74 - 83
74
Terapi Mual Muntah... (Nindya Shinta R., Bakti Surarso)
umum yaitu pemberian senyawa kimia untuk sebagai terapi definitif jika sitostatika diberikan
mencegah dan mengobati suatu penyakit. tunggal tanpa disertai modalitas terapi lain.
Kemoterapi secara khusus bermakna yaitu Kemoterapi sebagai terapi adjuvan dapat
pemberian zat kimia tertentu pada pasien kanker meningkatkan hasil terapi utama terutama pada
untuk membunuh atau menghambat proliferasi sel stadium lanjut atau pada keadaan relap. Pemberian
kanker. Kemoterapi mempunyai karakteristik yaitu kemoterapi sebagai terapi adjuvan terbagi dalam
antineoplastik dan sitostatika.7 tiga kategori, yaitu kemoterapi adjuvan, kemo
Sitostatika adalah segolongan obat yang terapi neoadjuvan, dan kemoterapi concurrent.
dapat menghambat proliferasi atau membunuh sel Kemoterapi adjuvan yaitu pemberian kemoterapi
kanker. Obat ini dapat digunakan sebagai terapi diberikan setelah pasien dilakukan terapi definitif
tunggal maupun kombinasi karena dapat lebih berupa radioterapi atau operatif. Tujuannya untuk
meningkatkan potensi sitotoksik terhadap sel mengatasi kemungkinan metastasis jauh dan
kanker.9 meningkatkan kontrol lokal. Indikasi kemoterapi
adjuvan yaitu bila setelah mendapat terapi definitif
1.2 Tujuan Kemoterapi maksimal ternyata kanker masih ada yang
Penggunaan sitostatika untuk kemoterapi dibuktikan dengan biopsi dan pada tumor dengan
bertujuan untuk mengurangi gejala kanker dan derajat keganasan tinggi.10,11
meningkatkan kualitas hidup dengan tingkat Kemoterapi neoadjuvan diberikan
survival yang lebih lama. Tujuan pemberian sebelum dilakukan terapi definitif. Tujuan
kemoterapi dibagi menjadi tiga, yaitu pemberian kemoterapi neoadjuvan untuk
penyembuhan, kontrol, dan paliatif. 10 mengecilkan massa tumor sehingga menjadi lebih
sensitif terhadap terapi definitif. Kemoterapi
1.2.1 Penyembuhan neoadjuvan banyak dipakai dalam penatalaksanaan
Pemberian kemoterapi ini bertujuan untuk kanker kepala dan leher. Pemberian kemoterapi
menyembuhkan kanker. Pengobatan kemoterapi neoadjuvan bertujuan untuk mengurangi massa
dengan tujuan ini biasanya jarang tercapai tumor. Terapi operatif dan radioterapi akan memberi
dikarenakan pasien membutuhkan waktu lama bagi hasil yang lebih baik jika ukuran tumor lebih kecil.
pasien agar sembuh dari penyakit kanker. Kemoterapi concurent yaitu apabila kemoterapi
diberikan bersamaan dengan terapi definitif. Dosis
1.2.2 Kontrol kemoterapi yang diberikan biasanya lebih rendah
Tujuan pemberian kemoterapi ini yaitu dan berperan sebagai radiosensitizer.10,11
untuk mengontrol kanker. Kemoterapi yang
diberikan memperkecil ukuran sel tumor dan atau 1.4 Klasifikasi
menghambat proliferasi dan metastasis sel kanker. Pembagian sitostatika berdasarkan
mekanisme kerja dan berdasarkan target siklus sel.
1.2.3 Paliatif
Pemberian kemoterapi ini bertujuan 1.4.1 Berdasarkan mekanisme kerja
untuk mengurangi gejala klinis yang ditimbulkan
oleh kanker. Kemoterapi dengan tujuan ini a. Antimetabolit
digunakan bukan untuk mengobati penyakit kanker Obat ini menghambat biosintesis purin
itu sendiri, tetapi untuk meningkatkan kualitas atau pirimidin. Sebagai contoh metotrexate (MTX)
hidup pasien. menghambat pembentukan folat tereduksi yang
dibutuhkan untuk sintesis timidin.
1.3 Cara Pemberian Kemoterapi b. Agen alkilator
Kemoterapi digunakan sebagai terapi Obat ini bekerja dengan cara mengganggu
definitif atau sebagai terapi adjuvan pada kanker struktur atau fungsi molekul DNA. Contoh obat ini
terutama stadium lanjut. Kemoterapi diberikan yaitu siklosfosfamid yang dapat merubah struktur
75
Jurnal THT - KL Vol.9, No.2, Mei - Agustus 2016, hlm. 74 - 83
DNA sehingga menghambat replikasi sel. patologi, faktor alergi, dan faktor genetik. Faktor
Antibiotika seperti daktinomisin dan doksorubisin risiko dari obat misalnya jenis obat, formulasi,
dapat mengikat nukleotida molekul DNA sehingga kemurnian, dosis, dan frekuensi pemberian. Faktor
menghambat produksi messenger ribonucleoacid risiko dari cara pemakaian obat yaitu misalnya
(mRNA). pemakaian obat kombinasi.7,9
c. Inhibitor mitosis Efek samping kemoterapi sangat beragam
Obat tersebut menghambat mitosis sel tergantung dari tipe obat, dosis obat, serta lama
dengan merusak filamen mikro pada kumparan terapi. Efek samping berat dapat timbul pada pasien
mitosis. Salah satu jenis yaitu alkaloid vinka pasca kemoterapi dan sering tidak dapat ditoleransi
contohnya vinkristin dan vinblastin. 7,12,13 oleh pasien bahkan menimbulkan kematian. Efek
samping mual muntah dapat menurunkan kualitas
1.4.2 Berdasarkan target siklus sel hidup pasien sehingga mengalami kesulitan dalam
menjalankan aktivitas harian.7,9
a. Phase-specific drug Sitostatika tidak hanya menyerang sel
Sitostatika ini efektif pada fase tertentu tumor tapi juga sel normal yang membelah secara
dari siklus sel. Obat yang bekerja pada fase cepat seperti sel rambut, sumsum tulang, dan traktus
synthesis (S) contohnya golongan antimetabolit gastrointestinal. Gangguan pembentukan sel darah
yaitu sitarabin, fluourasil, gemsitabin, metotrexate, di sumsum tulang menyebabkan terjadinya
tioguanin, dan fludarabin yang mengganggu sintesis penurunan jumlah sel darah. Ini dapat menyebabkan
DNA dan golongan topoisomerase I yaitu topotecan berbagai gangguan seperti risiko infeksi, anemia,
yang menganggu fungsi DNA. Obat yang bekerja dan rentan pendarahan. Efek sitostatika pada
pada fase growth-2 (G2) adalah golongan antibiotik pertumbuhan rambut yaitu menyebabkan alopecia.
seperti bleomisin, inhibitor topoisomerase II yaitu Gangguan sistem pencernaan yaitu adanya keluhan
etoposid serta stabilator/polimerisator mikrotubulus mulut kering dan terasa pahit, perubahan nafsu
yaitu paclitaxel. Obat yang bekerja pada fase makan, mual muntah, diare, dan konstipasi.
mitosis (M) dengan cara menganggu regregasi Beberapa sitostatika dapat menimbulkan efek pada
kromoson adalah golongan alkaloid vinka yaitu kulit seperti kemerahan, gatal, mengelupas, kering,
vinblastin, vinkristin, vindesin dan vinorebin . dan jerawat. Preparat capecitabine dan doksorubisin
b. Cell cycle-specific drug dapat menyebabkan iritasi pada telapak tangan dan
Sitostatika ini efektif pada sel yang berada kaki yang disebut dengan hand-foot syndrome.9,11,12
pada siklus sel, namun tidak tergantung pada Efek sitostatika pada siklus menstruasi
fasenya. Obat yang tidak tergantung fase sel adalah dan fertilitas yaitu perubahan siklus menstruasi,
sebagian besar termasuk golongan alkilator seperti menopause dini dan infertilitas. Preparat paclitaxel
klorambusil, siklosfosfamid, melfalan, busulfan, dapat menyebabkan gangguan sistem saraf, dengan
dakarbin dan idarubisin. gejala seperti rasa nyeri, rasa terbakar dan sensitif
c. Cell cycle-non spesific drug terhadap dingin atau panas.
Sitostatika tersebut efektif baik saat sel Doksorubisin dapat menyebabkan
berada pada siklus sel ataupun istirahat. Contoh obat gangguan jantung terutama pada pemberian dosis
tersebut yaitu golongan nitrogen mustard seperti tinggi dan durasi panjang. Efek samping sitostatika
mekloretamin dan golongan nitrosurea yaitu lain yaitu peningkatan risiko leukemia, gangguan
karmustin dan lomustin.11 memori dan konsentrasi, reaksi alergi, gangguan
penglihatan dan pendengaran, kerusakan jaringan,
1.5 Efek Samping serta gangguan ginjal dan liver. 9,12
Efek samping kemoterapi pada pasien
dapat mempengaruhi secara biologis, fisik, 2. Mual Muntah Pasca Kemoterapi
psikologis, dan sosial. Faktor risiko dari individu Mual muntah merupakan salah satu efek
misalnya umur, kondisi umum, jenis kelamin, faktor samping yang sering terjadi pada penggunaan
76
Terapi Mual Muntah... (Nindya Shinta R., Bakti Surarso)
sitostatika. Mual muntah termasuk dalam efek menjadi akut, lambat dan antisipatori.15-17
samping dini karena sering terjadi dalam satu Chemotherapy induced nausea and
sampai dua puluh empat jam setelah pemberian vomiting akut terjadi pada awal dua puluh empat
sitostatika, meskipun juga dapat terjadi pada waktu jam pasca kemoterapi dengan puncak terjadi pada
lebih dari dua puluh empat jam. Risiko mual lima sampai enam jam setelah pemberian
muntah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kemoterapi. Chemotherapy induced nausea and
potensi emetogenik dan regimen sitostatika serta vomiting lambat terjadi setelah dua puluh empat jam
faktor spesifik dari pasien.15 dan dapat menetap selama lima sampai tujuh hari,
Sitotastika terbagi menjadi empat kategori umumnya terjadi pada pasien yang mendapat
berdasarkan potensial menyebabkan mual muntah sitostatika cisplatin, karboplatin, siklosfosfamid dan
yaitu kategori emetogenik tinggi yaitu doksorubisin. Chemotherapy induced nausea and
menimbulkan mual muntah lebih dari 90% pasien, vomiting antisipatori jika didapatkan keluhan mual
kategori emetogenik sedang yaitu menimbulkan muntah sebelum kemoterapi diberikan. Keadaan ini
mual muntah pada 30–90% pasien, kategori dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti gangguan
emetogenik rendah yaitu menimbulkan mual pengecapan, bau mulut, pikiran dan kecemasan.
muntah pada 10–30% pasien, dan kategori Mual muntah jenis ini menjadi lebih sulit dikontrol
emetogenik minimal yaitu menimbulkan mual daripada jenis yang lain. 15-17
muntah kurang dari 10% pasien (Tabel 1).
2.1 Insidensi
Tabel 1. Kategori sitostatika berdasarkan potensi emetogenik.14 Chemotherapy induced
nausea and vomiting merupakan
No Potensi emetogenik Sitotastika
salah satu efek samping yang
1 Kuat Cisplatin, cyclophosphamide, sering didapatkan pada pasien
dacarbazine, mechloretamine, pasca kemoterapi. Sekitar 20
carmustine, streptozotocin sampai 30 persen pasien
2 Sedang Cyclophosphamide, carboplatin, mengalami mual muntah sebagai
doxorubicin, cytarabine, oxaliplatin, proses sekunder pemberian
ifosfamide, daunorubicin, epirubicin, sitostatika. Chemotherapy
idarubicin, irinotecan induced nausea and vomiting
3 Lemah Paclitaxel, docetaxel, mitoxantrone, antisipatori dilaporkan pada 20
topotecan, etoposide, pemetrexed, sampai 30 persen pasien yang
methotrexate, mitomycin, gemcitabine, mendapatkan kemoterapi siklus
cytarabine, 5-fluorouracil, bortezomib, pertama.16,17
cetuximab, trastuzumab Mual akut dan lambat
4 Minimal Bleomycin, busulfan, pasca kemoterapi pada suatu
2-chlorodeoxyadenosine, fludarabine, penelitian dilaporkan sebanyak
vinblastine, vincristine, vinorelbine, 39 persen dan 68 persen dari
bevacizumab 2077 sampel. Muntah akut dan
lambat pasca kemoterapi
dilaporkan sebanyak 12 persen dan 23 persen dari
Mual merupakan sensasi tidak nyaman total sampel tersebut.6
yang dirasakan di tenggorok dan epigastrum yang
dapat menyebabkan keluarnya isi lambung. Muntah 2.2 Patofisiologi
merupakan keluarnya isi lambung melalui mulut Chemotherapy induced nausea and
yang disebabkan oleh refleks motorik. Mual muntah vomiting terjadi karena sitostatika dapat
pasca kemoterapi atau chemotherapy induced mempengaruhi fungsi neuroanatomi,
nausea and vomiting (CINV) diklasifikasikan neurotransmiter dan reseptor pada vomiting center
77
Jurnal THT - KL Vol.9, No.2, Mei - Agustus 2016, hlm. 74 - 83
(VC). Struktur ini meliputi neuron pada medula Substansi P terdistribusi luas pada sistem
oblongata, chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada saraf pusat maupun perifer, berikatan dengan
area postrema di dasar ventrikel empat otak, aferen reseptor NK-1. Reseptor tersebut terdapat pada usus
nervus vagus dan sel enterokromafin pada traktus dan area postrema. Pelepasan substansi P yang
gastrointestinal.16,17 dirangsang oleh sitostatika akan berikatan dengan
Neurotransmiter yang berperan dalam reseptor NK-1 dan memberi sinyal kepada serat
CINV yaitu serotonin atau 5-hidroxytriptamin (5- aferen nervus vagus untuk diteruskan ke CTZ dan
HT), substansi P (SP) dan dopamin. Reseptor yang VC. Rangsangan substansi P terhadap nervus vagus
terkait dengan serotonin dan substansi P dalam menyebabkan CINV lambat.17
merangsang mual muntah adalah 5-
hidroxytriptamine (5-HT3) dan neurokinin-1 Pelepasan dopamin juga berperan dalam
(NK-1).16,17 proses mual muntah. Pemberian antagonis reseptor
dopamin contohnya prometasin dan
metoklopromid menunjukkan hasil efektif
dalam terapi CINV, walaupun mekanisme
tersebut belum sepenuhnya jelas. Beberapa
penelitian juga menemukan agen yang berperan
dalam proses mual muntah yaitu gamma-
aminobutyric acid (GABA) dan reseptor
histamin serta muskarinik. 16,17
2.3 Terapi
Faktor yang perlu diperhatikan dalam
mengobati CINV yaitu harapan pasien terhadap
pengobatan, onset mual muntah yang timbul,
dan resistensi terhadap terapi anti emetik.
Penanganan CINV melalui pendekatan
kompehensif yang diberikan kepada pasien
dengan kanker untuk mengurangi efek samping
Gambar 1. Sitostatika merangsang CTZ dan VC kemoterapi.16
melalui reseptor 5- HT3 sehingga
menyebabkan keluhan mual muntah.17 2.3.1 Preparat anti emetik
Preparat anti emetik sebagai terapi CINV
Sitostatika bersifat toksik bagi sel meliputi preparat antagonis reseptor 5-HT3, NK-1,
enterokromafin yang melapisi mukosa traktus antagonis dopamin, kortikosteroid, benzodiazepin,
gastrointestinal. Kerusakan sel tersebut dan antihistamin. Antagonis reseptor 5-HT3
mengaktifkan radikal bebas yang menyebabkan sel merupakan anti emetik untuk CINV akut pada
enterokromafin melepaskan serotonin dalam jumlah pasien yang mendapatkan regimen sitostika dengan
banyak. Serotonin kemudian berikatan dengan potensi emetogenik sedang sampai tinggi. Contoh
reseptor 5-HT3 yang terdapat pada serat aferen preparat ini yaitu dolasetron, granisetron,
nervus vagus yang berdekatan dengan sel ondansetron, tropisetron dan palonosetron. Preparat
enterokromafin tersebut. Ikatan tersebut ini diabsorbsi di traktus gastrointestinal dan
memberikan informasi pada otak sehingga terjadi mengalami metabolisme primer di hepar. Metabolit
respon muntah pada CINV akut sekaligus aktif preparat ini dimetabolisme oleh enzim
mensensitisasi nervus vagus terhadap substansi P sitokrom P450.
yang dilepas oleh sel enterokromafin yang berperan
pada CINV lambat. (Gambar 1)
78
Terapi Mual Muntah... (Nindya Shinta R., Bakti Surarso)
Tabel 2. Pedoman pemberian anti emetik berdasar NCCN.6 The European Society
Kemoterapi Anti emetik of Medical Oncology (ESMO)
CINV akut dan the Multinational Association
Risiko tinggi Antagonis 5HT3 + deksametason + aprepitant of Supportive Care in Cancer
Risiko sedang Antagonis 5HT3 + deksametason + aprepitant (MASCC) membuat pedoman
Risiko rendah Deksametason atau metoklopramid pemberian anti emetik pada
atau prochlorperazine CINV di Konferensi Konsensus
Risiko minimal Tidak diberikan Anti Emetik di Perugia pada
CINV lambat tahun 2009. Pedoman tersebut
Risiko tinggi Deksametason (hari 2–4) + aprepitant (hari 2-3) berdasarkan potensi emetogenik
+ lorazepam sitostatika yang diberikan kepada
Risiko sedang Deksametason (hari 2–4) + aprepitant (hari 2–3) pasien (Tabel 3).
atau antagonis 5HT3 (hari 2–4) + lorazepam
Risiko rendah dan Tidak diberikan Aprepitant dan
minimal fosapretitant merupakan antagonis
kompetitif selektif reseptor NK-1
Palonosetron merupakan preparat poten. Aprepitant diberikan
antagonis 5-HT3 generasi kedua yang mempunyai selama tiga hari dengan dosis anjuran 125 mg per
waktu paruh panjang yaitu sekitar 40 jam, 10 kali oral satu jam sebelum kemoterapi hari pertama
lebih panjang daripada generasi pertama. dilanjutkan 80 mg pada hari kedua dan ketiga.
Palonsetron mempunyai sifat afinitas dan Fosaprepitant merupakan golongan pro-drug
selektivitas sangat tinggi terhadap reseptor 5-HT3. aprepitan dalam bentuk injeksi dengan dosis 115 mg
Palonosetron dosis tunggal yaitu 0.25 mg intravena dalam 15 menit dan dapat disubtitusikan dengan
dapat mencegah CINV akut yang disebabkan oleh aprepitant 30 menit sebelum kemoterapi hari
pemberian kemoterapi emetogenik tinggi. Preparat pertama saja. Netupitant merupakan preparat
antagonis reseptor 5-HT3 generasi pertama yaitu antagonis reseptor NK-1 dengan aktivitas anti emetik
ondansetron, granisetron, dan dolasetron.15 panjang dengan dosis tunggal. Netupitant secara
Pemberian anti emetik pada CINV kompetitif dan kuat berikatan dan mengeblok
berdasarkan pedoman National Comprehensive aktivitas reseptor NK-1 pada sistem saraf pusat.
Cancer Network (NCCN) tahun 2007. Pedoman ini Preparat ini mempunyai peran bermakna dalam
berdasarkan jenis dan faktor risiko CINV yang terapi CINV lambat dan lebih baik dalam mengontrol
terjadi (Tabel 2). mual dibandingkan aprepitant.
79
Jurnal THT - KL Vol.9, No.2, Mei - Agustus 2016, hlm. 74 - 83
80
Terapi Mual Muntah... (Nindya Shinta R., Bakti Surarso)
81
Jurnal THT - KL Vol.9, No.2, Mei - Agustus 2016, hlm. 74 - 83
82