PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit perlu diterapkan
suatu standart pelayanan. Mutu pelayanan di rumah sakit dapat dinilai dengan
cara melihat kegiatan pelayanan yang diberikan dan dicatat dalam dokumen
rekam medis sebagai bukti proses pelayanan yang dilakukan oleh tenaga
medis, paramedis, dan tenaga non medis sejak pendaftaran sampai dengan
pasien keluar rumah sakit. Untuk mewujudkan sebagai bukti proses pelayanan,
maka penyelenggaraan Instalasi Farmasi pun harus dilaksanakan sesuai
prosedur.
1
Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang
berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang
berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan
Kefarmasian (pharmaceutical care).
B. Tujuan .
1. Tujuan umum :
Terciptanya sistem dan prosedur pelayanan Instalasi Farmasi yang dapat
dijalankan dan dapat digunakan sebagai alat evaluasi dalam meningkatkan
mutu pelayanan Instalasi Farmasi yang berfokus kepada pasien.
2. Tujuan Khusus:
2
C. Sasaran :
3
dapat mengetahui tingkat keberhasilan program yang direncanakan
e. Melaporkan hasil kegiatan Instalasi farmasi kepada Direktur
4
Dalam membuat perencanaan pengadaan SediaanFarmasi, Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan kegiatan
untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan sesuai dengan
hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria
tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan
dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan
dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain
konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan
epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai
dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian
antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan,
pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan
proses pengadaan, dan pembayaran.
4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
5. Penyimpanan
Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang
dinilai aman dari pencurian serta gangguan dari fisik yang dapat merusak
mutu obat.
6. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang
sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
7. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
8. Pengeluaran Obat memakai system FEFO (First Expire First
Out) dan FIFO (First In First Out)
6. Pendistribusian
5
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi.
7. Pemusnahan
Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau
rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain
yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
Penusnahan dibuktikan dengan berita acara penusnahan
nenggunakan fornuIir 1 sebagainana terIampir. yang telah disimpan
melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang–kurangnya petugas lain di Instalai Farmasi dengan cara
dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita
acara pemusnahan resep menggunakan fornuIir 2 sebagainana
terIanpir dan selanjutnya dibuat Berita Acara Pemusnahan dan
didokumentasikan.
8. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. .Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan
menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik.
Kartu stok memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah
pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan
9. Pencatatan dan pelaporan
6
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatandan Bahan Medis Habis Pakai meliputi
pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stock),
penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari :
Pelaporan internal.
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk
kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan
laporan lainnya.
Pelaporan eksternal
Merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
meliputi pelaporan Narkotika dan Psikotropika dan pelaporan
lainnya.
7
BAB II
STANDART KETENAGAAN
A. Kualifikasi Ketenagaan.
Jenis ketenagaan menurut Peraturan Pemerintah RI tahun No.32 Tahun 1996 tentang
tenaga kesehatan
6 Farmasi D-3 1
7 Laborat D-3
B. Uraian Tugas :
1. Direktur.
Membentuk Tim PPI dengan surat keputusan
8
Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
penyelenggaraan upaya PPI
Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana
termasuk anggaran yang dibutuhkan.
Menentukan kebijakan PPI
Mengadakan evaluasi kebijakan Tim PPI
Dapat menutup suatu unit perawatan/instalasi yang dianggap potensial
menularkan penyakit untuk beberapa waktu sesuai saran dari Tim PPI
Mengesahkan SPO dari Tim PPI
3. IPCN
Kriteria IPCN :
- Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi pelatihan PPI
- Memiliki komitmen di bidang PPI
- Memiliki pengalaman sebagai kepala Ruangan atau setara.
- Memiliki kemampuan leadership, inovatif dan confident
9
- Bekerja purna waktu.
Uraian tugas :
a) Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang
terjadi di ruang perawatan.
b) Memonitor pelaksanaan PPI, penerapan SPO, kepatuhan petugas dalam
menjalankan kewaspadaan isolasi.
c) Melaksanakan surveilens infeksi dan melaporkan kepada panitia PPIRS.
d) Melaksanakan pelatihan PPIRS.
e) Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama sama panitia PPI
memperbaiki kesalahan.
f) Memonitor kesehatan petugas sesuai gugus tugas.
g) Bersama panitia menganjurkan prosedur isolasi dan memberikan
konsultasi PPI
h) Melaukan audit PPI termasuk penatalaksanaan limbah, laundry, Gizi
dengan menggunakan daftar tilik.
i) Memonitor terhadap pengendalian penggunaan Antibiotika yang
rasional.
j) Membuat laporan surveilens.
k) Memberikan saran desain ruangan RS agar sesuai dengan prinsip PPI.
l) Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI
dan aman penggunaannya.
m) Melakukan pertemuan berkala termasuk evaluasi kebijakan.
n) Mengidentifikasi temuan di lapangan dan mengusulkan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan SDM Tim PPI
o) Menerima laporan dari TIM PPI dan membuat laporan kepada direktur.
p) Berkoordinasi dengan unit terkait lain melakukan pengawasan terhadap
tindakan tindakan yang menyimpang dari SPO.
q) Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila ada
KLB.
r) Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.
s) Melaksanakan sosialisasi kebijakan Tim PPI agar kebijakan dapat
dipahami dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan rumah sakit.
10
t) Membuat SPO PPI
u) Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program
tersebut.
4. IPCLN
Kriteria IPCLN :
1. Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi PPI.
2. Memiliki komitmen di bidang PPI
3. Memiliki kemampuan leadership
Tugas IPCLN :
a) Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilens setiap pasien di
ruang perawatan kemudian menyerahkan nya pada IPCN saat pasien
pulang.
b) Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB.
c) Memonitor kepatuhan petugas dalam menjalankan standart isolasi
d) Berkoordinasi dengan unit terkait lain, melakukan pengawasan
terhadap tindakan tindakan yang menyimpang dari SPO.
e) Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila
ada KLB.
f) Bekerja sama dengan TIM PPI dalam melakukan investigasi masalah
KLB (HAIs).
g) Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara PPI.
h) Memberi konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit
11
B. Tugas Anggota linen:
Memisahkan linen infeksius dan non infeksius
Melaksanakan pemeriksaan swab linen bersih.
Memantau penggunaan bahan desinfektan sesuai aturan.
Memantau kegiatan hand higiene di ruang linen.
C. Distribusi Tenaga.
Komite PPI merupakan unit pelayanan yang melakukan kegiatan secara
komprehensif dari setiap unit pelayanan di rumah sakit;
IGD, Poli rawat jalan, Unit Rawat inap, Sekretariat, akuntansi, Gizi, Linen,
Farmasi, SMF, Laboratorium, House keeping (CS).
12
13
BAB III
STANDART FASILITAS
A Fisik /bangunan
B Peralatan
Meja 1
Kursi 3
Komputer 1
Line internet 1
Almari kaca 1
Peralatan tulis 2
B. Fasilitas pelayanan .
1. Menyusun kebutuhan pendidikan dan pelatihan petugas kesehatan, petugas
laboratorium, relawan dan pihak lain.
2. Memastikan ketersediaan perlengkapan yang diperlukan untuk menerapkan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang direkomendasikan dan tindakan-
tindakan keamanan biologis (APD)
3. Mempersiapkan fasilitas sesuai dengan kebutuhan dan memastikan bahwa
fasilitas tersebut telah ditetapkan .
14
4. Memastikan bahwa pelacakan kontak, pembatasan dan karantina jika diperlukan
misalnya:
Penetapan tempat khusus bagi penderita yang disolasi
Pastikan peyanan medis, pasokan makanan, dukungan sosial dan bantuan
psikologi
Pastikan transportasi yang memadai tersedia ke dan dari tempat tersebut
(rumah sakit /kamar jenazah)
5. Melindungi petugas kesehatan dengan memastikan SPO PPI sudah ada dan
dipatuhi (compliance kebersihan tangan )
6. Mengembangkan strategi triage untuk pasien yang berpotensi berpenyakit
menular, dengan menyediakan lokasi di luar ugd, sebagai tempat pemeriksaan
awal, identifikasi sebagai pengobatan darurat, pasien yang perlu dirujuk untuk
penatalaksaan selanjutnya.
15
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
16
- Status medis
- Form permintaan swab
- Ruangan perawatan
- AC
- Pasien
c. Tata laksana pelayanan
- IPCN mengajukan pemeriksaan swab dan kultur pada dokter penanggung
jawab pasien, kemudian mengajukan permohonan pemeriksaan kepada
petugas laborat.
- IPCN dan IPCLN mempersiapkan pasien atau petugas yang akan dilakukan
swab / kultur.
- Mendampingi petugas laborat dalam melaksanakan swab atau kultur.
- Jika hasil sudah jadi maka mereka melaporkan kepada komite PPI.
3. Tatalaksana monitoring kebersihan lingkungan
a. Penanggung jawab
- IPCN, IPCLN
- Petugas kebersihan
b. Perangkat kerja
- Buku pedoman pembersihan
- Daftar bahan-bahan desinfeksi
c. Tatalaksana pembersihan
- IPCN dan SSC melakukan pertemuan rutin, membahas dan evaluasi kinerja
staf SSC
- Memberikan evaluasi bahan desinfeksi yang relevan dan ramah lingkungan
- Memberikan pengarahan cara pembersihan tumpahan darah atau cairan
tubuh-double
- Memberikan pengarahan cara pembersihan lantai, dinding dan ruangan
- Memberikan pengarahan pembersihan tumpahan darah atau cairan tubuh
pasien.
- Memberikan pengarahan penggunaan APD
4. Tatalaksana Pelayanan CSSD
a. Penanggung jawab
- IPCN, petugas ruangan
17
- Petugas CSSD
- Administrasi CSSD
- Petugas OK
b. Perangkat kerja
- Kalibrasi autoclave
- Buku expedisi sterilisasi ruangan dan CSSD
- Kertas indikator bouwie dict tes
- Indikator mekanik
- Kertas indikator kimia `
- Tabung mikro biologi
c. Tatalaksana pelayanan CSSD
- Petugas ruangan yang akan mensterilkan alat mengisi di buku expedisi di
ruangan yang bersangkutan dan buku expedisi di OK
- Petugas CSSD memberikan identifikasi peralatan atau instrumen sesuai
ruangan yang mensterilkan
- Sebelum melakukan proses sterillisasi petugas CSSD melalukan bouwie dict
tes pada mesin autoclav terlebih dahulu (untuk mengetahui kesiapan mesin
autoclave.
- Jika hasil bouwie dict tes baik, petugas CSSD memberikan indikator kimia
pada setiap peralatan yang akan disterilkan
- Petugas CSSD melakukan penyeterilan sesuai SPO
- Setelah selesai proses sterilisasi lihat indikator kimia, jika hasil baik lakukan
penyimpanan peralatan yang sudah steril di almari
- Petugas ruangan yang akan mengambil sterilisasi dicocokkan dengan buku
expedisi ruangan dan CSSD
- Setiap minggu petugas CSSD melakukan uji mikro biologi terhadap hasil
sterilisasi
5. Tatalaksana Linen
a. Penanggung jawab
- Petugas linen
- Petugas ruangan
18
b. Perangkat kerja
- Linen
- Buku penyerahan linen kotor
- Buku penyerahan linen bersih
c. Tatalaksana linen
- Petugas ruangan mengantarkan linen kotor setiap pagi
- Petugas linen mencocokkan linen kotor yang diantarkan petugas ruangan
ditulis pada buku penyerahan linen kotor
- Petugas linen mengidentifikasi linen infeksius dan non infeksius
- Untuk linen infeksius dilakukan dekontaminasi dengan cairan clorin 0,5%
dan deterjen selama 10 menit
- Kemudian lakukan pencucian sesuai SPO
- Untuk linen non infeksius dilakukan pencucian sesuai.
- Penyediaan linen 2 x shift untuk menjaga ketersediaan linen
- Menyediakan kebutuhan linen seluruh Rumah Sakit.
- Swab linen bersih
6. Tatalaksana formularium antibiogram
a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- Komite farmasi
- SMF
- Petugas laborat
b. Perangkat kerja
- Pasien yang akan dilakukan kultur
- Form surveilens PPI
c. Tata laksana
- Surveilens PPI untuk pengambilan kultur dilakukan tiap 6 bulan .
- IPCN mengajukan pemeriksaan sesuai kebijakan surveilen yang
diindikasikan untuk dilakukan pemeriksaan kultur kepada dokter penanggung
jawab
19
- Medis memberikan advist untuk dilakukan pemeriksaan kultur pasien.
- Petugas laborat melakukan pengambilan sample dan proses selanjutnya
sesuai SPO kultur
- Bila hasil telah jadi, petugas laborat memberikan hasil kepada ruangan yang
mempunyai pasien (dokter penanggung jawab ) dan kepada IPCN
- IPCN merekap dan menganalisa hasil kultur masing – masing kegiatan.
- Hasil dibahas di komite PPI dan selanjutnya diteruskan kepada direktur dan
SMF
20
- Papan/ alat penghalang renovasi.
c. Tata laksana
- Tim pembangunan memberitahukan kepada PPI dan Petugas Kesling bahwa
akan dilakukan renovasi bangunan.
- Bersama mengidentifikasi dampak :
kebisingan, debu.
Lokasi resiko (rendah, sedang, tinggi)
renovasi
- Melakukan isolasi kegiatan dengan memasang papan pemberitahuan
renovasi, alat penghalang di sekeliling area renovasi
- Edukasi kepada staf yang melewati area pembangunan agar dimengerti.
- Setelah selesai pembangunan, bagunan dibiarkan selama 1 bulan untuk
mengetes kesiapan bangunan, selama didiamkan dilakukan tes swab lantai
dan di dinding ruangan, jika hasil baik setelah periode 1 bulan ruangan boleh
digunakan
Selesai renovasi
Diamkan selama 1
bln dan uji swab
21
Hasil baik ruangan siap
digunakan
22
- Audit kepatuhan kebersihan tangan mulai dari kepala ruang, dokter, baru
staf pelaksana
- Laporan audit kebersihan tangan
BAB V
LOGISTIK
23
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
24
b. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
c. Penyehatan air
d. Pengelolaan limbah
e. Pengelolaan tempat pencucian
f. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu
g. Disinfeksi dan sterilisasi
h. Kawasan Tanpa Rokok
25
H. Pendidikan dan pelatihan PPI
a. Mengadakan sosialisasi dan pelatihan internal meliputi:
- Sosialisasi sistem tanggap darurat bencana.
- Pelatihan penanggulangan bencana.
- Simulasi penanggulangan bencana
- Pelatihan penggunaan APD
- Pelatihan surveilens
- Pelatihan desinfeksi dan dekontaminasi
- Pelatihan pemadaman api dengan APAR.
- Pelatihan bagi regu pemadam
- Pelatihan (training of trainer) spseialis penanggulangan kebakaran
- Sosialisasi dan pelatihan penanggulangan kontaminasi B3.
- Simulasi penanggulangan bencana dan evakuasi terpadu.
b. Mengikut sertakan pelatihan K3 yang dilakukan oleh Perusahaan Jasa atau
Intansi lain bagi personil K3.
c. Upaya promotif dan edukasi
Hand higiene menjadi kebutuhan dan budaya di semua unit pelayanan.
Kedisiplinan penggunaan APD sesuai dengan peruntukannya
Surveilens
- IDO
- ISK
- IDP
- Kepatuhan kebersihan tangan.
Upaya promotif PPI :
- Pemasangan anjuran kebersihan tangan di setiap ruangan publik atau
wastafel
- Pemasangan cara menggunakan dan melepas APD,
- Pemasangan promotif kepatuhan membuang sampah sesuai jenisnya .
- Sosialisasi PPI pada karyawan baru dan mahasiswa praktek
- Pemasangan gambar etika batuk
Peningkatan pelayanan Pusat sterilisasi.
26
- Upaya pemusatan sterilisasi rumah sakit hanya di CSSD
- Penyediaan 3 indikator mutu sterilisasi
Pembuatan ruang kohort :
- Kohort kontak infeksi
- Kohort droplet infeksi
- Kohort air borne infeksi
- Kohort imunosupresif
Peningkatan kewaspadaan standart di semua unit pelayanan.
d. Pengumpulan, pengelolaan dokumentasi data dan pelaporan
Meliputi :
a. Mengagendakan laporan dan rencana kerja PPI
b. Mengarsipkan surat keluar dan surat masuk.
c. Mengarsipkan semua dokumen berkaitan dengan kegiatan PPI
d. Mendokumentasikan setiap kegiatan.
e. Memberikan rekomendasi berkaitan dengan PPI kepada Direksi baik diminta
atau tidak.
27
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
28
b) Melakukan pemantauan kegiatan pengendalian infeksi.
c) Melakukan pelaporan dan analisa kejadian infeksi.
d) Melakukan sosialisasi hasil analisa kejadian infeksi.
e) Melakukan evaluasi kegiatan pengendalian infeksi .
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.
a) Melakukan pencegahan pasien jatuh dengan assessment risiko dan tindak lanjut
kepada pasien yang dirawat .
b) Melaporkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang terjadi .
c) Melakukan analisa sederhana terhadap kejadian KTD yang terjadi di masing-
masing unit pelayanan.
d) Melakukan sosialisasi hasil analisa KTD yang terjadi.
29
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
30
- 2x 24 jam untuk kejadian yang berdampak klinis/konsekuensi/keparahan
tidak signifikan, minor, dan moderat.
6. Tindak lanjut dari pelaporan:
- Tingkat risiko rendah dan moderat: investigasi sederhana oleh bagian/unit
yang terkait insiden (5W: what, who, where, when, why).
- Tingkat risiko tinggi dan ekstrim: Root Cause Analysis (RCA) yang
dikoordinasi oleh komite keselamatan pasien.
7. Bila insiden keselamatan pasien yang terjadi mempunyai tingkat risiko merah
(ekstrim) maka komite keselamatan pasien segera melaporkan kejadian tersebut
kepada direksi RS Islam Gorontalo.
8. Bila insiden keselamatan pasien yang terjadi mempunyai tingkat risiko kuning
(tinggi) maka komite keselamatan pasien segera melaporkan kejadian tersebut
kepada Direksi RS Islam Gorontalo.
9. Komite keselamatan pasien RS Islam Gorontalo melakukan rekapitulasi laporan
insiden keselamatan pasien dan analisisnya setiap tiga bulan kepada direksi RS
Islam Gorontalo
31
C. ANALISIS AKAR MASALAH
1. Dalam rangka meningkatkan mutu dan keselamatan pasien, RS Islam Gorontalo
menerapkan metode root cause analysis (RCA) atau analisa akar masalah, yaitu
suatu kegiatan investigasi terstruktur yang bertujuan untuk melakukan
identifikasi penyebab masalah dasar dan untuk menentukan tindakan agar
kejadian yangsama tidak terulang kembali.
2. RCA dilakukan pada insiden medis kejadian nyaris cedera dan KTD yang
sering terjadi di RS Islam Gorontalo
3. RCA dilakukan pada setiap kejadian sentinel events.
4. Insiden keselamatan pasien yang dikatagorikan sebagai level tinggi dan ekstrim
diselesaikan dalam kurun waktu paling lama 45 hari dan dibutuhkan tindakan
segera yang melibatkan Direksi.
5. Agar penemuan akar masalah dan pemecahan masalah mengarah pada sesuatu
yang benar, maka perlu dibentuk tim RCA yang berunsurkan: dokter yang
mempunyai kemampuan dalam melakukan RCA, unsur keperawatan, dan SDM
lain yang terkait dengan jenis insiden keselamatan pasien yang terjadi.
6. Dalam melakukan RCA langkah langkah yang diambil adalah membentuk tim
RCA, observasi lapangan, pendokumentasian, wawancara, studi pustaka,
melakukan asesmen dan diskusi untuk menentukan faktor kontribusi dan akar
masalah.
7. Hasil temuan dari RCA ditindaklanjuti, direalisasi dan dievaluasi agar kejadian
yang sama tidak terulang kembali
32
3) Angka kejadian infeksi karena transfusi darah.
4) Target surveilens angka kejadian infeksi <1,5%
5) Tersedianya Bahan-bahan desinfeksi yang sesuai rekomendasi dan aman
bagi lingkungan.
6) Dilakukannya kegiatan pemantauan
7) Hasil swab : tangan, dinding dan lantai, AC yang memenuhi standar
(SPM)
8) Hasil kultur : Pus, darah dan ujung kateter
b) Unit CSSD :
1) Indikator bouwie dict tes, kimia dan mikrobiologi dilaksanakan dan
hasilnya baik
2) Maintence autoclave .
3) Kalibrasi Autoclave external baik
4) Indikator mekanik, kimia, biologi
3. Upaya kesehatan:
a). Kebersihan tangan menjadi isu dan tindakan yang menjadi kebutuhan
petugas.
f). Hasil survei menjadi informasi di setiap unit pelayanan melalui sistem
33
i). Tersediannya APD yang diperlukan
senior
n). Incenerator berfungsi dengan baik (semua sampah yang dibakar menjadi
abu)
34
Total pasien terpasang DC pada bulan tersebut
35
\
BAB IX
PENUTUP
Gorontalo, 2018
Direktur
36
XVI. Landasan Hukum
a. Undang Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009tentang Rumah sakit.
b. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor.129/MenKes/SK/2008 tentang standart
minimal pelayana Rumah Sakit.
c. Surat Edaran direktur jendral Bina Pelayanan Medik nomor HK.03.01/II/3744/ 08
tentang Pembentukan komite dan Tim Pencegahan Pengendalian Infeksi di rumah
Ssakit.
d. Undang undang no 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
e. Peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1995 tentang tenaga kesehatan.
f. Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang standart pelayanan Rumah sakit.
g. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1575/Menkes/2005 tentang Organisasi dan
tata kerja Departemen Kesehatan.
37