Anda di halaman 1dari 9

BAB II

RUANG LINGKUP MANAJEMEN FARMASI

RUANG LINGKUP
Sistem manajemen farmasi merupakan sistem terpadu yang mengelolah produk ritel
dan obat- obatan dan mengotomatiskan operasi seperti pengendalian stok, pengeluaran
obat, manajemen klaim, penagihan dan pelaporan. Teori ini menegaskan bahwa bisnis
terdiri dari beberapa komponen yang harus bekerja secara harmonis agar sistem yang lebih
besar berfungsi secara optimal. Keberhasilan suatu organisasi tergantung oleh sinergi,
saling ketergantungan dan keterkaitan antar subsistem.
Sistem informasi manajemen merupakan salah satu sumber daya organisasi untuk
mendukung proses pengambilan keputusan pada berbagai tingkat manajemen, data dapat
diolah menjadi informasi sesuai keperluan manajer. Keberhasilan dari pengembangan
sistem merupakan investasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan cepat, tepat
dan berkualitas, guna memenuhi tuntutan pelayanan tersebut maka dukungan sistem
informasi manajemen sangat diperlukan.
Manajemen farmasi meliputi menu transaksi daftar resep dan pasien, data pemesanan
obat, data penerimaan obat dan transaksi pelayanan pasien. Menu informasi meliputi daftar
penjualan obat, daftar pengiriman atau penyerahan obat ke pasien, ruang atau gudang,
daftar retur obat, dan daftar obat kadaluarsa. Persediaan meliputi data persediaan barang
medis dan non medis. Laporan meliputi laporan distribusi obat, laporan saldo obat, laporan
penerimaan obat dari supplier, rekapitulasi resep dan lembar resep dan laporan psikotropik
dan narkotik bulanan ke Dinas kesehatan dan balai POM.
Ruang lingkup dari praktik farmasi termasuk praktik tradisional seperti peracikan dan
penyediaan sediaan obat serta pelayanan farmasi modern yang berhubungan dengan
layanan klinik, evaluasi efikasi dan keamanan penggunaan obat dan penyediaan informasi
obat.

Ruang lingkup manajemen farmasi meliputi:

1. APOTEK
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian
dan Apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Standart pelayanan kefarmasian di apotek mencakup pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, bahan medis habis pakai. Kesemua itu meliputi perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
Standart farmasi klinik meliputi pengkajian resep, dispensing, pelayanan informasi
obat(PIO), konseling, pelayan kefarmasian di rumah, pemantauan terapi obat dan
monitoring efek samping obat.
Apotek adalah perusahaan jasa yang bergerak dibidang farmasi, apotek menjual obat-
obatan yang terdiri dari obat bebas maupun obat resep serta melayani pelayanan BPJS.
Selama ini proses bisnis yang dijalankan masih manual dan hanya bergantung pada kontrol
internal manusia. Tidak ada pengingat untuk stok dan expired date serta pengingat untuk
pembayaran hutang ke supllier. Jadi selama ini hanya bergantung pada kontrol yang
dilakukan secara internal oleh manusia yang dapat menyebabkan kesalahan salah satu
contoh kesalahan tersebut adalah melakukan order obat pada saat mengetahui stok barang
sudah habis.
Melihat hal ini diperlukan suatu penyelesaian yaitu sistem informasi manajemen bagi
apotek yang sudah terstruktur dengan baik agar data yang sudah didapat dapat dikelolah
dengan baik agar dapat menjadi suatu informasi yang berguna bagi pengelolah. Ada tiga
proses yang berkaitan dengan sistem informasi manajemen yaitu :
a. Input : aktivitas yang melibatkan pengumpulan data mentah dari dalam organisasi dan
lingkungan eksternal untuk pengolahan dalam suatu sistem informasi.
b. Proses : suatu aktivitas yang melibatkan pengumpulan data mentah yang sudah di
input menjadi data yang bermakna dan berharga
c. Output : proses dimana seluruh data yang selesai diproses dan juga sudah selesai
diolah dapat diteruskan ke pengguna atau user, sehingga dapat dipahami dan
memanfaatkan.
Pengelolaan yang ada di apotek atau disebut manajemen apotek secara umum adalah
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian. Kelengkapan
administrasi apotek terdiri dari blangko pesanan obat, blangko kartu stok , blanko salinan
resep, nota dan kwitansi penjualan, buku pembelian, buku penerimaan obat, buku
keuangan, buku catatan narkotika dan psikotropika, buku pesanan obat narkotika.
Manajemen apotek adalah aktivitas untuk mengatur seluruh aspek yang terkait dengan
pengelolaan apotek, atau dengan kata lain manajemen apotek merupakan sistem tata kelola
bisnis apotek dan operasional didalamnya.
Ada banyak unsur yang harus diperhatikan dalam pengelolaan apotek yaitu :
a. Perencanaan Pengadaan Barang
perencanaan pengadaan barang (obat) merupakan proses seleksi obat berdasarkan jenis
dan jumlah obat sesuai kebutuhan apotek. Apotek bisa melakukan perencanaan dengan
memperhatikan pola penyakit, pola komsusmsi periode sebelumnya dan rencana
pengembangan bisnis apotek. Perencanaan juga harus mempertimbangkan anggaran
yangtersedia agar pengggunaan anggaran jadi efektif, saat melakukan perencanaan
kamu harus tahu mana produk yang konstribusi besar terhadap omzet bisnis dan
produkk dengan stok minimal untuk dapat diperiotaskan.
b. Proses Pengadaan Barang
proses pengadaan stok obatdi apotek harus melalui jalur resmi dan sesuai dengan
regulasi seperti harus ada surat pesanan yang dikirimkan ke pihak distributor (PBF).
Lalu menggunakan surat pesanan khusus untuk pengadaan obat jenis narkotika dan
psikotropika serta wajib dilakukan oleh apoteker penanggung jawab. Selain itu barang
harus mengacu pada defecta yang memuat daftar barang untuk di restock. Pemilihan
PBF juga sebaiknya tidak asal agar mutu produk yang diterima terjamin kwalitas dan
keamanannya juga pastikan memilih PBF yang punya kebijakan retur produk hampir
kadaluarsa.
c. Penerimaan Barang di Apotek
penerimaan barang merupakan aktivitas untuk menjamin kesesuaian jenis, jumlah,
spesifikasi dan mutu obat yang diterima dengan yang dipesan. Bila tidak ada
kesesuaian antara produkyang dipesan dengan yang diterima pihak apotek bisa
mengajukan retur ke PBF termasuk bila ada kondisi fisik barang yang rusak atau masa
kadaluarsa yang terlalu singkat.bila barang yang dierima sudah sesuai pihak apotek
harus segera mengimput atau mendata faktur pembelian tersebut dan mengupdate stok
barang terbaru.
d. Penyimpanan Barang
dalam hal penyimpanan barang disarankan dengan mengelompokkan sesuai bentuk
sediaan dan kelas terapi obat serta di susun urut abjad (sesuai huruf awal nama obat).
Selain itu penyimpanan produk bisa menggunakan sistem FEFO (first expired first
out) artinya obat yang kadaluarsa dekat itu yang harus duluan di jual sehingga obat
kadaluarsa tidak sampai ke tangan pasien.
e. Pendistribusian ke Konsumen
dalam hal pendistribusian obat ke pasien atau konsumen apotek harus menjamin
ketersediaan stok obat di apotek, dibutuhhkan manajemen stok yang baik agar
persediaan obat di apotek selalu terpenuhi dan pelangggan dapat terlayani dengan baik
apotek tidak perlu menolak pelanggan karena stok kosong. Selain itu dalam
pendistribusian obat ke konsumen farmasis wajib memberikan edukasi seputar
penggunaan obat, efek samping obat jika ada, sampai memberikan rekomendasi obat
yang tepat untuk tujuan swamedikasi sehingga dapat memunculkan trust di benak
konsumen.
Agar nanajemen apotek dapat berjalan efektif dibutuhkan strategi biar bisnis apotek dapat
terus berkembang yaitu :
a. Memastikan Pencatatan Stok Akurat
pencatatan stok di apotek harus akurat agar dapat meminilisir stok barang kosong saat
ada permintaan pelanggan, apotek wajib menginput fatur pembelian saat penerimaan
barang lalu mencatat transaksi penjualan secra real time dan integrasikan juga dengan
pencatatan stok barang. Tidak lupa rutin melakukan stok op name misalnya perbulan,
pertiga bulan atau perenam bulan.
b. Memaksimalkan Pelayanan Pelanggan
pelayanan yang bisa dilakukan di apotek salah satunya adalah swamedikasi yang baik,
caranya bisa dengan mengumpulkan data pasien (riwayat penggunaan obat, gambaran
rasa sakit yang diderita) sebelum memberikan rekomendasi obat yang tepat.bisa juga
menggunakan pendekatan yang berorientasi pada pelanggan (customer oriented)
caranya bisa menempatkan pelanggan sebagai perioritas utama. Utamakan juga
mwemberikan informasi ke pelanggan seputar cara penggunaan, indikasi, efek
samping jika ada, agar pengkomsumsia lebih benar serta efektif.
c. Menjaga Arus Kas Bisnis Stabil
apotek harus selalu memantau untk mengantisipasi terjadinya pengeluaran lebih besar
dari pendapatan dengan cra harus melakukan evaluasi arus kas dengan membuat arus
kas secara berkala sehingga bisa mengetahui perputaran kas masuk dan keluar
sehingga menghindari kerugian.
d. Mengadopsi Teknologi Digital
Anda bisa menggunakan aplikasi digital untuk memudahkan manajemen apotek lebih
efektif, pekerjaan yang rumit bisa dibuat lebih simpel dengan memanfaat teknologi
digital salah satu contoh aplikasi farmacare yang menyediakan fitur defekta untuk
perencanaanpengadaan secara otomatis daftar obat diambil langsung dari histori
penjualan diapotek yang juga memuat informasi stok minimum serta analisis pareto
untuk menentukan produk prioritas.
2. RUMAH SAKIT
Rumah sakit adalah institut pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat. Standart pelayanan kefarmasian adalah tolok ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian. Standart pelayanan kefarmasian di RS meliputi:
a. pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai , yang
meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan,
pengendalian dan pencatatan serta pelaporan.
b. Pelayanan farmasi klinik meliputi : pengkajian resep, dispensing, pelayanan,
informasi obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian, di rumah, pemantauan terapi
obat dan monitoring efek samping obat.
Dalam manajemen rumah sakit terdapat 7P yang perlu dikelola secara baikterdiri dari
perencanaan, penerimaan, pengembangan, pembudayaan dan pensiunan. Adapun fungsi
dari manajemen RS memiliki peran penting untuk mengkoordinasikan berbagai sumber
daya yang tersedia melalui proses perencanaan, pengorganisasian, dan kemampuan
mengatur untuk memperoleh sebuah tujuan.
Penerapan managemen Rumah Sakit :
a. Fungsi Perencanaan
fungsi perencanaan dibidang kesehatan adalah proses untuk merumuskan masalah
masalah kesehatan di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang
tersedia , menetapkan tujuan program yang paling pokok , dan menyusun langkah-
langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Melalui perencanaan program
di RS akan diketahui :
- Tujuan program di RS
- Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan
- Struktur organisasi RS yang dibutuhkan
b. Analisis Situasi
tujuannya adalah untuk mengumpulkan data atau fakta, analisis situasi ini melibatkan
beberapa aspek ilmu yaitu
- Epidemiologi yaitu distribusi penyakit
- Antropologi yaitu aspek budaya dan prilaku sehat
- Ekonomi yaitu pembiayaan kesehatan
c. Mengidentifikasi masalah dan prioritasnya
masalah dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu masalah tentang penyakit contoh
kematian ibu bersalin, masalah program tentang manajemen pelayanan contoh jumlah
obat kurang, masalah prilaku sikap dan pengetahuan masyarakat.
d. Kerangka konsep Manajemen RS
- Input : berupa sumber daya 5M yaitu man merujuk pada SDM, Money merujuk
pada besar kecinya kegiatan dapat diukur dari jumlah uang, material merujuk pada
mesin yang digunakan untuk memberi kemudahan dalam kerja, metode merujuk
pada tata cara kerja.
- Proses : proses manajemen dengan langkah-langkah berupa planing, organisasi,
actuating, kcontrolling, evaluasi.
- output : output berupa kepuasan pasien terhadap mutu dan pelayanan kesehatan .
3. PUSKESMAS
Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas merupakan fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya yang
berfungsi menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan tingkat pertama. Agar puskesmas dapat mengelolah upaya kesehatan dengan
baik dan berkesinambungan, menghasilkan kinerja puskesmas yang efektif dan efisien
dalam mencapai tujuannya maka diperlukan manajemen puskesmas.
Manajemen puskesmas adalah suatu rangkaian kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian, penilaian dan pertanggungjawaban yang
secara sistematis dilaksanakan puskesmas dalam rangka menyelenggarakan tugas dan
fungsi sehingga menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efesien. Manajemen
puskesmas terdiri dari P1 (perencanaan), P2 (pengendalian), P3 (penilaian) yaitu :
a. Perencanaan (P1) : merupakan proses kegiatan yang sistematis untuk menyusun atau
mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh puskesmas. Perencanaan
tingkat puskesmas disusun melalui 4 tahap yaitu tahap persiapan, analisis situasi,
perumusan masalah, tahap penyusunan usulan rencana, tahapan penyusunan rencana
kegiatan.
b. Pengendalian (P2) : atau biasanya disebut penggerakan, pelaksanaan, berbentuk
lokakarya puskesmas. Pengorganisasian merupakan langka kegiataan melalui
peningkatan kemampuan tenaga puskesmas untuk bekerjasama dalam tim dan
membina kerja sama lintas program dan lintas sektoral.
c. Pengawasan dan penilaian (P3)
Stratifikasi puskesmas adalah upaya untuk melakukan penilaian prestasi kerja
puskesmas dengan mengelompokkan puskesmas dalam 3 strata yaitu strata puskesmas
dengan prestasi kerja baik, strata puskesmas dengan prestasi kerja cukup, strata
puskesmas dengan kerja kurang.
BAB III

PENERAPAN MANAGEMEN FARMASI

A. EVALUASI DAN KEBUTUHAN ANGGARAN DI APOTEK


Proses menghitung kebutuhan pengadaan termasuk dalam aktivitas perencanaan dalam
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di apotek.
Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan sediaan farmasi, alkes dan bahan
medis habis pakai di apotek sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan
kualitas, manfaat dan keamanannya. Dengan koordinasi dan perencanaan yang tepat
diharapkan pengadaan tepat jenis, tepat jumlah, dan tepat waktu serta mutu terjamin.
Metode perhitungan kebutuhan pengadaan ini didasarkan p-ada penggunaan sumber
daya dan data yang ada, berikut metode perhitungan kebutuhan pengadaan yang dapat
dilakukan di apotek antara lain :

1. Metode Komsumsi
Metode komsumsi didasarkan pada data komsumsi pada periode sebelumnya dengan
beberapa penyesuaian, metode ini sering dianggap sebagai metode yang paling tepat
dalam perencanaan yang efektif terutama untuk apotek yang sudah berjalan paling lama 3
bulan. Perhitungan dengan metode komsumsi didasarkan atas analisa data komsumsi
sediaan farmasi periode sebelumnya ditambah stok penyangga (bufer stock), stok waktu
tunggu (lead time) dan memperhatikan sisa stok.
Bufer stok dapat dipertimbangkan kemungkinan perubahan pola penyakit dan kenaikan
jumlah pengunjung. Jumlah bufer stok bervariasi 10%-20% dari kebutuhan tergantung
kebijakan apotek, sedangkan untuk stok lead time adalah stok obat yang dibutuhkan
selama waktu tunggu sejak obat dipesan sampai obat diterima.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung kebutuhan sediaan farmasi
dengan metode komsumsi adalah
a. Pengumpulan dan pengolahan data
b. Analisa data untuk informasi dan evaluasi
c. Perhitungan perkiraan kebutuhan sediaan farmasi
d. Penyesuaian jumlah kebutuhan dengan alokasi dana
Secara umum rumus perhitungannya adalah sebagai berikut :
A = (B+C+D) – E
Dimana :
A = rencana pengadaan
B = pemakaian rata-rata perbulan
C = bufer stok (bergantung pada kelompok pareto tertentu
D = lead time stok
E = sisa stok
Contoh soal :
Selama tahun 2022 (januari- desember) pemakaian asam mefenamat tablet adalah 120
000 tablet, sisa stok per 30 desember 2022 adalah 4500 tablet. Berapa pengadaannya
dengan metode komsumsi ?
Jawab :
a. Pemakaian rata-rata perbulan (B) = 120.000/12 = 10.000 tablet per bulan. Permakaian
perminggu adalah 2.500 tablet per minggu.
b. Misalkan bufer stoknya 20% maka C = 20 % x 10.000 = 2.000 tablet.
c. Misalkan lead time stok diperkirakan satu minggu maka 2.500 tablet.
d. Sehingga kebutuhan asam mefenamat tablet pada januari 2023 adalah B + C + D =
10.000 + 2.000 + 2.500 + 14.500 tablet.
e. Ada sisa stok (E) sebanyak 4500 tablet, maka pengadaan dibulan selanjutnya sebanyak
14.500-4.500 = 10.000

2. Metode Morbiditas
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit,
metode morbiditas memperkirakaan keperluan obat berdasarkan dari jumlah kejadian
penyakit dan mempertimbangkan pola standart pengobatan untuk penyakit tertentu. Pada
prakteknya penggunaan metode morbiditas jarang diterapkan karena keterbatasan data
terkait pola penyakit. Langkah – langkah adalah :
a. Mengumpulkan data seperti komposisi demografi dari kelompok populasi ( misal
pengelompokkan berdasarkan umur) dan pola morbiditas penyakit (seperti jenis
penyakit pada populasi dan frekuensi kejadiannya).
b. Menghitung kebutuhan jumlah sediaan farmasi, dengan cara jumlah kasus dikali
jumlah obat sesuai pedoman pengobatan dasar. Jumlah kebutuhan obat yang akan
datang dihitung dengan mempertimbangkan faktor antara lain pola penyakit, lead time
dan bufer stok.
Contoh soal :
Penggunaan oralit pada penyakit diare akut satu siklus pengobatan diare diperlukan 15
bungkus oralit @ 200 mL. Jumlah kasus 180 , jumlah oralit yang diperlukan = 180 kasus
x 15 bungkus = 1620 bungkus @ 200 mL.

3. Metode Proxy Consumption


Metode proxy consumption adalah metode perhitungan kebutuhan obat menggunakan
data kejadian penyakit, komsumsi obat, permintaan atau penggunaan dan atau
pengeluaran obat dari apotek yang telah memiliki sistem pengelolaan obat dan
mengekstrapolasikan komsumsi atau tingkat kebutuhan berdasarkan cakupan populasi
atau tingkat layanan yang diberikan.
Metode proxy comsumtion dapat digunakan untuk perencanaan pengadaan di apotek
baru yang tidak memiliki data komsumsi di tahun sebelumnya. Selain itu metode ini juga
dapat digunakan di apotek yang sudah berdiri lama apabila data metode komsumsi dan
atau metode morbiditas tidak dapat dipercaya. Sebagai contoh terdapat ketidaklengkapan
data komsumsi diantara bulan januari hingga dewsember.
Metode ini dapat menghasilkan gambaran ketika digunakan pada suatu apotek dengan
apotek lain yang memiliki kemiripan profil masyarakat dan jenis pelayanan. Metode ini
juga bermanfaat untuk gambaran pengecekan silang dengan metode yang lain.

4. Menghitung Kebutuhan Pengadaan di Apotek Lebih Mudah Dengan Software


Apotek Digital
Software khusus apotek seperti apotek digital membantu semua aktivitas pengelolaan
di apotek termasuk dalam menghitung dan merencanakan pengadaan secara efektif.
Bagaimana mengelolah ribuan SKU di apotek dengan cara manual, belum lagi anda harus
menghitung kebutuhan, kenaikan omzet, membuat pelaporan dan melakukan pencegahan
agar keuangan di apotek anda tidak amburadul.
Dengan software apotek digital perhitungan kebutuhan sediaan farmasi dilakukan
secara otomatis oleh sistem dengan mempertimbangkan data pemakaian, kebutuhan,
analisis pareto dan sisa stok. Dengan begitu anda dapat dengan mudah mengetahui berapa
kebutuhan pengadaan karena sudah dilengkapi juga dengan saran pembelian. Sehingga
persediaan diapotek sesuai dengan performa apotek.

B. EVALUASI DAN KEBUTUHAN ANGGARAN DI PUSKESMAS


Masih sering ditemukan puskesmas yang selalu kehabisan obat di tengah bulan,
sehingga pasien yang datang berobat diakhir bulan kadang hanya menerima resep dan
membelinya di apotek. Tentu harga akan sangat mahal dibandingkan dengan puskesmas
yang hanya membayar uang retribusi dua ribu rupiah bahkan dibeberapa kabupaten
penguunaan obat dipuskesmas digratiskan alias ditanggung pemerintah daerah.
Agar permasalahan arus obat dan alkes kondisi stok serta hasil kegiatannya tidak terjadi
sepewrti yang digambarkan diatas berikut adalah cara praktis menghitung kebutuhan obat
dan bahan habis pakai puskesmas sebagai berikut :

1. Validasi
a. Cek setiap jenis obat dan bahan habis pakai yang ada di puskesmas.
b. Berapa banyak yang digunakan selama waktu tertentu bisa dalam bulanan atau
triwulan sesuai dengan stok obat dan bahan habis pakai yang dihabiskan di
puskesmas.
c. Cek jumlah pasien yang diobati dan jumlah dosis yang diberikan.
Tahap ini penting dilakukan karena jika ada perbedaan berarti ada yang terbuang
atau ada yang menggunakan obat tetapi lupa tercatat.
2. Hitung Kebutuhan
Setelah data obat dan bahan habis pakai lengkap tercatat selanjutnya dapat dihitung
kebutuhan obat dan bahan habis pakai puskesmas untuk bulan-bulan berikutnya
sebagai contoh perhitungan salah satu jenis obat seperti yang dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Pemakaian paracetamol pada bulan oktober 2008 sebanyak 1000 tablet, --A
b. Sisa stok per 30 oktober 2008 = 200 tablet --- B
c. Tercatat hari kerja puskesmas selama 25 hari kerja. Maka pemakaian rata-rata
adalah obat yang digunakan pada bulan oktober dibagi dengan jumlah hari kerja
yaitu 1000/25 hr = 40 tablet
d. Perlu diperhatikan juga stok pengamanan obat yang selalu harus tersedia bila terjadi
peningkatan pasien biasanya stok pengaman 10-20 % diambil saja 10% jadi stok
pengaman adalah 10/100 x 1000 tablet adalah 100 tablet -B
e. sering kalau petugas mengampra obat (mengambil obat ke gudang obat
kabupaten /kota) biasanya waktu tunggu yang digunakan adalah 2-3 hari jadi kalau
ambil3 hari tunggu maka 3x40 tablet = 120 tablet - C ( ingat penggunaan obat
diatas rata-rata 40 tablet perhari seperti perhitungan diatas)
f. Dan selanjutnya kebutuhan obat parasetamol untuk bulan november 2008 = 1000 +
100 + 200 – sisa stok 200 = 1020 tablet. Yang dirumuskan kebutuhan obat =
(A+B+C) - D
contoh perhitungan obat ini berlaku juga untuk kebutuhan jenis obat dan bahan
habis pakai lainnya yang ada dipuskesms atau klinik-klinik pelayanan kesehata
swasta yang melakukan pengadaan obat dan bahan habis pakai setiap bulannya.
3. Membuat Laporan
Membuat laporan penggunaan obat dan rencana permintaan obat bulanan atau
triwulan, laporan pengeluaran dan laporan penggunaan obat (LPLPO) KIA kepada
pengelolan gudang obat puskesmas dan selanjutnya diteruskan ke bagian obat Dinas
Kesehatan Kabupaten Kota.

C. EVALUASI DAN KEBUTUHAN ANGGARAN DI RUMAH SAKIT


Rumah sakit merupakan tempat yang menyelenggarakan dua jenis pelayanan yaitu
pelayanan untuk masyarakat dan pelayanan administrasi /manajerial, berikut penerapan
manajemen rumah sakit :
1. Fungsi Perencanaan (Planning)

Anda mungkin juga menyukai