Apotek WD Farma
a. Regulasi
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI)
Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Kefarmasian di
Apotek.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI)
Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI)
Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP RI) Nomor 51 Tahun
2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes RI) No. 3 Tahun 2015
tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.
b. Pengadaan Sediaan Farmasi Alat Kesehatan dan Bahan Media Habis Pakai
1. Perencanaan
Dalam hal ini apotek WD Farma melakukan perencanaan persedian
yang dibutuhkan di apotek berdasarkan metode konsumsi. Dalam
perncanaan barang juga perlu di pertimbangkan obat-obat fast moving dan
obat-obat slow moving. Barang dipesan berdasarkan pada jenis barang
yang sudah habis atau persediaannya diruang peracikan hanya bersisa
sedikit berdasarkan pada stok obat yang terdapat pada kartu stok maupun
yang terdapat dalam lemari stok.
2. Pengadaan
Pemesanan barang dapat dilakukan secara langsung dengan
menggunakan surat pesanan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF).
Semua pesanan ditanda tangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA)
dengan mencantumkan nama dan nomor SIPA apoteker. Apabila terdapat
kekosongan obat tertentu di apotek dan obat tersebut dibutuhkan secara
mendadak oleh pasien dapat dilakukan pemesana atau langsung ke apotek
lain untuk memenuhi permintaan konsumen pembelian ini dilakukan
secara tunai.
Cara pemesanan dapat dilakukan dengan menyerahkan surat
pesanan tersebut langsung kepadan medical representative (Med.Rep).
Pemesanan obat juga dapat dilakukan melalui telepon yang dikuti
dengan surat pesanan barang ketika barang yang dipesan sudah diantarkan
atau sudah sampai di apotek.
Pemesanan obat golongan narkotika hanya dapat dilakukan melalui
PBF Kimia Farma dengan menggunakan surat pesanan khusus narkotika
yang dibuat dan ditandatangani oleh APA. Pemesanan obat golongan
psikotropik, prekursor, dam obat-obat tertentu dapat dilakukan melalui
PBF lain selain Kimia Farma dengan mengunakan surat pesanan khusus
untuk masing masing golongan obat yang dibuat dan di tandatangani oleh
APA.
3. Penerimaan
Barang yang dipesan diterima oleh petugas apotek atau apoteker
secara langsung. Penerimaan barang harus disertai dengan faktur
pembelian serta surat pesanan obat dari apotek. Pada saat penerimaan
barang harus dilakukan pengecekan mulai dari kecocokan nama apotek
tujuan, nama obat, jenis, harga, jumlah, satuan obat, kondisi fisik, tanggal
kadaluarsa, PPN dan total seluruh harga maka faktur kemudian di
tandatangani oleh apoteker atau asisten apoteker disertai nama terang, jam
penerimaan barang, serta cap apotek.
1
Khusus untuk obat Narkotika, Psikotropika dan Presukursor hanya
boleh diterima oleh apoteker. Faktur yang telah ditandatangani
dikembalikan kepada pengirim barang dan apotek mendapatkan satu
lembar salinannya untuk dijadikan sebagai arsip. Sedangkan Untuk Obat
golongan Narkotika terdiri dari 4 lembar salinan faktur dimana 1 (satu)
lembar untuk arsip apotek, 1 (satu) lembar untuk PBF, 1 (satu) lembar
untuk BPOM dan 1 (satu) lembar lagi untuk Dinas Kesehatan Kota
Padang.
4. Penyimpanan
Di Apotek WD Farma barang susun berdasarkan alfabet dan
bentuk sediaan, kemudian obat dikeluarkan berdasarkan sistem FEFO
(First Expired First Out) dimana obat yang tanggal kadaluarsanya lebih
rendah akan dikeluarkan terlebih dahulu. Barang juga disusun berdasarkan
jenis obat (generik dan non generik). Untuk mempermudah dalam
pencarian, pengambilan, pengawasan, dan terlindung dari kerusakan.
Barang maupun obat disimpan ditempat yang aman, bersih dan tidak
terkena langsung oleh sinar matahari serta tidak lembab.
Obat psikotropika dan narkotika masing-masing disimpan dalam
lemari tersendiri, berbahan kayu, menggantung dan menempel di dinding,
dan dikunci. Kunci tersebut dipegang oleh Apoteker Pengelola Apotek
(APA). Obat generik disimpan pada rak yang berbeda dengan obat dengan
merek dagang, masing-masing disusun menurut abjad. Apotek WD Farma
juga memiliki lemari pendingin khusus untuk menyimpan sediaan
suppositoria dan sediaan lain yang memerlukan suhu 2-8°C untuk suhu
penyimpanannya. Selain itu salep, krim, juga disimpan ditempat yang
sejuk atau melihat penerapan catatan pada label dengan suhu penyimpanan
yang dianjurkan. Untuk setiap item obat atau barang akan dibuatkan kartu
stok. Kartu stok diletakkan disamping obat dan barang yang masuk dan
keluar setiap harinya harus dicatat.
5. Pemusnahan
Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat
selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan
oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat
izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
Resep-resep yang diterima oleh apotek WD farma dikumpulkan,
dibundel dan disimpan selama 5 tahun. Resep-resep tersebut disusun
berdasarkan nomor dan tanggal penulisan resep. Resep yang telah
disimpan selama 5 tahun dimusnahkan dengan cara pembakaran, dengan
membuat berita acara pemusnahan (BAP) yang memuat hari, tanggal
pemusnahan, berat resep yang dimusnahkan, tempat pemusnahan, tanggal
pemusnahan, orang yang melakukan pemusnahan, serta saksi yang
menyaksikan pemusnahan.
6. Pengendalian
Pengendaliaan persediaan obat atau barang dilakukan dengan
mencatat barang atau obat yang disimpan dan masuk pada kartu stok.
Setiap kotak penyimpanan obat atau barang dilengkapi dengan kartu stok
yang berisi tanggal disimpan atau diambil, nomor dokumen, jumlah yang
disimpan atau diambil, jumlah sisa obat atau barang, tanggal kadaluarsa
obat atau barang, dan nomor batch obat atau barang. Pencatatan barang
masuk dan barang keluar (dibeli oleh pasien) dilakukan pada kartu stok.
Pengeluaran barang dilakukan dengan FEFO (First Expired First Out).
2
7. Pencatatan/Pelaporan
Pelaporan yang dilakukan apoteker telah sesuai dengan yang
dipersyaratkan bahwa untuk narkotika dan psikotropika dilakukan secara
online menggunakan sistem SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika) , dengan sistem ini data peggunaan narkotika dan
psikotropika diinput sebelum tanggal 10 setiap bulannya.
c. Uraian singkat Apotek Tempat PKPA
Apotek WD Farma didirikan pada bulan Mei 2014. Nama Apotek ini
diambil dari inisial gabungan dari nama kedua orang tua pemilik apotek. Pada
awalnya apotek WD Farma didirikan di jalan Jati No. 48. Setelah dilakukan
pembaruan SIA dengan No. 10/SIAP/BPMPTSP/IV/2016, Apotek WD Farma
berpindah ke lokasi yang lebih strategis dan mudah untuk diakses oleh
masyarakat yaitu di Jalan Ujung Gurun No.75 Padang.
Apotek WD Farma merupakan apotek non pemerintah yang didirikan
dengan modal sendiri. Apotek WD Farma dikelola oleh seorang Apoteker
Pengelola Apotek (APA) yang bernama Fathya Intan Lestari WD, S.Farm,
Apt, dua orang Asisten Apoteker dan dua orang tenaga administrasi. Apotek
WD Farma melakukan kegiatan kefarmasian dimulai pada pukul 08.00 sampai
dengan pukul 21.00 WIB.
Apotek WD Farma memiliki lokasi yang strategis yang mudah untuk
diakses oleh masyarakat. Apotek WD Farma juga memiliki tempat parkir yang
luas sehingga mampu meningkatkan kenyamanan pasien dalam berobat dan
membeli obat. Di apotek WD Farma terdapat praktek dokter umum yaitu dr.
Marryo Borry WD dan dr. Ayu Andrian Putri.
d. Daftar Pustaka
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI) Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang “Standar Kefarmasian di Apotek”.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor 73
Tahun 2016 tentang “Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek”.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor 9
Tahun 2017 tentang “Apotek”. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP RI) Nomor 51 Tahun 2009
tentang “Pekerjaan Kefarmasian”. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Peraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes RI) No. 3 Tahun 2015 tentang
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
3
4. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 7 Tahun
2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu Yang Sering
Disalahgunakan.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP RI) Nomor 51 Tahun
2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
4
6. Pemusnahan
Pemusnahan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap obat-
obatan yang tidak terpakai karena kaladuarsa, rusak ataupun mutunya
sudah tidak memenuhi standar. Pada PT. Panay Farmalab belum pernah
melakukan pemusnahan obat, karena obat yang akan rusak atau
kaladuarsa diretur ke pemasok.
7. Pengendalian
Pengendaliaan persediaan barang dilakukan dengan mencatat
barang yang disimpan dan masuk pada kartu stok. Pada gudang
penyimpanan kartu stok berada didekat fisik barang , sehingga
memudahkan dalam mencatat barang masuk dan keluar. Kartu stok
berfungsi sebagai data informasi jumlah persediaan barang secara
manual. Jika terjadi ketidakcocokan jumlah antara jumlah fisik dengan
yang tertera pada kartu stok, dan data barang masuk dan keluar di sistem.
Kepala gudang beserta petugas gudang melakukan stock opname setiap 3
bulan sekali yang bertujuan untuk memeriksa jumlah fisik barang,
mencocokkan dengan jumlah yang tertera pada kartu stok dan jumlah
pada sistem.
8. Pencatatan / Pelaporan
Sesuai dengan ketentuan di dalam Peraturan Menteri Kesehatan
No.1148/Menkes/Per/VI/2010 tentang Pedagang Besar Farmasi, setiap
PBF dalam melakukan kegiatan usahanya diwajibkan untuk melakukan
pelaporan kepada beberapa instansi terkait. Pelaporan yang diperlukan
adalah terkait dengan kegiatan penerimaan dan penyaluran dari obat dan
alat kesehatan yang diadakannya. PT. Panay Farmalab melakukan
pelaporan tersebut kepada tiga instansi pemerintah sesuai dengan
ketentuan dari permenkes tersebut, yaitu pelaporan kepada Balai POM,
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementrian Kesehatan RI, yang dilakukan
secara bersamaan setiap 3 bulan sekali. Untuk pelaporan obat prekursor
dilakukan setiap bulannya melalui online SIPNAP dan juga tertulis ke
Dinkes Provinsi dan BPOM.
5
antibacteria, rider knitwear, rider girl singlet antibacteria) dan PT.
Dodorindo (berupa dodo nipple shield, empeng dodo berbagai tipe, botol
susu dodo berbagai tipe, cotton bath berbagai tipe, nipple berbagai ukuran)
serta produk lainnya.
d. Daftar Pustaka
Badan POM. 2015. Petunjuk Pelaksanaan Cara Distribusi Obat yang Baik
(CDOB). Badan POM RI: Jakarta
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang
Pedagang Besar Farmasi. Jakarta : Menteri Kesehatan RI
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 34 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1148/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Pedagang Besar Farmasi.
Jakarta : Menteri Kesehatan RI
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2017
Tentang Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1148/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Pedagang Besar Farmasi. Jakarta :
Menteri Kesehatan RI
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 7 Tahun 2016
Tentang Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu Yang Sering
Disalahgunakan. Jakarta : Menteri Kesehatan RI
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP RI) Nomor 51 Tahun 2009
tentang “Pekerjaan Kefarmasian”. Jakarta : Menteri Kesehatan RI
6
diperlukan dalam keadaan tertentu dapat dilakukan diluar jadwal dengan
menggunakan bon tambahan.
Pengadaan obat di Puskesmas Payolansek hanya mempersiapkan
dalam LPLPO setiap bulannya dan RDO langsung ke IFK Payakumbuh
dan selanjutnya untuk penyediaan obat, BMHP, Alkes, Vaksin tersedia
atau tidaknya IFK yang mengurus. Permintaan obat dan alat kesehatan dan
BMHP dari Puskesmas Payolansek diajukan ke Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) menggunakan LPLPO jika saat stok sudah habis pada
IFK.
Puskesmas Payolansek jika obat kosong tidak tersedia di IFK ini
berlaku surat pesanan apoteker. Disini, apoteker harus mencari distributor
yang menyediakan obat yang dibutuhkan.
3. Penerimaan
Penerimaan dilaksanakan oleh petugas penanggung jawab gudang
obat Puskesmas dengan disertai pemeriksaan fisik barang dan
administrasi penerimaan. Dalam penerimaan obat dan bahan medis habis
pakai dari IFK dengan menyesuaikan berita acara serah terima obat
dengan rencana distri obat yang telah dibuat dan akan ditanda tangani
oleh orang penanggung jawab pengelola gudang obat dan bahan medis
habis pakai dan surat jalan.
4. Penyimpanan
Proses penyimpanan obat digudang farmasi dan BMHP Puskesmas
Payolansek dilakukan dengan sistem Alfabetis, FIFO dan FEFO,
farmakologi dan bentuk sediaan.
Untuk penyusunan berdasarkan alfabetis lebih memudahkan
pencarian obat. Kelemahannya dapat terjadi kesalahan pengambilan obat
yang fatal, jadi perlu perhatian untuk penyimpanan obat yang nama dan
rupa ucapannya mirip atau biasa disebut dengan LASA (Look Alike Sound
Alike). Obat LASA adalah obat yang nampak mirip dalam bentuk ,
tulisan , warna dan pengucapan. Tujuannya adalah untuk meniadakan atau
meminimalkan kesalahan pengambilan dan pemberian obat kepada pasien.
Untuk obat LASA perlu diberi logo “LASA” dan pemyimpanannya tidak
diletakkan berdampingan.
Obat-obat dan bahan medis di Puskesmas Payolansek diletakan
didalam rak, hal ini membuat obat tidak bersentuhan langsung dengan
lantai maupun dinding ruangan.Untuk obat-obat narkotik dan psikotropik
diletakkan dilemari terpisah dengan obat-obat yang lainnya. Untuk vaksin-
vaksin diletakkan didalam kulkas. Selain itu dalam penyimpanannya juga
dilengkapi dengan alat pengontrol suhu, sehingga suhu penyimpanan dapat
dapat terkontrol sesuai dengan kestabilan masing-masing obat.
Kekurangan pada penyimpanan obat yang memerlukan suhu rendah
penyimpanan ditumpangkan dilemari pendingin IGD. Selanjutnya,
Gudang Puskesmas Payolansek tidak memiliki alat pemadam kebakaran
dan kunci pengaman yang terpisah dari yang lain untuk memproteksi
gudang bila terjadi hal yang tidak diinginkan.
5. Pendistribusian
Pendistribusian obat di Puskesmas Payolansek dilakukan ke unit-
unit pelayanan kesehatan seperti : Apotek, IGD, Ruang Gigi, KIA, Gizi,
7
P3K, Pustu (Koto nan 4, Gulakan balai kandi, Koto tangah, Kubu gadang)
dan Poskeskel (Talang dan Pekan Senayan).
6. Pemusnahan
Pemusnahan obat di puskesmas dilakukan dengan jalan
menyerahkan obat yang akan dimusnahkan ke IFK. Kegiatan meliputi:
pengumpulan obat yang akan dimusnahkan kemudian dilakukan
pencatatan (nama dan jumlah obat, tanggal expire date, harga pembelian),
menyusun daftar obat yang akan dihapuskan, mengirimkan obat yang
akan dihapuskan ke IFK dengan menggunakan formulir yang telah
ditetapkan, dan membuat berita acara pemusnahan obat.
Proses pemusnahan dapat dilakukan dengan cara dibakar,
ditimbun, mengalirkan limbah ke perairan mengalir, atau dimusnahkan
dalam incenerator dengan bantuan pihak ke tiga. Kemudian dibuat berita
acara pemusnahan.
7. Pengendalian
Pengendalian obat dilakukan dengan pengamatan langsung obat
digudang serta pencocokan kartu stoknya.
8. Pencatatan / Pelaporan
Pelaporan obat narkotik dan obat psikotropik dilaporkan setiap satu
bulan sekali dan untuk mengetahui pemakaian obat perbulan dapat dilihat
dari dari buku laporan pemakaian obat harian. Pencatatan pemakaian obat
narkotik dan psikotropik dilakukan setiap hari. Format pencatatannya
dicatat nama pasiennya, jumlah obat dan diagnose pasien.
Pengontrolan obat rusak dan kadaluarsa di apotek puskesmas
Payolansek dilakukan perbulan.Obat kadaluarsa dipisahkan dari obat
lainnya. Tiga bulan mendekati kadaluarsa maka obat itu dilaporkan ke
dokter agar obat digunakan , untuk obat yang kadaluarsa dilaporkan ke
Instalasi Farmasi.
c. Uraian singkat tempat PKPA
Puskesmas Payolansek sekarang dipimpin oleh Rina F, SKM
dengan wilayah kerja saat ini adalah kelurahan Talang dan Pakan Sinayan,
Payolansek, Koto Tangah, Bulakan Balai Kandi dan Kubu Gadang.
Di Puskesmas Payolansek terdiri dari 1 (satu) orang tenaga
Apoteker yaitu Nella Vista Sari, S.Farm, Apt, dan 2 (dua) orang tenaga
teknis kefarmasian lain. Tenaga kesehatan lain yang melaksanakan
pekerjaan kefarmasian dibawah tanggung jawab dan bertanggung jawab
kepada Apoteker sebagai penanggung jawab pelayanan kefarmasian di
Puskesmas.
Apoteker di Puskesmas Payolansek selain menjalankan
pengelolaan perbekalan farmasi, bahas medis habis pakai dan pelayanan
kefarmasi klinik,juga turut membantu pelayan kefarmasian baik di
Puskesmas Payolansek maupun diluar puskesmas .
Kegiatan yang dilakukan diluar Puskesmas yaitu adanya Home
Care yang dilakukan sekali sebulan, Obat Cacing yang dilaksanakan pada
Posyandu, TK, Paud, SD, dan Vitamin A
d. Daftar Pustaka
Depkes RI. 2006. Tentang Pedoman Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
8
Menkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat Republik
Indonesia. Jakarta : Menteri Kesehatan RI
Depkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas. Jakarta : Menteri Kesehatan RI
9
Dalam pengadaan perbekalan farmasi, ada beberapa panitia yang
terlibat, diantaranya :
- Pengguna Anggaran (PA)
Dimana dalam hal ini yang terkait KPA adalah Walikota Padang
Panjang. Tugas utama PA adalah sebagai pemegang kewenangan
pengguna ananggaran.
- Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Dimana dalam hal ini yang terkait KPA adalah Direktur rumahsakit.
Tugas utama KPA adalah untuk membuat rancangan umum.
- Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Dimana PPK ini bertugas sebagai pembuat rancangan teknis terkait
alokasi dana pengadaan
- Pejabat Pengadaan (PP)
Dimana PP ini bertugas untuk melaksanakan pengadaan langsung.
Pejabat pengadaan harus memiliki sertifikat pengadaan yang sudah
dinyatakan lulus.
3. Penerimaan
Setelah dilakukan pengadaan maka dilakukan penerimaan
perbekalan farmasi. Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga
yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan (SP) dengan kondisi fisik
yang diterima (Permenkes No. 72 tahun 2016). Hal-hal yang harus
diperhatikan saat penerimaan perbekalan farmasi adalah identitas
barang (nama, kekuatan dan bentuk sediaan), alamat pengirim dan
tujuan pengiriman, jumlah, expired dateminimal 2 tahun, nomor batch
dan kesesuaian harga
4. Penyimpanan
Setelah dilakukan pemesanan dengan distributor resmi, obat dan
BMHP yang datang disesuaikan dengan orderan pemesan dilihat tujuan
pengiriman, nama obat, bentuk sediaan, nomor bets, jumlah, dosis,
kemasannya dan tanggal kadaluarsa. Perbekalan farmasi (obat)
disimpan digudang farmasi, sedangkan BMHP disimpan diruang
amprah. Standar penyimpanan di RSUD Padang Panjang menggunakan
metode FEFO dan FIFO. Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan,
abjad, dan kelas terapi yaitu untuk obat jantung, mata, dan pernafasan.
Sedangkan untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika disimpan
dilemari khusus baik di gudang farmasi maupun di unit pelayanan.
5. Pemusnahan
Selanjutnya adalah pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi,
alkes dan BMHP. Pemusnahan dilakukan bila produk tidak memenuhi
persyaratan mutu, telah kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk
dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu
pengetahuna dan atau dicabut izin edarnya (Permenkes No. 72 tahun
2016). Di RSUD Padang Panjang pemusnahan dilakukan oleh pihak
ketiga. Obat-obat yang rusak dan kadaluarsa dikirim kepihak ketiga.
Sebelumnya untuk obat-obat seperti tablet dilepas atau dibuka dari strip
atau blisternya sebelum dikirim.
6. Pengendalian
10
Kemudian dilakukan pengendalian terhadap jenis dan jumlah
persediaan dan penggunaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP. Tujuan
pengendalian persediaan farmasi, alkes dan BMHP adalah penggunaan
obat sesuai formularium Rumah Sakit, penggunaan oabt sesuai dengan
diagnosa dan terapi, memastikan persediaan efektif dan efisien atau
tidak terjadi kelebihan dan kekurangan atau kekosongan, kerusakan,
kadaluarsa dan kehilangan serta pengembalian persediaan farmasi, alkes
dan BMHP. Pengendalian sediaan farmasi, alkes dan BMHP di RSUD
Padang Panjang dilakukan dengan cara melakukan evaluasi persediaan
yang jarang digunakan (slow moving), melakukan evaluasi persediaan
yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan berturut-turut (death
stock) dan stock opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.
7. Pencatatan / pelaporan
Pencatatan dan pelaporan, administrasi keuangan dan administrasi
penghapusan.Kegiatan administrasi di RSUD Padang Panjang
dilakukan dengan cara membuat pencatatan pemasukan dan
pengeluaran barang, pencatatan sisa stok, pencatatan pemakaian
antibiotika terbanyak dan pencatatan pemakaian obat paling banyak.
Disamping pencatatan juga terdapat pelaporan seperti laporan LPLPO
(Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat), laporan
penggunaan obat harian, laporan narkotika dan psikotropika dan lain –
lain.
c) Uraian singkat tempat PKPA
RSUD Kota Padang Panjang bermula dari Poliklinik yang
didirikan oleh Belanda pada tahun 1940 yang beralamat di Jl. KH.A
Dahlan No.5 Kota Padang Panjang. Kemudian pada tahun 1943
Poliklinik tersebut dikuasai oleh Jepang. Tahun 1946 Poliklinik diambil
alih oleh TNI sampai dengan tahun 1969. Pada tahun 1970 Poliklinik
diserahkan kepada Pemerintah Daerah dijadikan sebagai Rumah Sakit
Umum.
Pada tahun 1980 RSU ini dijadikan menjadi RSU kelas D, selanjutnya
pada tanggal 12 November 1984 diresmikan oleh Mentri Kesehatan RI
dr. Suwardjono Surjaningrat sebagai rumah sakit kelas C. Pada tahun
2007 RSUD Kota Padang Panjang pindah bangunan ke Jl.Tabek
Gadang Kel. Ganting kec. Padang Panjang Timur Kota Padang Panjang.
Pada tahun 2008 dengan SK Menkes RI Nomor: 07.06/III/906/2008
tanggal 19 maret 2008 tentang pemberian izin penyelenggaraan RSUD
Kota, berstatus sebagai RSUD tipe C.
d) Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan, 2014, PERMENKES RI Nomor 58 tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Jakarta
Departemen Kesehatan, 2016, PERMENKES RI Nomor 34 tahun 2016
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No 58 Tahun
2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Jakarta
Departemen Kesehatan, 2016, PERMENKES RI Nomor 72 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Jakarta
Departemen Kesehatan, 2009, Peraturan Pemerintah RI No 51 tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian, Jakarta
11
Lampiran
Tabel I. Kegiatan di Apotek WD Farma
12
kepada pasien di damping Shift
oleh Apoteker siang:
5. Melakukan pengendalian di 14.00-
apotek dengan cara mengisi 20.00 WIB
kartu stok didampingi oleh Sabtu:
Apoteker 07.00-
6. Melakukan pelayanan obat 18.00 WIB
tanpa resep didampingi oleh
Apoteker
7. Diskusi bersama Apoteker
mengenai pencacatan &
pelaporan Apotek
13
15 Febuari 2. Menyiapkan obat sesuai resep g dari hari
2020 di dampingi oleh Apoteker Senin-
Minngu 3. Menyerahkan obat kepada Jum’at.
ke-6 pasien didampingi oleh Shift pagi:
Apoteker 08.00-
4. Memberikan informasi obat 15.00 WIB
kepada pasien di damping Shift
oleh Apoteker siang:
5. Melakukan pengendalian di 14.00-
apotek dengan cara mengisi 20.00 WIB
kartu stok didampingi oleh Sabtu:
Apoteker 07.00-
6. Melakukan pelayanan obat 18.00 WIB
tanpa resep didampingi oleh
Apoteker
7. Penutupan kegiatan PKPA
Apotek periode 6 Januari – 15
Februari 2020
14
bagian Spv. Operasional
mengenai sistem
manajemen & pemasarn
di PBF Panay Farmalab
11. Diskusi bersama
Spv. Operasional
mengenai Pemasok &
Pelanggan di PBF Panay
Farmalab
12. Mengamati proses
penerimaan,
penyimpanan, pengisian
kartu stok, dan
penyiapan distribusi
barang ke outlet.
15
Tabel IV. Kegiatan di RSUD Kota Padang Panjang
16
obat di floor Stock
- Menyerahkan obat kepada keluarga
pasien sekaligus memberikan
informai obat.
- Konseling obat pulang pasien pada
keluarga pasien.
- Diskusi dengan preseptor I
- Diskusi dengan peseptor II
- Case Report Study
- Diskusidengan preceptor II
- Case Report Study
4 16 Desember– 28 7 – 8 - Membaca dan mempelajari rekam
Desember 2019 medik pasien.
- Mengikuti visite bersama dokter.
(Bangsal - Mepersiapkan obat untuk pasien
Neurologi) dengan sistem UDD
- Melakukan pengecekan obat yang
telah disiapkan untuk 1 hari
pemakaian.
- Menyerahkan obat kepada keluarga
pasien sekaligus memberikan
informai obat.
- Konseling obat pulang pasien pada
keluarga pasien.
- Diskusi dengan preseptor I
- Diskusi dengan peseptor II
- Case Report Study
PEMILIK
Fathiya Intan Lestari WD, S. Farm, Apt
PENANGGUNGJAWAB
dr. Muthia Sukma
17
Petugas Administrasi,
Perawat/Bidan Asisten Apoteker
Preventif & Promotif
II. Ulfani Rizki Nasir
Annisa Puti Kemayani WD, Skm Weny Rahayu, Amd, Kep
Darnetti, SE
Intan Permata Sari
18
III. Struktur Organisasi di Apotek Puskesmas Payolansek Payakumbuh
Kepala Puskesmas
Rina F, SKM
Apoteker
Nella Vista Sari, S.Farm, Apt
WALIKOTA
SEKRETARIS
DAERAH
DIREKTUR
KASI PENUNJANG
KASI KEPERAWATAN KASI VERIFIKASI
NON MEDIS
19