Anda di halaman 1dari 9

Jurnal THT - KL Vol.9, No.2, Mei - Agustus 2016, hlm.

74 - 83

TERAPI MUAL MUNTAH PASCA KEMOTERAPI

Nindya Shinta R., Bakti Surarso

Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok


Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya

PENDAHULUAN gastrointestinal berupa mual muntah, stomatitis,


Kanker merupakan salah satu penyakit diare, dan konstipasi; mielosupresi berupa anemia,
utama penyebab kematian di dunia saat ini. Kasus leukopenia, dan trombositopenia; alopecia;
baru kanker di Amerika Serikat diperkirakan sekitar gangguan liver dan ginjal.5
12.400 kasus setiap tahun, dengan perkiraan 2.300 Mual muntah merupakan efek samping
kematian setiap tahun.1 Sekitar enam persen atau yang menakutkan bagi penderita dan keluarga.
13.2 juta jiwa penduduk Indonesia menderita Kondisi ini menyebabkan stres bagi penderita dan
penyakit kanker dan memerlukan penanganan. keluarga yang terkadang membuat penderita dan
Kanker merupakan penyebab mortalitas terbesar keluarga memilih menghentikan siklus terapi.
ketiga setelah penyakit jantung di Indonesia. Angka Penghentian siklus terapi tersebut berpotensi
tersebut hampir sama dengan beberapa negara meningkatkan progesivitas kanker dan mengurangi
berkembang lainnya.2 harapan hidup pasien.6
Kanker merupakan penyakit yang berawal Penulisan referat ini bertujuan untuk
dari kerusakan materi genetika pada deoxynucleic menjelaskan definisi, patogenesis, klasifikasi dan
acid (DNA). Kanker memiliki karakteristik yaitu terapi mual muntah pasca kemoterapi pasien
adanya pertumbuhan sel abnormal dan tidak dengan kanker.
terkendali. Sel kanker bisa menyebar ke seluruh
bagian tubuh lain. Kematian dapat terjadi apabila 1. Kemoterapi
pertumbuhan dan penyebaran sel abnormal yang Kemoterapi merupakan pengobatan
tidak terkendali ini dibiarkan serta tidak diobati.3 kanker dengan zat atau obat yang berguna untuk
Modalitas pengobatan kanker yang membunuh sel kanker. Obat yang diberikan disebut
tersedia saat ini adalah operatif, radioterapi, sitostatika yang berarti penghambat proliferasi sel.
kemoterapi dan terapi target. Kemoterapi Obat ini dapat diberikan secara sistemik maupun
merupakan salah satu cara pengobatan kanker regional.7
dengan menggunakan obat antikanker yang disebut Kemoterapi dapat diberikan sebagai obat
sitostatika. Sitostatika dapat menghambat tunggal maupun kombinasi beberapa obat, baik
pertumbuhan atau membunuh sel kanker. secara intravena atau per oral. Kemoterapi bertujuan
Kemoterapi dapat menjadi bentuk terapi definitif untuk menghambat proliferasi dan menghancurkan
maupun adjuvan dari terapi radiasi atau operatif.4 sel kanker melalui berbagai macam mekanisme
Efek samping kemoterapi bervariasi dari aksi.7,8
ringan sampai berat, tergantung dari dosis dan
regimen kemoterapi. Efek sitostatika terhadap sel 1.1 Definisi
normal yang aktif mitosis seperti sel darah, sel Istilah kemoterapi diperkenalkan oleh
traktus gastrointestinal, kulit, rambut, dan organ Paul Erlich, berasal dari bahasa Yunani yaitu
reproduksi dapat menimbulkan efek samping. Efek chymeia atau chymos atau perasan buah dan
samping yang dapat terjadi meliputi gejala therapeia atau pengobatan. Arti kemoterapi secara

74
Terapi Mual Muntah... (Nindya Shinta R., Bakti Surarso)

umum yaitu pemberian senyawa kimia untuk sebagai terapi definitif jika sitostatika diberikan
mencegah dan mengobati suatu penyakit. tunggal tanpa disertai modalitas terapi lain.
Kemoterapi secara khusus bermakna yaitu Kemoterapi sebagai terapi adjuvan dapat
pemberian zat kimia tertentu pada pasien kanker meningkatkan hasil terapi utama terutama pada
untuk membunuh atau menghambat proliferasi sel stadium lanjut atau pada keadaan relap. Pemberian
kanker. Kemoterapi mempunyai karakteristik yaitu kemoterapi sebagai terapi adjuvan terbagi dalam
antineoplastik dan sitostatika.7 tiga kategori, yaitu kemoterapi adjuvan, kemo
Sitostatika adalah segolongan obat yang terapi neoadjuvan, dan kemoterapi concurrent.
dapat menghambat proliferasi atau membunuh sel Kemoterapi adjuvan yaitu pemberian kemoterapi
kanker. Obat ini dapat digunakan sebagai terapi diberikan setelah pasien dilakukan terapi definitif
tunggal maupun kombinasi karena dapat lebih berupa radioterapi atau operatif. Tujuannya untuk
meningkatkan potensi sitotoksik terhadap sel mengatasi kemungkinan metastasis jauh dan
kanker.9 meningkatkan kontrol lokal. Indikasi kemoterapi
adjuvan yaitu bila setelah mendapat terapi definitif
1.2 Tujuan Kemoterapi maksimal ternyata kanker masih ada yang
Penggunaan sitostatika untuk kemoterapi dibuktikan dengan biopsi dan pada tumor dengan
bertujuan untuk mengurangi gejala kanker dan derajat keganasan tinggi.10,11
meningkatkan kualitas hidup dengan tingkat Kemoterapi neoadjuvan diberikan
survival yang lebih lama. Tujuan pemberian sebelum dilakukan terapi definitif. Tujuan
kemoterapi dibagi menjadi tiga, yaitu pemberian kemoterapi neoadjuvan untuk
penyembuhan, kontrol, dan paliatif. 10 mengecilkan massa tumor sehingga menjadi lebih
sensitif terhadap terapi definitif. Kemoterapi
1.2.1 Penyembuhan neoadjuvan banyak dipakai dalam penatalaksanaan
Pemberian kemoterapi ini bertujuan untuk kanker kepala dan leher. Pemberian kemoterapi
menyembuhkan kanker. Pengobatan kemoterapi neoadjuvan bertujuan untuk mengurangi massa
dengan tujuan ini biasanya jarang tercapai tumor. Terapi operatif dan radioterapi akan memberi
dikarenakan pasien membutuhkan waktu lama bagi hasil yang lebih baik jika ukuran tumor lebih kecil.
pasien agar sembuh dari penyakit kanker. Kemoterapi concurent yaitu apabila kemoterapi
diberikan bersamaan dengan terapi definitif. Dosis
1.2.2 Kontrol kemoterapi yang diberikan biasanya lebih rendah
Tujuan pemberian kemoterapi ini yaitu dan berperan sebagai radiosensitizer.10,11
untuk mengontrol kanker. Kemoterapi yang
diberikan memperkecil ukuran sel tumor dan atau 1.4 Klasifikasi
menghambat proliferasi dan metastasis sel kanker. Pembagian sitostatika berdasarkan
mekanisme kerja dan berdasarkan target siklus sel.
1.2.3 Paliatif
Pemberian kemoterapi ini bertujuan 1.4.1 Berdasarkan mekanisme kerja
untuk mengurangi gejala klinis yang ditimbulkan
oleh kanker. Kemoterapi dengan tujuan ini a. Antimetabolit
digunakan bukan untuk mengobati penyakit kanker Obat ini menghambat biosintesis purin
itu sendiri, tetapi untuk meningkatkan kualitas atau pirimidin. Sebagai contoh metotrexate (MTX)
hidup pasien. menghambat pembentukan folat tereduksi yang
dibutuhkan untuk sintesis timidin.
1.3 Cara Pemberian Kemoterapi b. Agen alkilator
Kemoterapi digunakan sebagai terapi Obat ini bekerja dengan cara mengganggu
definitif atau sebagai terapi adjuvan pada kanker struktur atau fungsi molekul DNA. Contoh obat ini
terutama stadium lanjut. Kemoterapi diberikan yaitu siklosfosfamid yang dapat merubah struktur

75
Jurnal THT - KL Vol.9, No.2, Mei - Agustus 2016, hlm. 74 - 83

DNA sehingga menghambat replikasi sel. patologi, faktor alergi, dan faktor genetik. Faktor
Antibiotika seperti daktinomisin dan doksorubisin risiko dari obat misalnya jenis obat, formulasi,
dapat mengikat nukleotida molekul DNA sehingga kemurnian, dosis, dan frekuensi pemberian. Faktor
menghambat produksi messenger ribonucleoacid risiko dari cara pemakaian obat yaitu misalnya
(mRNA). pemakaian obat kombinasi.7,9
c. Inhibitor mitosis Efek samping kemoterapi sangat beragam
Obat tersebut menghambat mitosis sel tergantung dari tipe obat, dosis obat, serta lama
dengan merusak filamen mikro pada kumparan terapi. Efek samping berat dapat timbul pada pasien
mitosis. Salah satu jenis yaitu alkaloid vinka pasca kemoterapi dan sering tidak dapat ditoleransi
contohnya vinkristin dan vinblastin. 7,12,13 oleh pasien bahkan menimbulkan kematian. Efek
samping mual muntah dapat menurunkan kualitas
1.4.2 Berdasarkan target siklus sel hidup pasien sehingga mengalami kesulitan dalam
menjalankan aktivitas harian.7,9
a. Phase-specific drug Sitostatika tidak hanya menyerang sel
Sitostatika ini efektif pada fase tertentu tumor tapi juga sel normal yang membelah secara
dari siklus sel. Obat yang bekerja pada fase cepat seperti sel rambut, sumsum tulang, dan traktus
synthesis (S) contohnya golongan antimetabolit gastrointestinal. Gangguan pembentukan sel darah
yaitu sitarabin, fluourasil, gemsitabin, metotrexate, di sumsum tulang menyebabkan terjadinya
tioguanin, dan fludarabin yang mengganggu sintesis penurunan jumlah sel darah. Ini dapat menyebabkan
DNA dan golongan topoisomerase I yaitu topotecan berbagai gangguan seperti risiko infeksi, anemia,
yang menganggu fungsi DNA. Obat yang bekerja dan rentan pendarahan. Efek sitostatika pada
pada fase growth-2 (G2) adalah golongan antibiotik pertumbuhan rambut yaitu menyebabkan alopecia.
seperti bleomisin, inhibitor topoisomerase II yaitu Gangguan sistem pencernaan yaitu adanya keluhan
etoposid serta stabilator/polimerisator mikrotubulus mulut kering dan terasa pahit, perubahan nafsu
yaitu paclitaxel. Obat yang bekerja pada fase makan, mual muntah, diare, dan konstipasi.
mitosis (M) dengan cara menganggu regregasi Beberapa sitostatika dapat menimbulkan efek pada
kromoson adalah golongan alkaloid vinka yaitu kulit seperti kemerahan, gatal, mengelupas, kering,
vinblastin, vinkristin, vindesin dan vinorebin . dan jerawat. Preparat capecitabine dan doksorubisin
b. Cell cycle-specific drug dapat menyebabkan iritasi pada telapak tangan dan
Sitostatika ini efektif pada sel yang berada kaki yang disebut dengan hand-foot syndrome.9,11,12
pada siklus sel, namun tidak tergantung pada Efek sitostatika pada siklus menstruasi
fasenya. Obat yang tidak tergantung fase sel adalah dan fertilitas yaitu perubahan siklus menstruasi,
sebagian besar termasuk golongan alkilator seperti menopause dini dan infertilitas. Preparat paclitaxel
klorambusil, siklosfosfamid, melfalan, busulfan, dapat menyebabkan gangguan sistem saraf, dengan
dakarbin dan idarubisin. gejala seperti rasa nyeri, rasa terbakar dan sensitif
c. Cell cycle-non spesific drug terhadap dingin atau panas.
Sitostatika tersebut efektif baik saat sel Doksorubisin dapat menyebabkan
berada pada siklus sel ataupun istirahat. Contoh obat gangguan jantung terutama pada pemberian dosis
tersebut yaitu golongan nitrogen mustard seperti tinggi dan durasi panjang. Efek samping sitostatika
mekloretamin dan golongan nitrosurea yaitu lain yaitu peningkatan risiko leukemia, gangguan
karmustin dan lomustin.11 memori dan konsentrasi, reaksi alergi, gangguan
penglihatan dan pendengaran, kerusakan jaringan,
1.5 Efek Samping serta gangguan ginjal dan liver. 9,12
Efek samping kemoterapi pada pasien
dapat mempengaruhi secara biologis, fisik, 2. Mual Muntah Pasca Kemoterapi
psikologis, dan sosial. Faktor risiko dari individu Mual muntah merupakan salah satu efek
misalnya umur, kondisi umum, jenis kelamin, faktor samping yang sering terjadi pada penggunaan

76
Terapi Mual Muntah... (Nindya Shinta R., Bakti Surarso)

sitostatika. Mual muntah termasuk dalam efek menjadi akut, lambat dan antisipatori.15-17
samping dini karena sering terjadi dalam satu Chemotherapy induced nausea and
sampai dua puluh empat jam setelah pemberian vomiting akut terjadi pada awal dua puluh empat
sitostatika, meskipun juga dapat terjadi pada waktu jam pasca kemoterapi dengan puncak terjadi pada
lebih dari dua puluh empat jam. Risiko mual lima sampai enam jam setelah pemberian
muntah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kemoterapi. Chemotherapy induced nausea and
potensi emetogenik dan regimen sitostatika serta vomiting lambat terjadi setelah dua puluh empat jam
faktor spesifik dari pasien.15 dan dapat menetap selama lima sampai tujuh hari,
Sitotastika terbagi menjadi empat kategori umumnya terjadi pada pasien yang mendapat
berdasarkan potensial menyebabkan mual muntah sitostatika cisplatin, karboplatin, siklosfosfamid dan
yaitu kategori emetogenik tinggi yaitu doksorubisin. Chemotherapy induced nausea and
menimbulkan mual muntah lebih dari 90% pasien, vomiting antisipatori jika didapatkan keluhan mual
kategori emetogenik sedang yaitu menimbulkan muntah sebelum kemoterapi diberikan. Keadaan ini
mual muntah pada 30–90% pasien, kategori dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti gangguan
emetogenik rendah yaitu menimbulkan mual pengecapan, bau mulut, pikiran dan kecemasan.
muntah pada 10–30% pasien, dan kategori Mual muntah jenis ini menjadi lebih sulit dikontrol
emetogenik minimal yaitu menimbulkan mual daripada jenis yang lain. 15-17
muntah kurang dari 10% pasien (Tabel 1).
2.1 Insidensi
Tabel 1. Kategori sitostatika berdasarkan potensi emetogenik.14 Chemotherapy induced
nausea and vomiting merupakan
No Potensi emetogenik Sitotastika
salah satu efek samping yang
1 Kuat Cisplatin, cyclophosphamide, sering didapatkan pada pasien
dacarbazine, mechloretamine, pasca kemoterapi. Sekitar 20
carmustine, streptozotocin sampai 30 persen pasien
2 Sedang Cyclophosphamide, carboplatin, mengalami mual muntah sebagai
doxorubicin, cytarabine, oxaliplatin, proses sekunder pemberian
ifosfamide, daunorubicin, epirubicin, sitostatika. Chemotherapy
idarubicin, irinotecan induced nausea and vomiting
3 Lemah Paclitaxel, docetaxel, mitoxantrone, antisipatori dilaporkan pada 20
topotecan, etoposide, pemetrexed, sampai 30 persen pasien yang
methotrexate, mitomycin, gemcitabine, mendapatkan kemoterapi siklus
cytarabine, 5-fluorouracil, bortezomib, pertama.16,17
cetuximab, trastuzumab Mual akut dan lambat
4 Minimal Bleomycin, busulfan, pasca kemoterapi pada suatu
2-chlorodeoxyadenosine, fludarabine, penelitian dilaporkan sebanyak
vinblastine, vincristine, vinorelbine, 39 persen dan 68 persen dari
bevacizumab 2077 sampel. Muntah akut dan
lambat pasca kemoterapi
dilaporkan sebanyak 12 persen dan 23 persen dari
Mual merupakan sensasi tidak nyaman total sampel tersebut.6
yang dirasakan di tenggorok dan epigastrum yang
dapat menyebabkan keluarnya isi lambung. Muntah 2.2 Patofisiologi
merupakan keluarnya isi lambung melalui mulut Chemotherapy induced nausea and
yang disebabkan oleh refleks motorik. Mual muntah vomiting terjadi karena sitostatika dapat
pasca kemoterapi atau chemotherapy induced mempengaruhi fungsi neuroanatomi,
nausea and vomiting (CINV) diklasifikasikan neurotransmiter dan reseptor pada vomiting center

77
Jurnal THT - KL Vol.9, No.2, Mei - Agustus 2016, hlm. 74 - 83

(VC). Struktur ini meliputi neuron pada medula Substansi P terdistribusi luas pada sistem
oblongata, chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada saraf pusat maupun perifer, berikatan dengan
area postrema di dasar ventrikel empat otak, aferen reseptor NK-1. Reseptor tersebut terdapat pada usus
nervus vagus dan sel enterokromafin pada traktus dan area postrema. Pelepasan substansi P yang
gastrointestinal.16,17 dirangsang oleh sitostatika akan berikatan dengan
Neurotransmiter yang berperan dalam reseptor NK-1 dan memberi sinyal kepada serat
CINV yaitu serotonin atau 5-hidroxytriptamin (5- aferen nervus vagus untuk diteruskan ke CTZ dan
HT), substansi P (SP) dan dopamin. Reseptor yang VC. Rangsangan substansi P terhadap nervus vagus
terkait dengan serotonin dan substansi P dalam menyebabkan CINV lambat.17
merangsang mual muntah adalah 5-
hidroxytriptamine (5-HT3) dan neurokinin-1 Pelepasan dopamin juga berperan dalam
(NK-1).16,17 proses mual muntah. Pemberian antagonis reseptor
dopamin contohnya prometasin dan
metoklopromid menunjukkan hasil efektif
dalam terapi CINV, walaupun mekanisme
tersebut belum sepenuhnya jelas. Beberapa
penelitian juga menemukan agen yang berperan
dalam proses mual muntah yaitu gamma-
aminobutyric acid (GABA) dan reseptor
histamin serta muskarinik. 16,17

2.3 Terapi
Faktor yang perlu diperhatikan dalam
mengobati CINV yaitu harapan pasien terhadap
pengobatan, onset mual muntah yang timbul,
dan resistensi terhadap terapi anti emetik.
Penanganan CINV melalui pendekatan
kompehensif yang diberikan kepada pasien
dengan kanker untuk mengurangi efek samping
Gambar 1. Sitostatika merangsang CTZ dan VC kemoterapi.16
melalui reseptor 5- HT3 sehingga
menyebabkan keluhan mual muntah.17 2.3.1 Preparat anti emetik
Preparat anti emetik sebagai terapi CINV
Sitostatika bersifat toksik bagi sel meliputi preparat antagonis reseptor 5-HT3, NK-1,
enterokromafin yang melapisi mukosa traktus antagonis dopamin, kortikosteroid, benzodiazepin,
gastrointestinal. Kerusakan sel tersebut dan antihistamin. Antagonis reseptor 5-HT3
mengaktifkan radikal bebas yang menyebabkan sel merupakan anti emetik untuk CINV akut pada
enterokromafin melepaskan serotonin dalam jumlah pasien yang mendapatkan regimen sitostika dengan
banyak. Serotonin kemudian berikatan dengan potensi emetogenik sedang sampai tinggi. Contoh
reseptor 5-HT3 yang terdapat pada serat aferen preparat ini yaitu dolasetron, granisetron,
nervus vagus yang berdekatan dengan sel ondansetron, tropisetron dan palonosetron. Preparat
enterokromafin tersebut. Ikatan tersebut ini diabsorbsi di traktus gastrointestinal dan
memberikan informasi pada otak sehingga terjadi mengalami metabolisme primer di hepar. Metabolit
respon muntah pada CINV akut sekaligus aktif preparat ini dimetabolisme oleh enzim
mensensitisasi nervus vagus terhadap substansi P sitokrom P450.
yang dilepas oleh sel enterokromafin yang berperan
pada CINV lambat. (Gambar 1)

78
Terapi Mual Muntah... (Nindya Shinta R., Bakti Surarso)

Tabel 2. Pedoman pemberian anti emetik berdasar NCCN.6 The European Society
Kemoterapi Anti emetik of Medical Oncology (ESMO)
CINV akut dan the Multinational Association
Risiko tinggi Antagonis 5HT3 + deksametason + aprepitant of Supportive Care in Cancer
Risiko sedang Antagonis 5HT3 + deksametason + aprepitant (MASCC) membuat pedoman
Risiko rendah Deksametason atau metoklopramid pemberian anti emetik pada
atau prochlorperazine CINV di Konferensi Konsensus
Risiko minimal Tidak diberikan Anti Emetik di Perugia pada
CINV lambat tahun 2009. Pedoman tersebut
Risiko tinggi Deksametason (hari 2–4) + aprepitant (hari 2-3) berdasarkan potensi emetogenik
+ lorazepam sitostatika yang diberikan kepada
Risiko sedang Deksametason (hari 2–4) + aprepitant (hari 2–3) pasien (Tabel 3).
atau antagonis 5HT3 (hari 2–4) + lorazepam
Risiko rendah dan Tidak diberikan Aprepitant dan
minimal fosapretitant merupakan antagonis
kompetitif selektif reseptor NK-1
Palonosetron merupakan preparat poten. Aprepitant diberikan
antagonis 5-HT3 generasi kedua yang mempunyai selama tiga hari dengan dosis anjuran 125 mg per
waktu paruh panjang yaitu sekitar 40 jam, 10 kali oral satu jam sebelum kemoterapi hari pertama
lebih panjang daripada generasi pertama. dilanjutkan 80 mg pada hari kedua dan ketiga.
Palonsetron mempunyai sifat afinitas dan Fosaprepitant merupakan golongan pro-drug
selektivitas sangat tinggi terhadap reseptor 5-HT3. aprepitan dalam bentuk injeksi dengan dosis 115 mg
Palonosetron dosis tunggal yaitu 0.25 mg intravena dalam 15 menit dan dapat disubtitusikan dengan
dapat mencegah CINV akut yang disebabkan oleh aprepitant 30 menit sebelum kemoterapi hari
pemberian kemoterapi emetogenik tinggi. Preparat pertama saja. Netupitant merupakan preparat
antagonis reseptor 5-HT3 generasi pertama yaitu antagonis reseptor NK-1 dengan aktivitas anti emetik
ondansetron, granisetron, dan dolasetron.15 panjang dengan dosis tunggal. Netupitant secara
Pemberian anti emetik pada CINV kompetitif dan kuat berikatan dan mengeblok
berdasarkan pedoman National Comprehensive aktivitas reseptor NK-1 pada sistem saraf pusat.
Cancer Network (NCCN) tahun 2007. Pedoman ini Preparat ini mempunyai peran bermakna dalam
berdasarkan jenis dan faktor risiko CINV yang terapi CINV lambat dan lebih baik dalam mengontrol
terjadi (Tabel 2). mual dibandingkan aprepitant.

Tabel 3. Pedoman terapi CINV berdasarkan MASCC dan ESMO.19


Potensi Konsensus Derajat konsensus Rekomendasi
emetogenik
Tinggi H 1: antagonis 5-HT3 + Tinggi/sedang II/A
DEX + aprepitan
H 2–3: DEX + aprepitant
H 4: DEX
Sedang H 1: antagonis 5-HT3 + Tinggi/tinggi I/A
DEX + aprepitan
H 2–3: aprepitan Sedang/sedang II/B
Lemah H 1: DEX atau antagonis 5- Rendah/sedang III,IV/D
HT3 atau antagonis reseptor
dopamin
H 2–3: profilaksis tidak rutin
Minimal H 1: profilaksis tidak rutin Rendah/tinggi V/D
H 2–3: profilaksis tidak rutin

79
Jurnal THT - KL Vol.9, No.2, Mei - Agustus 2016, hlm. 74 - 83

Benzodiazepin seperti lorazepam herpetik, dan migrain. Gabapentin merupakan


berkaitan dengan efek sedasi, penurunan analog GABA tetapi tidak berikatan dengan
kecemasan, dan depresi VC. Karbamazepin reseptor GABA-A atau GABA-B. Mekanisme aksi
merupakan preparat anti konvulsan dan mood- preparat ini yakni berkaitan dengan voltage-
stabilizing yang digunakan primer pada pasien dependent calcium channels tertentu sehingga
epilepsi, gangguan bipolar dan neuralgia trigeminal. mengontrol pelepasan neurotransmiter eksitasi. 14,16
Karbamazepin menstabilisisasi inaktivitas dari
voltage-gated sodium channels, sehingga sel 2.3.2
Suplementasi herbal
menjadi kurang tereksitasi. Preparat ini juga Jahe (Zingiber Officinale) merupakan
berpotensial mengeblok reseptor GABA sehingga terapi herbal yang sering diberikan untuk mencegah
mengurangi keluhan mual muntah. Karbamazepin atau mengurangi CINV. Aromatisasi menggunakan
diberikan per oral dengan dosis 200 mg selama tiga serbuk jahe telah digunakan pada pengobatan China
hari sebelum pemberian agen kemoterapi tradisional sejak abad 16 untuk mengatasi gangguan
emetogenik moderat sampai tinggi, dan diteruskan gastrointestinal berupa mual dan kembung. Jahe
selama lima hari pasca kemoterapi. Antagonis telah dipelajari dalam beberapa penelitian dan
dopamin seperti proklorperazin dan metoklopramid diketahui bermanfaat untuk mengatasi keluahan
sebagai anti emetik belum sepenuhnya jelas. mual muntah akibat motion sickness, operasi, daan
Proklorperasin menghambat reseptor dopamin D2 kehamilan. Pemberian jahe untuk mencegah motion
(DRD2) di CTZ. 14,16,17 sickness telah direkomendasikan di Eropa. Food
Kortikosteroid seperti deksametason and Drug Association (FDA) Amerika Serikat
merupakan anti emetik dan digunakan sebagai mengklasifikasikan jahe sebagai substansi yang
kombinasi dengan preparat lain. Mekanisme anti aman dikomsumsi kurang dari empat gram sehari,
emetik kortikosteroid belum jelas, diduga melalui bukan sebagai obat. Jahe dapat mengikat reseptor
mekanisme penghambatan sintesis prostaglandin di 5-HT3 sehingga dapat meningkatkan efek anti
hipotalamus. Gabapentin pertama kali dikenal emetik dan detoksifikasi enzim yang menyebabkan
sebagai antikonvulsan tetapi juga dapat kerusakan jaringan.16
menghilangkan nyeri pada neuropati, neuralgia post Jahe diberikan sebelum kemoterapi untuk
mencegah keluhan mual muntah.
Suatu penelitian menyebutkan
pemberian kombinasi jahe,
antagonis 5-HT3 dan
deksametason dapat menurunkan
insidensi CINV dibandingkan
dengan kelompok yang diberikan
plasebo, antagonis 5-HT3 dan
deksametason. Pemberian
suplementasi jahe sebanyak 0.5
sampai 1.0 gram sehari
dikombinasikan dengan preparat
standar antagonis 5-HT3 dan
deksametason. Beberapa
suplemen herbal lain yang
diketahui dapat mengurangi
keluhan muntah yaitu cinnamon
bark, peppermint, chamomile,
Gambar 2. Mekanisme penghambatan anti emetik fennel, dan rosewood.16
terhadap proses mual muntah.14

80
Terapi Mual Muntah... (Nindya Shinta R., Bakti Surarso)

2.3.3 Akupunktur positif dibandingkan dengan kelompok yang


Akupunktur merupakan bentuk lain mendapat preparat anti emetik saja. Progressive
pengobatan China tradisional untuk mengatasi muscle relaxation sering dikombinasikan dengan
keluhan mual muntah. Beberapa penelitian klinis teknik imajinasi terbimbing dapat menurunkan
dilakukan untuk meneliti efek akupunktur dalam insiden mual muntah pada empat hari pertama
penangananan mual muntah selama lebih dari 20 pasca kemoterapi. 16
tahun. Akupunktur termasuk pengobatan tradisional Distraksi kognitif dan sensitasi sistemik
sejak 4000 tahun yang lalu dengan teknik menusuk dilaporkan dapat menurunkan derajat mual muntah
jarum pada titik spesifik di tubuh dengan tambahan terinduksi kemoterapi. Hipnosis diri sendiri untuk
stimulus elektrik. Akupunktur bekerja dengan cara membentuk imajinasi yang menciptakan perasaan
aktivasi atau deaktivasi sistem saraf. Insersi jarum baik dan aman. Teknik ini dapat diberikan pada
pada titik tertentu berdasarkan anatomi spesifik pasien dewasa maupun anak untuk mengurangi
yang berkaitan dengan fungsi spesifik. Titik derajat mual muntah. Beberapa latihan aerobik juga
akupunktur yang umum dipakai untuk mengontrol ditemukan dapat menurunkan derajat CINV. 16
mual muntah adalah titik P6 dan ST36. 18
Titik P6 terletak diantara tendon pada RINGKASAN
pergelangan tangan sekitar dua inci dekat lipatan Kemoterapi merupakan pengobatan
pergelangan tangan. Titik ST36 terletak pada sisi kanker dengan senyawa kimia atau obat yang
anterior lateral dari kaki. Beberapa penelitian disebut sitostatika. Sitostatika adalah segolongan
menunjukkan kombinasi akupunktur dan preparat obat yang menghambat pertumbuhan kanker atau
anti emetik standar secara signifikan menurunkan membunuh sel kanker. Kemoterapi digunakan
keluhan mual muntah pada CINV akut. 18 untuk terapi definitif maupun terapi adjuvan pada
kanker terutama untuk penyakit kanker stadium
2.3.4 Biopsychobehavioral lanjut.
Intervensi biopsychobehavioral meliputi Efek samping kemoterapi dapat
teknik progressive muscle relaxation (PMR), mempengaruhi kondisi biologis, fisik, psikologis,
imajinasi terbimbing, hipnosis dan latihan. dan sosial pasien. Frekuensi efek samping paling
Intervensi tersebut merupakan terapi efikasi untuk sering adalah mual muntah. Keluhan mual muntah
mengatasi mual muntah terinduksi kemoterapi. dapat menurunkan kualitas hidup pasien dan
Intervensi ini seharusnya diberikan sebelum pasien terkadang membuat pasien berhenti menjalani
mendapat kemoterapi pertama dan pada awal onset kemoterapi.
gejala yang muncul pada CINV akut. 16 Chemotherapy induced nausea and
Progressive muscle relaxation meliputi vomiting diklasifikasikan menjadi akut, lambat dan
latihan tegangan dan relaksasi kelompok otot yang antisipatori. Terapi CINV melalui pendekatan
dapat menyebabkan relaksasi fisik dan mental. kompehensif yang meliputi pemberian anti emetik,
Latihan ini sendiri dapat menurunkan derajat mual suplementasi herbal, metode akupunktur, dan
pasca kemoterapi. Latihan ini dikombinasikan intervensi biopsychobehavioral. Anti emetik yang
dengan pemijatan selama 20 menit selama diberikan yaitu antagonis reseptor 5-HT3, antagonis
pemberian regimen kemoterapi, dapat menurunkan reseptor NK-1, antagonis dopamin, kortikosteroid,
derajat mual. 16 benzodiazepin, dan antihistamin.
Imajinasi terbimbing merupakan teknik
yang bertujuan meningkatkan konsentrasi pasien
terhadap suatu obyek yang berkaitan dengan
pengalaman sensorik. Teknik ini dapat menurunkan
insidensi muntah pada 24 jam pasca kemoterapi.
Kombinasi teknik tersebut dan preparat anti emetik
memberikan hasil adanya pengalaman kemoterapi

81
Jurnal THT - KL Vol.9, No.2, Mei - Agustus 2016, hlm. 74 - 83

DAFTAR PUSTAKA Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok


Bedah Kepala dan Leher Fakultas Kedokteran
1. Hockenberry M, Wilson D. Wong’s nursing
Universitas Airlangga – Rumah Sakit Daerah dr
care of infants and children. Saint Louis:
Soetomo Surabaya; 2011. hal. 1-33.
Mosby Elsevier; 2007. p. 37-45.
12. Ratain MJ. Pharmacology of cancer
2. Depkes RI. Enam persen penduduk RI
chemotherapy. In : DeVita VT, Hellman,
menderita kanker. 2008. Tersedia di :
Rosenberg RA, eds. Cancer: principles and
http://www.depkes.go.id. Diakses 15
practice oncology. 5th ed. Philadephia:
Desember 2014.
Lippincott-Raven Publisher. 1997. p. 375-84.
3. Toscano N, Holtzclaw D, Hargitai IA, Shumaker
13. Brockstein B, Khandekar JD. Chemotherapy
N, Richardson H, Naylor G, Marx R. Oral
for Head and Neck Cancer. In : Snow JB,
Impications of Cancer Chemotherapy. JIACD
Ballenger JJ, eds. Ballenger’s
Continuing Education 2009;1(5).p.1-19.
Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery.
4. Susan G. Chemotherapy and Side Effects. Saint 16th ed. Hamilton, Ontario : BC Decker
Louis : American Cancer Society; 2009. p. 48-60. Inclam; 2003. p. 1321-49.
5. Warr DG. Chemotherapy and cancer-related 14. Perwitasari DA, Gelderblom H, Atthobari J,
nausea and vomiting. Curr Oncol. Mustofa M, Dwiprahasto I, Nortier JWR,
2008;15.p.4–9. Guchelaar HJ. Anti-emetic drugs in oncology:
6. Hilarius DL, Kloeg PH, Wall EVD, Heuvel pharmacology and individualization by
JJG, Gundy CM, Aaronson NK. pharmacogenetics. Int J Clin Pharm.
Chemotherapy-induced nausea and vomiting 2011;33.p.33-43.
in daily clinical practice: a community 15. Likun Z, Xiang J, Xin D, Liu Z. A systematic
hospital-based study. Support Care Cancer. review and meta-analysis of intravenous
2012;20.p.107-17. palonosetron in the prevention of
7. Sukardja IDG. Dasar-dasar kemoterapi kanker. chemotherapy-induced nausea and vomiting
Dalam : Sukardja IDG. Onkologi klinik. Edisi in adults. The Oncologist. 2011;16.p.207-16.
2. Surabaya : Airlangga University Press; 16. Mustian KM, Devine K, Ryan JL, Janelsins
2008. hal. 239-55. MC, Sprod LK, Peppone LJ, et al. Treatment
8. DeVita VT. Principles of cancer management: of nausea and vomiting during chemotherapy.
Chemotherapy. In : DeVita VT, Hellman S, US Oncol Hematol. 2011;7(2).p.91-7.
Rosenberg RA, eds. Cancer: principles and 17. Janelsins MC, Tejani M, Kamen C, Peoples A,
practice oncology. 5th ed. Philadephia: Mustian KM, Morrow GR. Current
Lippincott-Raven Publisher; 1997. p. 333-48. pharmacotherapy for chemotherapy-induced
9. Utama H, Herqutanto. Kemoterapi tumor nausea and vomiting in cancer patients. Expert
ganas. Dalam : Utama H, Herqutanto. Opin Pharmacother. 2013;14.p.757-66.
Onkologi klinis. Jakarta : Balai Penerbit 18. Dibble SL, Luce J, Cooper BA, Israel J.
FKUI; 2008. hal. 38-54. Acupressure for chemotherapy-induced
10. Forastiere AA, Kies MS. Chemotherapy for nausea and vomiting : A randomized Clinical
head and neck cancer. In : Gaertner RS, Trial. Oncology Nursing Forum.
Murphy MB, Flint S, eds. Cummings 2007;34(4);p.813-20.
otolaryngology head and neck surgery. 19. Roila F, Herrstedt F, Aapro M, Gralla RJ, Einhorn
Philadelphia : Mosby Inc; 2005. p. 114-45. LH, Ballatori E, etc. Guideline update for MASCC
11. Kentjono WA, Herawati S, Mengko SK, Wahyuni and ESMO in the prevention of chemotherapy and
SS . Update management of head and neck radiotherapy induced nausea and vomiting: results
cancer. Workshop of nasopharyngeal cancer of the Perugia consensus conference. Annals of
chemotherapy. Surabaya : Departemen/SMF Oncology. 2010;21.p.232-43.

82

Anda mungkin juga menyukai