FARMASI DI PBF
Nama Kelompok :
• ANGGRAENI EKA (13513013)
• ELIVIN RENAWATI (13513026)
• ILLA MAHILA (13513040)
• MARSTA RAVITRI F (12513053)
• ROSSALIA DEWI (13513069)
DEFINISI PBF
1. Larangan bagi Pedagang Besar Farmasi yaitu menjual
perbekalan farmasi secara eceran baik ditempat kerjanya
maupun ditempat lain; melayani resep dokter; melakukan
pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran Narkotika tanpa
izin khusus dari Mentri Kesehatan.
2. Izin usaha Pedagang Besar Farmasi akan dicabut jika, tidak
mempekerjakan Apoteker penanggung jawab yang memilki
surat izin kerja ; tidak aktif lagi dalam penyaluran obatselama
satu tahun ; tidak lagi memenuhi persyaratan usaha
sebagaimana ditetapkan dala peraturan ; tidak lagi
menyampaikan informasi Pedagang Besar Farmasi tiga kali
berturut turut ; tidak memenuhi ketentuan tat cara penyaluran
perbekalan farmasi sebagaimana yang ditetapkan
Untuk PBF bahan baku obat memiliki kewajiban
tambahan yaitu:
1. Laboratorium, yang mempunyai kemampuan untuk
melakukan pengujian bahan baku obat sesuai
ketentuan yang ditetapkan dirjen.
2. Gudang khusus tempat penyimpanan
GUDANG
Gudang dan kantor PBF atau PBF cabang boleh
terpisah selama tidak mengurangi efektivitas
pengawasan internal oleh direksi /pengurus dan
penanggung jawab, dan gudang tersebut harus
memiliki seorang apoteker penanggung jawab.
PBF boleh melakukan penambahan gudang
atau perubahan gudang dengan syarat mendapat
persetujuan dari Dirjen Bidang Pembinaan Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan.Gudang
tambahan hanya melaksanakan penyimpanan dan
penyaluran sebagai bagian dari PBF atau PBF cabang.
PBF cabang juga boleh melakukannya bila mendapat
persetujuan dari Ka.Dinkes Provinsi setempat.
PENYALURAN DI PBF
1. PBF atau PBF cabang menyalurkan obat berdasarkan
pesanan apoteker pengelola apotek atau apoteker
penanggung jawab.
2. Untuk kepentingan lembaga ilmu pengetahuan, surat
pesanan ditandatangani oleh pimpinan lembaga.
3. Untuk peyaluran obat atau bahan obat berupa obat keras,
surat pesanan harus ditandatangai oleh apoteker
penanggung jawab atau apoteker pengelola apotik.
4. PBF atau PBF cabang yang melakukan pengadaan,
penyimpanan, dan penyaluran narkotik harus memiliki izin
khusus sesuai peraturan perundang
PBF hanya bisa menyalurkan obat kepada:
1. PBF lain
2. PBF cabang lain
3. Fasilitas pelayanan kefarmasian:
- Apotek
- Klinik
- Puskesmas
- Toko obat
- Praktek bersama
- Instalasi Farmasi Rumah sakit
4. Pemerintah, bila pemerintah membutuhkan sesuai ketentuan
peraturan yang berlaku
5. PBF cabang hanya bisa menyalurkan obat dialam batas wilayah
provinsi pengakuannya
6. Lembaga Ilmu Pengetahuan
PELAPORAN
Setiap PBF atau PBF cabang wajib membuat laporan setiap 3
bulan sekali yang ditujukan kepada dirjen dengan tembusan
kepala badan POM, Ka. Dinkes Provinsi, Kepala Balai POM.
Kecuali untuk PBF atau PBF cabang yang menyalurkan Narkotika
dan psikotropika wajib membuat laporan bulanan penyaluran
Narkotika dan Psikotropika sesuai peraturan perundang-
undangan
PBF wajib melakukan pembukuan, sebagai beriku :
1. Pengarsipan Surat Pesanan
2. Faktur Penerimaan barang dari pusat
3. Faktur Pengiriman dan penyerahan barang
4. Kartu persediaan
PBF LAIN
PBF APOTEK
RUMAH SAKIT
SARANA PELAYANA
PEMERINTAH
KASUS
SEMARANG- Penertiban terhadap kebocoran jalur
resmi penyaluran obat-obatan terus dilakukan,
termasuk melalui pedagang besar farmasi (PBF)
yang memasok obat ke produsen jamu.
Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
di Semarang menyegel PBF PT SM Asia Jaya yang
beralamat di Jl Tugu Barat No 31 A Sampang
Cilacap. Dua puluh koli obat dengan jenis mencapai
132 item kini masih dalam penyegelan. Dari jumlah
itu, 90 persen merupakan obat daftar G yang harus
dengan resep dokter.
PBF tersebut terbukti menyalurkan obat-obatan ke
produsen jamu atau perorangan. ''Padahal sesuai
ketentuan harus menyalurkannya ke apotik, rumah
sakit atau ke PBF lain’’. Sebagian besar obat itu,
digunakan sebagai campuran jamu, di antaranya
parasetamol, dextrometorfan, pyroxicam, as
mevenamat, dan furosemid. ''Pemakaian obat daftar G
itu harus dengan resep dokter. Kalau dicampurkan
dengan jamu dan dikonsumsi terus menerus, bisa
berdampak bagi organ tubuh seperti ginjal atau hati.''
Dasar penyegelan dari Badan POM RI, menurut
Maringan, dilakukan karena PBF terbukti melanggar
Permenkes 1191/ SK/ IX/ 2002 tentang pendistribusian
penyaluran PBF. Jika hingga tiga kali nanti kesalahan itu
tak diperbaiki maka perizinannya akan dicabut.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH