Anda di halaman 1dari 15

RESUME

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)


BIDANG SOCIAL BEHAVIOR ADMINSTRATION
(PRAKTEK APOTEK, PUSKESMAS DAN PBF)

Disusun Oleh:
Nama: Frizka Khairunnisa, S.Farm
No. Bp: 29 05 028

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA (STIFI)
YAYASAN PERINTIS PADANG
2020
A. Apotek Kimia Farma 94 Proklamasi Padang
I. Regulasi
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI)
Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Kefarmasian di
Apotek.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI)
Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI)
Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP RI) Nomor 51 Tahun
2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes RI) No. 3 Tahun 2015
tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.

II. Profil singkat PT Kimia Farma Apotek Padang


Sejarah PT Kimia Farma Apotek dimulai hampir dua abad yang lalu
yaitu tahun 1817 yang kala itu merupakan perusahaan farmasi pertama
didirikan Hindia Belanda di Indonesia bernama NV Chemicalien Handle
Rathkamp & Co, kemudian pada awal kemerdekaan dinasionalisasi oleh
pemerintah Republik Indonesia dan seterusnya pada tanggal 16 Agustus 1971
menjadi PT (Persero) Kimia Farma. PT Kimia Farma Apotek menjadi anak
perusahaan PT Kimia Farma (Persero) Tbk sejak tanggal 4 Januari 2003, PT.
Kimia Farma Apotek adalah anak perusahaan yang dibentuk oleh Kimia
Farma untuk mengelola apotek-apotek milik perusahaan yang ada.
Apotek Kimia Farma 94 berlokasi di Jalan Proklamasi no. 24, Padang.
Apotek Kimia Proklamasi Padang dikelola oleh seorang Apoteker
Penanggung jawab Apotek, dibantu oleh 1 orang Apoteker Pendamping (Aping)
serta 3 orang Tenaga Teknis Kefarmasian dan beberapa orang non Tenaga Teknis
Kefarmasian.

III. Pengadaan Sediaan Farmasi Alat Kesehatan dan Bahan Media Habis Pakai
1. Perencanaan
Perencanaan dan pengadaan barang di Apotek Kimia Farma
Proklamasi Padang menggunakan System Forecasting berdasarkan
analisis Pareto. Analisis Pareto merupakan cara perencanaan dan
pengadaan barang berdasarkan history penjualan 3 bulan terakhir.
Dalam analisis pareto, persediaan obat ataupun barang dikelompokkan
berdasarkan besarnya omset, dimulai dari barang yang menghasilkan
omset penjualan terbesar. Selain itu juga menggunakan buku defekta.
Buku defekta digunakan untuk mencatat data barang yang jumlah stok
nya hampir habis atau bahkan kosong.
2. Pengadaan
Pengadaan di apotek Kimia Farma yaitu pengadaan regular,
droppingan dan konsinyasi. Pengadaan reguler dilakukan oleh APA
melalui PBF. Barang-barang yang dicatat dalam buku defekta lalu
dibuat perencanaan pengadaan dan dikirim ke BM. Setelah disetujui

1
oleh BM, maka dibuat surat pesanan dan dicek ulang oleh apoteker,
lalu ditandatangani oleh apoteker dengan mencantumkan nama
apoteker nomor SIPA, serta diberi cap stempel apotek.Pemesanan
untuk narkotika, psikotropika, obat-obat tertentu dan prekursor
menggunakan SP khusus untuk masing-masing golongan obat.
Dropping dilakukan antar sesama Apotek Kimia Farma terdekat.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan menuliskan nama, jenis dan jumlah
obat yang dibutuhkan. Permintaan dropping bisa dilakukan via telfon
kepada apotek Kimia Farma cabang lainnya. Sistem ini diharapkan
dapat meminimalkan penolakan resep dan dapat meningkatkan omset
penjualan Apotek.
Sistem konsinyasimerupakan suatu pengadaan yang digunakan
untuk pengadaan barang tertentu. Barang tersebut merupakan titipan
dari PBF/distributor selama jangka waktu tertentu (sesuai perjanjian).
Apabila selama kurun waktu yang ditentukan barang sudah terjual,
PBF/distributor membuat faktur penjualan kepada apotek sebanyak
barang yang terjual. Bila tidak terjual, obat/barang tersebut akan
diambil kembali oleh PBF/distributor.
3. Penerimaan
Barang yang datang harus diperiksa terlebih dahulu oleh petugas
apotek yaitu apoteker atau asisten apoteker diantaranya nama barang,
kemasan, jumlah barang, tanggal kadaluarsa, nomor batch dan kondisi
barang sesuai dengan yang ada di faktur dan SP, sedangkan untuk
penerimaan barang narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi
harus diterima langsung oleh Apoteker. Apabila barang yang diterima
telah memenuhi syarat, maka petugas apotek akan menuliskan tanggal
penerimaan barang, nama dan tanda tangan penerima serta
memberikan cap apotek pada faktur. Faktur yang ada kemudian di
input kesistem agar bisa dibayarkan oleh BM ke masing-masing PBF.
Barang kemudian akan dimasukkan ke tempat masing-masing serta
dicatat pada kartu stok masing-masing item obat.
4. Penyimpanan
Obat yang diterima langsung disimpan di kotak obat pada rak obat
disertai dengan pencatatan pada kartu stok yang meliputi tanggal
barang masuk, jumlah barang yang masuk, jumlah sisa stok,nomor
batch, dan Expired date. Semua sediaan farmasi di apotek disusun
secara alfabetis dengan memperhatikan kombinasisistem FIFO (First
In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) dan memperhatikan
obat-obat LASA. Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma
Proklamasi dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan, stabilitas
sediaan, kelas terapi, golongan obat dan resep dokter yaitu obat-obat
yang sering diresepkan oleh dokter yang berpraktek di kimia farma 94.
Alat-alat kesehatan disimpan di etalase, obat-obat Over The Counter
(OTC) dipajang di rak swalayan.
5. Pemusnahan
Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak
yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh

2
Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki
surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan
berita acara pemusnahan.
Resep yang telah disimpan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan yang dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau
cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara
Pemusnahan Resep dan selanjutnya dilaporkan kepada
DinasKesehatanKabupaten/Kota dengan tembusan Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan Kota Padang.
6. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian persediaan di apotek Kimia Farma Proklamasi
Padang dilakukan menggunakan kartu stok secara manual. Untuk
pengontrolan sediaan farmasi yang ada dilakukan dengan melakukan
stok opname. Stock opname adalah kegiatan penghitungan secara fisik
atas persediaan barang digudang yang akan dijual yang dilakukan satu
kali dalam 3 bulan. Setelah dilakukannya stok opname, dan didapat
jumlah pasti dari sediaan farmasinya, maka barulah diinput ke sistem
dan dikirim ke BM.
7. Pencatatan / pelaporan
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memonitor transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di
lingkungan apotek. Pencatatan yang dilakukan di apotek kimia farma
Proklamasi yaitu pencatatan berupa kartu stok, buku defekta yaitu
catatan obat yang hampir habis atau persediaannya sudah kosong di
rak penyimpanan obat, buku pencatatan barang masuk, buku
pencatatan penggunaan obat narkotika dan psikotropika.
Pelaporan sediaan farmasi terdiri dari pelaporan internal dan
pelaporan eksternal. Pelaporan internal adalah pelaporan yang
digunakan untuk kebutuhan manajemen apotek, seperti keuangan,
barang dan laporan lainnya. Sedangkan pelaporan eksternal adalah
pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi pelaporan
narkotika dan psikotropika. Pelaporan narkotika dan psikotropika ini
dilakukan khusus oleh apoteker sekali sebulan ke dinas kesehatan
paling lambat sebelum tanggal 10 setiap bulannya, pelaporan ini
dilakukan secara online pada situs yang disebut SIPNAP (Sistem
Informasi Pelaporan Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika dan
Psikotropika Nasional).

3
IV. Kegiatan Praktek Kerja Apotek
Waktu Jenis Kegiatan
Minggu I - Pengenalan Apotek
(2-7 Maret 2020) - Mengamati sarana dan prasarana Apotek
- Mempelajari cara Pengisian kartu stock
- Mempelajari cara pengadaan barang di Apotek
- Mempelajari cara penerimaan barang di
Apotek
- Mempelajari cara penyimpanan barang di
Apotek
- Mempelajari membaca resep
- Mempelajari skrining resep
Minggu II - Mempelajari cara penyiapan dan peracikan
(9- 14 Maret 2020) obat
- Mempelajari cara penyimpanan resep
- Mempelajari cara pembuatan copy resep
- Mempelajari alur pelayanan obat dengan resep
- Mempelajari alur pelayanan obat tanpa resep di
Apotek
- Mempelajari alur pelayanan obat dengan resep
pasien umum di Apotek
- Mempelajari macam-macam surat pesanan
Obat
- Mempelajari cara pencatatan dan pelaporan di
Apotek

V. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
1. Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di apotek memberikan
manfaat kepada calon apoteker untuk menambah keterampilan,
pengetahuan, pengalaman, skill dan pengalaman praktis mengenai
sistem managerial.
2. Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di apotek memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan pelayanan
kefarmasian secara langsung kepada pasien mulai dari pengkajian
resep, dispensing, pelayanan informasi obat, dan konseling.
3. Pelaksanaan PKPA bermanfaat untuk mempersiapkan calon apoteker
memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang professional di
bidang pekerjaan kefarmasian di Apotek.

b. Saran
1. Kegiatan pengendalian obat yang dilakukan perlu ditingkatkan lagi
yaitu dalam hal pencatatan pada kartu stock, sehingga meminimalkan
terjadinya ketidaksesuaian antara jumlah fisik obat pada penyimpanan
dengan jumlah persediaan pada kartu stock dan komputer.

4
2. Diharapkan Program Studi Profesi Apoteker STIFI Perintis Padang
dapat menjalin hubungan baik dan kerjasama dengan pihak Apotek
demi peningkatan kualitas kegiatan PKPA.

VI. Daftar Pustaka


Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Peraturan Pemerintah nomor
1027 tahun 2004 tentang Standar Kefarmasian di Apotek. Jakarta:
Kementerian Keseharan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2009. Peraturan Pemerintah
nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian. Jakarta:
Kementerian Keseharan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 3 tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika.Jakarta: Kementerian
Keseharan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Kementerian Keseharan Republik
Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek. Jakarta: Kementerian
Keseharan Republik Indonesia.

B. Puskesmas Kurai Taji


I. Regulasi
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 49 tahun 2016
Tentang Otonomi Daerah
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 74/2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas.
3. Peraturan Walikota Pariaman Nomor 3 Tahun 2008 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah.

II. Pengadaan Sediaan Farmasi Alat Kesehatan dan Bahan Media Habis Pakai
1. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan obat dipuskesmas kurai taji ditentukan
dengan dua pola : pola konsumsi (jumlah pemakaian dan sisa stok pada
bulan sebelumnya) dan pola epidemiologi berdasarkan penyakit.
Perencanaan dibuat oleh apoteker puskesmas berdasarkan laporan
pemakaian obat pada masing- masing sub unit. Apoteker mengajukan
rencana kebutuhan obat ke gudang farmasi kota.
2. Permintaan obat
Permintaan obat dibuat surat pesanan oleh apoteker berupa LPLPO
(lembar pemakian dan lembar permintaan obat) yang kemudiaan
ditanda tangananin oleh direktur puskesmas. LPLPO dikirimkan setiap
akhir bulan , dan barang diterima setiap awal bulan.

5
3. Penyimpanan
Penyimpanan obat dipuskesmas kurai taji berdasarkan jenis
obat,disusun berdasarkan abjad , pengeluaran obat dari dalam gudang
menggunakan sistem FIFO dan FEFO dan sistem LASA ( Look Alike
Sound Alike) yaitu obat yang memiliki kemasan atau nama yang mirip,
jadi penyimpananya harus dipisah, penympanan psikotropika dan
narkotika dilemari khusus, sedangkan obat injeksi/suppositoria/ vaksin
disimpan dilemari pendingin (kulkas), vaksin polio disimpan pada suhu
beku. Vaksin BCG disimpan disuhu dingin bukan freezer.
4. Pengendalian
Pengendalian dilakukan dengan pengamatan langsung obat ke
gudang serta dicocokan dengan kartu stok obat untuk mengindari
kekosongan ,kekurangan, kelebihan, dan obat expire date.
5. Pemusnahan
Obat yang kadaluarsa/rusak dikembalikan ke gudang farmasi setiap 6
bulan. Pemusnahan dilakukan 1 tahun sekali digudang farmasi dengan
metode inertisasi (pembuatan sumur beton)
6. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dipuskesmas menggunakan sistem manual (pembukuan
tulis tangan) dan sistem e-Puskesmas. Pelaporan dilakukan setiap bulan
oleh apoteker baik pelaporan apotek dan pelaporan seluruh kegiatan
puskesmas diserahkan ke dinas kesehatan kota pariaman.

III. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
1. Standar pelayanan kefarmasian dipuskesmas meliputi pengelolaan
obat dan bahan medis habis pakai, Pelayanan farmasi klinik serta
upaya pemberdayaan masyarakat.
2. Pelayanan farmasi klinik di Puskesmas kurai taji meliputi: Pelayanan
resep, penyiapan obat (dispensing), pelayanan informasi obat,
konseling, home care, pemantauan terapi obat, monitoring efek
samping obat dan evaluasi penggunaan obat.
b. Saran
Disarankan pada mahasiswa dan mahasiswi praktek lapangan di
puskesmas untuk dilakukan penambahan waktu praktek supaya ilmu
yang didapat di lapangan lebih banyak baik di Dinas Kesehatan Kota,
Instalasi Farmasi Kota maupun Puskesmas.

IV. Daftar Pustaka


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 49 tahun 2016 Tentang
Otonomi Daerah. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.2016. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 74/2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas.Jakarta: Kemenkes RI.
Peraturan Walikota Pariaman Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Dinas Daerah. Pariaman.

6
C. PBF PT. Kimia Farma Trading and Distribution Cabang Padang
I. Regulasi :
1. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Tahun 2019 tentang Petunjuk Pelaksanaan Cara Distribusi
Obat yang Baik (CDOB).
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 34 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1148/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Pedagang Besar Farmasi.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun
2017 Tentang Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 1148/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Pedagang Besar Farmasi.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP RI) Nomor 51 Tahun
2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

II. Profil singkat PBF PT. Kimia Farma Tranding and Distribution Cabang
Padang
PT. Kimia Farma Tbk. dibentuk pada tanggal 16 Agustus 1971
dengan jalur usaha pelayanan kesehatan. PT. Kimia Farma Trading &
Distribution (KFTD) adalah anak perusahaan dari PT. Kimia Farma
Tbk. yang dibentuk pada 4 Januari 2003. Untuk memudahkan
operasionalnya KFTD juga didukung oleh 48 kantor cabang. Salah
satu cabangnya yaitu .PT. Kimia Farma Trading & Distribution
(KFTD) Cabang Padang, bergerak dalam bidang distribusi obat dan
alat kesehatan. Di samping mendistribusikan produk-produk
perusahaan induk, KFTD Cabang Padang juga bertindak sebagai
distributor untuk produk-produk principal lainnya dengan berpegang
pada prinsip untuk memenuhi kepuasan dan kebutuhan pelanggannya.

III. Pengadaan obat, Alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
1. Perencanaan
Proses perencanaan pengadaan di PBF Panay Farmalab diatur oleh
supervisor operasional dan supervisor logistik. Perencanaan kebutuhan
produk berdasarkan kepada kebutuhan penjualan setiap bulan. Tidak
hanya penjualan pada PBF unit Padang, akan tetapi juga
mempertimbangkan kebutuhan PBF Panay cabang Pekanbaru dan
Bukittinggi. Perencanaan kebutuhan diperkirakan setiap bulan dengan
melihat jumlah penjualan pada bulan sebelumnya dan safety stock
yang ada. Proses perencanaan juga mempertimbangkan keadaan
barang apakah fast moving atau slow moving.
2. Pengadaan
Pengadaan di PT. Panay Farmalab dimulai dari proses pemesanan
dengan cara membuat PO (Purchase Order) oleh Apoteker
Penanggung Jawab. PO tersebut ditujukan ke pabrik atau pemasok.
Terdapat 3 macam PO, yaitu PO obat, PO prekursor dan PO produk
lain.
PO dibuat oleh apoteker berdasarkan perencanaan pengadaan,
selanjutnya PO dikirimkan ke pemasok, pemasok akan menyiapkan
barang dan memberitahu waktu tunggu untuk proses distribusi barang.

7
Selanjutnya pengiriman dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
Dikarenakan PT. Panay Farmalab tidak mendistribusikan obat rantai
dingin atau obat narkotika, sehingga tidak dibutuhkan kondisi khusus
dalam pengiriman barang.
Produk yang berasal dari Nusantara Beta Farma, proses
penditribusian secara kondisional. Proses pengiriman dapat dilakukan
oleh karyawan PT. Nusantara Beta Farma, tetapi juga dapat dijemput
oleh karyawan PT. Panay Farmalab. Hal tersebut tergantung pada
kesediaan sopir diperusahaan.
3. Penyimpanan
Penyimpanan barang di gudang PT. Panay Farmalab berdasarkan
kepada jenis produk, yaitu area obat, kosmetik, PKRT dan alat
kesehatan, consumer good dan makanan. Gudang PT. Panay Farmalab
terdiri dari 4 lantai. Lantai pertama terdapat area obat, kosmetik,
PKRT, alat kesehatan, consumer good dan makanan, ruangan apoteker
penanggungjawab dan ruangan kepala gudang, area penerimaan,
pengiriman produk, ruang karantina, ruangan produk recall. Area obat
merupakan area tertutup dan disertai pendingin ruangan untuk
mengatur suhu ruangan. Lantai kedua terdapat produk obat tradisional,
suplemen dan popoku, juga terdapat bagian administrasi, supervisor
logistik, supervisor operasional, dan keuangan. Lantai 3 terdapat area
PKRT dan alat kesehatan seperti kasa. Lantai 4 untuk penyimpanan
arsip dan dokumentasi.
Gudang penyimpanan disertai alat pengatur suhu dan kelembaban
ruangan. Gudang dibersihkan setiap hari oleh petugas kebersihan dan
apoteker penanggungjawab melakukan pemeriksaan dan verifikasi
pada form kebersihan yang telah diisi petugas.
Penyimpanan barang digudang berdasarkan prinsip FEFO (First
Expired First Out) dan nomor bets. Nomor bets terkecil berada
didepan karena nomor bets yang kecil menandakan diproduksi terlebih
dahulu dan memiliki tanggal ED (Expire Date) lebih cepat.
Pada gudang penyimpanan kartu stok berada didekat fisik barang,
sehingga memudahkan dalam mencatat barang masuk dan keluar.
Kartu stok berfungsi sebagai data informasi jumlah persediaan barang
secara manual. Jika terjadi ketidakcocokan jumlah antara jumlah fisik
dengan yang tertera pada kartu stok, dan data barang masuk dan keluar
di sistem.
4. Pemusnahan
Pemusnahan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap obat-
obatan yang tidak terpakai karena kedaluwarsa, rusak ataupun mutunya
sudah tidak memenuhi standar. Pada PT. Panay Farmalab belum
pernah melakukan pemusnahan obat, karena obat yang akan rusak atau
kedaluwarsa diretur ke Pemasok.
5. Pengendalian
Pengendalian barang di gudang PT. Panay Farmalab dilakukan
dengan melakukan stok opname bulanan dan triwulan. Stok opname
merupakan proses pengendalian dan evaluasi stok barang. Stok
opname dilakukan sebagai mekanisme kontrol terhadap arus masuk

8
dan keluar barang, dimana dalam proses ini akan dilakukan
perhitungan barang secara fisik untuk dicocokkan dengan stok opname
setiap bulan dan dicatat dalam form stok opname. Stok opname
triwulan untuk kesesuaian batch. Setelah selesai melakukan stok
opname lembaran ditanda tangani oleh apoteker penanggung jawab,
lalu di buat berita acara untuk pelaporan kepusat.
6. Pencatatan / pelaporan
PT. Panay Farmalab melakukan pelaporan tersebut kepada tiga
instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan dari permenkes tersebut,
yaitu pelaporan kepada Balai POM, Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kementrian Kesehatan RI, yang dilakukan secara bersamaan setiap 3
bulan sekali melalui web e-report PBF. Untuk pelaporan obat
prekursor dilakukan setiap bulannya melalui online SIPNAP dan juga
tertulis ke Dinkes Provinsi dan BPOM.

IV. Kegiatan Praktek Kerja PBF


Waktu Kegiatan
Minggu ke-1 - Pengenalan PBF PT. Kimia Farma
10 Februari – 14 Februari - Mengetahui landasan hukum dan perizinan
2020 PBF
- Mengamati peranan Apoteker di PBF
- Mengamati Gudang
Minggu ke-2 - Mengamati alur penerimaan dan
17 Februari – 21 Februari distribusi/penyaluran obat
2020 - Diskusi dengan Apoteker tentang proses
perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pemusnahan, pengendalian,
pencatatan dan pelaporan.

V. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan didapatkan kesimpulan
bahwa PT. Kimia Farma Trading and Distribution Cabang Padang merupakan
satu-satunya distributor narkotika yang ada di Sumatera Barat. Kegiatan
pendistribusian yang dilakukan telah memenuhi ketentuan yang diatur dalam
CDOB yaitu mengutamakan kualitas dan mutu obat hingga sampai kepada
masyarakat, dimana dalam pelaksanaannya sudah menggunakan sistem informasi
yang menjamin keakuratan data dan memudahkan petugas dalam pelaksanaan
kegiatan distribusi.
KFTD telah menunjukkan peran sertanya dalam pendidikan dan penelitian
dengan bekerjasama dengan institusi pendidikan untuk menyediakan lapangan
tempat praktek kerja maupun penelitian bagi mahasiswa/mahasiswi.
b. Saran
1. PT. Kimia Farma Trading and Distribution Cabang Padang telah
mendapatkan sertifikat CDOB, sebaiknya dapat menerapkan prinsip CDOB
secara benar termasuk dalam hal operasional terkait penyimpanan.

9
2. Sebaiknya dilakukan penambahan gudang, agar sediaan farmasi dan alkes
tidak sampai disimpan di ruangan kerja.
3. Sebaiknya fasilitas pallet dan rak ditambah agar obat tidak diletakkan begitu
saja dilantai karena adanya kemungkinan menurunkan mutu obat.

VI. Daftar Pustaka


Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2019. Peraturan
Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 9 Tahun 2019 Tentang
Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik. Jakarta
Pemerintah Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri kesehatan RI
Nomor 34 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang
Besar Farmasi. Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri kesehatan RI
Nomor 30 Tahun 2017 Tentang Perubahan kedua atas Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang
Pedagang Besar Farmasi. Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah
RepublikIndonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Jakarta.

D. Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi


I. Regulasi
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 tahun
2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No 58
Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian

II. Profil singkat Rumah Sakit RSSN


Rumah Sakit Stroke (RSSN) Bukittinggi berasal dari Rumah Sakit
Umum Pusat Bukittinggi yang secara historis berasal dari Rumah Sakit
Immanuel yang dikelola oleh Yayasan Baptis Indonesia sejak tahun 1978.
Pada tahun 1982 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP).
Pada Tahun 2002 dengan adanya Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No.21/Men.Kes/SK/I/2002 RSUP Bukittinggi ditetapkan sebagai “Pusat
Pengelolaan Stroke Nasional (P3SN) RSUP Bukittinggi”. Selanjutnya
pada tanggal 5 April 2005 PS3N RSUP Bukittinggi berdasarkan surat
keputusan menteri kesehatan RI No.495/MenKes/SK/IV/2005
ditingkatkan kelembagaannya menjadi Rumah Sakit Stroke Nasional
Bukittinggi. Pada tahun 2009 dengan SK NO:1002/MENKES/SK/11/2009
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi menerapkan pola PPK-BLU.
RSSN merupakan tipe rumah sakit khusus kelas B dengan akreditasi
paripurna.

10
III. Pengadaan obat, Alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
1. Perencanaan
Dalam menyusun perencanaan di rumah sakit Stroke Nasional
(RSSN) Bukittinggi dapat dilakukan perhitungan kebutuhan melalui
beberapa metode, salah satunya yang digunakan adalah metode
konsumsi. Perhitungan dengan metode konsumsi didasarkan pada real
konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai
penyesuaian dan koreksi. Pada jumlah obat yang harus dibeli ini ada
beberapa hal yang perlu kita ketahui, diantaranya: sisa stok, stok
pengaman, waktu tunggu (lead time), serta persen peningkatan
kunjungan pasien. Selain itu juga dilakukan analisa penurunan biaya
dengan metoda VEN dan ABC/ Pareto.
Untuk menentukan jenis obat yaitu menggunakan Formularium
Rumah Sakit yang disusun mengacu kepada Formularium Nasional.
Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf
medis, disusun oleh Komite Farmasi dan Terapi (KFT) yang ditetapkan
oleh Pimpinan Rumah Sakit.
Pada perhitungan perkiraan kebutuhan obat ini, terdapat 9 langkah
yang harus dilakukan:
- Menghitung pemakaian nyata pertahun
- Menghitung pemakaian rata-rata 1 bulan
- Menghitung kekurangan obat
- Menghitung kebutuhan obat sesungguhnya
- Menghitung kebutuhan obat tahun yang datang
- Menghitung kebutuhan leadtime
- Menentukan buffer stock
- Menghitung obat yang diprogramkan tahun depan
- Menghitung jumlah obat yang dianggarkan
2. Pengadaan
Dalam sistem pengadaan obat-obatan di RSSN Bukittinggi dibagi
menjadi 2 yaitu pembelian langsung untuk dana pengadaan <200 juta
dan tender untuk dana pengadaan >500 juta. Untuk pengadaan obat-
obat yang terdapat di dalam Formularium Nasional dilakukan
menggunakan e-catalog atau pemesanan secara online menggunakan
aplikasi. Pembelian obat-obatan di RSSN Bukittinggi dibagi menjadi
pertahun, per 6 bulan, perbulan dan perminggu.
Dalam pengadaan perbekalan farmasi, ada beberapa panitia yang
terlibat, diantaranya :
- Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Dimana dalam hal ini yang terkait KPA adalah Direktur rumah
sakit. Tugas utama KPA adalah untuk membuat rancangan umum.
- Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Dimana PPK ini bertugas sebagai pembuat rancangan teknis terkait
alokasi dana pengadaan
- Pejabat Pengadaan (PP)
Pada pejabat pengadaan ini, terbagi menjadi 2:

11
a. Pejabat Pengadaan : yaitu 1 orang akan merealisasi atau
menjalani disposisi dari PPK
b. Unit Pelayanan Pengadaan
3. Penerimaan
Penerimaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Stroke Nasional
(RSSN) Bukittinggi dilakukan oleh panitia penerimaan barang yang
telah dibentuk di rumah sakit. Pada saat penerimaan dilakukan
pengecekan terhadap jenis dan jumlah barang, nomor batch, tanggal
kadaluarsa, kondisi fisik barang serta kesesuian dengan pemesanan.
Pada saat pihak gudang farmasi menerima barang yang datang, akan
dibuat berita acara penerimaan yang akan menjadi bukti bahwa barang
perbekalan farmasi telah diterima oleh pihak gudang farmasi.
4. Penyimpanan
Untuk penyimpanan perbekalan farmasi di RSSN Bukittinggi,
perbekalan farmasi yang disimpan dalam ruang penyimpanan sudah
memenuhi persyaratan seperti obat diletakkan pada rak obat atau di alas
dengan pallet, alat kesehatan, dan obat LASA dan High Alert. Disusun
berdasarkan bentuk sediaan dan abjad dengan menggunakan sistem
FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out).
Di RSSN Bukittinggi, perbekalan farmasi disimpan ke 4 gudang
farmasi yang berbeda, yaitu gudang I (untuk obat-obat dan alat
kesehatan) ; gudang II (untuk alat kesehatan) ; gudang III (untuk
cairan); serta gudang IV (untuk cairan infus).
5. Pemusnahan
Pemusnahan perbekalan farmasi yang kadaluarsa dilakukan dengan
cara obat-obat yang telah expire date / rusak dikumpulkan kemudian
dilakukan dengan pencatatan (nama dan jumlah obat, tanggal expire
date, harga pembelian) laporan ditunjuk oleh direktur utama RSSN
Bukittinggi yang kemudian dikirim ke Kementerian Kesehatan dan
dilaporkan ke BPOM. Kemudian dibuat berita acara pemusnahan yang
disaksikan oleh BPOM, pihak kepolisian, Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten, Menteri Kesehatan, dan direksi RSSN. Biasanya
pemusnahan di RSSN Bukttinggi dilakukan setiap 10 tahun sekali.
Proses pemusnahan dapat dilakukan dengan cara dibakar, ditimbun,
mengalirkan limbah ke perairan mengalir, atau dimusnahkan dalam
incenerator dengan bantuan pihak ke tiga.
6. Pengendalian
Di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi,
pengendalian dapat dilakukan dengan pengaturan distribusi perbekalan
farmasi serta pencatatan teratur setiap barang masuk dan keluar di kartu
stok, buku laporan, serta entry computer. Pendistribusian dilakukan
berdasarkan permintaan masing-masing depo yang disesuaikan dengan
jumlah stok yang tersedia.
7. Pencatatan / pelaporan
Laporan pengelolaan perbekalan farmasi dibagi menjadi dua yaitu,
laporan bulanan dan tahunan. Untuk gudang, laporan bulanan yang
harus disiapkan adalah laporan pemakaian alat kedokteran, laporan
pemakaian alat kesehatan habis pakai, laporan pemakaian alat

12
kesehatan suku cadang, laporan pemakaian obat BPJS, laporan
pemakaian obat regular dan laporan khusus (pemakaian obat narkotika
dan psikotropika melalui SIPNAP). Sedangkan laporan tahunan
menginformasikan hasil evaluasi terhadap pembelian atau belanja
perbekalan farmasi dalam satu tahun yang berfungsi untuk membuat
perencanaan untuk tahun depan dan juga untuk mengevaluasi jenis
perbekalan yang fast moving dan slow moving.

IV. Kegiatan Praktek Kerja Rumah Sakit


No Hari/ Minggu Jenis Kegiatan
Tanggal
1 Senin, 4 - 15 Pertama  Menyiapkan dan melakukan pengecekan
November dan Kedua obat yang disiapkan dalam unit dose (1 hari
2019 pemakaian) di di bangsal neuro,
 menyerahkan obat pada pasien dan
melakukan rekonsiliasi obat,
 Memantau dan mengevaluasi terapi yang
diberikan kepada pasien dan mengikuti
visite dokter,
 Menyiapkan obat pulang pasien, dan
melakukan konseling pada keluarga pasien
2 Senin, 18 – Ketiga dan  Melakukan penyiapan obat untuk pasien
29 November Keempat umum dan BPJS,
2019  Penyiapan obat untuk pasien rawat inap,
 Penyiapan obat untuk pasien rawat jalan,
 Kegiatan sterilisasi,
 Pembuatan kapsul campur (cap camp),
 Mengamati penyimpanan barang di gudang.
3 Senin, 2 – 14 Kelima  Melakukan pengecekan obat per-oral yang
Desember dan telah disiapkan dalam unit dose (1 hari
2019 Keenam pemakaian) di bangsal interne
 Melakukan rekonsiliasi obat, memantau dan
mengevaluasi terapi yang diberikan kepada
anak dan mengikuti visite dokter,
 Memberikan obat per-oral kepada pasien
anak, menimbang berat badan anak,
 Menyiapkan obat pulang pasien, dan
melakukan konseling pada keluarga pasien.
4 Senin, 16 – Ketujuh  Melakukan pengecekan obat yang telah
27 Desember dan disiapkan dalam unit dose ( 1 hari
2019 Kedelapan pemakaian) di bangsal anak, ,
 Menyerahkan obat pada pasien, melakukan
rekonsiliasi obat,
 Memantau dan mengevaluasi terapi yang
diberikan kepada pasien dan mengikuti
visite dokter,
 Menyiapkan obat pulang pasien, dan
melakukan konseling pada keluarga pasien.

13
V. Kesimpulan dan saran
Berdasarkan Kegiatan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) dapat disimimpulkan
bahwa Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Stroke Nasional
Bukittinggi sudah mulai mengarah pada pelayanan pasien (patient
oriented). Pada proses perencanaan kebutuhan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai di RSSN Bukittinggi
menggunakan metoda kombinasi konsumsi dan epidemiologi. Untuk
proses pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai di RSSN Bukittinggi dipilih berdasarkan formularium rumah sakit
yang disusun oleh Tim Evaluasi dan Revisi Formularium rumah sakit.
Sumber dana untuk pengadaan perbekalan farmasi di RSSN Bukittinggi
berasal dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).
Disarankan kepada pihak RSSN bukittinggi untuk menambah
tenaga kefarmasian agar pelayanan kefarmasian yang berbasis patient
oriented yang lebih banyak mengarah pada konseling pasien dapat
terlaksana lebih maksimal terutama tenaga kefarmasian untuk profesi
apoteker.

VI. Daftar Pustaka


Departemen Kesehatan, 2014, PERMENKES RI Nomor 58 tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Jakarta
Departemen Kesehatan, 2016, PERMENKES RI Nomor 34 tahun 2016
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No 58 Tahun
2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit,
Jakarta
Departemen Kesehatan, 2016, PERMENKES RI Nomor 72 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Jakarta
Departemen Kesehatan, Peraturan Pemerintah RI No 51 tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian, Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai