Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

PEMBAHASAN

PT. Kimia Farma Apotek adalah salah satu anak perusahaan dari PT. Kimia
Farma. Apotek Kimia Farma di Pontianak terdiri dari 11 Apotek Pelayanan (APP)
atau outlet yang terdiri dari Apotek Kimia Farma 32 Tanjungpura, Apotek Kimia
Farma 371 A.Yani, Apotek Kimia Farma 477 Serdam, Apotek Kimia Farma 333
Wahid Hasyim, Apotek Kimia Farma 565 Gajah Mada, Apotek Kimia Farma 525
M. Yamin, Apotek Kimia Farma Sui Jawi, Apotek Kimia Farma Diponegoro di
Singkawang, Apotek Kimia Farma Saigon, Apotek Kimia Farma Seruni dan
Apotek Kimia Farma Danau Sentarum. Kegiatan PKPA dilaksanakan di 2 outlet,
yakni di Apotek Kimia Farma 32 Tanjungpura dan Apotek Kimia 477 Sungai
Raya Dalam.
Kegiatan PKPA dilaksanakan di Apotek Kimia Farma 32 Tanjungpura.
Apotek Kimia Farma Pontianak dipimpin oleh Drs. Nisamuddin, Apt. Beliau
menjabat sebagai Manajer Bisnis semua outlet Kimia Farma Pontianak dan
menjadi Apoteker Penanggung Jawab Apotek Kimia Farma 32 Tanjungpura. Di
setiap apotek tidak hanya melayani penjualan obat saja, namun juga tersedia
praktek dokter umum dan spesialis. Klinik Kimia Farma melayani pasien umum,
perusahaan yang bekerja sama dengan Apotek Kimia Farma serta pasien BPJS.
IV.1. Pengelolaan Apotek
IV.1.1. Pengelolaan Obat
a. Perencanaan dan pengadaan
Perencanaan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan waktu
pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai dengan hasil kegiatan
pemilihan agar terjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat
waktu serta efisien. Perencanaan pengadaan obat di Apotek Kimia Farma
dilakukan dengan meninjau epidemiologi dan konsumsi obat dari masyarakat
sekitar.
Pemesanan obat dan perbekalan kesehatan di apotek Kimia Farma No. 32
dilakukan seminggu dua kali yaitu setiap hari senin dan kamis. Bila obat sudah

34
tinggal sedikit atau sudah habis, maka akan ditulis dalam buku defekta dan akan
di-entry ke dalam komputer dalam bentuk Bon Permintaan Barang Apotek
(BPBA) berdasarkan nama, jumlah dan jenis item oleh penanggung jawab
pengadaan, kemudian divalidasi dan dikirimkan ke bagian gudang BM. Barang
yang diminta dalam BPBA bila terdapat stok di gudang BM maka barang akan
langsung dikirim ke apotek. Tetapi apabila tidak tersedia, gudang akan memesan
barang kepada distributor atau Pedagang Besar Farmasi (PBF) untuk dikirimkan
ke gudang BM dan gudang BM akan langsung mengirimkan ke apotek pelayanan
yang memesan barang. Bila terdapat kekosongan barang dalam jumlah kecil dan
dalam kebutuhan mendesak, maka apotek dapat meminta barang ke Apotek
Pelayanan Kimia Farma lainnya melalui media telepon. Dengan adanya koordinasi
antar Apotek Pelayanan Kimia Farma, maka jumlah penolakan resep pasien karena tidak
tersedianya obat akan dapat diminimalkan.
Untuk obat dalam golongan narkotika dan psikotropika, pengadaan
dilakukan dengan cara melakukan pemesanan langsung ke PBF yaitu Kimia
Farma Trading and Distribution (KF TD) dengan lembar Surat Pemesanan (SP)
khusus. Hal ini telah sesuai dengan aturan Undang-undang No. 35 Tahun 2009
tentang narkotika. Surat pemesanan (SP) Narkotika hanya dapat digunakan untuk
satu jenis obat narkotika saja sedangkan SP psikotropika dapat digunakan untuk
lebih dari satu jenis obat psikotropika. SP yang telah dibuat harus mencantumkan
nama lengkap, alamat domisili, dan SIPA Apoteker Pengelola Apotek (APA).
b. Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya yang telah
diadakan oleh Apotek Kimia Farma No. 32 dilakukan dengan pengambilan barang
di BM oleh petugas apotek. Pesanan yang sudah datang, pertama-tama dilakukan
pengecekan oleh petugas yang ada di BM. Pengecekan yang dilakukan
diantaranya adalah kesesuaian antara nama obat yang tertera di faktur dan keadaan
kondisi fisik barang (nama obat, nomor batch dan jumlah barang yang dipesan).
Kemudian, dilakukan pengecekan kembali oleh petugas apotek dari masing-
masing outlet khususnya Kimia Farma No. 32. Pengecekan yang dilakukan
diantaranya yaitu pengecekan antara barang yang datang/tersedia kemudian

35
disesuaikan dengan yang tertulis di lembar dropping-an yang diperoleh dari BM.
Pengecekan yang dilakukan meliputi jenis barang, merek, ukuran sediaan, jumlah,
harga satuan, jumlah harga per jenis barang dan jumlah harga keseluruhan, dan
tanggal kadaluarsa. Untuk penerimaan obat jenis narkotika psikotropika dan
prekursor, langsung diperoleh dari PBF bersangkutan yaitu Kimia Farma Trading
and Distribution. PBF langsung mengirim obat ke masing-masing outlet berikut
dengan faktur yang harus di tandatangani oleh APA. Jika ada persediaan farmasi
yang tidak sesuai dengan daftar yang ada di dalam lembar dropping-an dan faktur,
maka dilakukan pengembalian obat untuk digantikan dengan obat yang
sebenarnya dipesan. Jika sudah sesuai, faktur ditandatangani oleh petugas apotek
(APA, Apoteker pendamping atau tenaga teknis kefarmasian), terkecuali faktur
yang berisi daftar obat narkotik, psikotropik serta prekursor harus langsung
ditanda tangani oleh APA. kemudian sediaan farmasi tersebut akan dicatat di
kartu stok serta disimpan dalam masing-masing lemari penyimpanan obat yang
telah disediakan.
c. Penyimpanan
Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma No. 32 sudah sesuai dengan
program GPP (Good Pharmacy Practice), yaitu penyimpanan dilakukan
berdasarkan kelas terapi yang dikombinasi dengan bentuk sediaan dan alfabetis
dan disimpan dalam rak-rak/lemari obat dan di setiap barisnya obat dimasukkan
ke dalam kotak obat. Hal ini baik dilakukan untuk meminimalisasi kesalahan
penyerahan obat dan juga memudahkan apoteker untuk memberikan alternatif
obat pengganti yang mengandung zat aktif yang sama. Selain itu, penyimpanan
sediaan farmasi harus sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan masing-masing
produk, misalnya: pada kondisi khusus dalam lemari pendingin (2-8°C) untuk
produk supossitoria, vaksin, dan serum. Penyimpanan obat tertentu seperti
narkotika dan psikotropika disimpan di lemari yang terkunci. Penyimpanan obat
sebaiknya menerapkan prinsip First In First Out (FIFO) dan First Expired First
Out (FEFO) serta didukung dengan catatan penyimpanan untuk mengontrol
sediaan farmasi baik secara manual maupun komputerisasi (Departemen
Kesehatan RI, 2008). Prinsip FIFO dan FEFO pada apotek Kimia farma No. 32

36
sudah berjalan dengan baik. Setiap petugas apotek mempunyai tanggung jawab
untuk mengontrol stok obat yang ada di lemari penyimpanan agar dapat mencegah
ketidaksesuaian stok dan kadaluarsa obat. Sebaiknya di apotik Kimia Farmas no.
32 dilakukan pengelolaan expired date (ED) obat dengan cara menulis di buku/
kartu stok barang digunakan sebagai catatan manual untuk mengetahui waktu,
sumber, jumlah, dan petugas yang melakukan pemasukan/pengeluaran obat,
namun pada keadaan teknis dilapangan pengelolaan penyimpanan ED obat hanya
ditulis pada kertas dropping yang diperoleh dari BM. Pencatatan kartu stok juga
sebaiknya diisi dengan rapi, lengkap, dan benar. Hal ini penting untuk menjaga
agar stok obat terkontrol dengan baik serta sesuai antara jumlah fisik obat dengan
jumlah pada kartu stok. Namun, hal ini sering dilupakan oleh petugas apotek
terutama pada jam-jam sibuk apotek.
IV.1.2. Distribusi
Penyerahan obat oleh Kimia farma No. 32 Pontianak sudah sesuai dengan
aturan Kepmenkes No. 347 Tahun 1990, yaitu OWA dapat diserahkan kepada
pasien tanpa resep dokter sedangkan untuk obat-obat keras, narkotika, dan
psikotropika harus menggunakan resep dokter. Hal ini dilakukan untuk mencegah
penyalahgunaan obat dan penggunaan obat yang salah bagi pasien (DRP).
Pengeluaran obat di Apotek Kimia Farma No. 32 dilakukan sesuai dengan
Permenkes RI No. 35 Tahun 2014, yaitu dengan menerapkan sistem FIFO dan
FEFO untuk mencegah adanya obat yang tertahan sampai batas lewat
kadaluarsanya.
Pelayanan resep obat psikotropika dan prekursor kepada pasien juga hanya
didasarkan diperbolehkan jika resep tersebut merupakan resep asli yang sesuai
dengan persyaratan kelengkapan resep. Setiap pemasukan maupun pengeluaran
obat psikotropika dan narkotika dicatat pada kartu stok. Setiap bulan dilakukan
pengecekan terhadap jumlah pengeluaran dan pemasukan yang tertera pada kartu
stok maupun resep serta harus dilaporkan setiap awal bulan (setiap tanggal 10) ke
Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) secara online. Hasil
pelaporan di SIPNAP kemudian dicetak untuk arsip apotek dan diserahkan ke
Balai POM. Penyaluran obat Apotek Kimia Farma ke outlet lain dapat dilakukan

37
dengan sistem dropping sesuai dengan permintaan barang yang tercantum dalam
surat pemesanan. Selain itu, apabila terjadi kekosongan stok obat di apotek, maka
apotek dapat memesan via telepon ke outlet Kimia Farma terdekat untuk
mengatasi kekosongan obat sehingga penyaluran obat ke pasien menjadi efektif
dan efisien.
IV.1.3. Administratif
Semua administrasi di Apotek Kimia Farma telah menggunakan sistem
komputerisasi. Setiap outlet termasuk Apotek Kimia Farma No.32 melaporkan
laporan harian berupa jumlah omset harian beserta bukti tertulisnya ke kasir besar
di Business Manager (BM). Sedangkan laporan stock opname yang diadakan
setiap 3 bulan (diakhir bulan) direkap dan dievaluasi oleh masing-masing APP.
Sistem yang diterapkan sudah tersentralisasi sehingga semua
pelunasan pembelian barang, administrasi pajak setiap outlet, dan pemesanan
barang berpusat di BM. Melalui konsep BM diharapkan pengelolaan aset dan
keuangan apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien. Secara umum
keuntungan dari konsep BM adalah sebagai berikut:
a. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah.
b. APP akan lebih fokus pada kualitas pelayanan, sehingga mutu pelayanan akan
meningkat yang diharapkan berdampak pada peningkatan penjualan.
 Merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang
diharapkan berimbas pada efisiensi biaya administrasi.
 Meningkatkan bargaining dengan pemasok untuk memperoleh sumber
barang dagangan yang lebih murah.
Apotek Kimia Farma 32 dan Kimia Farma Sungai Raya Dalam
dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi : (5)
a. Administrasi Non Resep
Administrasi non resep termasuk dalam administrasi keuangan yang terdiri
dari bukti setoran kas, Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH), Laporan
Realisasi Penggunaan Dana Kas Kecil (LRPDKK), administrasi barang,
administrasi SDM, Lembar UPDS.
1. Bukti Setoran Kas (BSK)

38
Bukti setoran kas ini dibuat oleh kasir sebagai tanda terima dari APA atau
hasil penjualan tunai pada tiap shift dan bukti setoran kas ini divalidasi
dan dicetak oleh APA (dapat dilihat pada lampiran 6)
2. Laporan Ikhtisar Penjualan Harian
Laporan ini dibuat pada akhir transaksi hari berjalan untuk pembaran
tunai. Laporan ini memberikan informasi jumlah penjualan OTC, UPDS,
HV, debet dan tunai. Laporan ini dibuat dan dievaluasi oleh APA. Khusus
untuk laporan konsinyasi dibuat terpisah dan dicetak per supplier serta
direkap tiap bulan (dapat dilihat pada Lampiran 6
3. Administrasi Barang
Kegiatan meliputi pembuatan dan pengarsipan dokumen pembelian
(faktur pembelian), defekta, Surat Pesanan (terutama narkotika dan
psikotropika), kartu stok, laporan stok opname, dan lain-lain (dapat dilihat
pada Lampiran 6
4. Administrasi SDM
Kegiatan administrasi SDM ini meliputi tata tertib pegawai, pengaturan
jadwal kerja, absensi, lembur pegawai, perhitungan hari kerja, cuti dan
lain-lain.
5. Lembar UPDS
Formulir ini berisi identitas pasien seperti usia, nama, alamat, gejala
penyakit yang dialami, lama penyakit, tanda tangan pasien dan
rekomendasi obat yang disarankan oleh apoteker maupun permintaan
pasien sendiri. Lembar UPDS ini digunakan sebagai data penunjang
bahwa pasien telah menyetujui terapi obat yang diberikan dan digunakan
secara swamedikasi(dapat dilihat pada Lampiran 6).
b. Administrasi Resep
Administrasi pelayanan terdiri dari pengarsipan resep, pengarsipan catatan
pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat dan
pengarsipan hasil PIO.
Pengelolaan resep di Apotek Kimia Farma No. 32 Dalam sudah berjalan
baik. Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan

39
sesuai nomor resep kecuali resep dengan pembayaran kredit. Namun resep yang
berisi narkotika dan psikotropika tidak dipisahkan dan nama narkotika tidak
digaris bawahi dengan tinta merah, sehingga hal ini tidak sesuai dengan peraturan.
Resep dibendel sesuai dengan kelompoknya kemudian ditulis keterangan
kelompok resep, tanggal, bulan, dan tahun yang mudah dibaca dan disimpan
ditempat yang telah ditentukan. Penyimpanan bendel resep yang dilakukan secara
berurutan dan teratur dimaksudkan untuk memudahkan petugas jika sewaktu-
waktu diperlukan penelusuran resep.
Resep narkotika dan psikotropika sebaiknya disimpan terpisah untuk
memudahkan penyusunan laporan ke Dinas Kesehatan wilayah setempat.
Penyimpanan disatukan bersama dengan arsip laporan bulanan narkotika dan
psikotropika. Semua resep disimpan selama 3 tahun sebelum dimusnahkan.
Laporan narkotika memuat nama apotek, nama obat, nama distributor, jumlah
penerimaan, jumlah pengeluaran dan stok akhir. Penyusunan laporan dilakukan
oleh APA dan ditandatangani oleh APA dilengkapi dengan nama, nomor SIPA
serta stempel apotek. Laporan tersebut dikirim selambat-lambatnya pada tanggal
10 bulan berikutnya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan ke
Dinas Kesehatan Provinsi, Balai Besar POM, PBF PT.Kimia Farma dan arsip.
Laporan untuk barang rusak dan kadaluarsa dilakukan 3 bulan sekali. Pada
laporan tersebut dirinci nama obat, jumlah, dan tanggal kadaluarsa. Pelaporan
penggunaan obat narkotika juga diserahkan kepada Apoteker Penanggung Jawab
di Apotek Kimia Farma.
Pelaporan yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No. 32 terdiri dari dua
jenis laporan yaitu laporan penggunaan obat psikotropika dan laporan penggunaan
obat narkotika. Laporan tersebut dibuat dan ditandatangani oleh APA setiap
bulannya secara rutin. Pelaporan dilakukan paling lambat tanggal 10 pada bulan
berikutnya. Laporan penggunaan obat psikotropika dan narkotika diserahkan
kepada Dinas Kesehatan dengan tembusan Dinas Kesehatan Propinsi, Balai POM,
dan 1 salinan untuk arsip apotek setiap bulannya. Pelaporan penggunaan obat
narkotika juga diserahkan kepada Penanggung Jawab Narkotika di PT. Kimia
Farma. Laporan penggunaan narkotika dan psikotropika di apotek Kimia Farma

40
No.32 masih dilakukan secara manual yaitu dengan cara menyesuaikan kartu stok
dengan jumlah fisik yang tersedia di lemari khusus penyimpanan narkotika dan
psikotropika.
IV.1.4. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia yang ada di Apotek Kimia Farma No. 32 sepenuhnya
32 sudah memenuhi Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian. Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di Apotek
Kimia Farma No. 32 Apoteker pengelola apotek dibantu oleh seorang Apoteker
pendamping, tiga orang tenaga teknis kefarmasian, dan dua orang perawat yang
bertugas di klinik Kimia Farma sekaligus merangkap dalam membantu pelayanan
di Apotek. Apotek Kimia Farma No. 32 buka selama 15 jam setiap harinya (mulai
dari 07.00-23.00 WIB) dan sumber daya manusia di apotek dibagi dalam dua shift
kerja.
Apotek Kimia Farma mengelola SDM meliputi tenaga kerja seperti kasir,
tenaga teknis kefarmasian, peracikan, apoteker pengelola, apoteker pendamping,
perawat dan koordinator teknis.
Sumber daya manusia yang ada di Apotek Kimia Farma No. 32 sepenuhnya
sudah memenuhi Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian. Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di Apotek
Kimia Farma Sungai Raya Dalam, Apoteker Pengelola Apotek (APA) dibantu
oleh 3 Apoteker Pendamping, 3 asisten apoteker, 3 orang perawat dan 1 orang
karyawan yang bertugas di Apotek Kimia Farma sekaligus merangkap dalam
membantu pelayanan di Apotek. Apotek Kimia Farma No. 32 buka selama 15 jam
setiap harinya (mulai dari 08.00-23.00 WIB) dan sumber daya manusia di apotek
dibagi dalam dua shift kerja.
IV.1.5. Pengelolaan Resep
Kegiatan pelayanan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma adalah
melakukan pelayanan resep dokter, penjualan obat bebas dan bebas terbatas/OTC
(Over the Counter) dan perbekalan farmasi lainnya yang dikenal sebagai
pelayanan HV (Hand Verkoop), serta penjualan obat OWA (Obat Wajib Apotek)
yang dikenal sebagai pelayanan UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri).

41
IV.1.5.1 Pelayanan Resep
Dalam melakukan pelayanan resep, pertama kali yang harus dilakukan oleh
petugas ketika menerima resep adalah mengecek kelengkapan resep seperti
kejelasan nama dan umur pasien, kesesuaian dosis obat, nama obat, tanggal
pembuatan resep serta nama dan paraf dokter. Petugas yang berada di kasir sangat
berperan dalam penerimaan pertama kali resep dari pasien karena sebagai kasir
harus memiliki kecermatan dan ketelitian, serta kemampuan yang baik dalam
membaca resep. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam dispensing
dan pemberian harga.
Apoteker memiliki peranan dalam melakukan skrining resep mulai dari
memeriksa kelengkapan persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik, dan
pertimbangan klinis. Setelah semua pengecekan selesai, dilakukan kegiatan
dispensing oleh petugas yang berbeda. Petugas yang berbeda diharapkan terjadi
beberapa kali pengecekan dari awal resep diterima sampai obat akan diserahkan
kepada pasien. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan dalam
dispensing obat.
Langkah selanjutnya setelah melakukan skrining resep adalah dispensing
obat yaitu tahap penyiapan dan pembuatan etiket obat. Dalam proses peracikan di
Kimia Farma No. 32 memiliki kekurangan yaitu ruang peracikan yang kurang luas
membuat petugas apotek kurang leluasa dalam bergerak dan meracik obat.
Etiket di Apotek Kimia Farma No. 32 sudah sesuai dengan Permenkes No.
35 tahun 2014 yaitu etiket obat dibagi menjadi 2 jenis, etiket putih untuk obat oral
dan etiket biru untuk obat luar atau suntik, serta terdapatnya label “kocok dahulu”
pada etiket untuk obat dalam bentuk cairan oral. Etiket harus mencantumkan
nama pasien, nama obat, aturan pakai obat dan indikasi obat tersebut. Dalam
penulisan resep, terkadang dokter tidak menulis waktu pemakaian obat (sebelum/
sesudah makan, pagi/ siang/ sore/ malam). Peran apoteker disini adalah
memberikan informasi waktu pemakaian obat yang lebih efektif dan
menuliskannya di etiket. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker dan tenaga
teknis kefarmasian yang disertai dengan pemberian informasi obat. Sebelum obat

42
diserahkan, petugas melakukan pemeriksaan akhir untuk memastikan kesesuaian
antara penulisan etiket dengan resep. Pengecekan dilakukan oleh apoteker
maupun tenaga teknis kefarmasian yang menyerahkan obat.
Berdasarkan Permenkes No. 35 Tahun 2014, pelayanan informasi obat
(PIO) seharus diberikan oleh apoteker kepada pasien pada saat penyerahan obat.
Informasi obat yang diberikan meliputi nama obat dan indikasi, cara pakai, aturan
pakai, waktu minum obat, dan informasi penting lainnya seperti yang tertera pada
label untuk antibiotik, yaitu obat harus dihabiskan, dan lain-lain. Konseling
diberikan pada pasien yang membutuhkan konseling terkait dengan pengobatan
yang diberikan oleh dokter atau karena permintaan pasien sendiri.
Pengelolaan resep di Apotek Kimia Farma sudah berjalan baik. Resep asli
dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan sesuai nomor resep
kecuali resep dengan pembayaran kredit. Resep yang berisi narkotika dan
psikotropika dipisahkan digaris bawahi dengan tinta merah (stabilo merah). Resep
dibendel sesuai dengan kelompoknya. Bendel resep ditulis keterangan kelompok
resep, tanggal, bulan, dan tahun yang mudah dibaca dan disimpan ditempat yang
telah ditentukan. Penyimpanan bendel resep yang dilakukan secara berurutan dan
teratur dimaksudkan untuk memudahkan petugas jika sewaktu-waktu diperlukan
penelusuran resep.
Resep narkotika dan psikotropika disimpan terpisah untuk memudahkan
penyusunan laporan ke Dinas Kesehatan wilayah setempat. Penyimpanan
disatukan bersama dengan arsip laporan bulanan narkotika dan psikotropika.
Semua resep disimpan selama 5 tahun sebelum dimusnahkan, hal ini sesuai
dengan aturan yang tertulis pada Permenkes No. 35 Tahun 2014 pada Bab II
(Mentri Kesehatan Republik Indonesia 2014; 10). Penyusunan laporan narkotika
dan psikotropika dilakukan oleh asisten apoteker yang diberikan tanggung jawab
oleh APA. Sedangkan laporan untuk barang rusak dan kadaluarsa dilakukan 3
bulan sekali (stock opname). Pada laporan tersebut dirinci nama obat, jumlah, dan
tanggal kadaluarsa.
IV.1.5.2 Pelayanan Non Resep
Pelayanan non resep baik HV maupun UPDS di Kimia Farma No. 32,

43
menggunakan konsep WWHAM (Who, What, How, Action, Medicine). Konsep
tersebut dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat, harus dipastikan obat
yang akan dibeli untuk siapa, gejala apa yang dirasakan dan sudah berapa lama
berlangsung, pengobatan apa yang sudah diberikan untuk mengobati penyakit,
dan obat-obat lain yang sedang dikonsumsi.
Dalam pelayanan UPDS, apotek menjual obat-obat yang telah diizinkan
oleh pemerintah untuk digunakan pasien tanpa resep dokter, yaitu obat yang telah
masuk dalam DOWA (Daftar Obat Wajib Apotek). Dalam proses pelayanan,
petugas akan menanyakan pasien mengenai tujuan penggunaan obat yang akan
dibeli dan apakah pasien telah sering menggunakan obat tersebut. Apabila pasien
belum pernah mendapatkan obat sebelumnya, dan obat tersebut tidak terdapat di
daftar OWA, pasien akan direkomendasikan untuk memeriksakan diri ke dokter
terlebih dahulu.
IV.2. Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan Pharmaceutical Care
Tujuan diselenggarakannya pelayanan informasi obat (PIO) di apotek
adalah demi tercapainya penggunaan obat yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat
pasien, tepat regimen (dosis, cara, saat dan lama pemberian), tepat obat, dan
waspada efek samping. Apotek Kimia Farma No. 32 telah melaksanakan PIO
dengan baik. Hal ini dilakukan untuk mengurangi penyalahgunaan dan salah
penggunaan obat, meningkatkan kepatuhan pasien dan meningkatkan keberhasilan
terapi.
PIO pada Apotek Kimia Farma No. 32 Dalam dilakukan oleh apoteker.
Apoteker sebagai pemberi pelayanan (care giver) diharapkan juga dapat
melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah (Home Care),
khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis
lainnya. Untuk aktivitas ini Apoteker harus membuat catatan berupa catatan
pengobatan (medication record).
Mahasiswa PKPA diberikan kesempatan oleh APA dan petugas apotek
lainnya untuk melakukan swamedikasi, namun sebelum melakukan swamedikasi
mahasiswa diwajibkan terlebih dahulu untuk mempelajari segala sesuatu yang
berhubungan dengan penyakit yang diderita serta obat yang sesuai untuk

44
mengobati penyakit tersebut dan juga bagi kondisi fisik pasien selama dua minggu
(orientasi apotek). Swamedikasi yang dilakukan di apotek Kimia Farma No. 32
adalah untuk penyakit ringan seperti batuk, pilek, alergi, diare dan lain sebagainya
Tahapan swamedikasi yang dilakukan oleh petugas Apotek Kimia Farma
No. 32 yang dilakukan kepada pasien adalah dengan arahan 5 pertanyaan
penuntun sebagai berikut :
a. W = Who (Untuk siapa obat tersebut?)
b. W = What Symptoms (Gejala apa yang dirasakan?)
c. H = How Long (Sudah berapa lama gejala tersebut berlangsung?)
d. A = Action (Tindakan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi gejala
tersebut?)
e. M = Medicine (Obat-obat apa saja yang sedang digunakan oleh pasien?)
Swamedikasi yang telah diterapkan oleh Apotek Kimia Farma No. 32 sudah
sesuai dengan anjuran dari WHO (1998) Role Of The Pharmacist In The Health
Care System. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan
swamedikasi di Kimia Farma No. 32 diantaranya adalah sebagai berikut;
a. Baca secara teliti informasi yang tertera pada kemasan atau brosur yang
disisipkan di dalam kemasan meliputi: komposisi zat aktif, indikasi,
kontraindikasi, dosisi, efek samping dan cara penggunaan.
b. Pilih obat dengan jenis kandungan zat aktif sesuai keperluan, seperti jika
gejala penyakitnya hanya batuk maka pilih obat yang digunakan untuk
mengatasi batuknya saja dan tidak perlu obat penurun demam.
c. Penggunaan obat swamedikasi hanya jangka pendek (seminggu), jika gejala
menetap atau memburuk maka segera konsultasikan ke dokter.
d. Perhatikan aturan pakai, bagaimana cara memakainya, berapa jumlahnya,
dipakai sebelum atau sesudah makan serta berapa lama pemakaiannya.
Dalam melakukan kegiatan swamedikasi tidak selalu berjalan dengan
lancar. Ada berbagai hambatan yang dapat terjadi pada proses pengobatan dan
pemberian informasi swamedikasi, diantaranya yaitu :
a. Hambatan yang berasal dari pasien antara lain adalah perasaan malu, marah,
takut, ragu-ragu. Hal ini dapat diatasi dengan bersikap empati, mencari

45
sumber timbulnya masalah tersebut, tetap bersikap terbuka dan siap
membantu.
b. Hambatan yang berasal dari latar belakang pendidikan, budaya dan bahasa.
Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan istilah sederhana yang dapat
dipahami. Berhati-hati dalam menyampaikan hal yang sensitif.
c. Hambatan yang berasal dari fisik dan mental. Ini dapat diatasi dengan
menggunakan alat bantu yang sesuai atau melibatkan orang yang merawatnya.
d. Hambatan yang berasal dari tenaga farmasi, dapat berupa mendominasi
percakapan, menunjukkan yang tidak memberikan perhatian, tidak
mendengarkan apa yang pasien sampaikan, menggunakan istilah medis yang
tidak dipahami oleh pasien. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
memberikan kesempatan kepada pasien untuk menyampaikan masalahnya
dengan bebas dan menunjukkan kepada pasien bahwa apa yang
disampaikannya didengarkan dan diperhatikan.
e. Hambatan lain adalah kurangnya tempat khusus dalam memberikan informasi
guna memberikan rasa privasi dan kenyamanan kepada pasien.
IV.3. Homecare
Homecare merupakan bentuk pelayanan kefarmasian di rumah pasien. Di
Kimia Farma No. 32 sudah menerapkan pelayanan ini untuk pasien yang memiliki
riwayat penyakit degenaratif kronis seperti hipertensi, diabetes mellitus,
hiperlipidemia dan komplikasi penyakit hipertensi dengan hiperlipidemia atau
hipertensi dengan diabetes mellitus. Pelayanan kefarmasian yang bersifat
kunjungan rumah juga dikhususkan untuk kelompok lansia dan pasien dengan
pengobatan penyakit kronis yakni penyakit diabetes mellitus dengan komplikasi
seperti hipertensi dan hiperlipidemia. Mahasiswa PKPA juga diajak dalam
melakukan Homecare. Target jumlah pasien Homecare Apotek Kimia Farma No.
32 adalah minimal lima pasien dalam satu bulan. Waktu untuk dilakukan
Homecare tergantung dari kesepakatan pasien dan Apoteker.
IV.4. Perpajakan
Pajak adalah suatu kewajiban setiap warga negara untuk menyerahkan
sebagian dari kekayaannya atau penghasilannya kepada negara menurut peraturan

46
perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah dan dipergunakan untuk
kepentingan masyarakat. Macam-macam pajak Apotek diantaranya adalah pajak
kendaraan bermotor, pajak reklame iklan, SKITU (Surat Keterangan Izin Tempat
Usaha), SIUP (Surat Izin Usaha Perusahaan), pajak pertambahan nilai (PPN) dan
pajak penghasila (PPh pasal 21, 25, 28 dan 29). Semua pembayaran pajak seperti
yang dijelaskan diatas, dilakukan terpusat oleh Business Manager (BM).
Apotek melakukan administrasi pajak dengan melakukan pencatatan dan
pengumpulan faktur pajak serta menghitung jumlah pajak yang harus dibayarkan
oleh apotek. Semua pembayaran dilakukan secara terpusat oleh BM. Pajak-pajak
yang dibayar berupa PPN, PPh 21, PPh 22, dan Pajak Reklame. PPN dikenakan
pada pembelian barang sebesar 10%. Menurut peraturan terbaru, setiap faktur
yang jumlah pembeliannya di atas Rp 10.000.000, PPN yang dikenakan akan
dibayar langsung oleh pembeli/apotek ke kantor pajak sedangkan bila jumlah
pembelian kurang dari Rp 10.000.000 maka PPN yang dikenakan akan dibayarkan
oleh distributor ke kantor pajak. Selanjutnya PPh 21 merupakan pajak penghasilan
yang dibayar sebulan sekali. PPh 22 yaitu pembayaran pajak untuk hutang dagang
setiap pembayaran hutang dagang atau pembelian di atas Rp 10.000.000 sebesar
1,5% dari total pembelian. Kemudian pajak reklame untuk papan nama apotek,
papan nama dokter dan lain-lain dibayar di Dispenda (Dinas Pendapatan Daerah)
setiap setahun sekali. Macam-macam pajak apotek adalah sebagai berikut :
1. Pajak Daerah
Pajak ini merupakan pajak yang dipungut pemerintah daerah berdasarkan
peraturan daerah untuk kepentingan pembiayaan pemerintah daerah yang
bersangkutan yaitu pajak kendaraan bermotor/BBN(Biaya Balik Nama), pajak
reklame/iklan (papan nama apotek), SKITU (Surat Keterangan Izin Tempat
Usaha), SIUP (Surat Izin Usaha Perusahaan).
2. Pajak Negara
Pajak ini merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah dan digunakan
untuk membiayai negara terdiri dari :

47
a. Pajak tak langsung yaitu pajak yang dapat dibebankan atau dilimpahkan pada
orang lain terdiri dari biaya materai, cukai dan PBB (Pajak Bumi dan
Bangunan)
b. Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan
tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain terdiri dari :
1) Pajak Penghasilan (PPh pasal 21 Perseorangan)
Pajak penghasilan pasal 21 (PPh 21) adalah pajak yang mengatur pajak
pribadi (penghasilan karyawan). Pajak yang dibayarkan tergantung besar gaji
setiap tahun masing-masing karyawan dikurangi besar Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP). Pajak ini dibayarkan jika gaji karyawan melebihi PTKP. Pajak
dibayarkan sebelum tanggal 15 tiap bulannya. Keterlambatan pembayaran
dikenakan denda 50.000 rupiah ditambah 2% dari nilai pajak yang harus
dibayarkan.
Tabel 1. Tarif Pajak Berdasarkan Lapisan Penghasilan Kena Pajak Bagi
Wajib Pajak Orang Pribadi
Lapisan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Tarif Pajak
s/d 25.000.000 5%
>25.000.000 s/d 50.000.000 10%
>50.000.000 s/d 100.000.000 15%
>100.000.000 s/d 200.000.000 25%
>200.000.000 35%

Tabel 2. Tarif Pajak Berdasarkan Lapisan Penghasilan Kena Pajak Bagi


Wajib Pajak Badan
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
(PKP)
s/d 50.000.000 10%
>50.000.000 s/d 100.000.000 15%
>100.000.000 30%

48
Tabel 3. Penghasilan Kena Pajak

Keterangan Sebulan (Rp) Setahun (Rp)


Untuk diri pribadi 240.000 2.880.000
Tambahan untuk pegawai yang menikah 120.000 1.440.000
Tambahan untuk setiap anggota keluarga 120.000 1.440.000
(paling banyak 3 orang)

a. Pajak Penghasilan (PPh) pasal 25


Pajak penghasilan (PPh) pasal 25 merupakan angsuran pajak penghasilan
yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulannya. Besarnya
angsuran PPh 25 adalah pajak penghasilan tahun lalu dibagi 12 atau banyaknya
bulan dalam bagian pajak. Pajak ini dihitung dan dibayarkan satu bulan setelah
usaha berjalan dan seterusnya dan dibayarkan paling lambat setiap tanggal 15
bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir. Perincian besarnya laba
badan usaha dan perseorangan yang dikenai pajak dapat dilihat pada tabel 1 dan
tabel 2.
Tabel 4. Laba Badan Usaha yang dikenai Pajak

Keuntungan Bersih (Rp) Tarif Pajak


s/d 50.000.000 10%
> 50.000.000 s/d 100.000.000 15%
> 100.000.000 30%

Tabel 5. Laba Perseorangan yang dikenai Pajak

Keuntungan Bersih (Rp) Tarif Pajak


s/d 25.000.000 5%
> 25.000.000 s/d 50.000.000 10%
> 50.000.000 s/d 100.000.000 15%
> 100.000.000 s/d 200.000.000 25%
> 200.000.000 35%

Usaha yang memiliki omset kurang dari Rp. 6000.000.000,00, perhitungan


pajaknya dilakukan dengan menggunakan norma perseorangan ateu dengan
neraca rugi laba. Sedangkan uasaha yang memiliki omset lebih dari Rp.

49
600.000.000,00 perhitungannya dilakukan dengan berdasarkan pada keuntungan
yang harus dihitung menggunakan neraca rugi laba.
2) PBDR (Pajak atas Bunga, Deviden dan Royalti) diatur oleh PPh 23
Apabila apotek merupakan badan usaha milik beberapa orang maka dikenai
PPh pasal 23 yang mengatur bahwa deviden dikenai pajak 15% dari keuntungan
yang dibagikan, juga konsultan hukum, konsultan pajak dan jasa lainnya sebesar
15% dari 40%.
3) Pajak Penghasilan (PPh) pasal 28
Pajak penghasilan (PPh) pasal 28 merupakan pajak yang apabila terhutang
untuk satu tahun pajak ternyata lebih kecil dari yang sudah diangsurkan maka
setelah dilakukan pemeriksaan, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan setelah
dihitung dengan hutang pajak berikut sanksi-sanksinya.
4) Pajak Penghasilan (PPh) pasal 29
Pajak penghasilan (PPh) pasal 29 merupakan pajak yang apabila terhutang
untuk satu tahun ternyata lebih besar dari yang sudah diangsurkan maka
kekurangan pajak yang terhutang harus dilunasi.
5) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak atas penyerahan barang
dan jasa. Pajak pertambahan nilai diokenakan saat pembelian obat dari PBF
sebesar 10%.
6) Pajak Pertambahan Nilai pedagang Eceran (PPNPE)
Pajak ini dikenakan apabila apotek merupakan suatu PKP dengan
penghasilan lebih dari Rp. 50.000.000,00 per bulan atau lebih dari Rp.
60.000.000,00 per tahun. Besarnya PPNPE yang dikenakan adalah sebesar 2%
dari omset.

50

Anda mungkin juga menyukai