Anda di halaman 1dari 21

BAB V

KEGIATAN DAN HASIL PKPA


5.1 Kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma 422 Sumber
Cirebon dilaksanakan pada tanggal 130 April 2016. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan selama Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma 422
Sumber Cirebon adalah sebagai berikut:
a

Mengikuti pemberian materi oleh Panitia Pelaksana Praktik Kerja Profesi


Apoteker PT. Kimia Farma Apotek Daerah Unit Bisnis Cirebon yang
dilaksanakan di KF 40 Parujakan Cirebon.

Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan lainnya


Mempelajari, mengamati dan mencari pengalaman terbatas pada kegiatan
pemesanan, pembelian, penerimaan barang, penyimpanan, pendistribusian
danpenjualan, termasuk pencatatan dan pelaporan.

Pelayanan obat dan perbekalan kesehatan lainnya


Mempelajari, mengamati dan mencari pengalaman terbatas pada kegiatan
menghadapi pelanggan, menyiapkan barang, meracik, membuat etiket, copy
resep, serta menyerahkan obat bebas.

Mempelajari dan Mengamati Pemberian Informasi Obat


Mempelajari, mengamati dan mencari pengalaman terbatas pada kegiatan
pemberian informasi obat pada pembelian obat bebas.

Fungsi dan Tugas lain (Pengelolaan Keuangan, SDM dan lain-lain)


Mempelajari, mengamati, dan mencari pengalaman terbatas pada kegiatan bisnis
dan manajerial apotek.

5.2 Hasil Kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker


Hasil kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma 422
Sumber Cirebon, meliputi kegiatan sebagai berikut:
66

5.2.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya


Apotek Kimia Farma 422 merupakan apotek pelayanan (APP) yang hanya
melaksanakan pekerjaan teknis kefarmasian yaitu pelayanan permintaan obat-obatan,
baik atas resep dokter maupun pembelian obat-obat OTC, sedangkan kegiatan yang
berkaitan dengan pengadaan, pengelolaan barang, administrasi dan keuangan dilakukan
oleh Bisnis Manajer (BM) Cirebon. Hal ini telah memberi dampak besar, karena dengan
sistem grouping maka pada masing-masing apotek pelayanan tidak terdapat pengadaan/
pembelian, penyimpanan/ gudang dan administrasi. Dengan demikian diharapkan
efisiensi tempat, biaya dan tenaga SDM. Efisiensi biaya terjadi karena pembelian
langsung dalam jumlah banyak akan mendapatkan diskon yang lebih besar sehingga
memungkinkan penekanan biaya pembelian sekaligus menekan biaya pengiriman dan
penyimpanan. Dalam hal efisiensi SDM di PT. Kimia Farma Apotek untuk kegiatan
pengadaan/ pembelian barang, penyimpanan, dan pencatatan tidak lagi dilakukan pada
masing-masing apotek. Efisiensi SDM berdampak pada menurunnya biaya pegawai
sehingga biaya yang digunakan menjadi lebih efisien. Tingkat inventory barang juga
menjadi menurun yang menyebabkan menurunnya biaya penyimpanan.

Selain itu

sistem grouping ini dilakukan agar apotek pelayanan dapat lebih memfokuskan
pekerjaannya untuk melayani kebutuhan konsumen.
Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan adalah suatu proses yang
merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan dan penyerahan. Tujuannya adalah tersedianya perbekalan
farmasi yang bermutu serta dalam jumlah, jenis dan waktu yang tepat.
a

Perencanaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lain


Perencanaan adalah kegiatan merencanakan sediaan farmasi dan perbekalan

kesehatan yang akan dipesan oleh apotek untuk memenuhi kebutuhan rutin dalam
67

pelayanan kefarmasian. Kegiatan perencanaan pengadaan perbekalan farmasi di apotek


Kimia Farma 422 meliputi obat ethical, narkotika, psikotropika, dan komoditi non obat,.
Tujuan perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk mendapatkan jenis dan
jumlah sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan yang sesuai kebutuhan serta
menghindari terjadinya kekosongan atau penumpukan barang. Perencanaan pengadaan
sediaan farmasi juga dilakukan melalui analisis kebutuhan barang yang perlu
diprioritaskan dalam pemesanan dengan melihat penjualan pada periode waktu yang
telah terjadi untuk perencanaan pengadaan barang selanjutnya. Metode yang digunakan
adalah sistem pareto dan buku defekta (buku yang berisi permintaan keperluan barang)
mengenai barang-barang apa saja yang persediaan di apotek hampir habis. Pareto berisi
daftar barang yang terjual yang memberikan kontribusi terhadap omset, yang disusun
berurutan berdasarkan nilai jual dari yang tertinggi sampai terendah dan disertai jumlah
atau kuantitas barang yang terjual. Analisis pareto dibagi menjadi 3 klasifikasi item
persediaan, sehingga klasifikasi pareto disebut sebagai klasifikasi ABC, yakni sebagai
berikut:
1

Kelas A: persentase nilai penggunaan kumulatif lebih dari 80%. Dapat diartikan
bahwa 20% dari total barang yang ada di apotek yang memiliki nilai volume rupiah
80% dari total volume rupiah. Sehingga persediaan barang-barang yang termasuk
kelas A merupakan persediaan yang memiliki nilai volume rupiah yang tinggi.

Kelas B: persentase nilai penggunaan kumulatif antara 15% dengan total item 25%.

Kelas C: persentase nilai penggunaan kumulatif kurang dari 20%


(Priyambodo, 2007).
Sistem pareto ini memiliki keuntungan, yaitu perputaran modal menjadi cepat,

mencegah terjadinya kekosongan barang yang bersifat fast moving, meminimalisir


penolakan resep, mengurangi risiko penumpukan barang, obat kadaluarsa, dan
kerusakan barang, serta memperkecil kemungkinan barang hilang.
68

Pareto A yang terjual minimal 1 kali transaksi per hari (30 transaksi per bulan)
digolongkan sebagai super pareto atau fast moving product. Apotek Kimia Farma 422
dalam pengadaan obat-obatan lebih fokus kepada obat-obat pareto A dan fast moving
product.. Jumlah barang yang akan dipesan dilakukan dengan melihat data penjualan
bulan sebelumnyakecuali untuk bulan tertentu seperti puasa dan lebaran berdasarkan list
pareto tahun sebelumnya. Perencanaan obat, suplemen, makanan, dan minuman di
swalayan berdasarkan list pareto bulan sebelumnya.
b Pengadaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lain
Pengadaan perbekalan farmasi dimaksudkan untuk menjamin tersedianya
perbekalan farmasi di apotek dalam jumlah dan jenis yang sesuai kebutuhan pelayanan.
Pengadaan perbekalan farmasi terdiri dari kegiatan pemesanan dan pembelian.
Kriteria yang harus dipenuhi dalam pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan adalah:
Apotek hanya membeli sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang telah memiliki
izin edar atau nomor registrasi.
Mutu sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dapat dipertanggung jawabkan.
Pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dari jalur resmi, yaitu pedagang
besar farmasi, industri farmasi, apotek lain.
Dilengkapi dengan persyaratan administrasi seperti faktur, dll (Depkes RI, 2008).
Pemesanan dilakukan setiap hari senin dan kamis, dengan mengirimkan Bon
Permintaan Barang Apotek (BPBA) secara online melalui program Kimia Farma
Information System (KIS), yang berisi daftar permintaan barang Apotek Kimia Farma
422 dan jumlah yang diinginkan kepada Unit Business Manager Bandung. Bila barang
yang diminta terdapat di gudang Business Managermaka barang tersebut akan langsung
dikirimkan ke Apotek 422 dengan Dropping, tetapi jika barang tersebut tidak terdapat di
gudang BM maka Unit Business Manager Bandung akan membuat rekap BPBA dari
69

semua Apotek Pelayanan, dan menuangkannya ke dalam Surat Pesanan (SP) gabungan.
SP gabungan inilah yang akan diteruskan ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) terpilih.
Selanjutnya barang yang dipesan dikirim baik oleh PBF tersebut langsung ke Apotek KF
422 Sumber Cirebon atau distributor Kimia Farma.Pengadaan obat, suplemen, makanan,
dan minuman sama alurnya dengan obat ethical tetapi diadakan seminggu sekali.
Pengadaan barang di apotek Kimia Farma 422 dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yakni sebagai berikut:
1

Pengadaan rutin
Pengadaan rutin merupakan cara pengadaan perbekalan farmasi yang paling utama,
yaitu pembelian barang kepada distributor atau PBF sesuai dengan Surat Pesanan
(SP) melalui unit Business Manager Cirebon.

Dropping antar apotek


Dropping adalah penyerahan obat dan atau perbekalan farmasi lainnya yang
dilakukan dari apotek Kimia Farma lain dengan menggunakan BPBA. Dropping juga
dilakukan oleh BM kepada APP yang melakukan permintaan barang dengan
menggunakan BPBA. BPBA dilakukan jika barang yang diminta tidak ada dalam
persediaan, untuk menghindari penolakan resep obat.

Pembelian mendesak
Pembelian mendesak dilakukan bila pasien memerlukan obat yang kurang atau tidak
tersedia di Apotek Kimia Farma 422 Sumber Cirebon. Pembelian ini dapat dilakukan
kepada apotek swasta lain, selain Apotek Kimia Farma. Pembelian mendesak
diperbolehkan setiap harinya tidak boleh lebih dari 1%.

Konsinyasi
Konsinyasi merupakan suatu bentuk kerjasama antara Apotek Kimia Farma dengan
suatu perusahaan atau distributor yang menitipkan produknya untuk dijual di apotek,
misalnya alat-alat kesehatan, obat baru, suplemen, dan lain-lain. Bentuk kerjasama
70

konsinyasi hanya dapat dilakukan di Business Manager Cirebon. Setiap periode


tertentu, supplier akan memeriksa dan melakukan penagihan untuk barang-barang
sudah terjual. Pembayaran dilakukan oleh BM setelah produk terjual di APP.
5

Pesanan cito
Pola ini dilakukan dengan cara pengadaan ke Business Manager Cirebon. Petugas
menyusun jenis dan jumlah barang yang akan dibeli berdasarkan buku
defektakemudian dibuat dalam bentuk Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA).
Setelah BPBA diterima oleh BM Cirebon, maka BM akan mengantarkan barang
tersebut ke apotek tetapi apabila barang yang diminta tidak tersedia maka BM
Cirebon akan melakukan pemesanan ke PBF. Pemesanan cito dilakukan selain hari
minggu, dimana barang yang dipesan dibutuhkan cepat. Pemesanan cito
diperbolehkan dalam setiap harinya tidak boleh lebih dari 10 item barang.

Penerimaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lain


Prosedurpenerimaan barang yang dipesan adalah ketika barang datang maka
dilakukan penerimaan dan pemeriksaan barang. Prosedur penerimaan barang Apotek
Kimia Farma 422 adalah sebagai berikut:
1

Pemeriksaan barang dan kelengkapannya, meliputi:


a

Alamat pengiriman barang yang dituju.

Nama, jumlah, dan kemasan barang yang dikirim harus sesuai dengan yang
tertera pada surat pesanan dan faktur.

c
2

Kondisi fisik, nomor batch, dan tanggal kadaluarsa barang.

Jika barang tidak sesuai dengan pesanan, terdapat kerusakan fisik, atau mendekati
tanggal kadaluarsa, maka petugas dapat menolak atau mengembalikan barang
tersebut ke distributor yang bersangkutan dengan membuat nota pengembalian
barang (retur), untuk kemudian ditukar dengan barang yang sesuai.
71

Jika barang dinyatakan diterima, maka petugas akan memberikan nomor urut pada
faktur pengiriman barang, menandatangani faktur asli disertai nama petugas
penerima barang dan tanggal penerimaan barang, serta membubuhkan cap apotek
sebagai bukti bahwa barang telah diterima. Faktur asli diserahkan kepada
distributor sebagai tanda terima dan akan digunakan sebagai alat tagih, sedangkan
dua lembar salinannya untuk apotek. Satu lembar salinan dikirimkan ke Business
Manager sebagai bukti pembelian dan satu lembar lagi disimpan sebagai arsip
apotek.

4 Seluruh transaksi pembelian yang telah dilakukan kemudian didata baik secara
komputerisasi yakni pada KIS maupun secara manual dalam buku penerimaan
barang. Data yang dimasukkan antara lain nomor urut, nama barang, kemasan,
jumlah.
5

Alur pengadaan barang dapat dilihat pada lampiran 2. Contoh faktur penjualan
dapat dilihat pada lampiran 3.

d Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lain


Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang diterima pada tempat
yang aman dan dapat menjamin mutunya.
Halhal yang harus dilakukan dalam penyimpanan adalah :
Pemeriksaan organoleptik.
Pemeriksaan kesesuaian antara surat pesanan dan faktur.
Kegiatan administrasi penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan

kesehatan.

Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan pada tempat yang dapat
menjamin mutu (bila ditaruh dilantai harus di atas palet, ditata rapi diatas rak, lemari
khusus untuk narkotika dan psikotropik)
(Depkes RI, 2008).
72

Sediaan farmasi yang diterima disimpan pada rak penyimpanan berdasarkan


efek terapi, bentuk sediaan, obat generik, obat inhealth, obat dengan suhu khusus, dan
narkotik, psikotropik yang disususun secara alfabetis.

Kemudian dilakukan

pencatatan pada kartu stok dengan mengisi tanggal penerimaan, nomor batch, jumlah
penambahan barang yang disimpan, sisa barang, dan paraf. Setiap obat memiliki
kartu stok yang berguna untuk mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran obat,
sehingga mempermudah pengawasan terhadap persediaan obat. Jika jumlah barang
yang diterima tidak seluruhnya dapat disimpan dalam rak penyimpanan, maka sisa
obat tersebut disimpan dalam lemari penyimpanan sementara. Contoh kartu stok
dapat dilihat pada lampiran 4.
Penyimpanan obat atau barang yang dapat dibeli bebas atau barang yang dijual
di ruang penjualan obat bebas diletakkan pada rak yang diatur sedemikian rupa
supaya memudahkan dan memberi kebebasan kepada pelanggan untuk memilih obat
atau barang yang diinginkan. Sedangkan barang-barang selain obat bebas disimpan di
belakang ruang penerimaan resep. Setiap obat atau barang yang masuk atau keluar
dicatat pada kartu stok sama seperti pada penyimpanan barang di ruang peracikan.
Pencatatan dilakukan meliputi jumlah obat yang tersedia dalam rak penyimpanan
dengan jumlah yang terdapat di data komputer untuk di cocokan kesesuaian antara
stok fisik dan komputer. Dan setiap 3 bulan sekali dilakukan stock opname yaitu
dengan mencocokkan jumlah fisik barang yang ada dengan catatan di kartu stokyang
ada di KIS (Kimia Farma Apotek Information System).
Penyimpanan barang-barang perbekalan farmasi dilakukan secara FIFO (first in
first out), dimana barang yang pertama kali masuk, pertama kali digunakan. Setiap
box obat yang disimpan di apotek Kimia Farma 422 diberikan label berukuran 1x1
cm untuk menandai bulan (dengan angka) dan tahun(dengan warna) expired date obat
tersebut. Contoh penandaan expired date dapat dilihat pada lampiran 5.
73

e. Pelayanan Kefarmasian
Hal pertama yang dilakukan dalam pelayanan resep yaitu melakukan skrining,
seperti berikut:
1. Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep yaitu nama dokter, nomor
ijin praktek, alamat, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter serta
nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
2. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu: bentuk sediaan, dosis, frekuensi,
kekuatan, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian obat.
3. Mengkaji aspek klinis yaitu : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian
(dosis, durasi, jumlah obat dan kondisi khusus lainnya). Membuatkan kartu
pengobatan pasien (medication record).
4. Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan (Depkes RI,
2008).
5.2.2 Pelayanan di Apotek Kimia Farma 422
a

Pelayanan Resep Tunai


Pelayanan resep tunai dilakukan terhadap pasien yang membeli obat berdasarkan
resep dokter dengan pembayaran secara tunai. Alur pelayanan obat atas resep tunai
sebagai berikut:
1

Apoteker menerima resep kemudian memeriksa kelengkapan resep dan


ketersediaan obat yang diminta.

Jika terdapat keraguan atau resep tidak terbaca maka petugas mengkonfirmasikan
hal tersebut pada dokter yang bersangkutan.

Jika semua obat yang diminta dalam resep tersedia, petugas apotek menghitung
dan menginformasikan harga obat yang harus dibayar oleh pasien.
74

Jika pasien setuju atas biaya tersebut, pasien melakukan pembayaran kemudian
kasir membuat struk pembayaran rangkap dua yang dilengkapi dengan nomor dan
divalidasi oleh kasir, dimana satu untuk diberikan kepada pasien dan satu untuk
ditempelkan pada resep. Bila resep tersebut merupakan resep racikan maka
dibuatkan lembar racikan oleh asisten apoteker/apoteker yang berisi no.resep,
nama pasien, nama dan jumlah obat yang diacik, dan jumlah racikan yang diminta.
Resep tersebut diserahkan kepada petugas peracikan.

Petugas peracikan menyiapkan obat yang diminta dengan cara mengambilnya dari
rak penyimpanan obat dan meraciknya untuk obat-obat yang membutuhkan
peracikan. Setiap obat yang diambil dari rak penyimpanannya harus disertai
dengan pengisian pada kartu stok sesuai dengan jumlah obat yang diambil dengan
disertai tanggal pengambilan dan paraf petugas apotek yang mengambil. Sebelum
obat diracik, obat-obat tersebut dicek kembali agar dipastikan obat sesuai dengan
resep dan dengan dosis yang tepat.

Setelah selesai peracikan, seluruh obat yang ada dalam resep diberi etiket sesuai
aturan pakai obat dalam resep.

Jika ada resep yang harus diulang atau ditebus sebagian, maka Asisten Apoteker
akan membuat salinan resep. Jika pasien memerlukan kwitansi, maka Asisten
Apoteker akan membuat kwitansi tersebut. Kwitansi dan salinan resep diserahkan
pada saat penyerahan obat kepada pasien. Label-label dan blangko pelayanan
apotek Kimia Farma 422 dapat dilihat pada lampiran 6.

Obat yang telah diberi etiket kemudian diperiksa kesesuaiannya dengan resep.

Apoteker kemudian menyerahkan obat kepada pasien disertai pemberian informasi


mengenai aturan pakai obat, cara pakai obat, dan informasi lain yang diperlukan.
Bila pasien menderita penyakit kronis dan merupakan pelanggan apotek maka
pasien akan dibuatkan Catatan Pengobatan Pasien (PMR) seperti pada lampiran 7.
75

10 Resep yang telah diproses dikumpulkan dalam satu bundel menurutnomor urut dan
tanggal resep.
Jika obat yang diminta tidak tersedia atau jumlahnya kurang dari yang
diminta, maka petugas akan menginformasikan pada pasien. Apabila pasien setuju
untuk menunggu kekurangan obat, pihak apotek akan menjanjikan obat pada dimensi
waktu tertentu. Pelayanan melengkapi kekurangan obat tersebut dapat dilakukan
dengan mengantarkan obat ke rumah pasien (obat diletakkan dalam wadah obat yang
dikirim), atau dapat diambil sendiri oleh pasien (obat diletakkan dalam wadah obat
yang dijanjikan) sesuai kesepakatan dengan pasien. Pihak apotek akan melengkapi
obat dengan menghubungi Apotek Kimia Farma lain atau apotek swasta lain untuk
melengkapi kekurangan tersebut.
b Pelayanan Resep Kredit
Alur pelayanan resep kredit sebagai berikut:
1

Apoteker menerima resep kemudian memeriksa kelengkapan resep, kesesuaian


dengan obat yang telah disetujui bersama antara Apotek Kimia Farma 422 dan
instansi terkait, serta ketersediaan obat yang diminta. Kelengkapan resep yang
diperiksa meliputi data pasien dan identitas karyawan yang bekerja di perusahaan
atau instansi yang bersangkutan.

Obat disiapkan sesuai dengan resep dan diberi etiket. Petugas juga membuatkan
form yang berisi tanggal resep, nomor resep nama instansi atau perusahaan, nama
pasien, nama dokter, identitas karyawan, dan harga obat.

Petugas memeriksa kesesuaian obat dengan resep dan aturan pakainya.

Apoteker atau Asisten Apoteker kemudian menyerahkan obat kepada pasien


disertai pemberian informasi dan meminta pasien menandatangani form.

76

Resep kredit yang telah diproses kemudian diberi harga dan dibuatkan struk
pembayaran sebanyak dua lembar, satu untuk ditempel di resep asli dan satu
ditempel di resep salinan.

Resep kredit disimpan untuk kemudian digunakan untuk proses penagihan ke


perusahaan atau instansi yang bersangkutan dan diarsipkan.
Masing-masing instansi memiliki persyaratan kelengkapan resep tertentu agar

dapat mengambil obat di apotek. Misalnya harus ada fotokopi kartu tanda peserta,
fotokopi resep, tanda tangan peserta. Sehingga saat pasien ingin menebus resep,
syarat-syarat administrasinya harus lengkap. Instansi yang bekerjasama dengan
Apotek Kimia Farma 422 antara lain Askes, BPJS kesehatan, Tugu Mandiri, PLN,
Jamsostek, dll.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap pasien, Apotek Kimia Farma
422 memberikan jaminan waktu pelayanan. Jaminan waktu pelayanan yang diberikan
adalah tidak lebih dari 15 menit untuk resep tanpa obat racikan. Apotek Kimia Farma
422 akan memberikan potongan harga sebesar 5% kepada pasien jika waktu
pelayanan yang dijanjikan tidak terpenuhi. Jaminan waktu layanan ini berlaku di
seluruh Apotek Kimia Farma untuk meningkatkan salah satu kualitas pelayanan
Apotek Kimia Farma (cepat, lengkap, dan ramah).Alur pelayanan resep tunai dan
kredit dapat dilihat pada lampiran 7.
c

Pelayanan Obat Tanpa Resep


Pelayanan obat tanpa resep dokter dilakukan atas permintaan langsung dari
pasien. Obat-obat yang dapat dilayani tanpa resep dokter meliputi obat bebas, obat
bebas terbatas, obat keras yang termasuk Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA), obat
tradisional, kosmetik dan alat kesehatan. Kriteria obat yang dapat diberikan tanpa
resep dokter, menurut Permenkes 919/MENKES/PER/X/1993 adalah:

77

Tidak dikontraindikasikan untuk wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan
orang tua di atas 65 tahun.

Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksudkan tidak memberikan risiko pada
kelanjutan penyakit.

Penggunaan tidak memerlukan alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan.

Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.


Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

dipertanggung jawabkan untuk pengobatan sendiri (Departemen Kesehatan, 1993).


Permintaan obat tanpa resep dokter untuk obat keras yang termasuk DOWA
dilakukan dengan mengisi formulir Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS),yang
berisi nama pasien, alamat pasien, keluhan, nama obat, jumlah obat,harga, dan tanda
tangan APA dan pasien. Alur pelayanan UPDS sama seperti pelayanan terhadap obat
bebas. Konsumen UPDS dapat dilayani bila obat yang diminta tercantum dalam
DOWA dan pasien memang biasa menggunakan obat tersebut serta tahu cara
penggunaannya. Sebelumdilayanai konsumen harus mengisi formulir UPDS.
d Swalayan Farmasi
Swalayan adalah adalah sebuah toko yang menjual segala kebutuhan seharihari. Barang-barang yang dijual di swalayan biasanya adalah barang-barang
kebutuhan sehari-hari. Seperti bahan makanan, minuman dan barang kebutuhan
seperti tissue dan sebagainya.
Pelayanan swalayan farmasi meliputi penjualan obat dan perbekalan farmasi
lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti obat OTC (over the counter)
baik obat bebas maupun bebas terbatas. Penjualan ini dikenal sebagai pelayanan HV
(Hand Verkoop). Barang-barang yang dijual, seperti: suplemen, vitamin, susu,
78

perawatan kulit, perawatan rambut, kosmetik, herbal health care, alat kontrasepsi,
alat kesehatan, dan alat-alat laboratorium.
e. Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Apotek Kimia Farma 422 yaitu
memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan oleh dokter kepada pasien,
sehingga tercapai hasil terapi yang optimal. Pelayanan informasi obat di apotek
bertujuan untuk memberikan dasar pengertian mengenai penggunaan obat yang aman
dan efektif serta memberikan informasi yang objektif kepada berbagai pihak.
Informasi mengenai obat dilakukan pada saat penyerahan obat kepada pasien.
Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker dan minimal oleh asisten apoteker. Tahapan
dalam pelayanan informasi obat untuk pasien dengan resep dokter, antara lain
apoteker menganalisis resep dan menyiapkan obat, memanggil pasien, menanyakan
informasi yang diberikan dokter, apoteker memberikan informasi yang diperlukan
pasien mengenai obat dan meminta pasien untuk mengulangi kembali.
Pemberian informasi dilakukan secara lisan maupun tulisan. Pemberian
informasi secara lisan dilakukan oleh Apoteker langsung pada pasien ketika
menyerahkan obat. Informasi yang diberikan meliputi nama obat, khasiat obat, cara
pemakaian dan interval pemakaian obat, efek samping yang mungkin terjadi,
makanan, minuman atau aktivitas yang harus dihindari, cara penyimpanan obat,
interaksi obat (bila ada), serta informasi mengenai obat dengan cara pemberian
khusus. Pemberian informasi secara tertulis kepada pasien yaitu melalui etiket obat
dengan menuliskan nama obat, jumlah, dan aturan pakai. Pemberian informasi juga
dilakukan melalui label perhatian khusus, sepeti label untuk antibiotik, obat luar, dan
obat yang dapat menyebabkan ngantuk. Selain itu pemberian informasi obat juga
dapat melalui media, seperti poster, leaflet, atau brosur.
79

Pelayanan informasi obat yang diberikan juga dapat berupa jawaban atas
pertanyaan pasien tentang segala hal yang berkaitan dengan obat, terutama pasien
yang melakukan UPDS. Apoteker menggali informasi selengkap-lengkapnya
mengenai siapa pengguna obat, gejala apa yang dirasakan, berapa lama gejala
tersebut dirasakan pasien, tindakan apa yang telah dilakukan utnuk mengatasi gejala
tersebut, dan obat apa yang telah dikonsumsi untuk mengatasi gejala tersebut.
Selanjutnya Apoteker memberikan alternatif pilihan obat yang sesuai dengan
keluhkan pasien, dengan memperhatikan peraturan kefarmasian yang berlaku.
Informasi obat yang diberikan Apoteker sama dengan informasi obat untuk pasien
dengan resep dokter. Form Layanan Informasi Obat untuk pasien resep dan
swamedikasi dapat dilihat pada lampiran 9.
f.

Pengelolaan Obat Narkotika dan Psikotropika


Pengelolaan obat narkotika dan psikotropika di Apotek Kimia Farma 422

meliputi pemesanan, penyimpanan, penyerahan, pelaporan, dan pemusnahan.


1

Pemesanan
Surat Pesanan (SP) untuk obat narkotika dan psikotropika harus menggunakan
SP khusus yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang
dilengkapi dengan SIPA dan stempel apotek. Surat pesanan narkotika sebanyak 4
rangkap yang berbeda warna dan untuk psikotropika menggunakan SP khusus
sebanyak 2 rangkap. Satu SP narkotika digunakan hanya untuk satu macam obat
narkotika, sedangkan SP psikotropika dapat digunakan untuk lebih dari satu
macam obat psikotropika. Berdasarkan SP tersebut, PBF mengirimkan barang
narkotika beserta faktur ke apotek. Pemesanan narkotika hanya boleh dilakukan
ke PBF yang ditunjuk oleh pemerintah, yaitu PBF Kimia Farma. Blangko surat
pesanan narkotika dan psikotropika dapat dilihat pada lampiran 10.

Penyimpanan
80

Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus, terpisah dengan
obat lainnya. Lemari penyimpanan obat narkotika sesuai dengan Permenkes RI
No 3 tahun 2015 tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan
narkotika, psikostopika, dan precursor farmasi.
Lemari khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. terbuat dari bahan yang kuat;
b. tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda;
c. harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk Instalasi
Farmasi Pemerintah;
d. diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk Apotek,
Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan
e. kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker
yang ditunjukdanpegawai lain yang dikuasakan.
3

Penyerahan
Penyerahan untuk obat narkotika dan psikotropika harus melalui resep dokter
(resep asli) lengkap dengan nama dan alamat pasien serta nama dan alamat
dokter. Apotek dilarang menyerahkan narkotika atas dasar resep yang sama atau
salinan resep. Resep yang mengandung narkotika dilayani untuk resep dari kota
yang sama.

Pelaporan
Apotek membuat laporan penggunaan obat golongan narkotika tiap bulannya dan
psikotropika berdasarkan dokumen penerimaan dan pengeluarannya setiap bulan.
Laporan mutasi narkotika dan psikotropika ditandatangani oleh APA, dibuat

81

rangkap lima dan ditujukan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan Kota
Cirebon dengan tembusan kepada:
a

Kepala dinas kesehatan kota/kabupaten Cirebon

Kepala BPOM provinsi Jawa Barat

Penanggung Jawab Narkotika dan Obat Berbahaya PT. Kimia Farma Jakarta.

Arsip
Contoh pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika dapat dilihat pada
lampiran 11.

Pemusnahan
Pemusnahan narkotika dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dihadiri oleh petugas dari Dinas Kesehatan, APA, dan salah satu
karyawan apotek. Pemusnahan narkotika dan psikotropika harus disertai berita
acara untuk diserahkan kepada Badan POM, Dinas Kesehatan Jawa Barat, dan
Penanggungjawab Narkotika Kantor Pusat PT. Kimia Farma. Berita acara
pemusnahan narkotika meliputi hari, tanggal dan waktu pemusnahan, nama APA,
nama saksi (dari pemerintah dan apotek yang bersangkutan), nama dan jumlah
narkotika yang dimusnahkan, cara pemusnahannya serta tanda tangan APA.

g. Pemusnahan Obat dan Resep


Pemusnahan arsip resep dilakukan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, yaitu arsip resep yang telah berumur 3 (tiga) tahun atau
lebih. Sebelum dilakukan pemusnahan arsip resep, dibuat berita acara dan surat
pemberitahuan yang ditujukan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan Kota setempat
bahwa akan dilakukan pemusnahan resep, serta tembusan kepada Balai POM dan
Manager Bisnis Apotek setempat. Dibuat pula laporan atas pelaksanaan pemusnahan
arsip tersebut.
82

Pemusnahan dilakukan dengan cara membakar arsip resep. Pemusnahan obat


dilakukan untuk obat-obatan yang telah lewat tanggal kadaluarsa, rusak, berubah
warna atau memenuhi kriteria untuk dimusnahkan. Obat-obatan yang telah kadaluarsa
sebelumnya dicatat terlebih dahulu jumlah dan tanggal kadaluarsanya, kemudian
disimpan atau dikumpulkan selama kurang lebih 3 tahun atau hingga mencapai
jumlah obat yang cukup banyak, kemudian dimusnahkan. Pemusnahan dilakukan
dengan cara dihancurkan (obat sirup, injeksi ampul), dilarutkan (tablet, kapsul dan
pulvis), ditanam (salep/krim). Pemusnahan obat pun dibuat berita acara pemusnahan
obat yang ditujukan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan Kota dengan tembusan
ke BPOM serta dilakukan pelaporan atas pelaksanaan pemusnahan kepada BM
Apotek setempat.
5.2.3 Administrasi Keuangan
Administrasi keuangan di Apotek Kimia Farma 422 sebagai apotek pelayanan,
antara lain:
a

Laporan Pemasukan

Pemasukan keuangan dari penjualan tunai.


Pemasukan ini berasal dari penjualan obat, baik dengan resep dokter maupun
tanpa resep dokter, serta penjualan dari perbekalan farmasi lainnya. Hasil penjualan
kemudian dimasukan ke bank yang ditunjuk. Penyetoran uang dilakukan setiap hari
dan diperiksa kesesuaiannya dengan barang yang terjual melalui Laporan Ikhtisar
Penjualan Harian (LIPH). LIPH berisi rincian penerimaan uang di apotek yang
berasal dari penjualan obat dan perbekalan kesehatan lainnya baik melalui resep
maupun non resep (UPDS). Unsur-unsur yang terdapat dalam LIPH antara lain:
penjualan tunai, penjualan kredit, pengeluaran, dan total penerimaan uang setelah
dikurangi pengeluaran.

Pemasukan keuangan dari penjualan kredit.


83

Penjualan resep secara kredit direkap yang selanjutnya diserahkan ke Business


Manager. Selanjutnya Business Manager akan menagih ke instansi yang
bersangkutan.
b Laporan Pengeluaran
Pengeluaran uang di Apotek Kimia Farma 422 meliputi pembayaran telepon,
transportasi, rekening-rekening listrik, air, dan juga biaya untuk pembelian alat tulis
kantor. Pembayaran biaya-biaya tersebut dilakukan dengan menggunakan uang kas
apotek yang disebut dengan kas kecil, kemudian dibuat pelaporannya dan diserahkan
kepada Business Manager. Setelah itu, uang tersebut akan diganti kembali sehingga
jumlahnya tetap. Sedangkan pengeluaran untuk pembayaran gaji karyawan dan hutang
dagang dilakukan oleh Business Manager.
Praktik Kerja Profesi Apoteker di apotek Kimia Farma 422 yang dilaksanakan
selama lebih kurang 1 bulan dapat dirasakan manfaatnya untuk memberikan gambaran
kepada calon apoteker tentang bagaimana mengelola kegiatan kefarmasian klinik dan
nonklinik secara komprehensif di suatu apotek, serta mempelajari permasalahanpermasalahan dalam menjalankan kegiatan kefarmasian di apotek serta berupaya
mencari solusinya. Praktik Kerja Profesi ini diharapkan dapat menjadi bekal sebelum
memasuki dunia kerja nantinya.

84

BABVI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dan uraian di atas dapat disimpulkan:
1. Apotek Kimia Farma Sumber Cirebon sebagai sarana pengadaan dan penyaluran
perbekalan farmasi kepada masyarakat, dalam melaksanakan kegiatannya telah
sesuai dengan tugas dan fungsi apotek sebagai tempat dilakukannya pekerjaan
kefarmasian oleh seorang apoteker sesuai yang tercantum dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
2. Pelayanan informasi obat dan Obat Wajib Apotek (OWA) yang dilakukan oleh
apoteker di Apotek Kimia Farma Sumber Cirebon belum sepenuhnya dilakukan
karena berbagai kendala.

6.2 Saran
Dari hasil kegiatan dan pengamatan Praktik Kerja Profesi Apoteker di apotek Kimia
Farma Sumber Cirebon, maka penulis ingin memberikan beberapa saran yaitu:

85

1. Perlunya dilakukan pengontrolan lebih cermat lagi terhadap persediaan barang agar
tidak sering terjadi kekosongan obat yang mengakibatkan pelayanan terganggu dan
pencapaian target usaha apotek tidak tercapai.
2. Apotek harus terus meningkatkan mutu pelayanan terutama dalam hal kecepatan
pelayanan, keramahan dan kenyamanan apotek.

86

Anda mungkin juga menyukai