interaksi:
Rifampisin (Induktor enzim) + pil KB : kegagalan obat KB oral.
Antasida + INH : menurunkan kadar INH (minum INH 2 jam sebelum
atau 6 jam sesudah antasida
INH : diminum pada saat perut kosong.
Wanita hamil : hindari streptomicin (menyebabkan ototoksik permanen.
 Resistensi:
- Mono resistan (TB MR) : salah satu OAT lini pertama
- Poli resisten (TB PR) : lebih dari satu OAT lini pertama
- Multi drug resisten (TB MDR) : isoniazid dan rifampisin secara bersamaan
- Extensive drug resisten (TB XDR) : TB MDR + salah satu OAT gol. Fluoroquinolon.
- Resisten rifampisin (TB RR) : rifampisin dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT.

3. Infeksi saluran kemih


ISK atas/ pyelonefritis  ada gejala tambahan
 Ciprofloxacin (7 hari), levofloxacin (5 hari), cotrimoxazole (14 hari)
ISK Bawah/cystitis  tidak ada gejala tambahan
 Uncomplicated : 1 st: nitrofurantoin (5-7 hari)
 Complicated : cotrimoxazol, ciprofloxacin, amoxicillin-klavulanat (7-10 hari)
 Profilaksis: cotrimoxazol, ciprofloxacin, nitrofurantoin (6 bulan)

Kondisi hamil: amoxicillin-klavulanat, sefalosporin selama 7 hari.

4. Infeksi saluran pencernaan


a. Kolera
Anak : erytromicin, azitromisin
Dewasa : doksisiklin, alternatif: tetrasiklinm eritromisin, azitromisin
(lama terapi: 3 hari
b. Disentri
Anak : shigella : azitromisin, ceftriaxone; histolitica : metrinidazole.
Dewasa : shigella :ciprofloxacin, levofloxacin, azytromicin
c. Diare
Anak : histolica: metronidazole; complibacter jejui : eritromicin/
fluoroquinolon; e.coli : azytromicin, ceftriaxone; C. Difficale : metronidazole,
vancomycin.
Dewasa : e. Coli : ciprofloxacin, azitromycin; C. Difficale : metronidazole,
vancomycin.
d. Thypus
Anak : ceftriaxone, azytromicin
Dewasa : ciprofloxacin, azytromicin
Ibu hamil : amoxicillin, sefalosporin

ESO Mayor:
Kloramfenicol : grey syndrome pada neonatus, anemia aplasia
Siprofloxacin : tendon ruptur, periferal neuropati
Klotrimoxazol : malformasi kongenital, abnormalitas kardiovaskuler pada
janin.

5. Demam tifoid
Diagnosa : uji widal
Terapi :
1 st: kloramfenikol, ampisilin atau amoxicillin, kotrimoksazol
2nd: seftriaxone, cefixime, quinolon.

6. Infeksi parasit  terapi utama: permetrin


a. Scabies : permetrin, benzil benzoat (hindari untuk anak)  gunakan diseluruh
tubuh, 3 hari berturut-turut
b. Kutu kepala : permetrin, fonetril (2 kali dengan jarak 7 hari)
c. Kutu pudis : permetrin, fonetrin, malation

7. Infeksi cacing
Terapi : pirantel pamoat (ESO: nafsu makan berkurang), mebendazole, piperazin
(untuk cacing askariasis, oksiurasis)
8. Penyakit menular seksual
a. Sifilis : stadium 1: benzatin, benzil penisilin; stadium : penisilin, prokain
selama 21 hari
b. Gonnoroea
1 st: cefixime, levofloksasin
2nd : kanamisin, tiamfenicol, ceftriaxone
Hamil: ceftriaxone
c. Clamidia
1 st: azitromicin, doksisiklin
2nd: eritromicin
Hamil: azitromicin/ amox
d. Herpes genital : asiklovir (7 hari), vansiklovir (7 hari)
e. Trikomoniasis : metronidazole
f. Candidiasis
1 st: myconazole, klotrimazole, fluconazole
2 nd : nistatin

Alergi penisilin:
Hamil : lakukan desensitisasi
Tidak hamil : doksisiklin (30 hari), eritromicin (30 hari)

9. HIV-AIDS
Terapi:
2NRTI + 1 NNRTI

ODHA belum diterapi : AZT atau d4T + 3TC (atau FTC) + EFV atau NVP
Perempuan hamil : AZT + 3TC + NVP

AZT : zidovudin
D4T : Stavudine
3TC : lamivudine
FTC : emtricitabine
EFV : efavirens
NVP : nevirapine

Ibu hamil, hindari:


1. Efavirens : efek teratogenik
2. Stavudine/didanosine : asidosis laktat
3. Nevirapine : pemantauan fungsi hati.

10. Malaria
Terapi:
a. Tanpa komplikasi
 Malaria falsiparum dan vivaks
1 st : Dihidroartemisin dan piperakuin (DHP) + primakuin atau artesunat-
amodikuin + primakuin.
2 nd : falsifarum: kina + doksisiklin atau tetrasiklin + primakuin; vivax : kina +
primakuin
 Malariae ovale
1 st: DHP atau artesunat-amodikuin
2 nd: kina + primakuin
b. Ibu hamil
 Malaria falciparum
Trimester 1: kina + klindamicin (7 hari)
Trimester 2 dan 3 : ACT tab 3 hari
 Malaria vivax
Trimester 1: kina (7 hari)
Trimester 2 dan 3 : ACT tab 3 hari
ACT
1. Kombinasi tetap (FDC) : DHP
2. Artesunat-amodikuin

PENYAKIT JANTUNG

 CAD (Coronary Artery Disease)

Kondisi Tatalaksana
Penyempitan arteri koroner Medikamentosa Primer
Manifestasi akhir  angina dan infark 1. Antiplatelet
Aspirin, CPG, tiklopidin
2. Penurunan Lemak
Faktor risiko: Ikuti tatalaksana hiperipidemia
- Diabetes (prevensi primer: golongan statin)
- Hipertensi
- Dyslipidemia
- Manpause
- Perokok
- Pria usia > 40 tahun
- Keturunan PJK
Terapi sesuai faktor risiko:
1. Beta bloker selektif
Bisoprolol, karvedilol atenolol
2. Nitrat
3. ISDN
4. ACEi dan ARB
Captopril, losartan, valsartan
 ANGINA
Ketidak seimbangan kebutuhan dan suplai aliran arteri koroner  manifestasi dari
CAD
Angina relief : angina stabil.
 ACS (Acute Coronary Syndrome) / SKA (SIndrom Koroner Akut)

STEMI: pembuluh darah arteri yang ada di jantung tersumbat total.


NSTEMI : pembuluh darah arteri jantung tidak tersumbat seluruhnya.
Initia treatment In- hospital management Discharge medication
Pengambilan suplai darah Dimulai ika px telah stabil Pengobatan seteah keluar
pada pembuluh darah yang setelah diberikan terapi dari RS
mengalami penyumbatan MONA
(STEMI, NSTEMI), dan
menghambat okluasi secara
penuh dan Infakr Miokard
(UA)
MONA (Morfin, Oksigen, Antikoaguan, antiplatelet,
Nitrogliserin, Aspirin) + beta fibrinolitik.
bloker
- Morfin
Diberikan secara iv sbg
analgesic dan vasodilator STEMI - Pemberian Aspirin
st
- Oksigen - 1 line: fibrinolitik seumur hidup:
Diberikan melalui kanula (untuk menurunkan risiko
nasal bila saturasi oks mengembalikan aliran kematian,kambuhya
<90%. darah pada pasien infark, dan stroke
- Nitrogliserin IV STEMI) - Penambahan terapi
infus jika pasien - PCI harus dilakukan beta bloker (seumur
menderita nyeri dada max 90 menit setelah hidup) dan statin
berkelanjutan gejala - Diberikan nitrogiserin
- Aspirin PO untuk - Fibrinolitik SL atau lingual spray
menginhibisi platelet diberikan max 30 - Beta bloker
- Beta bloker PO menit setelah masuk menurunkan insidensi
untuk mengurangi RS infark kambuhan,
denyut jantung, - Fibrinolitik spesifik namun KI pada
teanan darah, dan (tenecteplase, pasien HF dengan
kontraktilitas otot reteplase, alteplase) dekompensasi akut
jantung. Biasanya direkomendasikan - Tambah ACEi bila
digunakan dibanding agen non TD pasien tidak
metoprolol dan spesifik mencapai target
etenolol. (streptokinase) (130/80 mmHg)
- Terapi fibrinolitik
perlu penambahan
antiplatelet (aspirin
dan copidogrel) dan
atau/ antikoagulan
- Alternative : CABG

NSTEMI
- CABG’
- Antiplatelet dan atau
antikoagulan
 SYOK
Keadaan saat orang mengaami etidakcukupan perfusi oksigen dan zat-zat ain ke seluruh
tubuh yang ditandai dengan tekanan darah sistolik < 90 mmHg atau turun 40 mmHg dari
batas normal.
Penanganan umum:
a. Suplementasi O2 (4-6 L/min via nasal canula atau 6-10L/min menggunkan face mask).
b. Pemberian cairan tambahan berupa:
- Kristaoid NaCl 09%, RL
- Koloid : hidroksi etil starch, dextran, albumin
- Blood product

Jenis syok
Syok hipovolemik Terjadi kar77ena kekurangan volume intravascular
Pasien dengan TD <90 : dopamine 5 mcg/kg/min
Pasien dengan TD> 90: dobutamin 2 mcg/kg/min
Pasien > 70 tahun
- Dengan penumpukan cairan: 5% albumin
- Tanpa penumpukan cairan : dopamine 5 mcg/kg/min
Syok kardiogenik Terjadi karena kegagalan pompa jantung
Diberikan
- Inotropic agent (dopamine, dobutamin atau norepinefrin)
- Vasodilator (nitrogliserin)
- Antiplatelet agent
Syok sepsis, anafiaktik, Terjadi karena terjadinya vasodilatasi perfiferal.
atau neurogenic Diberikan
- Norepinefrin : pada pasien yang tida merespon dengan
pemberian cairan
- Epinefrin: jika penggunaan norepinefrin tidak optimal
- Fenilefrin: untuk pasien dengan takikardi
- Dobutamin: untuk pasien dengan kekurangan CO
- Vasopressin: untuk yang gagal menggunakan
catekolamin
ANEMIA

KLASIFIKASI ANEMIA

MAKROSITIK MIKROSITIK NORMOSITIK

berkaitan dengan kehilangan


sel lebih besar dari ukuran
sel ebih kecil dari normal jumlah sel darah dalam
norma
jumlah banyak

berkaitan dengan edfisiensi


berkaitan dengan defisiensi
folat dan b12 (yang berperan
besi (berperan dalam proses eritropoetin
dalam proses maturasi sel
produksi se darah merah)
darah merah)
Kondisi Parameter dan Tataaksana
keterangan
Anemia megalobastik Nilai MCV besar Sianokobalamin
Kadar B12 Asam foat
Kadar asam folat
Anemia aplastic Kelemahan, perdarahan - Agen imunosupresan :
gusi, bengka kaki serta MP, siklosforin
retikuosit dan WBC - Hemapoetic Growth
Factor: Filgastrim
- Agen antineoplastic:
Flludarabin
- Kelator: Deferoxamin
Anemia defisiensi besi MCV Fe sulfat, Fe fumarat
Serum ferritin
Anemia inflamasi Suplai besi tidak efektif Transfusi PRC  efektif namun
pada kondisi inflamasi pada pasien dengan keterbatasan
suplai oksigen dan nilai Hb 8-10
g/dL (80-100 g/L; 4,97-6,21
mmol/L)
Epoetin alfa : 5-100 unit 3 kali
seminggu dan darbepetin 9,45
mcg/kg sekali seminggu.
Anemia pada pediatri Prematur Transfusi RBC
9-12 bulan Besi sulfat, B12, asam folat
diobservasi berdasarkan hasil
klinis dan lab.
Sickle cell Sickle cell trait (SCT) Rekomendasi : imunisasi
Sickle cell disese (SCD) influenza,meningokokus,
pneumonia

Profilaksis: peisilin sampai usia


5 th,
Asam folat utk dewasa, ibu
hamil, dan pasien dengan
penyakit kronis..
SWAMEDIKASI

KULIT

1. Dermatitis / eczema
Dermatitis : Ruam di kulit yang disebabkan oleh adanya barang/sesuatu yang menempel di
kulit. Penyebab dermatitis kontak yang menyebabkan iritasi (muncul beberapa jam setelah
paparan) dan alergi (muncul beberapa hari setelah paparan).
 Tanda dan Gejala :
 Kulit kemerahan (Eritrema)
 Vesikel
 Crust
 Scaling
 Pruritus

Eczema : Sebutan yg diberikan untuk semua jenis inflamasi kulit, Atopic dermatitis
 Tanda-tanda dan gejala:
 Pruritus dengan: Hay fever, asthma, rhinitis alergi
 Bercak lebar kemerahan (erythrematous patches)
 Lichenification (karena digaruk terus menerus)

 Terapi :
 Dianjurkan untuk berhenti menggaruk
 Wet dressing
 Menghindari paparan allergen
 Melembabkan kulit (skin hydration) : emollients
 Topical corticosteroids : Krim hidrokortison (hanya dapat digunakan selama 1
minggu)
 Antipruritus : Antihistamin oral, Calamine

 Kapan harus dirujuk :


 Ada tanda-tanda infeksi (e.g. keluar cairan, crusting, menyebar)
 Kondisi yang parah (e.g. kulit pecah, berdarah)
 Pengobatan tidak berhasil : Kasus ringan - sedang karena iritas/alergi biasanya
sembuh/membaik dalam waktu 1 minggu, tidak ada perubahan gejala dalam waktu 1
minggu sebaiknya dirujuk ke dokter
 Sudah diderita lebih dari 2 minggu

2. Psoriasis (Langsung Dirujuk!!)


 Biasanya pasien langsung ke dokter
 Apoteker perlu mengenali gejala
 Distribusi simetris (siku, lutut, belahan pantat, pusar) tidak gatal
 Kuku biasanya berlesung, dan memisah dari dasarnya (long standing psoriasis)
 Biasanya ada bekas luka (psoriasis) pada bagian tubuh lain (long standing)

 Tanda dan Gejala :


 Biasanya kulit agak menebal (raised), lebar, memerah
 Area terbatas (simetris), bersisik.
 Area: punggung bawah, kulit kepala,telapak kaki
 Gejala tidak membaik karena stres : rendah diri, malu, depresi

 Terapi :
 Emmolients sering digunakan bersama dengan resep dokter
 Keratolitik : asam salisilat
 Calcipotriol : derivat Vit D (Daivobet, Daivonex)
 Kortikosteroid topical : pada kulit kepala
 Dithranol : tidak digunakan pada daerah genital (Anthralin)
 Methotrexate, etretinate or ciclosporin (cyclosporin).
Obat yang dapat memperparah psoriasis : Lithium, beta blocker, NSAID antimalarial

3. Jerawat/Acne
 Tanda dan Gejala :
 Lesi sering ditemukan pada wajah dan badan bagian atas
 Propionibacterium acne
 Inflamasi jaringan lemak (pilosebaceous unit) yang akan sembuh sendiri (self
limiting)
 Berupa pimples, black heads, cysts, and pustules
 Pada umumnya terjadi saat pubertas (18-25 tahun) karena adanya hormon androgen
 Bertambah parah (exacerbation) karena sumbatan atau tekanan pada kulit (acne
mechanica) atau karena stres (emosional)

 Terapi :
 Benzoyl Peroxide (2,5 – 5,0 – 10,0%) : 2 hari sekali selama seminggu, kemudian dua
kali sehari, sebelum ditingkatkan dosisnya dalam waktu 2-3 minggu, pemakaian
seluruh kulit wajah
 Potassium hydroxyquinoline
 Nicotinamide : 2 kali sehari, es : kulit kering dan iritasi

 Rujukan :
 Jika parah
Ringan: comedones tanpa inflamasi
Sedang: bercak-bercak jerawat dengan inflamasi yg tersebar tidak hanya di wajah
Berat (severe): jerawat sedang dengan kista (berisi nanah), jerawat menyebar ke bahu
dan punggung dan biasanya menimbulkan bekas luka
 Jika pengobatan jerawat tidak berhasil
 Jika dicurigai jerawat timbul karena obat
 Pasien yang menderita jerawat ringan tetapi tidak membaik dengan terapi obat selama
8 minggu, harus dirujuk ke dokter

 Non Farmakologi :
 Jangan stress
 Jangan gunakan make up
 Hidrokortison dapat memperparah jerawat
 Mencuci wajah secara teratur
4. Infeksi Jamur
a. Tinea Pedis (Kutu air) : Menyerang kulit antara kelingking kaki dan jari sebelahnya,
menyebar sampai telapak kaki.
 Tanda dan Gejala : Kemerahan, basah (maceration), bersisik (scaling), erosi,
vesikel, pustule, pruritus

b. Tinea corporis (Kudis ) : Tidak menyerang wajah, telapak tangan, telapak kaki dan
kulit kepala
 Tanda dan Gejala : Kemerahan, bersisik (scaling), plaque, hiperpigmented (merah
kecoklatan), bentuk bundar (sirkuler), vesikel (di pinggirannya), pustula (di
pinggirannya), pruritus

c. Tinea Cruris : selangkangan dan paha bagian dalam, mneyebar ke pantat


 Tanda dan Gejala : Biasanya bersifat bilateral, bersisik (scaling), plaque,
hiperpigmented (merah kecoklatan), pustula (di pinggirannya), papula (di
pinggirannya), pruritus

d. Tinea Versicolor
 Tanda dan Gejala : Plaque (bisa berwarna putih, pink, salmon, merah, kehitaman,
atau coklat), bersisik (scaling), plaque tumbuh dengan lambat, hilang pada saat
udara dingin, kembali pada saat udara panas dan lembab, pruritus

e. Candidiasis : Muncul pada daerah lipatan yang lembab (jari kaki, selangkangan,
ketiak, dan bawah payudara)
 Faktor Resiko : Suhu udara hangat dan lembab, penggunaan antibiotik,
penggunaan kortikosteroid, DM, obesitas, diaper rash.
 Tanda dan Gejala : Erythrema, Papula, Pustula, Erosi kulit karena Maserasi,
Kulit pecah-pecah (fissures), Some cases: kulit kering dengan sisik

 Terapi :
 Miconazole : 2 kali sehari sampai 10 hari setelah lesi hilang
 Klotrimazole : 2 – 3 kali sehari
 Pilihan lain : Asam benzoate dan asam salisilat, allylamines

 Kapan harus dirujuk?


 Jika menyerang area yg luas dari badan
 Jika gejala tidak membaik dengan OTC yang diberikan (lebih dari 2 minggu)
 Jika menyerang kulit kepala atau wajah
 Tanda-tanda infeksi bakteri (kuning, basah, bernanah)
 Pasien diabetes (kutu air)
 Jika sudah menyerang kuku kaki (kutu air)

 Non Farmakologi
 Kutu air: tidak memakai sepatu yg tertutup dan ketat, menular, sering mengganti
kaos kaki
 Tidak menggunakan krim kortikosteroid
SISTEM RESPIRASI

1. Batuk
 Terapi Farmakologi
 Batuk berdahak (Ekspektoran/Mengencerkan lender atau dahak) :
- Gliseril Guaikolat (hati2 Ibu hamil dan anak <2 th)
Dws: 100-200 mg (1-2 tab) tiap 6 atau 8 jam
Anak: 2-6 th : ½ tab (50 mg) tiap 8 jam
6-12 th : ½ -1 tab (50-100 mg) tiap 8 jam
- OBH
Dws: 1 sdm (15 mL) tiap 6 jam
Anak: 1 sdt (5 mL) tiap 6 jam

 Mukolitik (merangsang pengeluaran dahak)


- Bromheksin (Perhatian untuk tukak lambung dan ibu hamil trimester 1)
Dewasa : 1 tablet (8 mg) 3 x sehari (setiap 8 jam)
Anak : >10 tahun: 1 tablet (8 mg) 3 kali sehari (tiap 8 jam)
5-10 tahun : 1/2 tablet (4 mg) 2 kali sehari (tiap 12 jam)
- Ambroxol (Perhatian ibu hamil, busui, gang. Ginjal)
Dws: 1 tab 2-3x sehari
Anak: 1,2-1,6 mg/kgBB/hari
- Acetylcystein (NAC) (Perhatian asma)
Dws: 200 mg (1 kapsul) 3x sehari)

 Batuk Kering (Antitusif/Penekan batuk)


- Dekstrometorfan HBr (DMP HBr) (hati2 hepatitis, tidak untuk menghambat
keluarnya dahak, jangan + obat penekan SSP)
Dws: 10-20 mg tiap 8 jam
Anak: 5-10 mg tiap 8 jam
Bayi: 2,5-5 mg tiap 8 jam
- Difenhidramine HCl (menyebabkan kantuk, hati2 untuk asma, ibu hamil, busui,
bayi/anak)
Dws: 1-2 kapsul (25-50 mg) tiap 8 jam
Anak: ½ tab (12,5 mg) tiap 6-8 jam

 Terapi non Farmakologi


 Minum banyak cairan (air atau sari buah) akan menolong membersihkan
tenggorokan, jangan minum soda atau kopi.
 Hentikan kebiasaan merokok
 Hindari makanan yang merangsang tenggorokan (makanan dingin atau
berminyak) dan udara malam.
 Madu dan tablet hisap pelega tenggorokan dapat menolong meringankan iritasi
tenggorokan dan dapat membantu mencegah batuk kalau tenggorokan anda kering
atau pedih.
 Hirup uap air panas (dari semangkuk air panas) untuk mencairkan sekresi hidung
yang kental supaya mudah dikeluarkan. Dapat juga ditambahkan sesendok teh
balsam/minyak atsiriuntuk membuka sumbatan saluran pernapasan.
 Minum obat batuk yang sesuai.
 Kapan Dirujuk?
 Batuk selama 2 minggu atau lebih dan tidak ada perbaikan
 Warna sputum (kuning, hijau, merah)
 Nyeri dada
 Susah nafas/Shortness of breath/ Wheezing
 Batuk rejan atau batuk yang disertai sesak nafas
 Batuk di malam hari yang berulang terutama pada anak-anak
 Ada dugaan efek samping obat
 Kegagalan pengobatan

2. Influenza
 Gejala : demam >38C, batuk, sakit tenggorokan, rhinorrhea
 Kapan dirujuk?
 Sakit telinga yang tidak membaik dengan analgesik
 pasien bayi atau manula
 Mempunyai riwayat penyakit jantung atau paru seperti COPD, asma, gagal ginjal,
diabetes, comprimed immune system
 demam dan produksi sputum yang menetap
 Delirium
 Nyeri dada
 Pasien yang tidak membaik setelah 10-14 hari sejak farmasis memberikan terapi,
maka pasien direkomendasikan untuk ke dokter

 Terapi Non Farmakologi


 Menghirup uap air panas (2-3) kali sehari.
 Larutan garam dapur 0.9% dianggap lebih aman pada bayi dan anak-anak. Dapat
mengencerkan ingus yang kental dan juga dapat melegakan hidung tersumbat

 Terapi Farmakologi
 Dekongestan-Nasal Wash (Benzalkonium)
 Dekongestan po (KI: HTN, Asma)
 Pseudoefedrin, Fenilpropanolamin (PPA)
 Pain : PCT, Ibuprofen, Aspirin
 Antihistamin (memperpanjang kerja dekongestan 1-6 jam) : CTM, Prometazine,
Difenhidramin, Setirizine, Loratadine, Acrivastine

GASTROINTESTINAL
1. Konstipasi
 Tanda dan Gejala
 Feses keras dan kering.
 Ukuran feses kecil/besar saat keluar.
 BAB < 3 kali seminggu.
 Tegang saat defikasi.
 Rasa tidak nyaman pada perut.
 Defikasi dengan mengejan.
 Terapi :
 Osmotic laxative : Metilselulosa (4 – 6 g/day), Laktulosa ( 15 – 30 mL)
 Stimulant laxative : Bisacodyl (5 – 15 mg), Mg sulfat <10g
 Lubiprostone

 Kapan harus dirujuk?


 Konstipasi semakin memburuk.
 Ditemukan darah dalam feses.
 Berat badan turun signifikan.
 Konstipasi terjadi lebih dari 2 minggu.
 Pendarahan rektal.
 Anemia yang tidak jelas penyebabnya.
 Gagal dg obat OTC

 Non Farmakologi :
 Meningkatkan asupan cairan
 Menghindari obat2an yang menyebabkan konstipasi
 Surgery
 Modification diet

SAKIT KEPALA

Nyeri Kepala Cluster Tension Migrain


Frekwensi Daily, episodic, Daily, episodic Episodic, frequent
infrequent infrequent
Durasi 15-180 menit 30 menit-7 hari 4-72 jam
Tipe sakit kepala Berat, unilateral Ringan-sedang, Sedang-berat,
bilateral, tidak unilateral tapi bisa
berdenyut bilateral
Gejala mata merah berarir, Tidak Mual muntah,
hidung meler, hidung memperngaruhi photophobia,
tersumbat, kelopak aktivitas, tidak mual phonophobia
mata bengkak, muntah, photophobia,
berkeringat phonophobia

 Terapi non Farmakologi


- Hindari rokok dan kopi - latihan fisik untuk mengendurkan otot tegang
- Massage - hiburan
- Mandi air hangat
 Terapi Farmakologi
 Paracetamol (analgesic, antipiretik)
- Perhatian untuk pasien gang. Hati
- Dosis  Dws : 3-5x sehari 1 tab (500 mg)
Anak 3-12 bulan : 4-6x 60 mg
Anak 1-3 th : 4-6x 120 mg
Anak 6-12 th : 4-6x 240 mg
 Ibuprofen (direkomendasikan untuk pasien > 6bln dan diminum setalah makan)
- Dosis  Dws : 1,2-1,8 mg 3-4x sehari (400-600 mg tiap 6 jam)
Anak 6-24 bln : 50 mg terbagi 3-4x sehari
Anak 2-7 thn : 100 mg terbagi 3x sehari
Anak 7-18 thn : 200 mg terbagi 3x sehari
 Aspirin (analgesic, antipiretik, antiinflamasi  diminum setelah makan)
- Tidak direkomendasikan untuk demam pada anak dan bayi
- Dosis : 300-900 mg tiap 4-6 jam
 NSAID (Naproxen, Ibuprofen, Piroxicam, Diklofenak, Ketoprofen, Sulindac)
 Metoklopramide (khusus migrain karena ada mual muntah)
- Dosis  Dws : segera bila terjadi serangan migrain 1 tab (10 mg)
Anak : maksimal 0,5 mg/kgBB sehari
Suppositoria : 2-3x sehari 20 mg

 Kapan dirujuk?
 Bila ada tanda2 peninggian tekanan intra kranial, iritasi meningeal, penyakit
sistemik lain yg menyertai
 Bila telah minum obat adekuat namun nyeri tidak berubah
 Nyeri kepala kronik pd px dgn penyalahgunaan obat, gang. Psikologik
 Timbul nyeri akibat komplikasi dari pemakaian obat2an seperti pd penderita
asma/jantung
 Nyeri kepala timbul secara tiba2 (setelah aktivitas, batuk)
 Timbul nyeri kepala disertai perubahan kesadaran, ada gejala neurologi fokal, febris

MANAJERIAL

 Perhitungan harga jual diapotek


HJA = Harga jual + margin

Harga netto : belum termasuk PPN


HPP : Sudah termasuk PPN

 Perhitungan HPP

\
 Perhitungan break event point
 Perhitungan ROI

 Perhitungan ROA

 Perhitungan ROE

 Perhitungan EOQ

 Perhitungan ROP

 Perhitungan TOR/PP

 Perhitungan SS
PENGGUNAAN OBAT KHUSUS

ALAT KESEHATAN

Anda mungkin juga menyukai