Anda di halaman 1dari 24

MANAJEMEN PEDAGANG

BESAR FARMASI

KELOMPOK 2 :
1. ALFITRA RAMADHAN ( 2000050 )
2. DINI KARTIKA ( 2000058 )
3. HAZIZAH ( 2000065 )
4. MELA AZARA FITRI ( 2000074 )
5. RISKA ANGRAINI ( 2000083 )
6. SISKA NATALIA BR.SINAGA ( 2000090 )
Kegiatan PBF..

Mengadakan Menyimpan Menyalurkan


MANAJEMEN OBAT
FARMASI DI PBF
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi
(PBF), PBF adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki
izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran sediaan farmasi dalam
jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan .
Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan salah satu unit
terpenting dalam kegiatan penyaluran sediaan farmasi ke fasilitas
pelayanan kesehatan seperti apotek, instalasi farmasi rumah sakit,
puskesmas, klinik dan toko obat agar dapat sampai ke tangan
masyarakat.
MANAJEMEN FARMASI DI APOTEK
Manajemen Apotek

Manajemen Apotek, adalah manajemen farmasi yang diterapkan di apotek.


Sekecil apapun suatu apotek, sistem manajemennya akan terdiri atas
setidaknya beberapa tipe manajemen, yaitu:

1.Manajemen keuangan
2.Manajemen pembelian
3. Manajemen penjualan
4.Manajemen Persediaan barang
5.Manajemen pemasaran
6.Manajemen khusus
7.Manajemen keuangan
Kegiatan Pengadaan

• Pengadaan obat Dari industri farmasi atau dari


PBF lainnya
• Pengadaan bahan obat Dari industri farmasi atau
dari PBF lainnya dan importasi
• PBF cabang dari PBF pusat
• Pengadaan, penyimpanan dan penyaluran narkotika
perlu izin khusus
• Pengadaan menggunakan SP dengan mencantumkan
tanda tangan APJ & No SIKA (Permenkes 30 tahun
2017)
Kegiatan penyimpanan

• Menempatkan barang dalam gudang yang aman dan


terkunci
• Memastikan karakteristik barang (kualitas, kondisi fisik
barang) ditangani benar
• Barang tidak boleh langsung terkena lantai atau tembok
untuk menghindari kelembaban/basah/kerusakan.
• Barang dapat diidentifikasi dengan cepat
• Mudah untuk dibersihkan dan dipindahkan
• Tersedia SPO/protap penyimpanan
Lanjutan..

• Penyimpanan sesuai jenis produk dan bentuk


sediaan
• Sesuai spesifikasi produk dan menggunakan
pallet
• Menggunakan sistem FIFO/FEFO dan label
yang jelas
• Barang rusak, ED, terkontaminasi, recall,
diduga palsu
disimpan terpisah & dikunci serta diberi
penandaan
• Melakukan SO secara berkala untuk menjaga
akurasi stok
• Tersedia SOP dan semua dokumen yg
berkaitan
didokumentasikan
Lanjutan..

Penyimpanan Psikotropika Dan


Prekursor

• PBF yang menyalurkan Psikotropika dan


Prekursor harus memiliki tempat penyimpanan
berupa gudang khusus atau ruang khusus.
• PBF yang menyalurkan Prekursor Farmasi
dalam bentuk obat jadi, harus menyimpan dalam
gudang penyimpanan obat yang aman
• Gudang khusus atau ruang khusus untuk
tempat
penyimpanan berada dalam penguasaan
Apoteker penanggung jawab
Kegiatan penyaluran obat

PBF
Pbf Pbf Toko Instansi
Apotek IFRS Puskesmas Klinik
cabang lainnya obat pemerintah
LANJUTAN…

- PBF dilarang menjual obat atau bahan


obat secara enceran.
- PBF dilarang menerima dan melayani
resep dokter.
- PBF tidak dapat menyalurkan obat
keras kepada toko obat.
- PBF Cabang hanya dapat menyalurkan
obat dan/atau bahan obat di wilayah
provinsi sesuai surat izinnya.
LANJUTAN…

- PBF hanya melaksanakan penyaluran


obat berupa obat keras berdasarkan surat
pesanan yang ditanda tangani apoteker
pengelola apotek atau apoteker
penanggung jawab
- PBF yang melakukan pengadaan,
penyimpanan, dan penyaluran narkotika
wajib memiliki izin khusus
PENYALURAN PSIKOTROPIKA
DAN
PREKURSOR

 PBF hanya dapat menyalurkan Psikotropika dan


Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi kepada
PBF lainnya, Apotek, Puskesmas (yang ada
apotekernya), Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
Instalasi Farmasi Klinik (yang ada apotekernya),
Instalasi Farmasi Pemerintah dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan.
LANJUTAN…

PBF juga dapat menyalurkan Prekursor


Farmasi golongan obat bebas terbatas kepada
toko obat.
Penyaluran Psikotropika dan Prekursor Farmasi
dalam bentuk obat jadi hanya dapat dilakukan
berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani
oleh Apoteker Penanggung Jawab atau Kepala
Lembaga Ilmu Pengetahuan
DALAM DISTRIBUSI DIKENAL:

A. Penjualan rutin kesaluran distribusi rutin/ regular, misalnya :


Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik,
Toko Obat ( hanya obat bebas & obat daftar W )
B. Penjualan non regular / non rutin ke instansi lain terutama
Instansi Pemerintah melalui proses pelelangan atau tender.

PBF dan cabangnya wajib menyampaikan laporan kegiatan 3


(tiga) bulan sekali meliputi kegiatan penerimaan dan penyaluran
obat atau bahan obat kepada Dirjen BinFar dengan tembusan
kepada Kepala Badan POM, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
dan kepala balai POM setempat.
Sedangkan PBF dan cabangnya yang menyalurkan narkotika
dan Psikotropika wajib menyampaikan laporan bulanan
penyaluran Narkotika dan Psikottropika sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pedagang Besar farmasi dilarang melakukan:
Menjual obat atau bahan obat secara eceran
Menerima dan atau melayani resep dokter
menyimpan dan mengeluarkan obat golongan
narkotoka/psikotropika tanpa izin apoteker penanggung jawab.
Pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku dapat dikenai
sanksi administrasi berupa :
-Peringatan
-Penghentian sementara
-Pencabutan pengakuan (bagi PBF cabang)
-Pencabutan izin.
PENCABUTAN IZIN USAHA PBF

A. Tidak mempekerjakan Apoteker atau Asisten Apoteker


penanggung jawab memiliki surat izin kerja atau
B. Tidak aktif lagi dalam penyaluran obat selama satu tahun
C. Tidak lagi memenuhi persyaratan usaha sebagaimana
ditetapkan dalam peraturan
D. Tidak lagi menyampaikan informasi Pedagang Besar
farmasi 3 kali berturut-turut dan atau
E. Tidak memenuhi ketentuan tata cara penyaluran
perbekalan farmasi sebagaimana yang ditetapkam
RUANG LINGKUP PEKERJAAN KEFARMASIAN DI
PBF
Apoteker adalah seseorang yang memiliki
tanggung jawab dalam meracik dan
menjelaskan mengenai obat-obatan kepada
pasien di rumah sakit, klinik, dan apotek.
Tidak hanya obat untuk sakit, seorang
apoteker juga harus mendalami ranah
kosmetik dan obat tradisional yang cukup
beragam.
PERAN APOTEKER DI PBF
● 1.Melakukan pekerjaan kefarmasian diPBF
sesuai peraturan perundangan.
● 2.Melakukan pencatatan yang berkaitandengan
distribusi.
● 3.Sebagai penanggung jawab pd
bagianpemastian mutu, produksi, pengawasan
mutu.
● 4.Melakukan program kendali mutu,kendali biaya
yang dilakukan oleh auditkefarmasian
TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN

TTK atau tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang


membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan
Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker
PERAN TENAGA
TEKNIS
KEFARMASIAN
1.Melakukan pengadaan, penyimpanan,dan
pendistribusian di bawahpengawasan apoteker.
2.Menyusun obat dan alat kesehatan.
3.Membuat laporan distribusi obat setiapbulan di
bawah pengawasan apoteker.
4.Membuat surat pengembalian obat yangtelah
kadaluwarsa ke pabrik.
5.Menyiapkan faktur penjualan obat-obatan dan alat
kesehatan untuk informasi ke Balai POM.
LAPORAN BULANAN PSIKOTROPIKA
DAN PREKURSOR
PELAPORAN
Tenaga kefarmasian khususnya Apoteker
penanggung jawab mengerjakan segala
hal pembuatan laporan yang dikirim ke
Dinas Kesehatan Provinsi maupun Balai
Besar Pengawasan Obat dan makanan.
(BPOM,2015).
LAPORAN OBAT PSIKOTROPIKA
 Laporan berisikan data keluar masuknya obat golongan
psikotropika ke PBF selama 1 bulan.
 Laporan yang ditujukan kepada Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alkes.
 Dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan Provinsi, BPOM
dan arsip PBF.
 Laporan disertakan dengan: Copy faktur penjualan PBF
yang telah ditanda tangani dan di stempel penerima. Copy
surat pesanan barang dari outlet yang ditanda tangani
penanggung jawab Apotek/Rumah Sakit harus Apoteker
DAFTAR PUSTAKA
• Anief, M, 2014. Manajemen Farmasi. Gadjah Mada University : Yogyakarta

• Anggreni, D. 2015. Penggunaan narkotika, spikotropika dan zat adiktif . eJournal


sosiatri-sosiologi. ISSN 0000-0000, Volume 3, Nomor 3, 2015 : 37-51

• Kementrian kesehatan RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Indinesia No.


1148/MENKES/PER/VI 2011 Tentang Perdagangan Besar Farmasi. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

• Menkes RI. 2020. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun 2015 Tentang
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan Psikotropika, Dan Prekursor
Farmasi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Thank you!!!

Anda mungkin juga menyukai