Selain itu
sistem grouping ini dilakukan agar apotek pelayanan dapat lebih memfokuskan
pekerjaannya untuk melayani kebutuhan konsumen.
Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan adalah suatu proses yang
merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan dan penyerahan. Tujuannya adalah tersedianya perbekalan
farmasi yang bermutu serta dalam jumlah, jenis dan waktu yang tepat.
a
kesehatan yang akan dipesan oleh apotek untuk memenuhi kebutuhan rutin dalam
67
Kelas A: persentase nilai penggunaan kumulatif lebih dari 80%. Dapat diartikan
bahwa 20% dari total barang yang ada di apotek yang memiliki nilai volume rupiah
80% dari total volume rupiah. Sehingga persediaan barang-barang yang termasuk
kelas A merupakan persediaan yang memiliki nilai volume rupiah yang tinggi.
Kelas B: persentase nilai penggunaan kumulatif antara 15% dengan total item 25%.
Pareto A yang terjual minimal 1 kali transaksi per hari (30 transaksi per bulan)
digolongkan sebagai super pareto atau fast moving product. Apotek Kimia Farma 422
dalam pengadaan obat-obatan lebih fokus kepada obat-obat pareto A dan fast moving
product.. Jumlah barang yang akan dipesan dilakukan dengan melihat data penjualan
bulan sebelumnyakecuali untuk bulan tertentu seperti puasa dan lebaran berdasarkan list
pareto tahun sebelumnya. Perencanaan obat, suplemen, makanan, dan minuman di
swalayan berdasarkan list pareto bulan sebelumnya.
b Pengadaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lain
Pengadaan perbekalan farmasi dimaksudkan untuk menjamin tersedianya
perbekalan farmasi di apotek dalam jumlah dan jenis yang sesuai kebutuhan pelayanan.
Pengadaan perbekalan farmasi terdiri dari kegiatan pemesanan dan pembelian.
Kriteria yang harus dipenuhi dalam pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan adalah:
Apotek hanya membeli sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang telah memiliki
izin edar atau nomor registrasi.
Mutu sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dapat dipertanggung jawabkan.
Pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dari jalur resmi, yaitu pedagang
besar farmasi, industri farmasi, apotek lain.
Dilengkapi dengan persyaratan administrasi seperti faktur, dll (Depkes RI, 2008).
Pemesanan dilakukan setiap hari senin dan kamis, dengan mengirimkan Bon
Permintaan Barang Apotek (BPBA) secara online melalui program Kimia Farma
Information System (KIS), yang berisi daftar permintaan barang Apotek Kimia Farma
422 dan jumlah yang diinginkan kepada Unit Business Manager Bandung. Bila barang
yang diminta terdapat di gudang Business Managermaka barang tersebut akan langsung
dikirimkan ke Apotek 422 dengan Dropping, tetapi jika barang tersebut tidak terdapat di
gudang BM maka Unit Business Manager Bandung akan membuat rekap BPBA dari
69
semua Apotek Pelayanan, dan menuangkannya ke dalam Surat Pesanan (SP) gabungan.
SP gabungan inilah yang akan diteruskan ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) terpilih.
Selanjutnya barang yang dipesan dikirim baik oleh PBF tersebut langsung ke Apotek KF
422 Sumber Cirebon atau distributor Kimia Farma.Pengadaan obat, suplemen, makanan,
dan minuman sama alurnya dengan obat ethical tetapi diadakan seminggu sekali.
Pengadaan barang di apotek Kimia Farma 422 dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yakni sebagai berikut:
1
Pengadaan rutin
Pengadaan rutin merupakan cara pengadaan perbekalan farmasi yang paling utama,
yaitu pembelian barang kepada distributor atau PBF sesuai dengan Surat Pesanan
(SP) melalui unit Business Manager Cirebon.
Pembelian mendesak
Pembelian mendesak dilakukan bila pasien memerlukan obat yang kurang atau tidak
tersedia di Apotek Kimia Farma 422 Sumber Cirebon. Pembelian ini dapat dilakukan
kepada apotek swasta lain, selain Apotek Kimia Farma. Pembelian mendesak
diperbolehkan setiap harinya tidak boleh lebih dari 1%.
Konsinyasi
Konsinyasi merupakan suatu bentuk kerjasama antara Apotek Kimia Farma dengan
suatu perusahaan atau distributor yang menitipkan produknya untuk dijual di apotek,
misalnya alat-alat kesehatan, obat baru, suplemen, dan lain-lain. Bentuk kerjasama
70
Pesanan cito
Pola ini dilakukan dengan cara pengadaan ke Business Manager Cirebon. Petugas
menyusun jenis dan jumlah barang yang akan dibeli berdasarkan buku
defektakemudian dibuat dalam bentuk Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA).
Setelah BPBA diterima oleh BM Cirebon, maka BM akan mengantarkan barang
tersebut ke apotek tetapi apabila barang yang diminta tidak tersedia maka BM
Cirebon akan melakukan pemesanan ke PBF. Pemesanan cito dilakukan selain hari
minggu, dimana barang yang dipesan dibutuhkan cepat. Pemesanan cito
diperbolehkan dalam setiap harinya tidak boleh lebih dari 10 item barang.
Nama, jumlah, dan kemasan barang yang dikirim harus sesuai dengan yang
tertera pada surat pesanan dan faktur.
c
2
Jika barang tidak sesuai dengan pesanan, terdapat kerusakan fisik, atau mendekati
tanggal kadaluarsa, maka petugas dapat menolak atau mengembalikan barang
tersebut ke distributor yang bersangkutan dengan membuat nota pengembalian
barang (retur), untuk kemudian ditukar dengan barang yang sesuai.
71
Jika barang dinyatakan diterima, maka petugas akan memberikan nomor urut pada
faktur pengiriman barang, menandatangani faktur asli disertai nama petugas
penerima barang dan tanggal penerimaan barang, serta membubuhkan cap apotek
sebagai bukti bahwa barang telah diterima. Faktur asli diserahkan kepada
distributor sebagai tanda terima dan akan digunakan sebagai alat tagih, sedangkan
dua lembar salinannya untuk apotek. Satu lembar salinan dikirimkan ke Business
Manager sebagai bukti pembelian dan satu lembar lagi disimpan sebagai arsip
apotek.
4 Seluruh transaksi pembelian yang telah dilakukan kemudian didata baik secara
komputerisasi yakni pada KIS maupun secara manual dalam buku penerimaan
barang. Data yang dimasukkan antara lain nomor urut, nama barang, kemasan,
jumlah.
5
Alur pengadaan barang dapat dilihat pada lampiran 2. Contoh faktur penjualan
dapat dilihat pada lampiran 3.
kesehatan.
Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan pada tempat yang dapat
menjamin mutu (bila ditaruh dilantai harus di atas palet, ditata rapi diatas rak, lemari
khusus untuk narkotika dan psikotropik)
(Depkes RI, 2008).
72
Kemudian dilakukan
pencatatan pada kartu stok dengan mengisi tanggal penerimaan, nomor batch, jumlah
penambahan barang yang disimpan, sisa barang, dan paraf. Setiap obat memiliki
kartu stok yang berguna untuk mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran obat,
sehingga mempermudah pengawasan terhadap persediaan obat. Jika jumlah barang
yang diterima tidak seluruhnya dapat disimpan dalam rak penyimpanan, maka sisa
obat tersebut disimpan dalam lemari penyimpanan sementara. Contoh kartu stok
dapat dilihat pada lampiran 4.
Penyimpanan obat atau barang yang dapat dibeli bebas atau barang yang dijual
di ruang penjualan obat bebas diletakkan pada rak yang diatur sedemikian rupa
supaya memudahkan dan memberi kebebasan kepada pelanggan untuk memilih obat
atau barang yang diinginkan. Sedangkan barang-barang selain obat bebas disimpan di
belakang ruang penerimaan resep. Setiap obat atau barang yang masuk atau keluar
dicatat pada kartu stok sama seperti pada penyimpanan barang di ruang peracikan.
Pencatatan dilakukan meliputi jumlah obat yang tersedia dalam rak penyimpanan
dengan jumlah yang terdapat di data komputer untuk di cocokan kesesuaian antara
stok fisik dan komputer. Dan setiap 3 bulan sekali dilakukan stock opname yaitu
dengan mencocokkan jumlah fisik barang yang ada dengan catatan di kartu stokyang
ada di KIS (Kimia Farma Apotek Information System).
Penyimpanan barang-barang perbekalan farmasi dilakukan secara FIFO (first in
first out), dimana barang yang pertama kali masuk, pertama kali digunakan. Setiap
box obat yang disimpan di apotek Kimia Farma 422 diberikan label berukuran 1x1
cm untuk menandai bulan (dengan angka) dan tahun(dengan warna) expired date obat
tersebut. Contoh penandaan expired date dapat dilihat pada lampiran 5.
73
e. Pelayanan Kefarmasian
Hal pertama yang dilakukan dalam pelayanan resep yaitu melakukan skrining,
seperti berikut:
1. Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep yaitu nama dokter, nomor
ijin praktek, alamat, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter serta
nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
2. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu: bentuk sediaan, dosis, frekuensi,
kekuatan, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian obat.
3. Mengkaji aspek klinis yaitu : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian
(dosis, durasi, jumlah obat dan kondisi khusus lainnya). Membuatkan kartu
pengobatan pasien (medication record).
4. Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan (Depkes RI,
2008).
5.2.2 Pelayanan di Apotek Kimia Farma 422
a
Jika terdapat keraguan atau resep tidak terbaca maka petugas mengkonfirmasikan
hal tersebut pada dokter yang bersangkutan.
Jika semua obat yang diminta dalam resep tersedia, petugas apotek menghitung
dan menginformasikan harga obat yang harus dibayar oleh pasien.
74
Jika pasien setuju atas biaya tersebut, pasien melakukan pembayaran kemudian
kasir membuat struk pembayaran rangkap dua yang dilengkapi dengan nomor dan
divalidasi oleh kasir, dimana satu untuk diberikan kepada pasien dan satu untuk
ditempelkan pada resep. Bila resep tersebut merupakan resep racikan maka
dibuatkan lembar racikan oleh asisten apoteker/apoteker yang berisi no.resep,
nama pasien, nama dan jumlah obat yang diacik, dan jumlah racikan yang diminta.
Resep tersebut diserahkan kepada petugas peracikan.
Petugas peracikan menyiapkan obat yang diminta dengan cara mengambilnya dari
rak penyimpanan obat dan meraciknya untuk obat-obat yang membutuhkan
peracikan. Setiap obat yang diambil dari rak penyimpanannya harus disertai
dengan pengisian pada kartu stok sesuai dengan jumlah obat yang diambil dengan
disertai tanggal pengambilan dan paraf petugas apotek yang mengambil. Sebelum
obat diracik, obat-obat tersebut dicek kembali agar dipastikan obat sesuai dengan
resep dan dengan dosis yang tepat.
Setelah selesai peracikan, seluruh obat yang ada dalam resep diberi etiket sesuai
aturan pakai obat dalam resep.
Jika ada resep yang harus diulang atau ditebus sebagian, maka Asisten Apoteker
akan membuat salinan resep. Jika pasien memerlukan kwitansi, maka Asisten
Apoteker akan membuat kwitansi tersebut. Kwitansi dan salinan resep diserahkan
pada saat penyerahan obat kepada pasien. Label-label dan blangko pelayanan
apotek Kimia Farma 422 dapat dilihat pada lampiran 6.
Obat yang telah diberi etiket kemudian diperiksa kesesuaiannya dengan resep.
10 Resep yang telah diproses dikumpulkan dalam satu bundel menurutnomor urut dan
tanggal resep.
Jika obat yang diminta tidak tersedia atau jumlahnya kurang dari yang
diminta, maka petugas akan menginformasikan pada pasien. Apabila pasien setuju
untuk menunggu kekurangan obat, pihak apotek akan menjanjikan obat pada dimensi
waktu tertentu. Pelayanan melengkapi kekurangan obat tersebut dapat dilakukan
dengan mengantarkan obat ke rumah pasien (obat diletakkan dalam wadah obat yang
dikirim), atau dapat diambil sendiri oleh pasien (obat diletakkan dalam wadah obat
yang dijanjikan) sesuai kesepakatan dengan pasien. Pihak apotek akan melengkapi
obat dengan menghubungi Apotek Kimia Farma lain atau apotek swasta lain untuk
melengkapi kekurangan tersebut.
b Pelayanan Resep Kredit
Alur pelayanan resep kredit sebagai berikut:
1
Obat disiapkan sesuai dengan resep dan diberi etiket. Petugas juga membuatkan
form yang berisi tanggal resep, nomor resep nama instansi atau perusahaan, nama
pasien, nama dokter, identitas karyawan, dan harga obat.
76
Resep kredit yang telah diproses kemudian diberi harga dan dibuatkan struk
pembayaran sebanyak dua lembar, satu untuk ditempel di resep asli dan satu
ditempel di resep salinan.
dapat mengambil obat di apotek. Misalnya harus ada fotokopi kartu tanda peserta,
fotokopi resep, tanda tangan peserta. Sehingga saat pasien ingin menebus resep,
syarat-syarat administrasinya harus lengkap. Instansi yang bekerjasama dengan
Apotek Kimia Farma 422 antara lain Askes, BPJS kesehatan, Tugu Mandiri, PLN,
Jamsostek, dll.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap pasien, Apotek Kimia Farma
422 memberikan jaminan waktu pelayanan. Jaminan waktu pelayanan yang diberikan
adalah tidak lebih dari 15 menit untuk resep tanpa obat racikan. Apotek Kimia Farma
422 akan memberikan potongan harga sebesar 5% kepada pasien jika waktu
pelayanan yang dijanjikan tidak terpenuhi. Jaminan waktu layanan ini berlaku di
seluruh Apotek Kimia Farma untuk meningkatkan salah satu kualitas pelayanan
Apotek Kimia Farma (cepat, lengkap, dan ramah).Alur pelayanan resep tunai dan
kredit dapat dilihat pada lampiran 7.
c
77
Tidak dikontraindikasikan untuk wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan
orang tua di atas 65 tahun.
Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksudkan tidak memberikan risiko pada
kelanjutan penyakit.
Penggunaan tidak memerlukan alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan.
perawatan kulit, perawatan rambut, kosmetik, herbal health care, alat kontrasepsi,
alat kesehatan, dan alat-alat laboratorium.
e. Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Apotek Kimia Farma 422 yaitu
memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan oleh dokter kepada pasien,
sehingga tercapai hasil terapi yang optimal. Pelayanan informasi obat di apotek
bertujuan untuk memberikan dasar pengertian mengenai penggunaan obat yang aman
dan efektif serta memberikan informasi yang objektif kepada berbagai pihak.
Informasi mengenai obat dilakukan pada saat penyerahan obat kepada pasien.
Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker dan minimal oleh asisten apoteker. Tahapan
dalam pelayanan informasi obat untuk pasien dengan resep dokter, antara lain
apoteker menganalisis resep dan menyiapkan obat, memanggil pasien, menanyakan
informasi yang diberikan dokter, apoteker memberikan informasi yang diperlukan
pasien mengenai obat dan meminta pasien untuk mengulangi kembali.
Pemberian informasi dilakukan secara lisan maupun tulisan. Pemberian
informasi secara lisan dilakukan oleh Apoteker langsung pada pasien ketika
menyerahkan obat. Informasi yang diberikan meliputi nama obat, khasiat obat, cara
pemakaian dan interval pemakaian obat, efek samping yang mungkin terjadi,
makanan, minuman atau aktivitas yang harus dihindari, cara penyimpanan obat,
interaksi obat (bila ada), serta informasi mengenai obat dengan cara pemberian
khusus. Pemberian informasi secara tertulis kepada pasien yaitu melalui etiket obat
dengan menuliskan nama obat, jumlah, dan aturan pakai. Pemberian informasi juga
dilakukan melalui label perhatian khusus, sepeti label untuk antibiotik, obat luar, dan
obat yang dapat menyebabkan ngantuk. Selain itu pemberian informasi obat juga
dapat melalui media, seperti poster, leaflet, atau brosur.
79
Pelayanan informasi obat yang diberikan juga dapat berupa jawaban atas
pertanyaan pasien tentang segala hal yang berkaitan dengan obat, terutama pasien
yang melakukan UPDS. Apoteker menggali informasi selengkap-lengkapnya
mengenai siapa pengguna obat, gejala apa yang dirasakan, berapa lama gejala
tersebut dirasakan pasien, tindakan apa yang telah dilakukan utnuk mengatasi gejala
tersebut, dan obat apa yang telah dikonsumsi untuk mengatasi gejala tersebut.
Selanjutnya Apoteker memberikan alternatif pilihan obat yang sesuai dengan
keluhkan pasien, dengan memperhatikan peraturan kefarmasian yang berlaku.
Informasi obat yang diberikan Apoteker sama dengan informasi obat untuk pasien
dengan resep dokter. Form Layanan Informasi Obat untuk pasien resep dan
swamedikasi dapat dilihat pada lampiran 9.
f.
Pemesanan
Surat Pesanan (SP) untuk obat narkotika dan psikotropika harus menggunakan
SP khusus yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang
dilengkapi dengan SIPA dan stempel apotek. Surat pesanan narkotika sebanyak 4
rangkap yang berbeda warna dan untuk psikotropika menggunakan SP khusus
sebanyak 2 rangkap. Satu SP narkotika digunakan hanya untuk satu macam obat
narkotika, sedangkan SP psikotropika dapat digunakan untuk lebih dari satu
macam obat psikotropika. Berdasarkan SP tersebut, PBF mengirimkan barang
narkotika beserta faktur ke apotek. Pemesanan narkotika hanya boleh dilakukan
ke PBF yang ditunjuk oleh pemerintah, yaitu PBF Kimia Farma. Blangko surat
pesanan narkotika dan psikotropika dapat dilihat pada lampiran 10.
Penyimpanan
80
Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus, terpisah dengan
obat lainnya. Lemari penyimpanan obat narkotika sesuai dengan Permenkes RI
No 3 tahun 2015 tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan
narkotika, psikostopika, dan precursor farmasi.
Lemari khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. terbuat dari bahan yang kuat;
b. tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda;
c. harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk Instalasi
Farmasi Pemerintah;
d. diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk Apotek,
Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan
e. kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker
yang ditunjukdanpegawai lain yang dikuasakan.
3
Penyerahan
Penyerahan untuk obat narkotika dan psikotropika harus melalui resep dokter
(resep asli) lengkap dengan nama dan alamat pasien serta nama dan alamat
dokter. Apotek dilarang menyerahkan narkotika atas dasar resep yang sama atau
salinan resep. Resep yang mengandung narkotika dilayani untuk resep dari kota
yang sama.
Pelaporan
Apotek membuat laporan penggunaan obat golongan narkotika tiap bulannya dan
psikotropika berdasarkan dokumen penerimaan dan pengeluarannya setiap bulan.
Laporan mutasi narkotika dan psikotropika ditandatangani oleh APA, dibuat
81
rangkap lima dan ditujukan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan Kota
Cirebon dengan tembusan kepada:
a
Penanggung Jawab Narkotika dan Obat Berbahaya PT. Kimia Farma Jakarta.
Arsip
Contoh pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika dapat dilihat pada
lampiran 11.
Pemusnahan
Pemusnahan narkotika dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dihadiri oleh petugas dari Dinas Kesehatan, APA, dan salah satu
karyawan apotek. Pemusnahan narkotika dan psikotropika harus disertai berita
acara untuk diserahkan kepada Badan POM, Dinas Kesehatan Jawa Barat, dan
Penanggungjawab Narkotika Kantor Pusat PT. Kimia Farma. Berita acara
pemusnahan narkotika meliputi hari, tanggal dan waktu pemusnahan, nama APA,
nama saksi (dari pemerintah dan apotek yang bersangkutan), nama dan jumlah
narkotika yang dimusnahkan, cara pemusnahannya serta tanda tangan APA.
Laporan Pemasukan
84
BABVI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dan uraian di atas dapat disimpulkan:
1. Apotek Kimia Farma Sumber Cirebon sebagai sarana pengadaan dan penyaluran
perbekalan farmasi kepada masyarakat, dalam melaksanakan kegiatannya telah
sesuai dengan tugas dan fungsi apotek sebagai tempat dilakukannya pekerjaan
kefarmasian oleh seorang apoteker sesuai yang tercantum dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
2. Pelayanan informasi obat dan Obat Wajib Apotek (OWA) yang dilakukan oleh
apoteker di Apotek Kimia Farma Sumber Cirebon belum sepenuhnya dilakukan
karena berbagai kendala.
6.2 Saran
Dari hasil kegiatan dan pengamatan Praktik Kerja Profesi Apoteker di apotek Kimia
Farma Sumber Cirebon, maka penulis ingin memberikan beberapa saran yaitu:
85
1. Perlunya dilakukan pengontrolan lebih cermat lagi terhadap persediaan barang agar
tidak sering terjadi kekosongan obat yang mengakibatkan pelayanan terganggu dan
pencapaian target usaha apotek tidak tercapai.
2. Apotek harus terus meningkatkan mutu pelayanan terutama dalam hal kecepatan
pelayanan, keramahan dan kenyamanan apotek.
86