1
e) Melakukan kegiatan-kegiatan untuk pengembangan apotek
2)Tanggung jawab :
a) Di bidang keuangan : Penggunaan secara efisien, Pengamanan dan
kelancaran
b) Di bidang persediaan barang : Pengadaan yang sehat, ketertiban
penyimpanan dan pengamanan
c) Di bidang inventaris : Penggunaan yang seefisien mungkin, pemeliharaan
serta pengamanannya
d) Di biang personalia : Ketentraman kerja, efisiensi dan strategi
e) Di bidang umum : Kelancaran, penyimpanan dan pengamanan dokumen-
dokumen
b. Asisten Apoteker (AA)
1)Tugas dan Kewajiban
a) Dalam pelayanan obat bebas dan resep mulai dari menerima pasien sampai
menyerahkan obat yang diperlukan
b) Menyusun buku defecta setiap pagi ( membantu bagian pembelian)
memelihara buku harga, sehingga selalu up to date
c) Mengerjakan pembuatan persediaan obat “AanMaak” seperti OBH, Liquor,
Sol.Rivanol, Sol.Jodii Spiritousa, SASA, dan lain-lain
d) Mencatat dan membuat laporan keluar masuknya obat narkotika, obat K-B
(Keras dan Bebas), OKT amphetamine dan lain-lain
e) Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal dan dibundel
kemudian disimpan
f) Memelihara kebersihan ruang peracikan dan lemari obat
g) Menyusun obat-obat dan mencatat obat dengan adanya kartu stok dengan
rapi
h) Bila gudang terpisah dari ruang peracikan, memelihara kebersihan gudang,
rak obat, serta penyusunan obat dan kartu stok yang rapi serta
mengontrolnya. (Dalam hal darurat, dapat menggantikan pekerjaan sebagai
penjual obat bebas, sebagai juru resep dan lain-lain)
2)Tanggung jawab :
2
Bertanggung jawab kepada asisten kepala sesuai dengan tugas yang
diselesaikannya, tidak boleh ada kesalahan, kekeliruan, kekurangan, kehilangan
dan kerusakan.
3)Wewenang
Berwenang untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai dengan
petunjuk-petunjuk / instruksi dari asisten kepala atau Pimpinan Apotek dan
semua peraturan perundang-undangan
c. Tata usaha (Keuangan)
1)Tugas dan Kewajiban Tata Usaha :
a) Mengkoordinir dan mengawasi dinas kerja bawahannya, agar semuanya
berjalan lancar
b) Membuat laporan harian, meliputi :
(1) Pencatatan penjualan kredit (kartu piutang)
(2) Pencatatan pembelian (kartu hutang) dicocokkan dengan BPB (Buku
Penerimaan Barang dari gudang)
(3) Pencatatan hasil penjualan dan tagihan dan pengeluaran setiap hari
(Buku kas / Bank, kas opname)
(4) Dinas luar : mengurusi pajak-pajak dan izin asuransi
(5) Membuat laporan bulanan : realisasi data untuk pimpinan apotek dan
membuat daftar gaji / upah / pajak
(6) Membuat laporan tahunan tutup buku (neraca dan perhitungan rugi-
laba)
(7) Surat-menyurat
2)Tanggung jawab dan Wewenang
a) Bertanggung jawab kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA)
b) Berwenang untuk melaksanakan kegiatan administrasi pembukuan sesuai
dengan petunjuk-petunjuk / instruksi dari Apoteler Pengelola Apotek (APA)
dan semua peraturan perundang-undangan yang berlaku
d. Pemegang kas (kasir)
1)Tugas dan Kewajiban
a) Mencatat penerimaan uang setelah dihitungnya terlebih dulu, begitu pula
dengan pengeluaran uang, yang harus dilengkapi dengan pendukung berupa
kwitansi, nota, tanda setoran, dan lain-lain, yang sudah di paraf oleh
Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau pejabat yang ditunjuk
3
b) Menyetorkan dan mengambilkan uang,baik dari kasir besar atau bank
2)Tanggung jawab
Bertanggung jawab atas kebenaran jumlah uang yang dipercayakan
kepadanya dan bertanggung jawab langsung kepada Apoteker Pengelola Apotek
(APA)
3)Wewenang
Berwenang untk melaksanakan kegiatan arus uang sesuai dengan petunjuk-
petunjuk instruksi dari Apoteker Pengelola Apotek (APA)
- -----------------------------------------------------
4
Membuat dan menentukan indicator form record pada setiap fungsi
kegiatan diapotek bersama PSA
Membuat system pengawasan dan pengendalian SPO dan program
kerja pada setiap fungsi kegiatan diapotek bersama PSA
Memberika KIE pada pelanggan apotek
Wewenang dan tanggung jawab :
Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan
Menentukan sistim atau peraturan yang akan digunakan
Mengawasi pelaksanaan SPO dan program kerja
Bertanggung jawab terhadap kinerja yang diperoleh dan melaporkan
seluruh kegiatan kepada PSA
3. Asisten Apoteker
I. Fungsi pembelian
Tugas dan Fungsi
Mendata kebutuhan barang
Membuat kebutuhan pareto barang
Mendata pemasok (supplier)
Merencanakan dan melakukan pembelian sesuai dengan yang
dibutuhkan, kecuali ada ketentuan lain dari APA
Memeriksa harga, diskon hasil negosiasi dengan supplier
Wewenang dan tanggung jawab
Menentukan dan melakukan negosiasi harga beli barang dan
masa pembayaran dengan supplier
Bertanggung jawab terhadap perolehan harga beli
Bertanggung jawab terhadap kelengkapan barang
II. Fungsi Gudang
Tugas dan fungsi
Menerima dan mengeluarkan berdasarkan fisik barang
Menata, merawat dan menjaga keamanan barang
Bertanggung jawab keamanan barang
Wewenang dan tanggung jawab
Menerima dan mengeluarkan barang
5
Menata dan menjaga keamanan barang
Bertanggung jawab terhadap resiko barang hilang, rusak
digudang
III. Fungsi Penjualan / Pelayanan
Tugas dan fungsi
Melakukan penjualan dengan harga yang telah ditetapkan
Menjaga kenyamanan ruang tunggu
Melayani konsumen dengan ramah dan santun
Memberikan informasi dan solusi kepada konsumen
Membina hubungan baik dengan pelanggan
Wewenang dan tanggung jawab
Memberikan diskon sesuai dengan matriks wewenangnya
Memberikan intensif kepada pelanggan sesuai dengan matriks
wewenangnya
Menjaga dan memelihara kebersihan dan keamanan barang
yang terdapat difungsi penjualan
Bertanggung jawab terhadap kenyamanan ruang tunggu dan
fasilitas konsumen lainnya
Bertanggung jawab terhadap hasil penjualan
Bertanggung jawab terhadap kepuasan konsumen
IV. Fungsi Keuangan / Kasir
Tugas dan fungsi
Membuat rencana aliran kas ( cash flow ) bulanan dan tahunan
Menerima dan mengeluarkan uang dan surat berharga lainnya
sesuai dengan bukti-bukti dokumen yang telah disetujui APA
Memelihara dan menjaga keamanan dari resiko kehilangan,
kerusakan uang dan surat berharga lainnya
Menjaga dan memelihara aliran kas agar tidak defisit
Wewenang dan tanggung jawab
Mengatur rencana aliran kas melalui penerimaan dan
pengeluaran uang dan surat berharga lainnya
Memelihara keamanan uang dan surat berharga lainnya
6
Bertanggung jawab terhadap kondisi aliran kas yang terjadi
V. Fungsi Pembukuan
Tugas dan fungsi
Mengumpulkan, mencatat, melaporkan dan mengarsipkan
laporan dengan benar dan tepat waktu
Menjaga dan memelihara keamanan dan kebersihan dokumen
apotek dari resiko kehilangan atau kerusakan
Mengawasi pelaksanaan sistim yang telah ditetapkan pada
setiap kegiatan yang ada diapotek
Wewenang dan tanggung jawab
Memeriksa dan mengklarifikasi laporan kegiatan pembelian,
penyimpanana (barang,uang) dan penjualan
Mengawasi pelaksanaan sistim pada seluruh kegiatan
Bertanggung jawab terhadap kebenaran dan kecepatan
penyajian laporan hasil kegiatan apotek
Bertanggung jawab terhadap kebersihan dan keamanan
dokumen
VI. Pembantu Umum
Tugas dan fungsi
Menjamin kebersihan di seluruh lingkungan kerja apotek
Mengelola sampah apotek dengan penuh tanggungjawab
Membantu AA dalam pengadaan dan penyiapan obat
Wewenang dan tanggung jawab
Bertanggungjawab langsung kepada pimpinan apotek dan melaksanak
an tugas sesuai instruksi dan petunjuk pimpinan apotek.
- -----------------------------------------------------
7
TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB TIAP TIAP BAGIAN
3. Assisten Apotek
Orang yang bertugas sebagai pembuat/ menyiapkan obat yang diterima dari bagian
penjualan sesuai dengan resep maupun non resep dari konsumen, dimulai dari melihat
kelengkapan obat, menyiapkan obat dan mengemas obat.
8
5. Bagian Gudang
Bagian gudang merupakan bagian dari Staff apotek, dalam hal ini yaitu bagian yang
bertanggungjawab atassegala macam kegiatan yang terjadi dibagian gudang. Tugas
dan tanggungjawabnya yaitu membuat surat pemesanan obat, mendistribusikan
barang ke bagian penjualan, melakukan kordinasi dengan bagian pembelian dan
penjualan.
6. Bagian Pembelian
a. Melakukan pemesanan obat kepada supliyer
b. Melakukan negosiasi harga ke supliyer dan mencari harga yang sesuai atau
kompetetif, sehingga dapat menaikan keuntungan dari penjualan barang.
9
mengecek barang dan stok barang serta menghindari kelupaan pemesanan kembali
barang.
b. Buku Pembelian/ Penerimaan Barang
Buku ini mencatat barang yang diterima dri PBF. Kadang-kadang buku ini juga
bisa digunakan sebagai buku penerimaan barang digudang dan biasanya disebut
buku gudang.
c. Buku Register Narkotika
Buku ini untuk mencatat penambahan persediaan narkotika dan pembelian, juga
mencatat pengurangan narkotika baik untuk resep maupun keperluan yang lain.
Buku ini memuat kolom-kolom yang berisi bulan, tahun, penerimaan dan persediaan
awal bulan, pengeluaran dan persediaan awal bulan. Laporan penggunaan narkotika
dikirim setiap bulan ke Dinas Kesehatan dan instansi lain sesuai dengan aturan yang
berlaku di daerah apotek didirikan.
d. Buku Catatan Psikotropika
Buku ini mencatat penambahan psikotropika dari pembelian dan pengurangan
psikotropika karena penggunaan untuk resep. Setiap bulan penggunaan psikotropika
dilaporkan ke Dinas Kesehatan atau instansi yang terkait sesuai dengan aturan
dimana apotek didirikan.
e. Buku Catatan OWA
Buku ini untuk mencatat penjualan OWA ( Obat Wajib Apotek)
f. Buku Penjualan Obat dengan Resep
Buku ini untuk mencatat resep-resep yang dilayani setiap hari. Dalam buku ini
dicatat tanggal, nomor resep, nama pasien, jumlah R/, harga resep, jumlah R/
generik, harga resep generik. Dari buku ini bisa dibuat laporan statistik resep dan
pengunaan obat generik berlogo. Laporan statistik resep dan obat generik berlogo
dikirim setiap bulan ke Dinas Kesehatan Kabupaten dan instansi lain sesuai aturan
yang berlaku di daerah apotek didirikan.
g. Buku Hutang
Buku ini mencatat nama-nama PBF rekanan, dilengkapi catatan tanggal dan
nomor faktur, jumlah hutang apotek pada masing-masing PBF.
h. Buku Inkaso Harian
Buku ini baru digunakan apabila barang yang terhutang sudah jatuh tempo.
Setelah dilunasi, apotek akan menerima faktur asli disertai faktur pajak. Pelunasan
10
ini dicatat dalam buku kas dengan menuliskan tanggal, nama PBF, nomor faktur,
dan jumlah pelunasan.
i. Buku Kas
Dalam buku ini dicatat semua pendapatan dan pengeluaran apotek. Pencatatan
dilakukan setiap hari sehingga dari buku ini bisa diketahui berapa saldo uang kas
yang ada di apotek. Buku ini bisa dibantu dengan beberapa buku lain, misalnya buku
kas kecil, buku pengeluaran dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan masing-masing
apotek.
j. Buku Bank
Buku ini untuk mencatat kekayaan apotek yang ada di bank.
k. Buku Catatan Tenaga Kerja
Buku ini mencatat tenaga kerja yang ada di apotek. Setiap tiga bulan data tenaga
kesehatan yang bekerja di apotek dilaporkan ke Dinkes Kabupaten.
l. Neraca Akhir Tahun
Neraca ini dibuat untuk mengetahui posisi apotek pada akhir periode tutup
buku. Neraca ini berisi kas, piutang, inventaris, hutang dagang, modal dan lain-lain
sesuai dengan kebutuhan apotek.
IV. Mempelajari alur pengadaan obat, perencanaan, seleksi serta penerimaan dan
penyimpanan obat.
a. Mempelajari rencana pengadaan obat
b. Mempelajari seleksi obat yang akan dipesan
11
c. Mempelajari cara pemesanan obat
d. Mempelajari cara penerimaan dan penyimpanan obat
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga
dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah yang sesuai
dengan kebututuhan dan anggaran, serta menghindari kekosongan obat. Dalam
perencanaan pengadaan sediaan farmasi seperti obat-obatan dan alat kesehatan, maka
perlu dilakukan pengumpulan data-data obat-obatan yang akan dipesan. Data obat-
obatan tersebut biasanya ditulis dalam buku defecta, yaitu jika barang habis atau
persediaan menipis berdasarkan jumlah barang yang tersedia pada bulan-bulan
sebelumnya.
Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek
(APA) dalam melaksanakan perencanaan pemesanan barang, yaitu memilih Pedagang
Besar Farmasi (PBF) yang memberikan keuntungan dari segala segi, misalnya harga yang
ditawarkan sesuai (murah), ketepatan waktu pengiriman, diskon dan bonus yang
diberikan sesuai (besar), jangka waktu kredit yang cukup, serta kemudahan dalam
pengembalian obat-obatan yang hampir kadaluarsa (ED)
Sesuai KepMenkes No. 1027 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek, maka dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu
memperhatikan :
a. Pola penyakit
Perlu memperhatikan dan mencermati pola penyakit yang timbul di sekitar
masyarakat sehingga apotek dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tentang obat-
obat untuk penyakit tersebut.
b. Tingkat perekonomian masyarakat
Tingkat ekonomi masyarakat di sekitar apotek juga akan mempengaruhi
daya beli terhadap obat-obatan. Jika masyarakat sekitar memiliki tingkat
perekonomian menengah ke bawah, maka apotek perlu menyediakan obat-obatan
yang harganya terjangkau seperti obat generik berlogo. Demikian pula sebaliknya,
jika masyarakat sekitar memiliki tingkat perekonomian menengah ke atas yang
12
cenderung memilih membeli obat-obat paten, maka apotek juga harus menyediakan
obat-obat paten yang sering diresepkan.
c. Budaya masyarakat
Pandangan Demikian juga dengan budaya masyarakat yang lebih senang
berobat ke dokter, maka apotek perlu memperhatikan obat-obatan yang sering
diresepkan oleh dokter tersebut.
Dalam perencanaan pengadaan ini, ada empat metode yang sering dipakai
yaitu :
a) Metode epidemiologi :
perencanaan dengan metode ini dibuat berdasarkan pola penyebaran
penyakit dan pola pengobatan penyakit yang terjadi dalam masyarakat sekitar
b) Metode konsumsi :
Perencanaan dengan metode ini dibuat berdasarkan data pengeluaran barang
periode lalu. Selanjutnya data tersebut dikelompokkan dalam fast moving ( cepat
beredar) maupun yang slow moving (lambat beredar)
c) Metode kombinasi :
Metode ini merupakan gabungan dari metode epidemiologi dan metode
konsumsi. Perencanaan pengadaan barang dibuat berdasarkan pola sebelumnya.
d) Metode just in time :
Perencanaan dilakukan saat obat dibutuhkan dan obat yang ada di apotek
dalam jumlah terbatas. Perencanaan ini untuk obat-obat yang jarang dipakai atau
diresepkan dan harganya mahal serta memiliki waktu kadaluarsa yang pendek.
2. Pengadaan
Menurut KepMenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004, pengadaan merupakan
kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui.
13
Pengadaan barang dilakukan berdasarkan perencanan yang telah dibuat dan
disesuaikan dengan anggaran keuangan yang ada. Pengadaan barang meliputi proses
pemesanan, pembelian dan penerimaan barang.
14
Pengadaan secara berencana adalah perencanaan pembelian obat
berdasarkan penjualan permiggu atau perbulan. Sistem ini dilakukan pendataan
obat-obat mana yang laku banyak dan tergantung pula pada kondisi cuaca, misalnya
saat pergantian musim banyak orang yang menderita penyakit batuk dan pilek. Hasil
pendataan tersebut diharapkan dapat memaksimalkan prioritas pengadaan obat.
Cara ini biasa dilakukan apabila supplier atau PBF berada diluar kota.
c. Pengadaan secara spekulatif
Cara ini dilakukan apabila akan ada kenaikan harga atau bonus yang
ditawakan jika mengingat kebutuhan, namun resiko ini terkadang tidak sesuai
dengan rencana, karena obat dapat rusak, apabila stok obat di gudang melampaui
kebutuhan. Di sisi lain obat-obat yang mempunyai ED dalam waktu dekat akan
menyebabkan kerugian yang besar, namun apabila spekulasinya benar dapat
mendatangkan keuntungan yang besar.
d. Pengadaan secara konsinyasi
Pemilik barang menitipkan barang kepada apotek. Apotek hanya membayar
barang yang terjual, sedangkan sisanya dapat diperpanjang masa konsinyasinya.
Cara seperti ini biasanya dilakukan pada produk baru. Pembayaran dilakukan jika
barang terjual. PBF menitipkan barang baru (produk baru) ke apotek, jika sudah laku
terjual baru kemudian dibayar ke PBF dan jika tidak laku dalam jangka waktu
tertentu yang telah disepakati maka barang dapat dikembalikan.
3. Penerimaan
15
Jika sesuai, maka faktur ditandatangani oleh Apoteker/AA
(nama terang, SIK dan cap apotek)
4. Penyimpanan
Menurut KepMenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004, penyimpanan adalah suatu
kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi
yang diterima di tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang
dapat merusak mutu obat.
Tujuan dilakukan penyimpanan barang :
a. Memelihara mutu obat
b. Menghindari penggunaan obat (barang) yang tidak
Bertanggung jawab
c. Menjaga kelangsungan persediaan
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan
Obat dan bahan obat harus disimpan dalam wadah yang cocok dan harus memenuhi
ketentuan pembungkusan dan penandaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Obat
yang disimpan harus terhindar dari cemaran dan peruraian, terhindar dari pengaruh
udara, kelembaban, panas dan cahaya. Obat dan sediaan farmasi yang dibeli tidak
langsung dijual, tetapi ada yang disimpan digudang sebagai persediaan.
Penyimpanan obat digolongkan berdasarkan bentuk bahan baku, seperti bahan
padat, dipisahkan dari bahan yang cair atau bahan yang setengah padat. Hal tersebut
dilakukan untuk menghindarkan zat-zat yang bersifat higroskopis, demikian pula halnya
terhadap barang-barang yang mudah terbakar. Serum, vaksin dan obat-obat yang
mudah rusak atau meleleh pada suhu kamar disimpan dalam lemari es. Penyimpanan
obat-obat narkotika disimpan dalam lemari khusus sesuai dengan PerMenkes No. 28
tahun 1978 untuk menghindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti
16
penyalahgunaan obat-obat narkotika. Penyusunan obat dilakukan dengan cara
alphabetis untuk mempermudah pengambilan obat saat diperlukan.
pengeluaran barang di apotek menggunakan sistem FIFO (First In First Out),
demikian pula halnya obat-obatan yang mempunyai waktu kadaluarsa lebih singkat
disimpan paling depan yang memungkinkan diambil terlebih dahulu (First Expired First
Out) atau FEFO (KepMenkes No. 1027 tahun 2004),
fungsi control inventory adalah mengetahui kekurangan bahan, mengecek kerusakan
barang atau bahan, mengontrol jatuh tempo kliennya. Sedangkan tugas dari control
inventory adalah defecta regular dengan kolom sebagai berikut : no, item, nama barang
dan satuan, jumlah satuan, supplier. Dari sistem pengontrolan ada tiga tipe
pengontrolan diantaranya:
a. Ketat
Tipe ini dilakukan untuk barang yang harganya mahal dan sangat banyak
dibutuhkan. Hal tersebut bertujuan agar menghindari pasien tidak mendapat obat
yang sangat dibutuhkan. Begitu pula terhadap obat-obat yang mempunyai waktu
kadaluarsa singkat harus dipantau secara ketat untuk menghindari terjadinya kerugian
pada apotek.
b. Normal
Tipe ini dilakukan pada barang yang harganya tidak terlalu mahal dan
pengeluarannya tidak terlalu banyak atau seimbang setiap bulannya.
c. Periodik
Tipe ini dilakukan untuk barang yang harganya murah dan banyak dibutuhkan.
Pengecekkannya harus secara periodik untuk menghindari kekosongan persediaan
obat dan disesuaikan dengan kondisi nyata.
17
Penggolongan obat tersebut terdiri dari :
1) Obat bebas (Perda Nomor 12 Tahun 1994)
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep
dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat keras ataupun
obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di Depkes RI. Contoh : minyak kayu putih,
obat batuk hitam, obat batuk putih, tablet parasetamol, tablet vitamin C, vitamin B
kompleks, vitamin E, dan lain-lain.
Penandaan obat bebas diatur berdasarkan SK Menkes RI Nomor
2380/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas dan obat bebas terbatas.
Tanda khusus untuk obat bebas yaitu lingkaran bulat warna hijau dengan garis tepi
berwarna hitam, seperti terlihat pada gambar berikut :
18
Gambar.5 peringatan pada obat bebas terbatas
19
Hanya untuk kumur jangan ditelan
Contoh :
(1) Kalii Chloras dalam larutan
(2) Zincum, obat kumur yang mengandung persenyawan zincum
20
Gambar.6 Lambang obat bebas terbatas
3) obat keras daftar G
Obat keras atau daftar G menurut bahasa belanda “G” singakatan dari
“Gevaarlijk” artinya berbahaya, maksudnya obat dalam golongan ini
berbahaya jika pemakaiannya tidak berdasarkan resep dokter.
a) Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh sipembuat disebutkan bahwa obat
itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter.
b) Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang untuk dipergunakan secara
parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain
dengan jalan merobek rangkaian asli atau jaringan.
c) Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah
dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan
manusia.
d) Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras : obat itu sendiri dalam
substansi dan semua sediaan yang mengandung obat itu, terkecuali apabila
dibelakang nama obat disebutkan ketentuan lain, atau ada pengecualian.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus obat keras daftar G adalah lingkaran
bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang
menyentuh garis tepi, seperti yang terlihat pada gambar berikut :
21
4) Obat Wajib Apotek
Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di
apotek tanpa resep dokter.
Peraturan tentang Obat Wajib Apotek berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990 yang telah diperbaharui dengan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 924/Menkes/Per/X/1993, dikeluarkan dengan
pertimbangan sebagai berikut :
a) Pertimbangan yang utama untuk obat wajib apotek ini sama dengan
pertimbangan obat yang diserahkan tanpa resep dokter, yaitu meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi
masalah kesehatan, dengan meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat,
aman dan rasional.
b) Pertimbangan yang kedua untuk peningkatan peran apoteker di apotek
dalam pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi serta pelayanan obat
kepada masyarakat.
c) Pertimbangan ketiga untuk peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan
untuk pengobatan sendiri.
Kewajiban :
Pada penyerahan obat wajib apotek ini terhadap apoteker terdapat
kewajiban-kewajiban sebagai berikut:
a) Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat perpasien yang disebutkan
dalam obat wajib apotek yang bersangkutan.
b) Membuat catatan pasien serta obat yang diserahkan
c) Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakai, kontraindikasi, efek
samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.
22
b) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 924/Menkes/Per/X/1993 tenatng
Daftar Obat Wajib Apotek No.2
Contoh :
(1) Bacitracin cream (1 tube)
(2) Clindamicin cream (1 tube)
(3) Flumetason cream (1 tube)
c) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang
Daftar Obat Wajib Apotek No.3
Contoh :
(1) Ranitidin
(2) Asam fusidat
(3) Allupurinol
23
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dapat dibedakan kedalam
golongan I, II dan III. Menurut UU RI No.22 tahun 1997, narkotika dibagi 3 golongan
yaitu :
a) Narkotika golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi yang
sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. Contoh : ganja, papaver
somniverum, cocain ( erythroxylon coca), opium mentah, opium masak, heroin,
etorfin dan lain-lain.
b) Narkotika golongan II
Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan digunakan sebagai pilihan
terakhir dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta memiliki potensi tinggi
menimbulkan ketergantungan. Contoh : fentanil, morfin, petidin, tebaina,
ekgonina dan lain-lain.
c) Narkotika golongan III
Narkotika yang digunakan dalam terapi atau pengobatan dan untuk
pengembangan pengetahuan serta memilik potensi ringan menimbulkan
ketergantungan. Contoh : etil morfin, codein, propiran, nikokodina, polkodina,
norkodeina dan lain-lain.
Pengertian psikotropika menurut Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang
psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Psikotropika dibagi menjadi 4 golongan, yaitu :
a) Golongan I
Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
lisergida dan psilosibina.
b) Golongan II
Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalam terapi atau ilmu pengetahuan serta mempunyai
24
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : amfetamina
dan metakualon
c) Golongan III
Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh
: amobarbital dan Phenobarbital
d) Golongan IV
Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh
: diazepam dan klordiazepoksida
Filosofi logo :
25
b) Warna hijau dan kuning merupakan perwujudan kekayaan sumber daya alam
Indonesia ( keanekaragaman hayati)
c) Stilisasi jari-jari daun (tiga pasang) melambangkan serangkaian proses yang
sederhana yang merupakan visualisasi proses pembuatan jamu
26
8) Fitofarmaka (Clinical Based Herbal Medicine)
Fitofarmaka berasal dari bahasa yunani : phyto yang berarti tanaman dan
pharmakon yang berarti obat.
Adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik, uji tekhnologi farmasi dan uji klinik.
Yang dimaksud uji praklinik meliputi uji khasiat dan uji toksisitas. Uji
tekhnologi farmasi untuk menentukan identitas atau bahan berkhasiat secara
seksama sampai dapat dibuat produk jadi yang terstandarisasi. Uji klinik dilakukan
terhadap manusia.
Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alami yang dapat
disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya telah
distandarisasi serta ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinis pada
manusia. Produk-produk fitofarmaka memiliki ciri berupa gambar berbentuk
seperti ranting dalam lingkaran berwarna hijau. Beberapa contoh fitofarmaka
diantaranya yaitu : Stimuno (PT Dexa Medika) dan Tensigard (PT Phapros).
27
Penyimpanan obat berdasarkan efek farmakologi yaitu obat disimpan
berdasarkan khasiat obat terhadap suatu penyakit. Misalnya untuk penyakit
asma, maka obat disusun khusus untuk penyakit asma.
d. Berdasarkan Abjad
Penyimpanan obat berdasarkan abjad, yaitu obat disusun atau disimpan
berdasarkan nama obat (A-Z).
e. Berdasarkan Efek Kerja Obat
1) Efek sistemis, yaitu efek obat yang bekerja diseluruh tubuh
Contoh :
a) Oral, yaitu pemberian melalui mulut
b) Oromukosal, yaitu pemberian melalui mukosa dirongga mulut, ada dua
macam cara yaitu :
(1) Sublingual, yaitu obat ditaruh dibawah lidah
(2) Bucal, yaitu obat diletakkan diantara pipi dan gusi
c) Injeksi, yaitu pemberian obat secara parenteral atau menembus
kulit/selaput lendir
d) Implantasi, yaitu pemberian obat dalam bentuk pellet steril dimasukkan
dibawah kulit dengan alat khusus (trocar), digunakan untuk efek yang
lama.
e) Rektal, yaitu pemberian obat melalui rektal atau dubur. Cara ini memiliki
efek sistemis lebih cepat dan lebih besar dibandingkan peroral dan baik
sekali digunakan untuk obat yang mudah dirusak asam lambung.
f) Transdermal, yaitu cara pemakaian obat melalui permukaan kulit berupa
plester, obat menyerap secara perlahan dan masuk ke dalam sistem
peredaran darah langsung ke jantung.
2) Efek Lokal, yaitu efek obat yang bekerja setempat
Contoh :
a) Kulit (percutan), yaitu obat diberikan dengan jalan mengoleskan pada
permukaan kulit, misalnya salep dan
Krim, dll.
b) Inhalasi, yaitu obat disemprotkan untuk disedot melalui hidung atau
mulut dan penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut, tenggorokan
dan pernafasan.
28
c) Mukosa mata dan telinga, yaitu obat diberikan melalui selaput/mukosa
mata atau telingan, bentuknya obat tetes atau salep, obat reabsorpsi ke
dalam darah dan menimbulkan efek.
d) Intra vaginal, yaitu obat diberikan melalui selaput lendir mukosa vagina,
biasanya berupa obat anti fungi dan pencegahan kehamilan.
e) Intra nasal, yaitu obat diberikan melalaui selaput lendir hidung untuk
menciutkan selaput mukosa hidung yang membengkak, misalnya otrivin
f. Berdasarkan FIFO dan FEFO
1) FIFO (First In First Out), yaitu penyimpanan obat berdasarkan tanggal masuk
obat atau obat yang datang pertama diletakkan didepan agar barang
tersebut keluar lebih awal
2) FEFO ( First Expired First Out), yaitu penyimpanan obat berdasarkan tanggal
kadaluarsa yang paling cepat. Obat yang mempunyai tanggal kadaluarsa
paling cepat, diletakkan paling depan agar obat tersebut dikeluarkan lebih
awal
g. Berdasarkan Masa Perputaran Barang
1) Slow Moving, yaitu obat yang lambat beredar atau jarang diresepkan oleh
dokter
2) Fast Moving, yaitu obat yang cepat beredar atau sering digunakan dan
diresepkan oleh dokter
h. Berdasarkan sifat kimia dan sifat fisika
Obat-obat yang mudah rusak dan meleleh pada suhu kamar, obat yang
mudah menguap, obat yang mudah terbakar, penyimpanan untuk obat yang
tidak kena cahaya dan obat yang mudah meledak
i. Berdasarkan LASA
Penyimpanan obat berdasarkan LASA atau Look A Like Sound A Like adalah
penyimpanan yang mempunyai nama obat yang mirip. Contoh dari obat yang
terlihat dan terdengar sama adalah obat Oxcal dan Oscal.
j. Berdasarkan Volume atau Ukuran
Penyimpanan obat berdasarkan volume atau ukuran, yaitu obat yang
mempunyai ukuran lebih besar diletakkan dibawah, sedangkan obat yang
mempunyai ukuran lebih kecil diletakkan diatas.
5. Distribusi
29
Menurut KepMenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004, dsitribusi merupakan kegiatan
mendistribusikan perbekalan farmasi di apotek untuk pelayanan individu serta untuk
menunjang pelayanan medis.
Tujuan distribusi adalah untuk menjamin ketersediaan obat, memelihara mutu obat,
menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga kelangsungan
persediaan, memperpendek waktu tunggu, pengendalian persediaan, memudahkan
pencarian dan pengawasan waktu tunggu serta memudahkan pencarian dan
pengawasan.
32
saluran nafas (obat asma), obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular,
anti parasit dan obat kulit topikal.
Obat Bebas Terbatas Bertanda Biru (W)
Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diberikan kepada pasien
tanpa resep dokter dengan pengarahan dalam bungkus aslinya dan diberi
tanda peringatan. Pada kemasannya diberikan tanda bulatan warna biru.
Contohnya : obat batuk dan flu
Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat diberikan atau dapat dibeli secara bebas
dan tidak membahayakan bagi pemakai. Pada kemasannya diberi tanda
bulatan warna hijau. Contohnya : obat – obat multivitamin.
Dalam hal salinan resep pada dasarnya salinan resep adalah resep juga.
Salinan resep selain memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli juga
memuat:
a. nama dan alamat apotik
33
b. nama dan Nomor Surat Izin Pengelolaan Apotik
c. tanda tangan atau paraf apoteker pengelola apotek
d. tanda ’det’ atau ’detur’ untuk obat yang sudah diserahkan; tanda ’nedet’ atau
’nedetur’
untuk obat yang belum diserahkan
e. nomor resep dan tanggal pembuatan (Anonim, 1981)
Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan
memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.
b. Pengetiketan
Etiket harus jelas dan dapat dibaca. Etiket Biru untuk Obat Luar (selain
peroral). Etiket Putih untuk obatt dalam (peroral)
c. Pengemasan obat
34
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok
sehingga terjaga kualitasnya.
d. Penyerahan obat
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan
akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat
dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling
kepada pasien dan tenaga kesehatan.
e. Informasi obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada
pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian, cara penyimpanan, jangka
waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari
selama terapi.
f. Konseling.
Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan, pengobatan dan
perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien
atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan
salah sediaan atau perbekalan kesehatan lainnya.
Untuk penderita penyakit tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC,
asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara
berkelanjutan.
g. Monitoring obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan
pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien seperti cardiovascular,
diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya.
35
Yaitu resep yang berasal dari buku-buku resemi, seperti Fornas, Formin
Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek menurut urutan tanggal dan
nomor urut penerimaan resep. Penyimpanan untuk resep narkotika harus dipisah
dari resep lainnya. Lama penyimpanan resep-resep ini dalam jangka waktu 3
tahun. Setelah 3 tahun, resep-resep tersebut dapat dimusnahkan oleh Apoteker
Pengelola Apotek dengan disaksikan sekurang-kurangnya oleh seorang petugas
apotek dan dibuatkan berita acara pemusnahannya.
Resep Narkotika
Syarat dan penanganan resep narkotika yang dapat diterima oleh Apotek, yaitu :
1. Resep harus diskrining terlebih dahulu dimana :
a. Harus resep asli (bukan copy resep)
b. Ada nama penderita dan alamat lengkapnya yang jelas
c. Tidak boleh ada tulisan “ Iter ” yang artinya dapat diulang
36
d. Aturan pakai yang jelas, dan tidak boleh ada tulisan “UC” (Usus
Cognitus) yang artinya Cara pakai diketahui
Pemusnahan Resep
Resep yang telah disimpan melebihi 3 tahun dapat dimusnahkan
Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang
memadai, oleh APA bersama dangan sekurang-kurangnya petugas apotek
Pada pemusnahan resep harus dibuat berita acara pemusnahan sesuai dengan
bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat dan ditandatangani oleh APA
bersama dengan petugas apotek yang menyaksikan
Pada pemusnahan resep yang telah disimpan selama 3 tahun kemudian dibuat
berita acara pemusnahan sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangka 4 dan
ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek, seorang petugas apotek yang ikut
memusnahkan dan 2 orang saksi ( Dinkes/BPOM).
Berita acara pemusnahan ini memuat antara lain :
a. Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan
b. Tanggal terawal dan terakhir resep
c. Berat resep yang dimusnahkan dengan kilogram
d. Nama pemegang izin khusus (APA)
37
e. Nama saksi ( 1 orang dari pemerintah dan 1 orang dari badan/instansi yang
bersangkutan)
f. Cara pemusnahan
g. Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi
Pada pemusnahan obat dan perbekalan farmasi yang rusak dan kadaluarsa
dilakukan dengan cara dibakar, ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh
BPOM sesuai pasal 12 Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993.
Pemusnahan tersebut harus dilaporkan oleh APA secara tertulis kepada Dinkes Kota
dengan mencantumkan :
38