Perencanaan sediaan farmasi di Apotek Kimia Farma 62 didasarkan metode kombinasi yakni antara data konsumsi dari data pengeluaran barang periode sebelumnya dan epidemiologi penyakit. Data konsumsi tersebut dapat dikelompokkan untuk obat fast moving (cepat beredar) maupun slow moving (lambat beredar). Analisisya menggunakan pareto, dimana analisis pareto merupakan suatu analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis pola konsumsi perbekalan farmasi, yaitu dengan melihat penjualan pada periode waktu yang telah terjadi (sebelumnya) untuk perencanaan pengadaan barang selanjutnya. Pareto berisi daftar barang terjual yang memberikan kontribusi terhadap omset, disusun berurutan berdasarkan nilai jual dari yang tertinggi sampai terendah disertai jumlah atau kuantitas barang yang terjual. Analisis pareto penting untuk menentukan jenis barang yang penjualannya berpengaruh besar terhadap omset. Obat akan digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu: 1. Kelompok A: adalah beberapa jenis obat yang memakai alokasi paling besar (sekitar 80% dari total dana) 2. Kelompok B: adalah beberapa jenis obat yang memakai alokasi dana sekitar 20% dari total dana 3. Kelompok C: adalah beberapa jenis obat yang memakai alokasi dana sekitar 10% dari total dana. Data yang diperlukan untuk melakukan analisis pareto adalah: 1. Harga patokan tiap jenis obat 2. Jumlah perkiraan kebutugan obat dalam setahun. 3. Data obat-obatan yang tergolong fast moving, slow moving dan death stock Pada Kimia Farma 62 pembagian pareto sebagai berikut : a. Resep : Pareto A = 35 Pareto B = 25 Pareto C = 21 b. Non resep : Pareto A = 14 Pareto B = 14 Pareto C = 14 Epidemiologi dilakukan berdasarkan data tingkat kejadian penyakit, contohnya saat musim hujan maka pihak Apotek akan merencanakan untuk memesan produk-produk yang terkait dengan musim tersebut, contohnya obat flu dan obat diare. Penggunaan metode kombinasi merupakan pilihan yang tepat untuk proses perencanaan sebab metode kombinasi tidak hanya melihat pada data konsumsi obat periode sebelumnya namun juga melihat pola penyakit dan frekuensi penyakit sehingga saling menutupi kekurangan dari masing-masing metode dan mempermudah dalam proses perencanaan daripada hanya terfokus pada satu metode.
Manajemen barang dagangan/pengelolaan
barang/ merchandisemanagement
Merencanakan Membuat sistem Menerima barang, membuat
barang dagangan pembelian desain, penyimpanan dan pemajangan
Mengelola Mengelola Mengelola Mengelola Alokasi
standar persediaan pembelian anggaran barang ke barang pembelian apotek dagangan
Barang Barang reguler cito/mendesak/musiman
Bagan manajemen persediaan barang
Sesuai dengan bagan diatas, perencanaan sediaan farmasi di apotek kimia farma 62 terdiri dari tiga tahapan : 1) Perencanaan barang dagangan a. Pengelolaan standar barang dagangan b. Pengelolaan persediaan Pada tahap ini dilakukan di Apotek kimia farma 62 2) Pembuatan sistem pembelian a. Pengelolaan pembelian berdasarkan atas barang regular dan barang cito b. Pengelolaan anggaran pembelian c. Alokasi barang ke apotek 3) Sistem penerimaan barang, membuat desain penyimpanan dan pemajangan Tahapan ini dilakukan oleh kantor pusat kimia farma di Jakarta. Perencanaan barangan dagangan terdiri dari mengelola standar dan pengelolaan persediaan, perencanaan standar barang dagangan dilakukan oleh kantor pusat dan terdiri dari : 1. Merchandise structure 2. Produk dan private label 3. Layout 4. Display & shelving 5. Puschassing 6. Pricing 7. Promotion B. Pengadaan Sediaan Farmasi Pengadaan perbekalan farmasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi di apotek sesuai dengan data perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Pengadaan barang meliputi proses pemesanan, pembelian dan penerimaan barang. Pengadaan barang dilakukan berdasarkan pada tingkat kebutuhan konsumen (pasien). Pengadaan sediaan farmasi yang ada di apotek harus melalui jalur resmi untuk menjamin kualitas produk tetap dipertahankan selama proses distribusi, yaitu melalui PBF (Pedagang Besar Farmasi) Kimia Farma atau Kimia Farma Trading and Distribution dan PBF resmi lainnya. Pemilihan PBF atau distributor didasari oleh beberapa hal yaitu legalitas PBF, misalnya izin resmi, ketersediaan dan kualitas barang yang dikirim dapat dipertanggungjawabkan (service level), besarnya potongan harga (diskon) yang diberikan, kecepatan pengiriman barang (lead time), kedatangan barang yang tepat waktu, dan cara pembayaran serta waktu jatuh tempo (term of payment). Kegiatan pengadaan perbekalan farmasi untuk mendukung pelayanan di Apotek Kimia Farma 121 dilakukan oleh APA. APA akan memberikan daftar nama obat dan jumlahnya sudah sesuai dengan kebutuhan apotek ke PBF. APA akan membuat Surat Pesanan (SP) ke PBF (Pedagang Besar Farmasi) untuk memesan barang yang dibutuhkan oleh apotek. PBF akan mengirimkan barang ke apotek dan semua pembayaran dilakukan secara terpusat oleh BM. Pengadaan Apotek kimia farma 62 bisa dilakukan menggunakan 5 cara yaitu : 1. Pengadaan Apotek Kimia Farma 62 dilakukan melalui Surat Pesanan (SP). BM mengirim SP ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan PBF akan mengirim barang yang dipesan ke gudang farmasi Unit BM Jember. Persediaan barang dan sediaan farmasi yang telah datang dan tersedia di gudang akan di-dropping ke Apotek. Khusus untuk pengadaan narkotika, psikotropika, prekursor, dan Obat-Obat tertentu (OOT), Surat Pesanan (SP) harus dibuat langsung oleh Apotek yang bersangkutan dan dibuat rangkap empat. Pemesanan obat golongan narkotika, digunakan SP khusus yang harus ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) dengan mencantumkan nama, nomor Surat Izin Apotek (SIA) dan stempel Apotek. Untuk satu lembar SP hanya berlaku untuk satu jenis obat narkotika saja. Selain itu, pembeliannya hanya boleh dilakukan kepada Distributor Kimia Farma yang bertindak sebagai distributor tunggal yang ditunjuk pemerintah. Untuk pembelian obat golongan psikotropika dilakukan dengan cara yang sama, tetapi untuk satu lembar SP boleh berisi beberapa jenis psikotropika, dan melalui distributor resmi yang menyediakan psikotropika. Untuk pembelian prekursor farmasi dilakukan dengan cara yang sama seperti surat pesanan psikotropika, yaitu surat pesanan hanya dapat digunakan untuk satu atau beberapa jenis prekursor farmasi. Pembelian Obat- Obat Tertentu (OOT) menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan (PKBPOM) No 7 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan OOT yaitu harus melalui pedagang besar farmasi yang mendapat izin untuk mengimpor OOT atau melalui industri farmasi yang dapat melakukan pengadaan OOT. Surat Pesanan (SP) OOT harus ditandantangani Apoteker penanggung jawab dengan mencantumkan nama lengkap, Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), nomor dan tanggal SP, serta kejelasan identitas sarana seperti nama Apotek dan stempel Apotek. 2. Dropping antar Apotek Kimia Farma. Dropping dilakukan jika barang yang diminta tidak ada dalam persediaan dengan tujuan untuk menghindari penolakan resep atau obat. Dropping dilakukan dengan menggunakan sistem BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek) sebagai surat pesanan dan Dropping. 3. Pesanan Cito Pesanan Cito adalah pengadaan perbekalan farmasi yang dapat dilakukan kapan saja diluar pembelian bulanan rutin karena suatu kebutuhan yang segera, seperti permintaan obat oleh dokter klinik di Kimia Farma 62 maka akan langsung dibuatkan surat pesanan ke PBF dan dikirim langsung ke apotek. Pengadaan dengan pembelian mendesak dapat juga dilakukan bila memerlukan obat yang tidak tersedia di Apotek dengan membeli obat di Apotek swasta selain Apotek Kimia Farma untuk menghindari penolakan resep. 4. Metode konsinyasi yang berkerja sama dengan suatu perusahaan atau distributor yang menitipkan produknya untuk dijual di Apotek, kemudian setiap bulan dilakukan pengecekan dari pihak perusahaan untuk mengetahui jumlah produk yang terjual barangnya. Apotek Kimia Farma 62 hanya melakukan konsinyanyi khusus produk suplemen. Pembayaran dilakukan setelah produk terjual, kemudian suplemen yang telah dipesan akan di dropping ke Apotek Kimia Farma 62 oleh gudang farmasi. Petugas di Apotek kemudian melakukan pengecekan kesesuaian barang meliputi nama, jumlah, dan spesifikasi barang. Jika terdapat ketidaksesuaian maka akan dilakukan pengembalian ke gudang, tetapi jika sudah sesuai selanjutnya barang dan obat-obat akan dimasukkan ke tempat penyimpanan masing-masing dan dicatat pada kartu stok yang terdapat pada setiap macam obat. 5. Prosduksi Mandiri, yakni membuat beberapa macam produk farmasi seperti gliserin dan H2O2. C. Penerimaan Sediaan Farmasi Pesanan yang telah datang dilakukan pengecekan, apoteker akan meminta faktur barang dari salesman PBF untuk memeriksa apakah barang yang di pesan sudah sesuai atau tidak. Pemeriksaanya meliputi jenis dan nama barang, dosis obat, jumlah barang, nomor batch, tanggal kadaluarsa (expire date) serta kondisi fisik barang. Setelah itu, faktur ditanda tangani dan di stample oleh apoteker. Kemudia barang tersebut akan dientri ke komputer, sehingga stock obat bertambah. Tahapan penerimaan obat di Apotek Kimia Farma 62 yaitu :
Barang datang Penerimaan Memeriksa kesuaian
faktur dari faktur (nama dan petugas PBF alamat apotek)
Faktur Memeriksa Memeriksa nama,
ditandatangani kemasan obat jumlah, dosis, no oleh Apoteker atau kondisi obat batch, dan ED obat
Jumlah barang dientri ke komputer
Alur Penerimaan Perbekalan Farmasi di KF 62
Jika terdapat barang yang tidak sesuai dengan surat pesanan atau adanya kerusakan fisik atau barang telah mendekati expire date ataupun telah memasuki expire date maka bagian pembelian akan melakukan retur barang tersebut ke PBF yang bersangkutan untuk ditukar dengan barang yang sesuai. Persediaan ini untuk menunjang pemakaian perbekalan farmasi selama 1 bulan dan 3 hari – 1 minggu untuk buffer stock.